Do Jin, Tae San dan Yoon duduk santai menonton pertandingan sepak bola di rumah Tae San. Pertandingannya Park Ji Sung.
Do
Jin memuji kalau pergerakan permainan Park Ji Sung sangat cepat. Ia pun
bertanya apa kedua temannya ini masih ingat bahwa sudah 10 tahun
berlalu sejak piala dunia 2002 berakhir. Park Ji Sung mencetak gol
semata wayang Korea Selatan ke gawang portugal. (saya lupa karena
yang saya ingat Ahn Jung Hwan mencetak gol ke gawang Italia dan itu
menyebabkan dia didepak dari salah satu klub Italia yang dibelanya
ketika itu)
Tae San mengatakan kalau ia sempat menangis ketika Tim Korea Selatan masuk babak 16 besar.
(Tim Korsel ternyata bisa mencapai
babak 4 besar lho dan saat itu gagal menembus final karena dikalahkan
Jerman 0-1 dan akhirnya Jerman juga harus mengakui keunggulan Brazil
0-2, hehe masih ingat donk gaya rambut Ronaldo yang menurut saya ga
bagus. Sampai2 gaya rambut ini diikuti oleh sinetron indonesia KECIL2
JADI MANTEN yang mendongkrak nama artis (Almh) Sukma Ayu yang jadi
Rohaye---yah jadi ngelantur kemana-mana)
Do Jin : “Waktu itu siapa yang menyangka atlit dari negara kita akan berlaga di EPL, aku sangat bangga padamu, Kak Ji Sung!”
Yoon heran Do Jin menyebut Park Ji
Sung dengan sebutan Kakak. Do Jin mengatakan kalau pemain EPL (Liga
Inggris) adalah kakak. Karena akhir-akhir ini Park Ji Sung itu
pahlawannya.
Jung
Rok datang membawa kue. Dan taraaaaa.... kue dengan miniatur robot
diatasnya. “Taekwon V. Daebak kan?” Seru Jung Rok bangga. (Taekwon V :
karakter anime robot Korea)
Tae
San tak menyangka kalau Jung Rok masih kecanduan pada robot itu. Jung
Rok tanya robot apa, dia itu pahlawan masa kecilnya. Melihat itu Yoon
jadi teringat sesuatu, “Ketika kita kecil bukankah mereka mengatakan
begitu sinar laser ditembakan dari Namsam, 63 bangunan akan
memantulkannya. Lalu kubah terbuka dan dari sana Taewon V keluar.”
Jung Rok berkata kalau ia masih
menantikan saat itu dengan sungguh-sungguh, kalau dunia dalam bahaya
Taekwon V akan keluar. Ia mempercayainya 100%. Tae San menyahut kalau
ketika kecil dulu mereka mempercayai hal yang seperti itu dan juga
berfikir kalau Taekwon V benar-benar bisa melindungi bumi. Do Jin
berkata itulah yang namanya cita-cita anak kecil ketika itu. Karena
mereka laki-laki sedikitnya yang mampu dilakukan adalah menyelamatkan
bumi.
Yoon
mengagumi pahlawan idolanya, menurutnya kalau Superman bukan hanya bisa
menyelamatkan bumi dia bahkan mengelilingi dunia demi menyelamatkan
wanita yang dia cintai. “Ah... aku hampir pingsan,” kata Yoon mengagumi
Superman.
Do Jin : “Hei... tetap saja baju ketat
biru dan celana dalam merah tidak serasi. Aku menyukai penampilan
hitam-hitam Batman yang modis.”
Tae San tak sependapat, “Hei...
Batman tidak melindungi bumi. Dia hanya melindungi lingkungan
sekitarnya. Nama daerahnya Gotham. Tak ada bedanya dengan polisi dari
Pos polisi Samseong-dong. Pahlawan yang sesunggunya adalah Spiderman!”
Kata Tae San sambil menunjukan gaya Spiderman.
Hei ketiga temannya tak setuju.
Menurut Jung Rok Spiderman itu terlalu bodoh. Pasti dia akan membuat
anak dan istrinya kelaparan. “Taekwon V adalah yang terbaik.”
Hei...Temannya tak setuju.
Yoon : “Taekwon V hanya terbuat
dari besi tahan karat, kan? Tetap Superman yang terbaik. Dengan sinar
laser yang terpancar dari matanya.”
Tae
san : “Hei... Batman hanya sampah kalau dia tanpa mobil dan senjatanya.
Semuanya berkat perangkat teknologi. Dia pura-pura kesepian begitu dia
berubah kembali.”
Do Jin membela pahlawannya,
“Senjata terkuat Batman adalah kesepiannya. Nuansa gelap berasal dari
kesendiriannya. Sampai Superman dan Spiderman yang hanya tahu bagaimana
cara mengejar keadilan tak bisa menang atasnya.”
Jung Rok mengeraskan suaranya, “Hei
kelelawar, laba-laba dan alien semuanya minggir. Taekwon V tetap nomor
satu.” Seru Jung Rok sambil menunjukkan jempolnya untuk Taekwon V.
“Mesin besi tahan karat, pergilah!” seru mereka bertiga. Keempatnya terus memperdebatkan pahlawan mereka masing-masing.
Suara
Do Jin : “Hari itu kami tak menemukan pahlawan siapa yang terbaik. Dan
juga diusia 41 tahun kami bahkan tak bisa menyelamatkan wanita yang kami
cintai, apalagi menyelamatkan bumi. Kami memang bukan pahlawan hanya
sibuk mencari nafkah dari hari ke hari. Kemanakah pahlawan impian masa
kecil itu akan pergi? Akan menjadi pahlawan siapakah kami?”
Sinopsis A Gentleman’s Dignity Episode 17
Do
Jin akan kembali ke aparteman. Di depan gedung aparteman ia berpapasan
dengan Yi Soo yang membawa bingkisan kado. Ia bertanya apa Yi Soo sedang
menunggunya. Yi Soo menjawab ya. Do Jin kembali bertanya apa Yi Soo
menunggunya dalam waktu yang lama lagi. Yi Soo juga menjawab ya maka
dari itu ia minta Do Jin berhenti bersikap keras kepala.
Yi Soo berkata kalau saat Do JIn
mengalami cinta bertepuk sebelah tangan dengannya, ketika itu ia
mengabaikan perasaan Do Jin. Bahkan ia mengatakan pada Do Jin kalau ia
menyukai pria lain. Jadi kalau ini adalah hukumannya karena sudah
menyakiti hati Do Jin, ia berfikir hukuman yang ia terima sudah cukup.
Do Jin menyanggah sama sekali bukan seperti itu yang ia fikirkan.
Yi Soo : “Kalau bukan datanglah padaku. Kakak yang mencintai Seo Yi Soo, Kim Do Jin. Datang menyelamatkanku tanpa kuketahui....”
Do Jin meminta Yi Soo jangan
mempertaruhkan hidup dengan kata-kata yang tak berarti itu. Yi Soo
menilai Do Jin pembohong. Haruskah Do Jin sekejam ini. Do Jin berkata
kalau bersikap kejam bisa menyelesaikan masalah maka ia akan memilih
jalan ini. Yi Soo mengingatkan bukankah sudah ia katakan tak apa-apa.
Meskipun Do Jin adalah ayah anak itu, tak masalah untuknya. Do Jin
menyela dan berkata kalau untuknya itu masalah. Karena ia tak ingin
membuat Yi Soo tak bahagia. Ia tak ingin menghancurkan hidup orang lain
lagi. karena itu...
Yi Soo menyela, “Baiklah aku akan
pergi.” Kalau itu yang Do Jin inginkan, ia akan melakukannya tapi itu
akan terjadi dalam kehidupan selanjutnya karena dikehidupan sekarang ia
tak bisa melakukannya.
Yi
Soo membuka kotak kado yang dibawanya, sepasang sepatu pria. Ia
meletakkan sepatu itu di bawah. Do Jin terkejut melihat apa yang
dilakukan Yi Soo karena ini sama seperti yang pernah dilakukannya dulu.
Yi Soo menatap Do Jin. Pandangan Do Jin beralih dari sepatu ke Yi Soo.
Yi Soo : “Kalau kau datang menemuiku, pakailah ini!”
Yi Soo berdiri masih tetap memandang Do Jin, “Ketika cuaca cerah berdandanlah yang tampan!” Ucap Yi Soo sambil tersenyum.
Tae
San makan malam setengah melamun. Meari menyuguhkan minum untuk
kakaknya. Ia heran karena sudah malam begini kakaknya masih belum makan
malam, apa saja yang kakaknya lakukan. Tae San tak menjawab. Meari tanya
apa kakaknya sangat sibuk di tempat kerja.
Tae San teringat apa yang dikatakan Meari di depan rumah abu Jung Ah. ‘Tak bisakah kakak mengizinkan aku menyukai Kak Yoon?’
Tae San tak nafsu makan, ia
menghentikan makan malam dan naik ke kamarnya. Meari semakin heran
dengan sikap kakaknya ia bertanya apa ada masalah. Tae San kembali tak
menjawab, ia menuju kamarnya.
Di
depan rumah Tae San, Yoon datang. Ia melihat kalau mobil Tae San
terparkir disana dan menebak kalau Tae San ada di rumah. Tapi ia ragu
apakah ia harus menekan bel atau tidak. Pikirannya bimbang.
Do
Jin di kamarnya duduk di ranjang menatap bingkisan kado yang ia terima
dari Yi Soo. Kemudian Do Jin pindah berbaring di lantai sambil memandang
sepatu pemberian Yi Soo. Setelah itu ia tiduran di ranjang sambil
memakai sepatunya. Do Jin duduk di tepi ranjang kembali menatap sepatu
pemberian Yi Soo. ia tampak memikirkan sesuatu.
Yi
Soo di rumah berfikir apakah yang dilakukannya tadi akan membuahkan
hasil. Ia menuliskan sesuatu di buku catatannya. Se Ra datang dan
menyampaikan kalau tisu toilet sudah habis. Yi Soo tengah meminum
yogurt. Se Ra heran apa sekarang Yi Soo sedang diet bukankah Yi Soo
sekarang tak punya pacar jadi kenapa harus diet. Yi Soo mengatakan kalau
pacarnya itu akan kembali, ia sangat yakin dan percaya itu.
Se Ra ingin tahu kalau pacar Yi Soo
kembali apa Yi Soo akan benar-benar memilih jalan itu. Yi Soo malah
balik bertanya apa lagi yang bisa ia lakukan karena ia sangat
merindukannya. Se Ra bisa memaklumi itu, ia berkata kalau ia dulu
menentang yang namanya pernikahan haruskah sekarang ia
mempertimbangkannya lagi.
Yi
Soo menebak jangan-jangan... Se Ra mengiyakan ia mengatakan kalau Tae
San dengan semangat berkata ‘kesini’ jadi ia langsung masuk saja ke
pelukan Tae San. Yi Soo mengucapkan selamat karena Se Ra bisa balikan
lagi sama Tae San jadi mulai sekarang ia berharap Se Ra jangan...
Se Ra menyela kalau ia akan
melakukan yang terbaik jadi Yi Soo jangan mengkhawatirkannya. Ia
menyarankan Yi Soo minum saja supaya tambah cantik. “Berikan Kim Do Jin
kejutan yang besar saat dia kembali.”
Pagi
hari, Do Jin menyiapkan kopi. Tepat saat itu Yoon datang setelah
berolah raga. Yoon memberi tahu kalau Colin sudah berangkat sekolah. Do
Jin berkata Colin masih canggung kalau berdua saja dengannya. Do Jin
menawarkan apa Yoon mau kopi Yoon mau dan Do Jin membuatkannya.
Do Jin menyampaikan kalau
kemarin ia menerima sepasang sepatu. Yoon tak menyangka dan bergumam
apanya yang bagus dari Do Jin sampai menerima hadiah sepatu. Do Jin
berkata benar karena itulah ia sudah memutuskan akan mempertahankan Seo
Yi Soo. Yoon kaget campur senang, “Benarkah?”
Do Jin : “Aku tahu aku ini agak tamak, tapi kalau aku bisa menghargainya seumur hidupku aku yakin bisa membahagiakannya.”
Yoon memuji kalau ini pagi yang
indah. Ia berharap semoga Do Jin bernasib baik. Do Jin berkata kalau ini
bukan hanya untuknya saja, Yoon dan Meari juga membutuhkannya.
Yoon : “Gunung itu terlalu tinggi untuk di daki. Im Tae San kita.” (gunung yang tinggi maksudnya Tae San)
Do Jin : “Kau hanya bisa mendengar gema (Meari) begitu kau mencapai puncaknya.”
Yoon : “Mengawali pendakian ke gunung itupun aku dilarang.”
Yoon bilang kalau ia sudah hampir terlambat ia akan langsung mandi dan berterima kasih atas kopinya.
Hmmm... mau mengutip kata-kata
Yoon, ‘Mengawali pendakian ke gunung itupun aku dilarang’ apa ini bisa
diartikan mencintai Meari itupun ia dilarang karena gunungnya yang
terlalu sulit didaki. Apa ini mencerminkan kalau Yoon juga tak
memungkiri perasaannya pada Meari. Hmmm...
Tae
San menyerahkan materi akhir untuk presentasi proyek Qualze Island
(wahahah aku kemarin nulisnya Court island hihi diganti ya) Tae San
mengatakan kalau Manajer Choi sedang menyiapkan video presentasinya. Ia
juga mengatakan kalau meraka sudah memesan 20 kursi untuk tamu undangan.
Do Jin memperkirakan siapa saja yang akan hadir, “Kau, aku, 9 orang dari tim desain, Yoon, Rok, Min Suk, Hong Pro, Meari.”
Tae San menyela kalau Hong Pro
sedang menyiapkan diri untuk pertandingan dan juga dia sedang
menghindari alkohol jadi tak bisa datang dan Meari juga tak bisa datang
karena sibuk mengerjakan hal lain. Do Jin tanya mengerjakan apa. Tae San
tak memberi tahu dan menyarankan lebih baik mengundang staf lain kalau
mereka punya waktu.
Staf Do Jin datang membawakan contoh
undangan. Tae San heran apa meraka juga harus menyiapkan undangan
segala. Do Jin bilang pada staf-nya kalau undangannya cukup bagus dan
menyuruh untuk mencetaknya. Tae San pamit ia harus mengunjungi lokasi
proyek. Sebelum Tae San pergi Do Jin mangungkapkan sebuah permintaan.
Do Jin : “Sebelum pestanya dimulai beritahu penyelenggara Qualze kalau aku pintar bermain drum.”
Tae San : “Bukankah permainanmu jelek?” (hahahaha)
Do Jin kesal, “Mereka kan tidak tahu? Katakan saja aku pandai memainkannya, ya? Aku mengundang seseorang yang sangat penting.”
Tae San bertanya siapa orang yang sangat penting itu. Do Jin tak mengatakannya ia cuma senyum-senyum hihi.
Jam
sekolah usai, Yi Soo akan pulang tapi ia dikejutkan oleh seseorang yang
memakai kostum boneka beruang sedang membagikan balon ke sejumlah
siswanya. Yi Soo melarang kalau tak boleh berjualan di depan sekolah.
Siswanya bilang kalau dia bukan sedang berjualan, dia hanya memberikan
balon. Yi Soo jelas heran.
Kemudian
orang yang memakai kostum boneka beruang itu memberikan sesuatu pada Yi
Soo. Yi Soo menerimanya dan penasaran siapa dibalik kostum beruang ini.
Dia juga memberikan balon untuknya dan melambaikan tangan padanya
sebelum pergi.
Orang yang berada di dalam kostum pun pergi dan kelihatannya ia benar-benar sangat tak nyaman dengan kostum yang dipakainya.
Yi Soo membuka amplop yang baru saja diterimanya, sebuah undangan pameran Qualze Island. Ia pun berfikir keras.
Do
Jin berada di dalam mobilnya menyusuri jalan raya dengan peluh
membasahi tubuhnya. Ternyata yang di dalam kostum boneka beruang itu
dirinya hehe.
Se
Ra membantu Yi Soo memakai gaun untuk datang ke acara pameran Qualze
Island. Se Ra bertanya apa Yi Soo yakin kalau itu Do Jin. Yi Soo bilang
kalau ia sangat yakin, walaupun dia memakai kostum boneka beruang tapi
ia masih bisa merasakannya hehe.
Se Ra memuji kalau pinggul Yi
Soo bagus jadi gaun ini an terlihat cantik ketika Yi Soo memakainya.
Gaun ini dibuat hanya untukmu sahut Se Ra.
Yi Soo : “Apa aku benar-benar boleh memakainya? Kau bahkan tak bisa pergi.” (wahaha jadi itu pinjem ya)
Se Ra : “Memangnya pesta itu sangat penting? Pertandinganku jauh lebih penting. Jadi aku bisa segera menikah.”
Se Ra memuji kalau Do Jin sangat
romantis. Tapi Yi Soo sendiri merasa cemas. Se Ra berpesan lebih baik
Yi Soo menikmati saja pestanya dan juga harus tetap disana sampai lewat
jam 12 karena Cinderella ini sudah tak muda lagi. Yi Soo mengangguk dan
kembali berkaca melihat dirinya.
Meari
merengek-rengek ingin ikut ke pesta pameran dengan kakaknya tapi Tae
San melarang karena menurutnya ini bukan acara untuk anak-anak. Meari
kesal ia bukan anak-anak ia juga ingin menghadiri pesta itu.
Ada SMS masuk di ponsel Meari. Kartu kredit dari bank : ‘peringatan atas tunggakan kepada Meari’
Ohoho...
ternyata kartu kredit Meari nunggak. Ia cemas dan Tae San merebut
ponselnya. Meari marah kenapa kakaknya melihat ponselnya itu privasinya.
Tae San jelas marah, “Apa kau menunggak pembayaran kartu kreditmu?”
Meari bilang kalau jumlahnya tak banyak. Ia berjanji akan langsung
membayarnya begitu ia gajian. Tae San mendesah dan menyuruh adiknya
duduk. Meari cemas kenapa.
Tae
San mengambil sesuatu dari laci. Ia meletakkannya diatas meja sebuah
tiket pesawat. Meari bingung kenapa dengan tiket pesawat itu.
Tae San tak mengerti untuk apa
Meari bekerja kalau membayar kartu kredit saja tak bisa. Kalau adiknya
terus seperti ini, lebih baik kembali ke Amerika. Meari heran kenapa
kakaknya ini membesar-besarkan masalah sepele karena hal seperti ini
(nunggak bayar kartu kredit) sering terjadi pada kebanyakan orang.
Tae
San berkata kalau ia melihat Meari di makam Jung Ah. Ia melihatnya
sendiri jadi adiknya jangan mencoba menyembunyikan atau menyangkalnya.
Meari kaget dan mengaku salah tapi Tae San tak mau lagi mendengar, “Kau
benar-benar tak tahu apa kesalahanmu. Aku tak punya pilihan lain.”
Tae San meninggikan suaranya
bukankah ia sudah mengingatkan Meari berulang kali. Ia meminta Meari
segera mengemasi tas, ia sudah menghubungi Bibi yang di Amerika. Meari
memohon ia tak mau ke Amerika, “Kakak aku bersalah aku tak mau ke sana!”
Di
tempat pesta. Tae San menemani para tamu. Do Jin berdiri di pintu masuk
menunggu seseorang. Ia celingukan kesana-kemari gelisah menunggu.
Jung
Rok, Min Suk dan Yoon datang bersamaan. Jung Rok memuji penampilan Do
Jin terlihat tak buruk. Yoon menambahkan kalau penampilan Do Jin cukup
tampan. Ia memberi selamat. Do Jin menyuruh ketiganya untuk duduk karena
tempatnya sudah disediakan.
Staf Do Jin datang
menghampirinya dan mengatakan kalau semuanya sudah siap. Do Jin bisa
naik ke atas panggung setelah Presdir Qualze memperkenalkan Do Jin.
Dan
inilah Presdir Qualze, dia adalah orang yang ditemui Do Jin di
Chuncheon ketika kesana bersama Yi Soo. Ia pun memperkanalkan dua orang
bujangan yang membangun resort ini, Kim Do Jin dan Im Tae San.
Semua tepuk tangan, Do Jin dan Tae San memberi hormat pada tamu undangan kemudian keduanya melakukan tos.
Dan
inilah presentasi yang disampaikan Kim Do Jin. Ia mengatakan kalau
resor Qualze dirancang sebagai tempat dimana orang-orang bisa menikmati 4
musim kapan saja (wow keren)
Dan disela-sela presentasi Do
Jin, Yi Soo muncul di tengan-tengah kerumunan tamu undangan. Do Jin
melihatnya dan diam terpaku sejenak. Yi Soo tersenyum padanya. Do Jin
berusaha menguasai diri dan melanjutkan presentasi.
Riuh tepuk tangan menyambut setelah Do Jin menyelesaikan presentasinya dengan baik. Tak terkecuali Yi Soo.
Yi
Soo melihat Do Jin tengah sibuk berbincang dengan Presdir Qualze. Do
Jin melambaikan tangan memberi tanda agar Yi Soo menunggu sebentar.
Yi
Soo menyapa Min Suk dan Jung Rok. Min Suk jelas tak menyangka Yi Soo
ada disana, Jung Rok menebak apa Yi Soo dan Do Jin menjalin hubungan
lagi. Yi Soo tak menjawab ia cuma tersenyum. Min Suk bersyukur Yi Soo
dan Do Jin bersama lagi tapi ia heran kenapa Yi Soo bersama mereka
disini seharusnya Yi Soo bersama Do Jin.
Min Suk mengambilkan dua gelas
minuman dan memberikanya pada Yi Soo, “Pergilah! Sebelum wanita lain
merebutnya, cepat tangkap dia lebih dulu! Kelihatannya Presdir Kim
sangat populer.” Kata Min Suk. Yi Soo menerima dua gelas minuman itu dan
berterima kasih.
Yi
Soo mencari keberadaan Do Jin, ia celingukan kesana-kemari tapi tak
melihat sosok pria itu. Ternyata Do Jin juga sama mencari keberadaan Yi
Soo sambil membawa dua gelas minuman. Keduanya bertemu pandang dan
saling melempar senyum.
Karena keduanya masing-masing
membawa dua gelas minuman maka Do Jin dan Yi Soo bersulang dari kejauhan
meminum satu gelasnya. Setelah meneguk habis satu gelas keduanya saling
menghampiri.
Do
Jin mengamati penampilan Yi Soo dari atas sampai bawah, “Siapa yang
menyuruhmu berpenampilan begitu cantik? Kau hampir mengacaukan
presentasiku.”
Yi
Soo tersenyum dan berkata kalau presentasi Do Jin sangat bagus dan juga
sangat mengesankan. Keduanya kembali saling tersenyum dan meminum
minuman mereka.
Yoon
akan mengambil makanan ia berpapasan dengan Tae San keduanya terlihat
canggung. Yoon mengatakan kalau Jung Rok dan Min Suk juga ada disini.
Tae San bersyukur karena sudah lama sekali rumah tangga mereka tak damai
seperti ini. Ia bertanya apa Yoon sudah makan. Yoon bilang kalau ia
baru mau makan.
Yoon bertanya apa karena dirinya Meari
tak datang. Tae San tak menjawabnya ia minta maaf karena Meari sudah
sangat tak sopan datang ke makam Jung Ah. Ia sudah mengatakan pada Meari
agar berhenti mengganggu dan membuat Yoon kesal. Ia kembali minta maaf
atas semua itu. Yoon berkata kalau semua itu tak seburuk yang Tae San
bayangkan jadi ia berharap Tae San tak terlalu keras pada Meari.
Ponsel Yoon berdering, Meari yang
meneleponnya. Ia tak segera menjawab karena tak enak di depannya ada Tae
San. Tae San menebak apa itu dari Meari. Yoon mengiyakan. Tae San heran
kenapa Yoon tak menyangkal saja kalau itu bukan dari Meari. Yoon
berkata bagaimana mungkin ia berbohong pada Tae San. Tae San menyuruh
Yoon menjawabnya karena pasti ada sesuatu yang ingin disampaikan Meari
pada Yoon dan mungkin juga ada sesuatu yang ingin Yoon sampaikan pada
Meari.
Yi
Soo masih bersama dengan Do Jin. Pandangannya beralih ke bawah, ia
melihat sepatu yang Do Jin kenakan ternyata bukan sepatu pemberiannya.
Raut wajahnya menunjukkan kekecewaan.
Do Jin memperhatikan sikap Yi
Soo yang tiba-tiba berubah, ia bertanya kenapa Yi Soo datang terlambat.
Yi Soo minta maaf karena ia terlalu lama bercermin. Do Jin mengartikan
pernyataan Yi Soo ini, menurutnya ada pria yang menarik perhatian Yi Soo
disini. Ia pun bertanya siapa pria itu.
Yi
Soo tak menanggapi malah memberanikan diri bertanya kenapa Do Jin tak
memakai sepatu itu hari ini. Do Jin malah balik bertanya, “Sepatu apa?
Apa sepatu yang kubelikan?”
Yi Soo bingung, “Bukankah aku... dua hari yang lalu...”
“Dua hari yang lalu? Ah, apa aku mengatakan hal yang bodoh lagi?” tanya Do Jin.
Tatapan Yi Soo berubah menjadi
kecemasan, jangan-jangan.... Do Jin mengiyakan, “Aku kehilangan memoriku
beberapa hari terakhir ini.” Yi Soo heran apa Do Jin tak mendengarkan
rekaman karena disana ada banyak kenangan. Do Jin mengatakan kalau ia
juga kehilangan recordernya. “Kau... apa mengatakan sesuatu yang penting
padaku?”
Yi Soo tak tahu harus bilang
apa, “Bagaimana? Tidak bagaimana? Lalu kenapa kau mengundangku? Apa yang
di dalam boneka beruang itu bukan kau?” Do Jin malah balik bertanya,
“Memangnya aku mengundangmu?”
Yi Soo : “Lalu menurutmu kenapa aku datang kesini hari ini?”
Do
Jin : “Apa karena kau merindukanku? Sebenarnya ada apa dengan sepatu?
Jangan-jangan... apa kau memberinya sebagai hadiah untukku?”
Yi Soo kecewa dan bilang kalau Do Jin tak perlu tahu. Do Jin setengah tersenyum dan berkata kalau ia benar-benar penasaran.
Presdir
pemilik resor Qualtz menyapa Do Jin. Ia mendengar kalau Do Jin pintar
bermain drum. Do Jin tersenyum dan bertanya siapa yang bilang ia
mengatakan kalau permainannya belum selevel dengan pemain drum
profesional. Presdir Qualtz meminta Do Jin mencobanya dulu, bagus atau
tidak itu tak masalah karena ini hanya untuk bersenang-senang.
Do Jin memberi tahu Yi Soo kalau
ia akan bermain drum. Ia minta Yi Soo mendekat dan memperhatikan
baik-baik. Yi Soo diam saja dan mendesah kesal.
Park
Min Suk melihat suaminya tengah berbincang dengan seorang wanita.
Keduanya tampak senang dan tertawa-tawa. Ia menahan marah jelas ini
karena ia cemburu. si wanita itu pergi, Min Suk menghampiri suaminya dan
bertanya siapa wanita tadi apa Jung Rok tak ingin mengenalkan wanita
itu padanya.
Jung Rok mengatakan kalau wanita
itu hanya bertanya dimana tempat parkir jadi kenapa ia harus
mengenalkan wanita itu pada istrinya. Min Suk jelas tak percaya ia akan
bertanya pada wanita itu langsung.
Benar saja ia pun bertanya pada
wanita itu apa yang ditanyakan wanita itu pada pria yang ada disana.
Wanita itu mengatakan kalau ia tadi bertanya dimana tempat parkir.
Wanita itu pergi Min Suk terdiam karena ia sudah berfikiran negatif
tentang suaminya.
Jung
Rok merangkul istrinya dan bergumam apa sebesar itu rasa suka Min Suk
terhadap dirinya. Apa yang dikatakan wanita tadi apa dia mengatakan
sesuatu yang tak masuk akal. Min Suk berkata kalau yang paling tak masuk
akal sekarang adalah dirinya.
Dan
inilah aksi Kim Do Jin bermain drum (mikir-mikir dulu nih coz irama
lagunya mirip sama lagunya Krisdayanti – Pilihlah aku jadi pacarmu)
Yi
Soo memperhatikan permainan drum Do Jin dengan perasaan kesal karena Do
Jin tak mengingat kejadian ketika ia memberikan sepatu.
Karena sudah terlanjur kesal Yi
Soo tak menikmati permainan musik yang dimainkan Do Jin dkk. Ia pun
meninggalkan tempat dan pergi begitu saja. Do Jin jelas heran melihatnya
tapi ia tetap meneruskan permainannya sampai selesai. Yi Soo pergi
meninggalkan gedung tempat acara berlangsung.
Permainan
musik Do Jin dkk selesai dan mendapat tepuk tangan. Do Jin dkk berdiri
di depan memberi hormat pada semuanya dan lihat oh oh.. sepatu pemberian
Yi Soo dipakainya. Do Jin segera lari keluar menyusul Yi Soo, tapi
sayang wanita itu sudah pergi. Ia celingukan tapi tak menemukannya.
Yi
Soo di rumah menangis meraung-raung marah sambil mengemasi pakaian dan
memasukannya ke koper, “Kenapa dia tega melakukan ini? Kenapa dia tega
melakukan ini padaku? Huhuhu.... aku sudah mengatakan padanya dengan
jelas ketika aku memberinya sepatu itu hohoho.. ketika cuaca cerah.
Sudah selesai. Selesai. Hohoho... memangnya kau siapa berani
menyimpulkan kalau aku menyukaimu setengah mati? Brengsek!”
Yi
Soo terus menangis (nangisnya bikin ketawa haha) Do Jin meneleponnya.
Yi Soo marah-marah memandang ponselnya, “Aku tak mau menjawab dasar
brengsek. Dasar orang jelek. Huhuhu... aku mau pergi!”
Yi
Soo mengendarai mobilnya. Ia melewati kafe dimana kemarin ia janjian
bertemu dengan dua kakak beradik anak tiri ibunya dan disana Do Jin dan
ketiga temannya datang. Ia menatap sinis kafe itu, “Apa? Kakak yang
mencintai Seo Yi Soo. Apa kau tahu apa itu cinta?”
Yi
Soo berhenti di depan kafe dan menemui kasir wanita yang kemarin. Yi
Soo ingin meminta video yang kemarin. Si kasir bertanya kenapa, apa Yi
Soo membutuhkan video itu untuk barang bukti atau untuk apa. Yi Soo
bilang kalau ia ingin mengutuknya.
Yoon menunggu Meari di tempat keduanya pernah janjian dulu. Yoon mengingat ketika ia mengusap rambut Meari di tempat ini.
Meari
datang dan tersenyum pahit menatap Yoon. Yoon bertanya apa Tae San
memarahi Meari, apa Tae San marah besar. Meari mengatakan kalau karena
itulah ia diusir dari Korea. Meari memberi tahu kalau kakaknya menyuruh
dirinya pergi ke Amerika bahkan kakaknya sudah membelikan tiket pesawat
untuknya. Ia melihat kalau kakaknya ini sungguh-sungguh dengan
keputusannya. Meari berkata kalau ia sengaja datang kesini janjian
dengan Yoon untuk bertanya yang terakhir kalinya, apa benar-benar tak
bisa. Yoon diam.
Meari meninggikan suaranya, kenapa tak
bisakah Yoon melawan kakaknya. Tak bisakah Yoon menyingkirkan
persahabatan dengan kakaknya.
“Pergilah!” Yoon menyuruh Meari
pergi ke Amerika. Meari dengan tegas menolak pergi, ia ingin Yoon
mempertahankannya supaya tetap tinggal.
Meari mulai menangis, “Bagaimana mungkin aku pergi? Kalau aku pergi sekarang kita tak akan pernah saling melihat lagi.”
Yoon : “Dasar gadis ini, sudah kubilang bicaralah yang sopan padaku!”
Meari : “Kakak mengatakannya karena tak ada yang bisa kakak katakan,”
Yoon : “Inilah yang ingin kukatakan, apa kau tahu usia kita terpaut sangat jauh?”
“Aku
tahu. Kubilang aku tahu kan? Aku... mencintai Kakak. Kakak, kau lah
tujuan hidupku. Aku sangat menyukaimu. Tolong pertahankan aku!” Meari
menangis keras.
Yoon berkata kalau di dunia ini tak
ada orang yang lebih memperhatikan Meari daripada Tae San. Kalau Tae San
menyuruh pergi maka Meari harus patuh karena Tae San tahu apa yang
terbaik untuk Meari. Ia berpesan agar Meari belajar yang baik begitu
tiba disana, ia juga berpesan agar Meari menjaga diri. Yoon pergi
meninggalkan Meari yang terus menangis.
“Baiklah.
Kubilang baiklah. Dengarkan aku sekali lagi. Dengarkan apa yang
kukatakan sebelum kakak pergi!” Pinta Meari membuat Yoon menghentikan
langkahnya membelakangi Meari.
“Aku tak bisa menjamin kalau aku
bisa melupakan kakak. Tapi kalau aku tak bisa, kalau aku benar-benar
tak bisa, Kakak pergi dan lupakanlah aku!”
Mata
Yoon berkaca-kaca. Ia tak kuasa menahan air matanya, persaannya sedih
mengetahui kalau Meari akan berada jauh darinya. Meari mengucapkan
selamat tinggal dengan perasaan sedih. Yoon mendengarnya dengan perasaan
terluka dan air mata yang menetes deras. Tapi ia tak menunjukan air
matanya di depan Meari, ia berlalu meninggalkan Meari yang terus
menangis keras.
Yoon
sampai di kamarnya, ia tak tahu apa yang harus dilakukan dan keputusan
apa yang harus ia ambil. Air matanya terus menetes deras menyadari kalau
Meari akan pergi lagi dari sisinya. Hatinya semakin terluka. Yoon
berusaha menahan kesedihannya tapi itu membuat dadanya semakin terasa
sesak dan air mata yang terus mengalir deras.
Yi
Soo mabuk di sebuah kamar hotel. Ia sudah menghabiskan dua botol
minuman dan akan minum lagi. Ternyata Yi Soo membawa banyak minuman di
kopernya. Ia meminum semua itu untuk melampiaskan kekesalan sekaligus
kekecewaannya. Yi Soo membongkar pakaian yang dibawanya, setelah tahu
kalau yang dibawa hanya pakaian atasan ia mengumpat dirinya sendiri. Ia
pun kembali meminum minumannya.
Yi
Soo melihat rekaman yang ia dapatkan dari kasir kafe tadi. Ia kembali
memutar rekaman dimana Do Jin mengatakan kalau Do Jin adalah kakak yang
mencintai Seo Yi Soo.
Yi Soo berteriak marah,
“Berhenti membodohiku brengsek. Apa ini cinta? Berhenti. Pergilah dari
hidupku!” Yi Soo melempar ponselnya ke tempat tidur.
Do
Jin mencari Yi Soo ke rumah. Se Ra heran kenapa Do Jin mencari Yi Soo
ke rumah karena yang ia tahu Yi Soo datang ke pesta, apa Do Jin tak
bersama Yi Soo tadi. Do Jin mengatakan kalau tadi ia bermaksud memberi
Yi Soo kejutan dan membuat sedikit lelucon tapi Yi Soo pergi tanpa
melihat bagian akhirnya (hoho jadi Do Jin tadi pura-pura)
Do Jin juga mengatakan kalau Yi
Soo tak menjawab panggilan teleponnya. Ia mengira Yi Soo akan menjawab
kalau Se Ra yang menelepon. Se Ra menyahut kalau Yi Soo pasti sudah
membesar-besarkan masalah lagi, ia pun segera menghubungi Yi Soo. Se Ra
melihat sepatu yang dikenakan Yi Soo ada di rumah. Ia menebak kalau tadi
Yi Soo pasti pulang ke rumah.
Se
Ra bertanya dimana Yi Soo. Ia mendengar suara Yi Soo yang kacau dan
menebak kalau Yi Soo sedang minum-minum, “Kata Kim Do Jin kau menghilang
dia mencarimu kemana-mana.”
Dengan suara yang sudah mabuk Yi
Soo bertanya untuk apa Do Jin mencarinya, “Di kota tepi danau indah ini
haruskah aku mendengar nama si brengsek itu? aku sedang dalam
perjalanan perpisahan.”
Se Ra tak mengerti danau apa dan
Yi Soo pun menutup teleponnya. Se Ra mengatakan pada Do Jin kalau Yi
Soo sedang dalam perjalanan perpisahan di sebuah kota tepi danau. Ia
bertanya apa Do Jin tahu dimana itu. Do Jin berfikir sejenak dan ia tahu
dimana tempat itu, Chuncheon. Ia sadar kalau mobil Yi Soo tak ada dan
pasti Yi Soo menyetir kesana.
Do
Jin sampai di tempat parkir sebuah hotel di Chuncheon. Ia mengamati
setiap mobil disana siapa tahu ada mobilnya Yi Soo. Ia pun melihat mobil
Yi Soo terparkir disana. Do Jin bergumam, “Sepertinya aku tak boleh
membiarkannya menyetir, Ny Seo-ku!”
Do
Jin ke resepsionis menanyakan tamu yang bernama Seo Yi Soo apa ada di
daftar tamu karena ia melihat mobilnya di tempat parkir. Tapi petugas
resepsionis menolak memberi tahu siapa tamu yang menginap di hotel
karena itu privasi.
Do
Jin menunjukan foto Yi Soo yang tersimpan di dompetnya. Petugas itu
bilang kalau wanita itu cantik tapi yang namanya kebijakan hotel tetap
tak boleh dilanggar. Do Jin berkata apa petugas itu tak percaya padanya,
ia pun minta maaf dan akan menunggu sampai Yi Soo keluar sendiri.
Do
Jin menunggu Yi Soo di lobi hotel. Ia berusaha menghubungi Yi Soo tapi
ponselnya tak aktif. Mata Do Jin tetap terjaga mengamati siapa saja yang
keluar dari lift. Sampai hari mulai terang Yi Soo tak juga muncul.
(bosan, ngantuk, lelah campur aduk menjadi satu donk ya)
Sampai
akhirnya Do Jin melihat Yi Soo keluar dari lift dengan langkah gontai
menuju meja resepsionis. Ia tersenyum menatap Yi Soo dan akan
menghampirinya tapi ia terkejut karena ada seorang pria bersama Yi Soo
membawakan barang-barang dan masuk lift bersama. Do Jin menatapnya
curiga.
Do
Jin langsung bergegas ke tempat parkir dan disana pria itu naik mobil
bersama Yi Soo. Pria itu bahkan membukakan dan menutup pintu mobil untuk
Yi Soo. Do Jin jelas kesal campur cemburu. keduanya pergi dari tempat
parkir, Do Jin pun segera masuk ke mobil dan mengikuti mereka.
Mobil
Yi Soo sampai disebuah tanah lapang. Mobil Do Jin ikut berhenti disana
tak jauh dari mobil Yi Soo. Yi Soo dan pria itu keluar dari mobil. Do
Jin mengamati keduanya penuh kecurigaan. Yi Soo memberikan sejumlah uang
ke pria tadi dan saling membungkuk memberi hormat tanda terima kasih,
kemudian pria itu pergi. Melihat itu Do Jin tertawa ternyata pria itu
hanya menjadi supir pengganti untuk Yi Soo. Ia heran berapa banyak
sebenarnya yang diminum Yi Soo sampai tak bisa menyetir sendiri seperti
ini.
Yi
Soo berjalan menyusuri tempat yang dulu pernah ia kunjungi bersama Do
Jin. Do Jin mengikutinya dari belakang. Yi Soo berjalan lemas, “Dasar
brengsek. Apa kau pikir aku ke sini untuk mengingat kenangan bodoh
bersamamu? Lucu sekali.”
Ponsel
Yi Soo berdering, Meari yang menelepon. Meari bicara dengan nada sedih
dan karena terlalu banyak minum Yi Soo sendiri hampir muntah. Meari
bertanya dengan suara sedih bagaimana caranya mengetahui kalau cinta
sudah berakhir. Yi Soo kaget karena hal yang ditanyakan Meari itu yang
ia alami sekarang. Ia bertanya siapa yang menyuruh Meari meneleponnya
sekarang bagaimana Meari tahu kalau hal itu ia juga sedang mengalaminya.
Meari hampir menangis ia mengatakan
kalau ia dan Yoon sudah benar-benar putus dan berakhir. Yi Soo pun ikut
sedih ternyata Meari juga bernasib seperti dirinya. Meari mulai
menangis, “Guru aku masih tak mempercayainya.”
Yi Soo mendesah pelan karena ia
pun belum mempercayai apa yang di alaminya. Ia melihat sekeliling tempat
yang pernah ia datangi bersama Do Jin. Terlintas dalam benaknya
kebersamaannya dengan Do Jin di tempat itu, “Sekarang kau juga ingin
menangis kan?”
“Ya...” jawab Meari sambil menangis.
“Kenangan yang ada semakin jelas kan?”
“Ya....” Meari terus menangis.
“Dan kau merindukannya setengah mati kan?”
“Ya....”
“Kalau
begitu memang sudah berakhir. Orang-orang menyebutnya sebagai
perpisahan yang pedih. Tapi sebenarnya kita dicampakkan.” Kata Yi Soo
pelan. Suara tangis Meari semakin menjadi. Keduanya menutup telepon
menangisi nasib masing-masing.
Yi Soo mulai mengumpat lagi, “Dasar brengsek. Brengsek kalian semua. Kim Do Jin kau brengsek!” teriak Yi Soo.
Do Jin berjalan mendekat ke arah
Yi Soo. Ia kini berdiri di samping Yi Soo, “Lebih baik kau maki aku di
depanku. Kenapa kau memaki di belakangku?”
Yi
Soo menoleh dan kaget bukan main, sampai-sampai saking kagetnya ia
terjatuh terduduk. Ia terpacaya dengan apa yang dilihatnya. Ia mengira
kalau ia berhalusinasi karena minum terlalu banyak.
Do
Jin tersenyum memandang Yi Soo dan mengulurkan tangan untuk membantu Yi
Soo berdiri. Yi Soo masih berfikiran kalau itu hanya halusinasinya.
Tapi berulang kali ia menggeleng-gelengakan kepala Do Jin tetap berdiri
di depannya tersenyum sambil mengulurkan tangan padanya.
Yi
Soo diam saja masih tak percaya dengan yang dilihatnya. Do Jin terpaksa
menarik Yi Soo untuk berdiri dan membersihkan kotoran yang menempel di
baju Yi Soo karena terjatuh tadi. Yi Soo masih terdiam sambil memandang
Do Jin. Do Jin bergumam kalau wanita ini kelihatannya selalu bemasalah
dengan pantatnya.
Do
Jin : “Aku Kim Do Jin mempunyai anak berumur 19 tahun, masa lalu yang
rumit dan pacar yang tak terhitung jumlahnya. Aku bukan pria yang baik.
Kalau kau tak keberatan dengan pria sepertiku, mau-kah kau pacaran
denganku?”
Yi Soo mulai sadar kalau yang
ada di depannya ini benar-benar Do Jin, “Pacaran apa maksudmu? Tidak
mau! Aku tak mau pacaran sialan apapun lagi. Aku mau menghabiskan
hidupku sendirian.”
Yi
Soo akan pergi tapi kemudian langkahnya terhenti dan berbalik lagi
menatap sepatu yang dikenakan Do Jin. Ia melihat sepatu pemberiannya
dipakai oleh Do Jin, “Sepatu itu....” Do Jin mengatakan kalau ia juga
memakainya ketika menabuh drum. Yi Soo tak paham apa maksud Do Jin.
Do Jin : “Ketika kukatakan aku
kehilangan memoriku, sebenarnya aku berbohong. Sebenarnya aku ingin
memberi kejutan padamu diatas panggung makanya aku berbohong. Siapa
sangka kau tak bisa menunggu bahkan sebentar saja? Dan kau benar-benar
pergi.”
“Benarkah?” Yi Soo masih tak percaya.
Do
Jin : “Kalau tidak untuk apa aku jauh-jauh datang kesini? Kemarin aku
memperlakukanmu dengan lembut, menurutmu apa itu tak aneh?”
Yi Soo hampir menitikan air mata
tapi ia tiba-tiba membentak keras, “Hei Kim Do Jin kau mau mati ya?” Yi
Soo pun menangis keras, “Kenapa kau membuat lelucon seperti itu pada
orang bodoh sepertiku? Meskipun kau memberitahuku aku juga tak akan
mengerti. Semalaman aku sangat... huhuhu....”
Do
Jin menyadari kesalahannya dan langsung memeluk Yi Soo, “Aku minta
maaf.” Ucapnya. Yi Soo menangis keras dan berpesan lain kali Do Jin
harus memberi tahunya. Do Jin berjanji lain kali ia akan melakukannya ia
benar-benar minta maaf. Yi Soo terus menangis, “Kau datang memakai
sepatu itu,”
Do
Jin mencium sesuatu di tubuh Yi Soo yang sangat menyengat ia pun
menutup hidungnya hehe. “Berapa banyak sebenarnya yang kau minum?” Yi
Soo ngamuk-ngamuk memukul di pelukan Do Jin dan berkata kalau ia minum
karena Do Jin. Yi Soo memuji sambil menangis kalau sepatunya sangat
bagus.
Do Jin : “Melihat siapa yang memberikannya bagaimana mungkin tak bagus? Dan aku memakainya.”
“Kau
berisik sekali dasar brengsek!” kata Yi Soo terus menangis. Do Jin
tersenyum. Yi Soo terus menangis, keduanya terus berpelukan erat.
Park
Min Suk keluar dari ruangan dokter kandungan dengan wajah tampak sedih.
Terdengar suara dokter tadi berkata padanya, ‘Walaupun peluang
kehamilan menurun seiring bertambahnya usia tapi itu bukanlah persoalan
yang penting karena kondisi setiap orang berbeda-beda, semangatlah!’
Min Suk duduk di bangku dekat
ruangan dokter ia melamun sendirian. Tiba-tiba ada seseorang yang duduk
di dekatnya. Min Suk geser sedikit tanpa menoleh siapa yang duduk di
sampingnya yang ternyata Jung Rok, suaminya.
Min
Suk jelas terkejut melihat Jung Rok ada disana. Jung Rok menggenggam
tangannya kemudian meraih kepala Min Suk agar bersandar di dadanya. Ia
berkata seharusnya mereka pergi bersama dan ia pun bertanya apa yang
dikatakan dokter. Min Suk mengatakan kalau keduanya harus tetap
berharap. Jung Rok membenarkan bukankah ia sudah bilang tapi Min Suk tak
pernah mempercayai ucapannya malah lebih percaya apa perkataan dokter.
Min Suk menyangkal kalau ia juga tak mempercayai perkataan dokter, tapi
menurutnya berharap adalah sesuatu yang hanya dilakukan saat sudah tak
ada harapan.
Jung Rok berkata bukan. Mereka pasti
bisa punya anak. “Kalau saja aku tak diusir dari rumah kita pasti sudah
punya anak. Karena itu, meskipun kau membenciku setidaknya izinkan aku
tidur di rumah. Meskipun kau membenciku, kau harus tetap selalu tidur
denganku!”
Min
Suk mengatakan kalau akhir-akhir ini ia tak membenci Jung Rok. Jung Rok
tahu itu ia juga akhir-akhir tak takut pada Min Suk. Min Suk menatap
tajam suaminya, “Kau tak takut padaku?” Jung Rok terbata-bata
menjawabnya, mulai besok katanya.
Jung Rok mengajak istrinya pulang.
Keduanya berdiri, Min Suk mengingatkan lebih baik Jung Rok itu takut
padanya kalau tidak bagaimana mungkin ia bisa membuat Jung Rok hidup
dengannya.
Jung
Rok : “Segalanya. Mulai sekarang akan kuberikan segalanya untukmu dari
ujung kepala sampai ujung kaki. Hanya kalau kau bersedia menerima,
hatiku juga akan kuberikan padamu.”
“Pertama-mari kita mulai dengan
bergandengan tangan,” Jung Rok mengulurkan tangan Min Suk masih
ogah-ogahan. Jung Rok tersenyum dan meraih kedua tangan istrinya
kemudian ia memeluknya erat-erat.
Tae
San dan Se Ra makan bersama di restouran. Tapi Tae San tampak melamun
tak nafsu makan. Se Ra memperhatikan kegalauan Tae San dan bertanya apa
Tae San tak selera makan kalau seperti ini kenapa Tae San mengajaknya
makan di luar. Tae San berkata kalau Se Ra harus makan karena Se Ra
seorang atlit jadi Se Ra tidak boleh tidak makan. Se Ra penasaran apa
ada sesuatu yang terjadi. Tae San mengatakan kalau ada masalah keluarga.
Ia akan menceritakannya pada Se Ra ketika Se Ra sudah menjadi anggota
keluarganya.
Tae San ingat bukankah ada hal yang
ingin Se Ra sampaikan padanya. Se Ra meminta Tae San memberi tahu nomor
rekening karena ia akan membayar hutangnya walaupun belum semua paling
tidak separuhnya. Tae San tanya dari mana Se Ra mendapatkan uang. Se Ra
mengatakan kalau ia menjual rumahnya. Tae San jelas terkejut kenapa Se
Ra melakukannya. Se Ra berkata kalau semuanya bisa Tae San tanyakan pada
agensinya, ia melihat jam tangan dan berkata kalau ia harus pergi ke
agen penjualan untuk tanda tangan kontrak.
Tae
San ingin tahu apa Se Ra sekarang sangat sedih. Se Ra berusaha
tersenyum dan berkata kalau sekarang perasaannya campur aduk, “Aku lebih
suka mengatakannya dengan 2 langkah maju, 1 langkah mundur.” Tae San
setuju ia akan menerima uangnya.
Tae San mengatakan kalau ia akan
melakukan perjalanan bisnis ke Chuncheon. Se Ra heran memangnya ada
yang bagus disana karena kemarin Yi Soo juga pergi ke Chuncheon. Tae San
meminta Se Ra menunggu sampai ia selesai menata semuanya dan mereka
berdua juga akan melakukan perjalanan ke sana.
Se Ra tersenyum dan bersyukur
untungnya ia memutuskan untuk tidak putus dengan Tae San. Tae San
menyerahkan kunci mobil tapi Se Ra tak mau menerimanya, tunggu sampai ia
membayar semuanya setelah itu Tae San boleh mengembalikan mobilnya.
Se Ra : “Apa kau pikir aku orang yang
mudah mengubah gaya hidupku hanya karena seorang laki-laki? Kalau kau
benar-benar mencintaiku jangan mengasihaniku, semangatilah aku.”
Tae San tersenyum, “Kau luar biasa Hong Se Ra!” Tae San menggenggam tangan Se Ra menatapnya dan tersenyum.
Do
Jin memapah Yi Soo yang masih mabuk ke kamar. Yi Soo menyanyi-nyanyi
tak karuan. Do Ji membaringkannya ke tempat tidur. Ia heran kenapa Yi
Soo semakin mabuk saja. Yi Soo bergumam tak karuan, “Ah bagusnya ini
kamarku dan aku sudah di rumah bersama dengan Kim Do Jin.”
Do Jin meminta Yi Soo tidur saja
karena Yi Soo tak bisa tidur nyenyak di mobil. Do Jin akan keluar kamar
tapi Yi Soo melarang, “Kau mau kemana? Cepat datang kesini!” kata Yi
Soo membuka kedua tangannya agar Do Jin menghampirinya ke tempat tidur.
haha.
Yi
Soo menarik Do Jin tiduran di sampingnya, “Aku akan menepuk-nepukmu
sampai kau tertidur,” Ucap Yi Soo. Yi Soo memejamkan matanya sambil
menepuk-nepuk Do Jin. Do Jin juga melakukan hal yang sama. Lama-kelamaan
Yi Soo sendiri terlelap. Yi Soo terlihat sangat nyaman tidur di samping
Do Jin.
Keduanya terlihat memejamkan mata bersama. (aih nyaman banget deh liat scene ini hihi)
Yi
Soo terbangun dan merasakan sakit di kepalanya. Perlahan ia membuka
mata dan terkejut melihat Do Jin tidur di sampingnya sambil memeluk
dirinya. Yi Soo berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi. Sadar kalau
ia sudah melakukan sesuatu yang memalukan ia berusaha untuk menyingkir.
“Bulu matamu menggelitik wajahku.” sahut Do Jin sambil tetap memejamkan matanya. “Apa kau mau terus berkedip-kedip seperti itu?”
Sadar
kalau ia sudah ketahuan Yi Soo pura-pura ngelindur dan kembali
memejamkan mata sambil membalikkan tubuh membelakangi Do Jin. Do Jin
membuka matanya. “Aku tahu kau sudah bangun,” kata Do Jin. Yi Soo
sedikit melirik ke belakang dan bergumam pura-pura ngelindur, “Aku belum
bangun.”
Do Jin langsung memeluk Yi Soo. Yi Soo jelas terkejut dan membuka mata tapi ia masih membelakangi Do Jin.
Do Jin : “Kalau kau merasa malu pura-pura tidur saja. Dengarkan aku saat kau pura-pura tidur!”
Pelukan
Do Jin semakin erat, “Karena pura-pura tak mencintaimu padahal aku
mencintaimu, aku minta maaf. Karena pura-pura merasa sanggup putus
denganmu padahal sebenarnya aku tak sanggup, aku minta maaf. Karena
membiarkanmu menangis terus-menerus, aku minta maaf. Hari ini akan
menjadi hari terakhirku mengatakan ‘aku minta maaf’. Mulai hari ini aku
hanya akan mengatakan ‘aku mencintaimu’. Aku mencintaimu. Aku
mencintaimu Seo Yi Soo.”
Yi Soo terdiam mendengar apa yang
diucapkan Do Jin. Do Jin pamit ia harus ganti baju dan berangkat kerja.
Do Jin melepas pelukannya dan bangkit dari tempat tidur Yi Soo
pelan-pelan.
Terdengar
suara pintu Yi Soo langsung bangkit dan mengumpat dirinya sendiri. Ia
mencium tubuhnya yang penuh dengan aroma alkohol. Ia mewek-mewek karena
biasanya Do Jin pergi diam-diam ketika ia tidur tapi kenapa kali ini Do
Jin harus memeluknya dari belakang.
Dan
ternyata Do Jin masih berada di kamar Yi Soo hahaha. Yi Soo jelas kaget
karena ia mengira Do Jin sudah keluar dari kamarnya. Do Jin tersenyum
berusaha menahan tawa.
Yi
Soo langsung merebahkan badannya kembali pura-pura ngelindur. Do Jin
berkata “Aku hanya pura-pura mendengarkan saat kau berbicara dalam
tidurmu.”
Do Jin keluar dan menutup pintu
kamar Yi Soo. Setelah Do Jin benar-benar keluar Yi Soo menutup tubuhnya
dengan selimut saking malunya. Terdengar suara pintu kamarnya terbuka,
Yi Soo panik dan membuka selimutnya ternyata itu Se Ra. Yi Soo menarik
nafas lega.
Se
Ra heran kenapa Yi Soo tak mengantar Do Jin keluar, apa Yi Soo terlalu
sibuk memakai baju kembali (wekeke emang menurut Se Ra keduanya abis
ngapain haha) Yi Soo bilang bukan begitu, ia bertanya apa Do Jin sudah
benar-benar pergi. Se Ra menyampaikan kalau Do Jin sudah pergi tapi ia
mencium aroma tak enak di kamar Yi Soo. Yi Soo kembali mewek-mewek,
“Karena itulah apa yang harus kulakukan? Memalukan sekali.”
Se Ra meminta Yi Soo sadar. Ia
memberi tahu kalau ia sudah menandatangani kontrak dan rumah ini sudah
terjual. Yi Soo kegat secepat itu rumah ini terjual. Se Ra menyarankan
mulai besok lebih baik Yi Soo mencari rumah baru. Yi Soo masih tak
percaya, ia mengamati sekeliling kamar yang akan ia tinggalkan.
Do
Jin bersama stafnya merancang bangunan. Ia menyeduh suplemennya. Do Jin
memberi beberapa saran pada anak buahnya tentang rancangan yang sedang
mereka kerjakan.
Staf
Do Jin menebak apa Presdirnya ini baru mengalami kejadian yang
membahagiakan karena beberapa hari ini terlihat begitu depresi. Do Jin
bertanya memangnya ada yang membahagiakan di tempat kerja, “Kalau kalian
semua seperti ini...” staf-nya langsung paham dan mengkerut tak
bertanya lagi. hehe.
Do Jin bertanya apa Presdir Im
Tae San masuk kerja hari ini. Staf wanitanya mengatakan kalau Tae San
pergi ke Chuncheon, katanya ingin memandu tamu VVIP. Do Jin heran apa
Tae San sendirian.
Tae San sibuk memandu tamu VVIP menjelaskan konsep desainnya (weheh sorry aku ga tulis apa yang disampaikan Tae San ckckck)
Meari
menemui Jung Rok di Mango Six membawa sebuah tas. Jung Rok mengaku
kaget kalau ada tas seperti yang Meari bawa. Ia menebak apa Meari
memutuskan untuk kabur dari rumah, kalau mau kabur lebih baik
sembunyikan hal ini darinya dan jangan pernah memberi tahu dirinya
dimana Meari akan tinggal. Kalau tak begitu misal Tae San tahu Meari
kabur ia pasti akan memberi tahu Tae San.
Meari mengatakan kalau tas ini untuk
kakaknya. Katanya dia melakukan perjalanan bisnis ke Chuncheon tapi
kakaknya tak membawa pakaian atau perlengkapan mandi sama sekali. Jung
Rok mengerti jadi apa Meari memintanya untuk mengantar semua ini pada
Tae San. Meari mengangguk. Jung Rok heran sejak kapan Meari peduli pada
kebersihan Tae San.
Meari berkata kalau kakaknya melakukan
perjalanan bisnis itu karena dia sedang marah padanya dan ia merasa
bersalah, “Walaupun Kak Min Suk tak ingin aku menjadi mata-matanya lagi
tapi kami masih berhubungan.”
Jung Rok : “Hei kakak perempuanmu itu dan aku berhubungan dan juga kalau aku pergi siapa yang akan menjaga kafe?”
Manajer
kafe menawarkan kalau ia bersedia menjaga kafe. Jung Rok ngomel-ngomel
memangnya ia menggaji agar manajer kafe menjaga kafe saja, “Aku
menggajimu supaya kau bisa mendukungku.”
“Aku selalu mendukung wanita.” sahut Manajer kafe. Meari senang dan memuji kalau manajer kafe-nya ini yang terbaik.
Meari memohon agar Jung Rok
pergi sekali ini saja dan juga ini permintaan terakhirnya. Jung Rok
bertanya apa Meari yakin kalau ini permaintaan terakhir. Meari berkata
ya karena nanti pasti tak akan ada satu kesempatan sekalipun. Jung Rok
heran apa Meari mau berhenti kerja dari sini.
Jung Rok pun menyanggupi membawakan
perlengkapan pakaian dan mandi Tae San. Ia pergi ke hotel dimana Tae San
menginap. Ia melewati pintu tempat parkir dan membuat bagian atas
mobilnya kotor.
Jung
Rok mengingatkan bukankah Meari masih memikirkan Tae San, “Untuk gadis
berusia 24 tahun apa baiknya seorang kakak menghalangi cinta adik
perempuannya? Dia sudah membantumu menyiapkan semua ini. Wajahnya sangat
sembab, entah sudah berapa lama dia menangis. Hanya ada kita berda
disini, ceritalah padaku. Kenapa tak boleh Yoon?”
Tae San kesal Jung Rok membahas
masalah ini, apa Jung Rok tak akan pulang. Jung Rok terus membicarakan
masalah ini, “Ketika aku memikirkan Yoon kuharap dia dan Meari akan
berakhir bahagia. Tapi ketika aku memikirkanmu, kuharap meraka tak akan
jadian.”
Tae San meminta Jung Rok memikirkan saja diri Jung Rok sendiri, perlakukanlah Min suk dengan baik.
Jung
Rok : “Tapi Yoon adalah pria yang cukup baik. Walaupun aku tak tahu
siapa yang akan ditemui Meari kelak, tapi pasti dia tak akan bisa
menemukan yang lebih baik daripada Yoon.”
Tae
San : “Apa kau pikir aku tak tahu? Kenyataan bahwa aku menentang Yoon
sudah membuatku marah. Kenyataan bahwa aku harus menentang pria seperti
Yoon membuatku sangat sedih.”
Jung Rok mendesah pelan ia bisa
melihatnya. Ia minta maaf karena tak bisa melegakan hati Tae San. Dalam
hal ini ia tak bisa memihak siapapun, ia juga tak tahu apa yang harus ia
katakan. Tae San menyarankan lebih baik teman-temannya mendukung Yoon
karena dalam pertarungan ini Yoon yang paling lemah.
Jung Rok : “Kenapa?”
Tae San : “Karena Yoon.... sudah jatuh cinta!”
Tae San : “Karena Yoon.... sudah jatuh cinta!”
Meari dikamarnya membereskan pakaian yang akan dibawa ke Amerika. Ia mengamati gelang yang ia kenakan.
Yoon di kantornya juga
mengeluarkan gelang yang ia ambil setelah Meari membuangnya. Ia
menggenggam erat gelangnya, perasaannya bimbang.
Colin
memainkan gitar berusaha menciptakan sebuah lagu. Ada yang mengetuk
pintu kamarnya, Do Jin masuk ke kamar putranya. Ia bilang ada yang ingin
disampaikannya pada Colin. Colin mempersilakan ayahnya duduk di kursi
yang dibeli Do Jin. Do Jin memuji kalau kursinya tak jelek.
Colin
berkata dalam bahasa jepang kalau ayahnya ini adalah semacam ayah jenis
baru. Do Jin sepertinya tak mengerti apa yang diucapkan Colin, “Apa kau
memakiku?”
“Apa itu boleh?” tanya Colin tersenyum dan mempersilakan ayahnya bicara.
Do
Jin menyampaikan kalau ia ingin pacaran dengan wali kelas Colin. Colin
terdiam haruskah ayahnya ini meminta persetujuannya. Do Jin mengatakan
kalau ini pemberitahuan, Colin tersenyum dan memberikan selamat untuk
ayahnya. Ia berkata kalau ia tulus mengatakannya.
Colin tertunduk sedih dan
berkata kalau ia selalu merasa bersalah atas hubungan ayahnya dengan
gurunya. Do Jin mengingatkan kalau semua kemalangan yang terjadi pada
dirinya dimasa depan jangan pernah lagi menganggapnya sebagai kesalahan
Colin. Dan yang ia sampaikan ini juga pemberitahuan. Colin kembali
tertunduk kalau ayahnya menginginkannya pergi dari sini, ayahnya boleh
mengatakannya kapan saja. Do Jin berkata kalau hal itu tak akan terjadi.
Tes..
tes.. air mata Colin menetes ia menangis haru dengan rasa bersalahnya.
Do Jin menghampiri putranya dan menepuk pundak Colin memberi kekuatan
untuk menyemangati kalau semua ini terjadi bukan karena kesalahan Colin.
Saatnya nge-date hihi...
Do Jin dan Yi Soo jalan bersama dengan sepatu pemberian masing-masing hihi... keduanya tampak penuh senyuman.
“Tangan!”
Do Jin meminta Yi Soo memberikan tangannya. Yi Soo menatap heran. Do
Jin berkata bukankah Yi Soo memintanya untuk memberitahu apa adanya. Yi
Soo tersenyum mengerti dan keduanya pun bergandengan tangan. Yi Soo
mengatakan kalau keduanya sudah lama kita tak berpegangan tangan
sekarang ia gemetaran.
Do Ji menawarkan apa Yi Soo ingin ia
membuat Yi Soo lebih gemetar. Yi Soo spontan menutup mulutnya. (wekeke
Yi Soo ngira Do Jin bakal nyium dia kali) Do Jin bergumam, “Ah wanita
ini benar-benar bernafsu, (wakakaka) lengan!”
Keduanya pun saling mengaitkan lengan.
“Apa kau tak gemetaran lagi?” tanya Do Jin. Yi Soo tersenyum. “Ok,
bahu!” Do Jin merangkul bahu Yi Soo. Sedangkan Yi Soo melingkarkan
tangannya ke pinggang Do Jin. “Jadi seperti ini. kau tak gemetaran
lagi?” tanya Do Jin, “Kalau begitu tak ada cara lain, apa kau mau
melakukan perjalanan?”
Yi Soo : “Ah keterlaluan. Kim Do Jin yang asli sudah kembali.”
Do Jin : “Artinya akan lebih banyak kebahagiaan yang akan menghampiri kita.”
Yi Soo : “Oh beautiful man!”
Do Jin : “Apa yang kau katakan tadi?”
Yi Soo : “Aku baru saja mengatakan kalau kau adalah milikku,”
Do Jin : “Apa kau sungguh-sunguh? Kau sudah merayuku di siang bolong, bagaimana aku bisa bekerja sekarang?”
Yi Soo : “Karena itulah. Kalau aku seperti ini di siang hari bayangkan apa yang akan terjadi kalau hari sudah gelap?”
Do Jin : “Aku tak mau bekerja lagi. Aku tak akan mengizinkanmu pergi sampai hari menjadi gelap.”
Hahaha keduanya tertawa riang saling merangkul.
Meari
sudah siap berangkat ke bandara. Terlebih dulu ia menghubungi kakaknya
yang berada di Chuncheon. Dengan perasaan sedih Meari mengatakan kalau
ia akan pergi sekarang. Tae San menanyakan apa Meari sudah mengemasi
barang-barang Meari dan juga apa sudah memanggil taksi.
Meari : “Kakak? Aku minta maaf
karena membuatmu sedih. Aku akan pergi dengan selamat. Lain kali kalau
aku kembali datanglah ke bandara untuk menjemputku. Kita akan saling
menyapa dan tersenyum satu sama lain.”
Tae San setuju dan ia akan
menghubungi Meari lagi nanti. Tae San menutup teleponnya ia pun sedih
harus mengirim Meari jauh lagi darinya.
Meari
menatap sedih rumah yang sebentar lagi akan ia tinggalkan. Taksi sudah
datang dan supir memasukan barang-barangnya ke bagasi.
Yi Soo menerima SMS dari Meari. Ia dan Do Jin membaca SMS yang dikirim Meari.
‘Pertama-tama ini adalah SMS
perpisahanku. Ketika Guru menerima SMS ini aku sudah berada di bandara.
Handphone-nya juga akan kumatikan. Meari akan kembali ke Amerika. Aku
minta maaf karena tak mengucapkan selamat tinggal. Guru, jaga kesehatan.
Dan juga tolong kabulkan permintaanku ini. Kalau Kak Yoon menanyakanku,
tolong sampaikan ini padanya dalam waktu 2 bulan. Katakan padanya kalau
Meari sudah mempunyai pacar yang sangat tampan, katakan padanya aku
sangat bahagia.’
Yoon melamun di kantornya berusaha menimbang-nimbang apa yang harus ia lakukan dan keputusan apa yang harus diambilnya.
Meari
sampai di bandara ia menengok ke belakang siapa tahu ada seseorang yang
di kenalnya mencegah kepergiannya. Berulang kali ia menengok tak
seorang pun datang. Ia pun memutuskan dengan hati mantap kalau ia akan
meninggalkan Korea.
Tapi tiba-tiba ada tangan yang menariknya. Ia berbalik dan terkejut Yoon datang menyusulnya. “Kakak?”
Tanpa
berkata-kata lagi Yoon segera menarik Meari meninggalkan bandara. Meari
menurut mengikuti kemana Yoon membawanya. Ia menatap tajam Yoon dan
tersenyum penuh haru.
Yoon meletakan barang-barang Meari di mobilnya. Keduanya bertatapan, Meari cemas bagaimana kalau kakaknya tahu tentang hal ini.
Yoon
tak kuasa menahan perasannya. Ia pun segera menarik Meari ke dalam
pelukannya. Sontak Meari terkejut ia hanya bisa terdiam terpaku. Yoon
memeluknya erat.
Bersambung ke episode 18
Tidak ada komentar :
Posting Komentar