Untuk
adegan pembuka kali ini kita akan dihadirkan dengan persahabatan mereka
ketika masih di SMA. Muka tuwir ga banget deh dipermak jadi anak SMA
haha.
Do Jin, Yoon
dan Jung Rok tampak panik, mereka tak tenang. Tae San meminta ketiganya
tak perlu panik karena yang namanya masa muda itu penuh dengan
ketidakstabilan. Bukankah mereka berempat hanya menuruti hasrat hati
mereka.
Jung Rok menyela kalau pihak
sekolah ingin agar mereka datang dengan orang tua masing-masing dan
bukankah ibu Tae San akan melahirkan dalam dua hari ini (oh Meari lahir
ketika Tae San duduk dibangku SMA)
Tae San menilai kalau ini adalah hari paling mengerikan setelah pendirian negara ini.
Do
Jin menyarankan agar ketiga temannya diam, ia yang akan menanggung
semua kesalahan. Yoon tak yakin, Do Jin hanya sok pintar bahkan dengan
nilai yang Do Jin miliki itu tak akan berhasil. Ia yang akan mengurus
semuanya.
Jung Rok menyahut walau
bagaimanapun sebaiknya ia yang menghadap. Karena kekompakkan mereka, Tae
San menyarankan lebih baik pergi sama-sama menghadap guru mereka,
bahkan ia rela menerima pukulan pertama.
Keempatnya setuju mereka akan mengahadap guru mereka bersama-sama.
Guru memarahi keempatnya dengan
menanyakan siapa yang memetik mawar merah. Ternyata mereka berempat
menonton film dewasa. Ampun deh wahahaha.
Keempatnya diam. Guru menatap tajam Jung Rok.
Jung Rok mengatakan alasannya
kalau ia menonton film itu untuk mempelajari bahasa Inggris. “Where are
you from?” seru Jung Rok menirukan kalimat dari film yang ia tonton dan
akibatnya ia menerima tendangan di kakinya.
Guru kembali membetak, “Siapa
dalangnya? Siapa yang menghasut untuk menontonnya?” Semua diam tak ada
yang bicara. Guru pun mulai memukul mereka menggunakan tongkat yang
dibawanya.
Dengan penuh keyakinan dan kepercayaan diri, Jung Rok maju dan mengaku kalau dia-lah yang menghasut kawan-kawannya.
Mendengar itu Tae San ikut maju, “Benar. Dia yang melakukannya.” (haha aku pikir dia juga mau ngaku)
Jung Rok melongo tak percaya kalau Tae San akan mengatakan hal yang menyudutkannya.
Yoon juga ikut maju, “Aku yakin dia yang melakukannya.”
Jung Rok makin tercengang.
Do Jin juga ikut maju dan bicara, “Aku berharap dia tak melakukannya.”
Jung Rok benar-benar tak percaya kalau kawan-kawannya ini melemparkan semua kesalahan padanya.
Guru
berteriak meminta Jung Rok mengambil pisisi push up. Jung Rok
mematuhinya. Guru menatap Do Jin, ia penasaran apa Do Jin sebelumnya
pernah bertemu dengannya di Busan. Do Jin berkata kalau ia lahir dan
besar di Seoul.
“Benarkah? kau sangat tak asing, apa pekerjaan ayahmu?” tanya guru sambil mencubit pipi Do Jin.
“Guru, Jung Rok kabur!” seru Do Jin.
Jung Rok lari berusaha
menghindari kejaran gurunya tapi naas ia pun tertangkap dan dipukul
menggunakan tongkat. Jung Rok berseru kalau kawannya ini sudah
berkhianat. Ketiganya melakukan tos.
Suara
Jung Rok, “Dulu dan sekarang kami masih tak tahu siapa yang memetik
mawar merah itu. Tapi persahabatan kami telah teruji oleh waktu.
Dalangnya juga tentu saja aku.”
Sinopsis A Gentleman’s Dignity Episode 4 Part 1
Tae
San dan Meari sampai di rumah. Tae San menanyakan apa yang Meari
katakan pada Se Ra karena anak itu pergi tanpa mengatakan apapun.
“Anak apa? Apa kakak pernah melihat seorang anak yang memilki ukuran cup B.” Ucap Meari cuek.
Tae San membentak karena Meari
sudah tak sopan. Meari juga mengeraskan suaranya dan berkata kalau
wanita itu pergi sendiri, kenapa kakaknya malah menyalahkan dirinya.
Tae San heran bagaimana bisa
Meari menyebut Se Ra dengan kata ‘wanita itu’ apa yang Meari katakan
pada Se Ra. Ia tahu kalau adiknya ini tak suka dengan Se Ra tapi Se Ra
itu lebih tua dari Meari dan dia adalah seseorang yang ia cintai. Paling
tidak Meari bisa bersikap sopan pada Se Ra.
Meari mengecilkan suaranya. Ia
mengerti kesalahannya dan lain kali ia akan lebih berhati-hati lagi.
Kalau kakaknya ingin tahu apa yang ia katakan pada Se Ra lebih baik
kakaknya tanyakan sendiri pada Se Ra apa yang ia katakan. Meari sewot
dan masuk kamar.
Di restouran tempat Yi Soo kencan buta.
Do Jin mengatakan kalau ia sudah memutuskan untuk memulai cinta bertepuk sebelah tangan.
“Pada siapa?” Yi Soo kaget.
“Kau...!”
“Kau siapa? Aku? Denganku?”
“Kau tak boleh menolakku,” seru Do Jin.
Yi Soo jelas tak yakin Do Jin
akan menjalani cinta bertepuk sebalah tangan dengannya, paling nanti Do
Jin akan memuntahkan kembali kata-kata yang baru saja Do Jin ucapkan
padanya.
Do Jin minta ucapannya itu
dianggap sebagai kata-kata presentasi. Tentang sebuah Konsep cinta yang
bertepuk sebelah tangan, karakter intrinsik, laporan evaluasi, tinggi
berat dan kesukaan. Dan kalau Yi Soo ingin tahu lebih banyak lagi,
tanyakan saja langsung padanya.
Ada
seorang pria datang, ya dia laki-laki yang akan kencan buta dengan Yi
Soo. Yi Soo menyambutnya dan bersikap manis. Do Jin menyahut jadi begitu
sikap Yi Soo terhadap laki-laki lain. Pria kencan buta Yi Soo
bertanya-tanya siapa Do Jin. Yi Soo bingung menjelaskannya.
Tanpa
ba bi bu, Do Jin mengatakan kalau kencan buta Yi Soo yang pertama
dengannya belum berakhir dan pria nomor dua tunggu waktu selanjutnya.
Si pria kencan buta tak bisa
menerima kalau ia diperlakukan seperti ini. Yi Soo akan menjelaskannya
tapi Do Jin memotong ucapan Yi Soo kalau dalam situasi ini segala
kesalahpahaman akan terjadi tapi adegan berikutnya pasti akan memberikan
penjelasan bagi si pria kencan buta ini dan mungkin akan sedikit tak
nyaman.
Do
Jin menarik tangan Yi Soo mengajak keluar. Yi Soo ngomel-ngomel karena
acara kencan buta ini sudah diatur oleh Se Ra dan pria itu adalah salah
satu senior Se Ra. Ia tak tahu bagaimana menghadapi Se Ra dan bagaimana
Se Ra menghadapi pria itu.
Tapi Do Jin tak peduli karena
seharusnya sejak awal Yi Soo mengatakan yang sebenarnya pada Se Ra kalau
Yi Soo tidak bisa melakukan kencan buta. Karena sudah mempunyai cinta
yang bertepuk sebelah tangan dengan Im Tae San.
Do Jin mendorong Yi Soo keluar pintu dan oh posisi Yi Soo seakan terkunci tak bisa kemana-mana di pintu. Hihi...
Do
Jin akan mengantar Yi Soo pulang. Yi Soo menepiskan tangan Do Jin, apa
yang sudah Do Jin lakukan padanya. Do Jin menyampaikan kalau ia sudah
mengatakan pada Yi Soo seperempat jam atau bahkan setengah jam yang
lalu. Tapi selalu saja Yi Soo melupakannya. Ia merasa kalau ini bukan
sesuatu yang dengan mudah bisa dilupakan, Pengakuan cinta yang sangat
mengesankan.
Yi Soo kesal apa menyenangkan Do
Jin melakukan ini, apa menyenangkan Do Jin terus-menerus
mempermainkannya. Ia membiarkan Do Jin karena awalnya ia merasa bersalah
dan karena Do Jin tahu rahasianya. Do Jin menyangkal, ia melakukan ini
bukan untuk bersenang-senang dan ia juga bukan pria yang tak dewasa yang
melakukan ini untuk bersenang-senang.
Yi Soo : “Apa salahnya pria tak dewasa? Itu lebih baik daripada pria lajang egois!”
Do Jin diam.
Yi Soo ingat ia membaca artikel
Do Jin di majalah bahwa Do Jin tak percaya dengan yang namanya
pernikahan karena Do Jin tak ingin membagi uang dengan istri dan anak
nanti, makanya sampai sekarang Do Jin masih melajang. “Dan kau ingin
mencintai seseorang dengan cara bertepuk sebelah tangan? Apa kau pikir
ini masalah sepele?”
Do
Jin tersenyum Yi Soo membaca artikel tentang dirinya, Apa artikel itu
bagus? Apa ia terlihat tampan? Yi Soo berkata kalau kerutan disekitar
mata Do Jin terlihat jelas (tua ya haha)
Do Jin terkesan, ia menilai Yi
Soo sangat teliti membolak-balikkan artikel itu. “Mencari di malajah
arsitektur, kau pasti ada perasaan padaku. Kenapa kau menyangkalnya?”
Yi Soo mengelak ia tak mencari
artikel itu, itu hanya kebetulan saja. Do Jin menyela apa maksud Yi Soo
itu takdir. Yi Soo makin kesal karena Do Jin selalu saja bercanda, ia
menilai kalau Do Jin tak pernah tulus sama sekali.
Do Jin : “Pria yang menarik dan berbakat sepertiku apa menurutmu aku tak memiliki ketulusan sama sekali?”
Yi Soo : “Kau ini sedang ceramah atau apa?”
Do Jin : “Tak semua orang bisa melakukan presentasi.”
Yi Soo tanya bagaimana kalau ia
menolak cinta bertepuk sebelah tangan Do Jin. Do Jin malah balik
bertanya kenapa menolak, bukankah ia tak pernah meminta Yi Soo untuk
membalas cinta bertepuk sebelah tangannya. Dan juga apa Yi Soo meminta
izin pada Tae San untuk menyukai Tae San.
Yi Soo terus menyangkal kalau ia
tak memperlihatkannya rasa sukanya pada Tae San secara terang-terangan.
Do Jin tahu itu, apa karena itu cinta bertepuk sebelah tangan Yi Soo
diketahui olehnya.
Yi Soo tak mau mengatakannya lagi, ia
akan pulang sekarang dan sampai bertemu di musim depan. Ia tak ingin
bertemu Do Jin dalam waktu dekat. Do Jin tersenyum menatap kepergian Yi
Soo.
Tae San mencoba menghubungi Se Ra tapi tak dijawab. Ia pun mengirim SMS untuk Se Ra.
‘Ponselmu
jelas-jelas aktif kenapa kau tak mengangkatnya? Aku khawatir kau pergi
tanpa mengatakan apapun. Apa kau keluar minum dengan temanmu? Telepon
aku saat kau membaca pesan ini. Aku akan menjemputmu.’
Tae San mendesah ia tak sabar menunggu kabar dari Se Ra. Ia pun bergegas keluar mencarinya.
Yi
Soo sampai di depan rumah dan melihat Tae San berdiri di luar rumah
menunggu Se Ra. Tae San melihat kedatangan Yi Soo dan bertanya kenapa Yi
Soo pulangnya jalan kaki apa Yi Soo tak bertemu dengan Do Jin. Yi Soo
menjawab kalau ia bertemu dengan Do Jin sebentar. Yi Soo balik bertanya
apa Se Ra belum pulang. Tae San menebak kalau Se Ra pasti minum di suatu
tempat. Mendengar Se Ra sedang minum Yi Soo juga ingin.
Dan keduanya minum bersama di bar Jung Rok. Keduanya tertawa-tawa dan membicarakan hal-hal yang lucu mengenai baseball.
Tae San tertawa karena hal yang
diceritakan Yi Soo mengingatkan ia ketika Yi Soo pertama datang sebagai
wasit. Yi Soo terdiam ternyata Tae San mengingatnya. Tae San tak pernah
lupa melihat wasit yang lebih banyak berkeringat dibandingkan dengan
pemainnya. Yi Soo meminta Tae San melupakan kejadian memalukan seperti
itu.
“Kau cantik!” sahut Tae San. “Seorang wanita yang tergila-gila dengan baseball seperti aku, itu cantik.”
Yi Soo tertegun mendengarnya.
Tae San penasaran apa Do Jin pria 20 detik yang pernah Yi Soo katakan
pada Se Ra (bukan bukan itu kau Tae San) Yi Soo tak menjawab ia hanya
menggelengkan kepalanya.
“Bukan? lalu siapa?” tanya Tae San makin penasaran. “Apa kau sendiri yang menyukainya?”
Yi
Soo mengangguk. Tae San kembali bertanya apa itu seseorang yang ia
kenal. Yi Soo berkata kalau Do Jin mengenalnya tapi Tae San mungkin
tidak.
Tae San : “Apa Do Pal mengenalnya?”
Yi Soo : “Aku ketahuan olehnya,”
Tae San : “Bahkan setelah dia mengetahuinya dia masih pergi menemuimu. Dia pasti benar-benar tertarik padamu.”
Tae San ingat kalau ia harus mencari
Se Ra, ia minta maaf pada Yi Soo karena harus pergi. Ia sepertinya tahu
dimana Se Ra berada. Ia akan memanggilkan taksi untuk Yi Soo. Tapi Yi
Soo bilang ia tak apa-apa, ia akan baik-baik saja, ia mempersilakan Tae
San pergi. Ia berharap Tae San bisa menemukan Se Ra.
Yi
Soo menatap kepergian Tae San dengan tatapan pilu huhu... patah hati
tapi mencoba untuk tetap tersenyum di depan lelaki yang disukainya. Tak
jauh dari sana si pemilik bar, Jung Rok memperhatikannya.
Dimanakah Se Ra. Ia berada di tempat latihan golf-nya.
Ketika
ia menyeka keringat, ia terkejut tiba-tiba ada bola golf yang
menggelinding di bawah dengan gambar wajah sedih. Se Ra mengambilnya.
Se
Ra berbalik badan dan disana Tae San duduk manis menopang wajah
memperhatikan Se Ra dan juga matanya ketip-ketip menggoda membuat Se Ra
tersenyum.
Tae San mengaku kalau ia tak
ingin mengganggu Se Ra jadi ia menunggu disini dengan tenang, “Aku
melakukannya dengan baik kan?” Se Ra sedikit cemberut bukankah Tae San
melakukan ini karena khawatir ia akan pergi menemui pria lain setelah
latihan.
Tae San menanyakan kenapa Se Ra tak
menjawab teleponnya. Belum sempat Se Ra menjawab tiba-tiba direktur
pemilik tempat latihan golf datang. Se Ra tersenyum menyambutnya.
Direktur
itu menanyakan kenapa Se Ra jarang terlihat olehnya di tempat latihan
ini apa karena arena golf-nya tidak melayani Se Ra dengan baik. Ia juga
bertanya apa Se Ra akan ikut bermain dalam turnamen golf nanti. Se Ra
tentu saja akan mengikutinya. Direktur mengajak Se Ra ke lapangan golf
bersama ketika jadwal pertandingan nanti sudah ditentukan.
“Ketika
latihan aku melihat bahumu agak tinggi.” kata direktur sambil memegang
bahu Se Ra dan tentu saja membuat Tae San tak senang melihatnya. “Kau
bahkan semakin cantik,” sahut Direktur kemudian pergi setelah
mengingatkan Se Ra untuk menelponnya.
Tae San jelas cemburu dan ingin
melabrak si direktur tapi Se Ra menahan dan meminta Tae San jangan
gegabah karena dia adalah pemilik tempat latihan ini.
“Tapi aku adalah pemilik bahumu.” seru Tae San tak peduli dan memanggil si direktur.
Tae
San memberikan kartu namanya, “Kalau kau tertarik dengan bagian manapun
dari tubuh Hong Pro, silakan telepon aku dulu. Bahunya yang baru saja
kau sentuh dan matanya yang baru saja kau tatap semuanya dari kepala
sampai jari kaki adalah milikku.”
“Jadi pacarmu seorang arsitek,”
ucap direktur pada Se Ra. Ia juga memberikan kartu namanya pada Tae San,
“Aku baru saja membeli sebuah gedung. Kalau aku tahu, aku akan meminta
bantuanmu.”
Tae San tahu gedung itu. tapi direktur menyindir kalau Tae san tak akan bisa menangani gedung itu.
Tae
San : “Kami tak menerima proyek seperti itu. Aku dengar kau memberikan 5
milyar won sebagai bonus. Aku yakin itu semua uang ayahmu. Jangan
khawatir, kau hanya perlu hati-hati dan konsentrasi pada bisnismu.”
Tae San mengajak Se Ra pergi.
Tae
San berkata kalau ia tak melakukan sesuatu yang salah. Se Ra tahu itu,
ia sadar Tae San sudah melakukannya dengan baik dan ia sangat menyukai
Tae San yang seperti ini. Tidak sopan, seksi. Tae San menyombongkan diri
kalau akhir-akhir ini ia lebih seksi dari pada Se Ra. Se Ra tersenyum
dan mengecup Tae San.
Tae San ingin tahu apa yang
terjadi antara Se Ra dan Meari. Apa Meari mengatakan sesuatu yang
membuat Se Ra marah. Se Ra berkata kalau ia-lah yang sudah membuat Meari
marah. Apa Meari tak mengatakannya pada Tae San.
Tae San mengaku kalau ia sudah
memarahi adiknya, tapi sepertinya Meari sudah sadar kalau dia sudah
melakukan kesalahan juga. Se Ra pesimis ia tak yakin bisa membuat Meari
menyukainya, itu tak akan mudah baginya.
Tae
San mengepalkan tangan dan meminta Se Ra memperhatikan kepalan
tangannya, Ini adalah wanita-wanita yang ada dalam kehidupannya ada 3
garis. Tae San menunjukkan setiap garis dan menyebutkan siapa-siapa saja
3 garis itu.
“Ini
ibuku, yang ini Meari, dan yang ini Hong Se Ra. Apapun yang dikatakan
Meari jangan dimasukkan ke hati. Walaupun aku tak tahu apakah aku akan
menikahimu atau tidak tapi 1 garis di tanganku adalah kau. Yang akan
terus berada ditanganku sepanjang hidupku.”
(Oh oh sweet banget ya Tae San, tante SW gw suka gaya loe haha)
Tae San mengatakan kalau
hubungan cinta keduanya sudah satu tahun dan sebentar lagi ulang tahun
pacaran mereka yang pertama. Tae San menawarkan Se Ra ingin hadiah apa
sebagai tanda satu tahun hubungan mereka. Tentu saja selain tas, sepatu,
cincin, atau kalung. Se Ra merengut ia tahu kalau ia tak akan
mendapatkan hadiah yang berkilau dari Tae San.
“Ada kau yang berkilau di hidupku itu sudah cukup.” ujar Tae San. Ia menyuruh Se Ra lekas mandi karena sudah tak berkilau lagi.
Do
Jin datang ke bar Jung Rok. Jung Rok menyampaikan seharusnya Do Jin
datang lebih awal karena Tae San baru saja pergi. Do Jin tanya apa Tae
San datang sendirian. Jung Rok bilang kalau Tae San datang bersama
pelanggan kafe kopinya. Seorang wanita muda.
Jung
Rok menunjukkan keberadaan Yi Soo yang sudah mabuk dan bernyanyi-nyanyi
sambil menggerakan tubuhnya menyanyikan lagu CN Blue ‘Intuition’.
Please don’t go go go jebal ddeonakajima
hanbeonmanirado nal dorabwajullae
Please don’t go go go seulpeun insanun shireo
neol saranghanikka dashi dorawa
Do
Jin jelas terkejut melihat Yi Soo ada disana. Ia terus memperhatikan Yi
Soo yang bernyanyi sambil joget-joget. Sesaat kemudian Yi Soo menoleh
dan terkejut melihat Do Jin ada disana. Ia pun terdiam menyudahi
nyanyiannya.
“Bagaimana kau bisa tahu kalau aku ada disini? Bukankah kita setuju untuk tak bertemu dalam waktu dekat.” Seru Yi Soo.
Do
Jin pindah duduk di sebelah Yi Soo. Ia bertanya pada Jung Rok apa Yi
Soo menghabiskan minuman sebotol. Jung Rok berkata kalau itu botol kedua
(what hahaha) Jung Rok senang, ia malah berharap Yi Soo bisa
sering-sering datang ke bar-nya.
Yi Soo yang sudah mabuk bertanya apa kalian saling mengenal. Jung Rok mengangguk.
Yi Soo : “Tapi aku bertemu seseorang yang mirip denganmu... Di kafe kopi,” (wakakaka emang orang yang sama, dasar udah mabuk)
Jung Rok : “Aku percaya itu. Dia pasti orang yang sangat menarik.”
Yi Soo : “Tidak. Dia itu suka merayu.”
Jung Rok menilai Yi Soo sudah terlalu
mabuk apa perlu ia panggilkan taksi. Do Jin melarang biar ia saja yang
akan mengurusnya. Do Jin bertanya pada Yi Soo apa Yi Soo masih bisa
berjalan. Yi Soo sewot, berisik sekali katanya mendelik pada Do Jin.
Jung Rok memperhatikan keduanya penuh tanda tanya.
Yi Soo terbaring tengkurap di tempat tidur. Ia memutar badannya hingga ke tepi dan bruk... jatuhlah ia dari ranjang.
Yi
Soo merangkak sambil tetap memejamkan mata meraba-raba mencari air
minum. Matanya sedikit terbuka dan menemukan air mineral di meja. Ia pun
merangkak mendekatinya. Haha.
Yi Soo melihat bayang-bayang seseorang. Ia pun membuka matanya dan terkejut melihat Do Jin duduk menatapnya.
Yi
Soo membuka mulut akan berteriak ‘arghh’ tapi teriakannya belum
sepenuhnya keluar karena Do Jin memberi tanda agar Yi Soo tak bersuara.
“Waktumu tak tepat bahkan tanpa ‘ah’ kau sudah terlihat cukup kaget.”
Kata Do Jin.
Yi Soo melihat sekeliling
ruangan dan bertanya-tanya bagaimana bisa ia berada di tempat ini karena
seingatnya ia tadi bersama Tae San di bar.
Do Jin mengatakan kalau di bar-nya itu sudah 5 jam 10 menit yang lalu dan sekarang Yi Soo berada di hotel.
Yi Soo kembali terkejut, “Kalau begitu selama 5 jam...?”
Do Jin : “Aku memperhatikanmu... (tidur)”
Huwa udah kayak Edward Cullen aja yang selalu memperhatikan Bella tidur hihi.
Yi
Soo makin terkejut dan menutup dadanya, ia mulai berfikir Do Jin telah
melakukan sesuatu padanya. Tapi Do Jin buru-buru minta maaf karena itu
tak sesuai dengan tebakan Yi Soo. Ia tak pernah melakukan apapun tanpa
persetujuan dari pasangan. Karena respon dari pasangan sangat penting
untuknya. “Sekarang kau sudah bangun dan aku ingin mendapatkan ijinmu.
Bagaimana menurutmu?”
Yi Soo tak mau bercanda, ia tanya dengan suara tinggi kenapa Do Jin membantunya.
Do Jin : “Apa kau bicara padaku?”
Yi
Soo : “Tentu saja. Terima kasih karena sudah menjagaku. Aku berterima
kasih, tapi ini tak benar. Memangnya kau tak tahu dimana rumahku? Atau
kau tak tahu jalannya? Bagaimanapun kau seharusnya membawaku ke rumah
saja. Kenapa kau membawaku ke hotel?”
Do Jin : “Di belahan dunia mana
ada pria yang mengantar seorang wanita mabuk pulang ke rumah? Apalagi
wanita itu adalah wanita yang dia sukai yang sedang dalam kesepian.”
Yi Soo merengut,
Do Jin : “Kau yang lebih dulu mengeluh. Bukankah kau membenci perpisahan yang menyedihkan? Apa kau tak ingat?”
Yi Soo berfikir, “Apa aku mengatakan itu?”
Yi Soo berusaha mengingat kejadian ketika ia mabuk tadi.
Flash Back
Yi
Soo yang mabuk berjalan sempoyongan sambil menyanyikan lagu CN Blue
yang dinyanyikan di bar tadi. Tak hanya menyanyi ia juga joget-joget tak
karuan di jalan.
Please don’t go go go jebal ddeonakajimahanbeonmanirado nal dorabwajullae
Please don’t go go go seulpeun insanun shireo
neol saranghanikka dashi dorawa
Step by step one two three Dipdi daridu
gingin shigandeuri neorul jiweogagettjiman
Step by step one two three Dipdi daridu
nan haru haruga gotongilgeoya
(Jangan pergi jangan pergi
Bisakah kau berbalik melihatku sekali saja
Jangan pergi aku tak suka perpisahan yang menyedihkan
Karena aku mencintaimu kembalilah padaku
Step by step 1 2 3 dipdi daridu
Butuh waktu yang sangat panjang untuk melupakanmu
Step by step 1 2 3 dipdi daridu
Tapi setiap hari akan menjadi siksaan untukku)
Do Jin tersenyum-senyum melihat tingkah mabuk Yi Soo. Ia berjalan di belakang Yi Soo.
“Benar-benar menyakitkan!” sahut Yi Soo dalam mabuknya. (Lagu ini benar-benar menggambarkan perasaannya)
Do
Jin berdiri di samping Yi Soo yang berdiri sempoyongan. Ia menarik Yi
Soo untuk duduk di depan mini market. Ia akan ke dalam mini market
membeli air.
Yi
Soo duduk tak seimbang ia sempoyongan tak sadar kalau di sebelahnya ada
Do Jin. Do Jin akan masuk ke mini market dan bruk.... Yi Soo ambruk tak
sadarkan diri.
Flash Back End (hehe Yi Soo ingat apa yang ia lakukan ketika mabuk tadi)
Yi Soo tak mau mengingat kejaidan memalukan itu. Do Jin masih menatapnya dan bertanya apa sekarang Yi Soo sudah ingat.
“Tidak. Sedikitpun tak ingat.
Aku tak ingat apapun.” ucap Yi Soo tegas menyangkal semua hal yang
diingatnya. Do Jin menatapnya curiga, Yi Soo tanya kenapa.
Do
Jin : “Apa kau sakit alzheimer? Apa kau tak ingat apa-apa sama sekali?
Dengan otak seperti itu bagaimana kau bisa lulus ujian? Apa mau kutulis
semua yang kau lakukan di badanmu?”
“Lebih baik di tato,” ujar Yi Soo cuek.
“Apa kau pikir aku tak akan melakukannya?”
“Benar. Karena dimasa depan kita pasti tak akan bertemu lagi,” sambung Yi Soo yakin.
“Jangan terlalu yakin.”
Yi Soo permisi pulang. Ia mengambil jaket dan sepatunya. Ia teringat tas-nya dan bertanya pada Do Jin dimana tas-nya.
Hari
sudah subuh. Do Jin mengantar Yi Soo pulang tapi Yi Soo tak berani
keluar dari mobil Do Jin karena ada orang yang berlalu lalang, ia takut
di cap wanita ga bener karena pulang pagi. Ia akan keluar dari mobil Do
Jin kalau jalanan komplek sepi. Yi Soo membungkukkan badannya agar tak
terlihat oleh orang-orang.
“Apa tak ada orang lagi di jalan?” tanya Yi Soo dengan tubuh masih membungkuk.
“Tak ada,” kata Do Jin melihat sekeliling.
Yi Soo akan keluar dari mobil
tapi tiba-tiba Do Jin berseru kalau ada yang datang. Yi Soo panik dan
tak jadi keluar. Ia tetap membungkuk. Yi Soo minta semuanya dilihat baik
itu yang datang dan pergi, yang hidup yang berdiri. Lihat semuanya
suara Yi Soo suara pelan nan cemas.
Do
Jin berkata kalau ia benar-benar sudah kehabisan kata-kata. Karena ini
pertama kalinya ia tak melakukan apapun di dalam kamar hotel. Yi Soo
kesal dan bertanya ada orang atau tidak. Do Jin memberi tahu kalau ada
wanita tua yang keluar dari rumah sebelah (Hahaha padahal ga ada
siapa-siapa di jalanan, ga satu pun orang keluar rumah)
Yi
Soo akan mengangkat kepala tapi Do Jin menahan kalau ada orang yang
datang dari arah seberang. Tetangga sebelah baru saja keluar Hahaha...
Do Jin tersenyum-senyum. Ia memang sengaja menahan Yi Soo di mobilnya.
Tae
San sepertinya ketiduran di kamar Se Ra. Ia terbangun gelagapan
sekaligus panik. Ia harus segera pulang. Se Ra tak mempermasalahkan
karena Yi Soo tak pulang dan menghabiskan malam di luar.
Tae San yang masih panik memakai
sepatunya dan berkata kalau sekarang bukan itu yang penting, “Apa aku
harus keluar dari jendela?”
Se Ra : “Apa kita ini berselingkuh?”
Tae San menyuruh Se Ra melanjutkan tidur.
Tae
San membuka sedikit pintu kamar. Tapat saat itu Yi Soo masuk ke rumah
dan melihat ada sepatu pria. Ia menebak kalau itu milik Tae San, “Kenapa
dia harus disini saat aku keluar?”
Yi
Soo melepas sepatunya agar tak menimbulkan suara. Ia berjalan
menendap-endap ke kamarnya. Tae San mengintip menunggu saat yang tepat
untuk keluar. Ketika dirasa sudah aman karena Yi Soo sudah masuk kamar,
ia pun keluar dari kamar Se Ra mengendap-endap, jinjit jinjit agar tak
mengeluarkan suara. Tak lupa ia menenteng sepatu dan segara keluar dari
rumah Se Ra.

Di
kelas Yi Soo tak konsentrasi mengajar. Yang semula ia menyampaikan
tentang kehidupan bermoral, Ia kemudian terdiam melamun ketika sedang
menerangkan.
Tiba-tiba terdengar pertanyaan
dari muridnya, “Jadi maksud guru yang namanya beretika itu menyukai
pacar temanmu?” Tanya teman di sebelah Dong Hyub.
Dong Hyub juga ikut bertanya, “Bagaimana dengan minum-minum dan pergi ke hotel bersama pria yang bukan pacarmu?”
Yi Soo terbelalak dengan pertanyaan murid-muridnya.
Tapi itu tak terjadi dalam dunia nyata, itu hanya lamunannya. Yi Soo terdiam melongo di kelas. Membuat murid-muridnya heran.
Yi
Soo tersadar dari lamunannya tapi masih melongo, ia melihat reaksi
murid-murid yang melihat dirinya aneh. Ia pun mengalihkan pelajaran ke
wawancara perorangan. Ia akan mewawancarai muridnya satu persatu
berdasarkan urutan di ruang guru.
Di
ruang guru Yi Soo mewawancarai Dong Hyub. Yi Soo berkata kalau selama 2
tahun terakhir data cita-cita Dong Hyub kosong, apa tak ada cita-cita
yang terpikirkan oleh Dong Hyub. Karena ketika ia seusia Dong Hyub
banyak sekali yang ingin ia lakukan.
Dong Hyub ingin tahu gurunya ini ingin melakukan apa.
Yi Soo : “Seperti menjadi guru, penyanyi, penulis novel, pamain baseball, model mobil balap dan lain lain.”
“Model mobil balap?” Dong Hyub tertawa tak percaya.
“Memangnya
kau pernah melihatku waktu umurku 19 tahun. Di usia itu selama kau
menetapkan cita-citamu kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan. Tak
peduli apapun itu.” Jelas Yi Soo.
Dong Hyub mengaku kalau sebenarnya ia memiliki satu cita-cita. Yi Soo meminta Dong Hyub mengatakan padanya.
Dong Hyub : “Menjadi suami guru etika-ku,” buwahahaha...
Yi Soo mendelik. Dong Hyub tertawa, “Baiklah kalau begitu... suami dari pegawai negeri.” (Yi Soo disini sudah PNS)
Yi Soo : “Kau ini, kalau kau ingin menjadi suami dari pegawai negeri setidaknya kau harus lulus dari universitas.”
Dong
Hyub memberikan minuman untuk gurunya, ia minta gurunya menghabiskan
minuman pemberiannya dan jangan lagi melamun di kelas. Wehehehe.... Yi
Soo menghela nafas dan bergumam kalau ia sudah mulai tua hehe.
Tae San di kamarnya sibuk membuat rancangan. Ia mengambil buku di rak. Tapi ia melihat buku album foto SMA tak tertata rapi.
Ia
membukanya tapi ada yang aneh ada foto yang hilang alias di gunting.
Fotonya Yoon, ia menebak kalau ini pasti ulah adiknya. Oh oh tapi ada
yang aneh lagi foto dirinya juga hilang.
Yi
Soo dan Meari mengunjungi toko bahan pembuat tas. Meari terkejut
mendengar Yi Soo dibawa ke hotel oleh Do Jin, “Guru jangan bilang kau
sedang mengadu kakakku dengan Kak Do Jin.”
Meari : ”Jadi apa yang kau lakukan di hotel?”Yi Soo : “Melakukan apa? Ya melakukan apa yang di lakukan semua orang.”
Mata Meari membesar mendengarnya. Benarkah?
Yi Soo : Benar. Aku muntah,
(padahal bener ya Yi Soo memang melakukan apa yang orang ketika di hotel, tidur. Meari aja yang pikirannya kemana-mana)
Meari meminta pelayan toko untuk memotongkan beberapa meter kulit bahan untuknya. Yi Soo dan meari makan di restouran chicken. Yi Soo melihat bahan kulit yang dibeli Meari. Ia menebak apa Meari akan membuat tas. Meari mengatakan kalau sebenatar lagi Yoon berulang tahun ia akan memberikan Yoon hadiah. Ia juga ingat ia memiliki hadian untuk Yi Soo.
Yi Soo tak mau menerima hadiah dari
Meari, karena insiden yang terjadi setelah makan coklat dari Meari masih
menghantuinya. Meari minta gurunya jangan cerewet lihat dulu saja apa
yang dibawanya.
Taraaa...
Meari menunjukan foto SMA Tae San yang ia ambil dari album foto SMA Tae
San. Ia sekalian mengambilnya ketika mengambil foto Yoon. Yi Soo tak
habis pikir, apa Meari pikir ia remaja usia 16 tahun. Yi Soo menerima
foto yang diberikan Meari. Keduanya memandang foto pria yang mereka
sukai.
Meari
memuji kalau Yoon terlihat sangat muda. “Kak Yoon memiliki mata yang
sedih, tapi indah. Kalau dia adalah musim, dia adalah musim hujan.”
Yi Soo tak menyangka Meari
begitu puitis. Kalau saja ia tahu Meari penuh perasaan seperti ini, ia
sudah memotivasi Meari menjadi seorang penyair.
Meari
: “Aku akan menyeret Kak Yoon ke pulau tak berpenghuni. Aku akan
mengendarai sepeda dengan mengenakan gaun biru. Ta ra ra ra ra, aku akan
membuat dia jatuh cinta padaku.”Yi Soo : “Hei apa kau pikir ada sepeda di pulau tak berpenghuni? Pikiranmu terlalu terburu-buru,”
Meari mengatakan kalau ia memiliki rencana.
Apa rencana Meari....
Rencana 1
Meari
mendatangi Yoon di kantor pengacara. Kedatangannya untuk melayangkan
tuntutan pada Im Tae San kakaknya. “Im Tae San memaksaku, adiknya untuk
menyukai pacarnya Hong Se Ra. Akibatnya aku menderita tekanan psikologis
berat.” Ucapan Meari lantang dan penuh semangat.
Yoon mendesah kalau dirinya itu
pengacara perusahaan Hwa Dam (perusahaan arsiteknya Do Jin dan Tae San
jadi otomatis ia itu pengacaranya Tae San)----Rencana 1 gagal----
Rencana 2
Yoon
dan juniornya, pengacara Kang sedang istirahat. Meari mendatangi Yoon.
Ia akan menuntut Hong Se Ra. Hong Se Ra dan Im Tae San menjalin
hubungan. Hong Se Ra terlihat seperi Gumiho.
Yoon tak menanggapinya, ia
mengajak juniornya ke persidangan dan setelah itu minum-minum. Meari
kesal dirinya dicuekin hahaha.... gagal lagi...
Rencana 3
Meari
kembali mendatangi Yoon di ruangan Yoon. Dengan semangat 45 ia
mengatakan kalau ia akan menuntut Seo Yi Soo. “Untuk beberapa alasan
yang tak masuk akal dia menyuruhku lompat jongkok 100 kali. Ini siksaan
yang sembarangan terhadap mantan murid.”
Yoon setuju, “Baik kita siapkan perkaranya. Kuingatkan bahwa biaya konsultasiku 500rb won perjam!”
Ahhh mulut Meari menganga
mendengar biaya pengacara yang mahal hahahaha. Meari buru-buru keluar
dari kantor. Yoon senyum-senyum ckckck...
Do
Jin dan Yoon berada di ruang tunggu bengkel. Yoon tersenyum-senyum
sendiri mengingat tingkah Meari yang menuntut beberapa orang terdekat.
Do Jin heran melihatnya karena ini tak seperti biasanya.
Do
Jin tanya ada apa. Yoon kaget, ia salah tingkah. Ia kemudian mengatakan
kalau mobilnya bergetar karena ada sedikit masalah. Yoon berusaha
menutupi diri dan bersikap sewajarnya.
Do Jin tanya apa Yoon besok akan melakukan perjalanan keluar. Yoon bingung menjawabnya.
Do Jin : “Bukan hanya mobil yang bergetar, kelihatannya kau juga bergetar. Apa kau punya kabar bagus?”
Yoon masih salah tingkah, “Kabar bagus apa?” Yoon tak tenang dan melirik-lirik ke montir apa mobilnya sudah selesai di servis.
Do Jin terus bertanya, apa Yoon
sudah menemukan apartemen. Yoon menjawab sudah dan tentu saja masih
gugup sekaligus salah tingkah. Do Jin ingin tahu dimana. Di dekat kantor
kata Yoon.
Montir datang, Yoon mengira
mobilnya sudah beras dan siap pergi agar tak ada pembiacaraan pribadi
dengan Do Jin. Tapi sayang ban mobilnya ada masalah dan harus diganti.
Yoon tak jadi pergi cepat-cepat deh.
Do Jin menyarankan lebih baik
Yoon memakai ban seperti yang dipakai Betty. Yang seperti itu kata Do
Jin sambil menunjukan produk ban yang dipasang pada Betty. Karena
menurutnya itu bisa mengatasi hujan dengan baik.
Do
Jin mencoba memancing suasana karena melihat tingkah Yoon yang lain
dari biasanya, “Jadi saat kau mengemudi di hari hujan, bagian apanya
Meari yang paling cantik?”
“Mata, hidung....” ups Yoon keceplosan hahahaha.... Ia mendelik, kau ini...
“Oh jadi Meari memiliki mata dan hidung yang cantik,” Do Jin menggoda Yoon dan bertanya apa lagi yang cantik.
Yoon tak menjawab ia kembali salah tingkah dan mengatakan pada montir ia akan menganti bannya sekalian disini.
“Apa lagi yang cantik? Apa bibirnya?” tanya Do Jin lagi menggoda Yoon.
Yoon
mencoba menenangkan diri dengan membolak-balikan majalah otomotif. Ia
memuji kertas yang dipakai majalah itu bagus. Do Jin tersenyum-senyum
menatap kawannya.
Di
rumah Se Ra kecewa kenapa Yi Soo pergi kencan buta kalau Yi Soo sudah
punya pacar. Ia merasa tak enak dengan seniornya. Yi Soo menyadari
kesalahannya dan minta maaf, ia sendiri juga tak menyangka.
Se Ra penasaran siapa dia, apa
Yi Soo juga menghabiskan malam dengan pria itu. Yi Soo minta Se Ra
jangan bertanya karena ia juga tak akan menjawabnya.
Terdengar suara bel pintu. Yi
Soo menebak itu pengirim paket untuk Se Ra. Yi Soo akan membukakan
pintu. Se Ra tanya dimana barbel-nya ia ingin latihan. Yi Soo mengatakan
kalau barbel ada di kamarnya.
Se
Ra ke kamar Yi Soo mencari barbel. Ia menemukannya di bawah tempat
tidur. Tak jauh dari sana di bawah tempat tidur ia melihat sebuah kotak.
Ia penasaran, lalu mengambil dan membukanya.
Isinya sarung tangan yang terukir angka 836. Se Ra terheran-heran tapi sepertinya dia belum menyadari sesuatu.
Ternyata paket kiriman itu bukan untuk Se Ra melainkan untuk Yi Soo. Yi Soo membukanya dan isinya sepasang sepatu cantik.
Se
Ra iri dan menyindir ternyata Yi Soo memiliki keahlian mendapatkan
sepatu bermerk. Sepertinya Yi Soo tak mengenal yang namanya merk
terkenal. Se Ra memberi tahu kalau itu sepatu limited edition harganya
saja 1,3 juta won. Mata Yi Soo membesar karena kaget. Sepertinya Yi Soo
tahu siapa pengirimnya, Do Jin.
Yi
Soo pun menghubungi Do Jin tapi tak juga dijawab. Se Ra kesal setengah
mati karena penasaran siapa pria yang mengirimkan sepatu untuk Yi Soo.
Yi Soo mencoba menerka-nerka Do Jin bukan yang mengirim sepatu untuknya.
Bersambung di Part 2
Tidak ada komentar :
Posting Komentar