Empat
Kim tiba di rumah sakit
dengan setelan jas tanpa memakai dasi melangkah masuk ke dalam rumah sakit.
Sesaat langkah Kim terhenti saat dirinya melihat pria yang hampir menabrak Via
sewaktu di Bali melintas di depannya. Melihat ekpresi yang ditunjukkan pria
itu, Kim menduga ada rencana yang akan mereka lakukan kembali. Tiba-tiba Kim
terkejut dengan kehadiran Via yang muncul di belakangnya, “hahhhh… kau
mengangetkanku!”.
Via tertawa, “hahaha… maaf
Dok… tapi… Dokter lucu terkejut”.
“Hahaha…haha…” Kim
tertawa yang dibuat-buatnya.
“Dokter marah?”.
“Sudahlah…” Kim melangkah
pergi.
“Tunggu…” Via langsung
memengang tangan Kim untuk menghalanginnya pergi.
“Ada apa lagi perawat Via?”.
“Kenapa Dokter semalam tidak
mengangkat telponku?”.
Kim menjawab pertanyaan Via
sambil berjalan, “aku sibuk”.
“Sesibuk itukah?”.
“Ya”.
Via masih memperhatikan Kim
yang melangkah pergi menjauh darinya.
***
Potter masuk ke WC pria.
Beberapa saat kemudian beberapa perawat pria masuk ke dalam kamar mandi. Mereka
bukan BAK atau BAB di kamar mandi tersebut melainkan membicarakan kabar yang
menghebohkan tentang dokter baru.
“Tidak pantas seorang dokter
berhubungan dengan seorang perawat!” kata perawat salah satu dari mereka.
“Baru jadi dokter saja sudah
seenaknya!” kata yang lainnya.
“Kau bilang seperti itu
karena kau menyukain perawat Via kan?” kata perawat yang membuka pembicaraan
yang pertama.
“Siapa sih yang gak menyukain
perawat Via, dia cantik banget…”.
“Bener banget…”.
“Bukan itu saja. Aku dengar
Dokter Kim memitah pemeriksaan ulang pada anak Citra,” kata yang lainnya.
“Apa! Itu tandanya dia
meragukan pemerisaan yang dilakukan
Dokter Bon”.
“Harap maklum… dokter baru…
suka mencari perhatian hahaha…”.
“Tapi pemeriksaan itu tidak
akan dilakukan kok”.
“Kenapa? Apa Presdir Surya
tidak setuju?”.
“Anak Citra di bawah pulang
oleh keluarganya semalam”.
“Gak jadi dong…
hahaha…haha…”.
“Apa kalian tahu Dokter
Potter dan Perawat Via sudah dijodohkan dari dulu,” kata perawat yang lainnya.
“Benarkah…??”.
“Tapi semua itu batal karena
perawat Via menyukain Dokter Kim”.
Potter yang dari tadi bisa
menahan akhirnya tidak bisa menahan lagi saat namanya mulai di bicarakan oleh
mereka. Potter langsung keluar dari WC. Semua perawat yang ada di kamar mandi
terkejut melihat Potter yang tiba-tiba muncul dari balik pintu WC, “Dokter…”.
“Apa kalian tidak ada kerjaan
lain selain membicarakan orang lain!!” marah Potter.
Semua diam terpaku dan tak
berani menatap Potter yang menatap mereka dengan tatapan tajam.
***
Kim yang mendengar kabar
bahwa anak Citra sudah di bawah oleh keluarganya pulang membuat Kim kesal.
Padahal dia ingin membuktikan bahwa diagnosa Dokter Bon itu salah dan itu bisa
membuka semua kejahatan yang dilakukan Dokter Bon selama ini. Tapi semua
sia-sia karena anak Citra sudah pergi. Kim mulai curiga dengan kepergian anak
Citra yang tiba-tiba, “pastih ada sesuatu,” nyakin Kim.
***
Via dan Sri segera melakukan
pertolongan pertama pada pasien kecelakaan yang baru tiba. Dengan seriusnya Via
membersihkan luka-luka pada pasien tersebut.
***
Acton menemuin Surya
diruangannya, “apa benar Dokter Kim memintah pemeriksaan ulang pada anak
Citra?” tanyanya ingin dengar langsung dari Ayahnya.
“Rasa penasaran dokter baru
itu sudah biasa,” jawab Surya.
“Ayah tidak akan
menghentikannya kan?”.
Surya menatap Potter, “sampai
kapan kau berhenti mencurigain Ayah!!”.
Potter berdiri, “aku hanya
tidak ingin Ayah terlibat,” lalu keluar dari ruangan.
“Anak itu!!” marah Surya yang
melihat putra satu-satunya itu selalu bersikaf dingin padanya.
***
Via pulang ke apartemennya.
Ketika memasukkin gedung apartemen, sekali-kali Via menolek ke belakang, apakah
ada yang mengikutinnya atau tidak. Ketika sudah nyakin tidak ada yang
mengikutinnya barulah dirinya melajutin langkahnya. Via tidak melihat lagi kardus-kardus yang berada di pinggir pintu lift. Namun tidak mau memperdulikannya, dia langsung masuk
ke dalam lift yang telah terbuka, dan langsung menuju apartemennya yang berada
di lantai 4.
***
“Apa tidak terlalu besar
apartemen ini untukmu?” kata Arnila melihat ukuran apartemen baru milik Kim.
“Aku sudah bosan dengan
apartemen kecil,” alasan Kim sambil merapikan buku-buku ke rak.
“Aku dengar Via juga tinggal
di gedung ini,” Arnila yang sudah mengetahui mengapa Kim pindah.
Kim diam.
“Apa itu kebetulan?”.
“Bukannya kau bilang, aku
harus menjaganya”.
“Kau terlalu
menghabur-haburkan uangmu”.
“Aku memakai uang pribadiku”.
“Apa sampai seperti itukah
kau ingin menyelesaikan kasus ini!?”.
“Ya. Aku bergabung ke
polisian hanya karna kasus ini! Aku tidak penduli seberapa besar uang yang aku
keluarkan! Aku hanya ingin mereka semua menerima akibat yang mereka lakukan
selama ini!!” tekat Kim selama ini.
Arnila diam tidak bisa
berkata apa-apa lagi. Dia tahu selama ini Kim sudah banyak menderita karena
kasus ini. Ketika kasus ini sudah ada di tangannya, Kim tidak akan
menyia-yiakan kesempatan itu.
***
Via tidak bisa memejakan
matanya karena suara ribut yang berada di apartemen sebelahnya, “ahhh…” sambil
menutup telingahnya dengan kedua tanganya, “dasar tetangga baru!!” kesal Via
yang tidak bisa tidur. Karena tidak bisa tidur juga, Via ke luar menikmatin
suasana malam dari balkon apartemennya. Untuk menghilangin rasa stress yang
menyelimutin dirinya, Via menelpon Kim. Setelah tersambung, “halo Dokter…”.
“Ada apa?” tanya Kim yang
sedang memukul paku ke dinding menggunakan palu untuk meletakkan lukisan.
“Dokter sedang apa?” tanya
Via yang mendengar suara berisik, “kok berisik baget?”.
“Aku baru pindah”.
“Ternyata nasif Dokter sama
dengan tetanggaku”.
“Maksudmu?”.
“Ya… sama-sama baru pindah,”
goda Via.
Kim tersenyum lebar, “haha…”.
“Dokter tinggal dimana
sekarang?”.
“Tak jauh dari rumah sakit,”
diam sejenak, “sebaiknya kau tidur, sudah malam”.
“Bagaimana aku bisa tidur
Dok, beriksi banget,” rengek Via.
Kim menghentikan
pekerjaannya, “good night,” lalu menutup telpon.
“Kok di tutup sih…” betek
Via. Tapi anehnya suara yang berisik yang tadi
terdengar sangat jelas tidak terdengar lagi. Suasana malam mulai
terhening. Via yang tidak ingin ambil pusing dengan keadaan yang kebetulan ini
lalu masuk ke dalam kamar dan segera tidur.
***
Dari ruang pemeriksaan Acton kembali keruangannya, “brensek!!” dengan
nada tinggi Acton melepaskan kemarahannya sambil melempar file ke atas meja
kerjanya.
“Ada apa?” tanya Gita yang
sudah berada di ruang Acton.
“Mereka menolak membuka
mulut!”.
“Tapi kan kemarin…”.
“Aaahhh!!” Acton yang masih
kesal.
***
Kim mendatangin pemukiman
kumu yang berada di pinggir kota. Dengan alamat seadanya Kim melangkah
memasukin pemukiman tersebut. Melihat penampilan Kim yang cool dan menarik,
semua mata tertujuh kearahnya. Tanpa memikirkan apa tangapan mereka tentang
dirinya, Kim terus melangkah menuju alamat yang ingin dia datangin.
“Dokter Kim…” panggil seorang
pria ketika melintas di depan Kim.
Kim tersenyum pada pria itu.
Tanpa sedikit pun jijik atau
gengsi Kim duduk di bangku yang sudah tidak layak lagi di dudukin itu. Kim
memperhatikan keadaan rumah kayu yang yang tidak layak lagi ditempatin.
“Bagaimana keadaan Citra?” tanyanya.
“Ya begitulah Dok,” jawab
Budi ayah dari Citra.
Citra tiba-tiba muncul,
“Dokter…” senang melihat Kim.
“Bagaimana keadaanmu?” tanya
Kim lembut.
“Lemas dan kadang kepala
pusing Dok,” keluhan Citra.
“Apa yang membuat Dokter
datang kemari?” tanya Budi.
“Aku hanya ingin tahu kenapa
bapak tiba-tiba membawa Citra pulang?”.
“Biaya Dok”.
“Bukannya biaya rumah sakit
gratis?” sepengetahuan Kim.
“Itu juga yang aku katakan
pada mereka Dok. malah mereka menjawab tidak ada yang gratis di dunia ini,”
kata Budi dengan wajah sedih.
“Karena itu,” Kim yang sudah
mengetahuin penyebab anak Citra di bawah pulang oleh keluarganya tempo hari.
***
“Dok, ada yang mencari
Dokter,” kata Sri pada Potter yang sedang memeriksa pasien di ruang UGD.
Potter menghentikan
pekerjaannya, siapa?” sambil menolek, “Arnila…” kanget melihat kehadiran teman
satu kerjanya sewaktu di Bali berada di hadapannya.
Arnila tersenyum.
Potter mengajak Arnila ke
kantin rumah sakit. “Kapan kau sampai di Jakarta?”.
“Semalam Dok,” bohong Arnila.
“Kenapa kau tidak menelpon
kau akan datang?”.
“Aku ingin buat kejutan”.
“Aku senang akhirnya kau
menerima tawaran itu”.
“Sepertinya aku tidak bisa
jauh dari Dokter”.
“Hahahaha… haha… aku senang
kau ada di sini”.
“Aku juga Dok”.
***
Via datang ke rumah orang tua
angkatnya. Kedatangan Via disambut hangat oleh Joni yang sebelumnya Via
memberitahukan kedatangannya. “Kau tidak kerja sayang?”.
“Aku Dinas malam Yah. Aku
bosan sendirian di apartemen,” sambil duduk di sofa, “aku tinggal dengan
Ayah yach…”.
Joni diam.
“Yah…”.
“Ayah ingin kau belajar
mandiri sayang,” alasan Joni.
“Tapi Yah…”.
Joni membuka topik
pembicaraan baru, “kalau ada waktu luang seperti ini, kau seharusnya
bersenang-senang sayang. Kau harus menikmati masa mudamu, jangan terlalu serius
bekerja”.
“Iya Yah”.
***
Kim menemuin Surya di ruangannya,
“maaf menganggu Presdir,” sambil masuk ke dalam ruangan.
“Duduklah… apa ada masalah
lagi Dok?”.
“Aku hanya ingin menayakan
tentang anak Citra”.
Surya tersenyum lebar, “Aku
sudah mendengarnya. Sayang sekali keluarga tiba-tiba memutuskan untuk membawa
anak Citra pulang,” diam sejenak, “tapi itulah orang miskin… mereka takut
dengan biaya rumah sakit yang menumpuk hahaha…”.
“Bukannya biaya rumah sakit
untuk pakir miskin gratis Presdir,” Kim yang mulai memacing pembicaraan.
“Dokter Kim… aku mendirikan
rumah sakit ini bukan hanya untuk orang-orang miskin saja Dokter. Dan mana ada
rumah sakit memberikan pengobatan 100% gratis Dok. Aku seorang pengusaha, dan
aku ingin mendapatkan keuntungan yang sangat besar,” kata Surya panjang lebar.
Kim memaksakan senyumanya,
“aku sudah mendapatkan jawabannya. Permisih Presdir…” lalu keluar dari ruangan.
Diluar ruangan Kim bertemu dengan Potter
yang akan keruangan Surya. Kim terus berjalan tanpa memperdulikan Potter yang
memadangnya.
***
Gita mendekati Acton yang
sedang termenung di taman yang berada di luar gedung kepolisian. Dengan modal
segelas kopi, Gita berharap suasana Acton terhibur. “ini…” sambil memberikan
gelas berisi kopi.
Acton mengambilnya, “kau
belum pulang,” lalu meminumnya.
Gita duduk di sebelah Acton,
“kau juga belum pulang”.
“Pulanglah”.
“Bos tidak mau mengantarku?”
harap Gita.
Acton menatap Gita.
“Aku hanya bercanda Bos…”
Gita yang tidak terlalu berharap banyak.
Acton tertawa melihat sikaf
Gita yang tidak pastih, “hahaha…”.
“Bos ketawa haha… akhirnya
aku berhasil buat Bos tertawa hahaha…” senang Gita.
Acton masih tertawa,
“hahaha…”.
***
Sesampai di rumah sakit, Via
langsung ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya. Setelah mengganti
pakaiannya, barulah dirinya keruangan UGD. Sebelum masuk ke ruang UGD, Via
menolek ke belakang. Via masih merasakan bahwa dirinya masih diikutin
seseorang, tapi sampai sekarang dia belum tahu siapa orangnya.
Kekuatiran mulai menyelimuti
dirinya, “ada apa sih dengan ku…” lalu masuk ke dalam ruang UGD.
“Kau telat 15 menit,” kata
Sri pada Via yang baru tiba.
“Aku ganti pakaian dulu,”
alasan Via.
“Apa kau tidak bisa memakai
pakaian di rumah?”.
“Aku tidak suka model pakaian
ini,” Via yang dari awal tidak menyukai seragam perawat yang dikenakannya itu.
“Kau ini!”.
“Ada pasien…”. Tanpa menungu
perintah dari siapa pun Via dan Sri segera memberi bantuan pada pasien yang
baru tiba.
***
Potter masuk keruangan Surya.
“Kau belum pulang?” tanya Surya melihat putranya menemuin dirinya.
“Apa Ayah melakukan sesuatu?”
tanya Potter yang masih teringat dengan ekpresi wajah Kim saat keluar dari
ruangan Ayahnya.
“Aku tidak melakukan
apa-apa”.
Potter ragu mempercayai
Ayahnya.
“Kau tidak percaya?”.
Potter tidak menanggapin
pertanyaan Ayahnya, dia malah mengalihkan pembicaraan, “aku akan antar Ayah
pulang”.
“Baiklah”. Lalu mereka berdua
meninggalkan rumah sakit.
***
“Sekarang apa rencanamu?”
tanya Arnila setelah mendengar cerita Kim.
Kim diam dengan tatapan
tertuju pada gambar seorang pria yang berada di layar komputer tablet
miliknya. Kata-kata yang diucapkan Surya masih di ingatnya sangat
jelas, “Dokter Kim… aku mendirikan rumah
sakit ini bukan hanya orang-orang miskin saja Dokter. Dan mana ada rumah sakit
memberikan pengobatan 100% gratis Dok.
Aku seorang pengusaha, dan aku ingin mendapatkan keuntungan yang sangat besar”.
***
“Kau mau pulang?” tanya Sri
melihat Via bersiap-siap untuk pulang.
“Kan sudah ganti jam,”
jawab Via yang sudah sangat mengatuk.
“Tapi kan perawat penganti
lum ada yang datang”.
“Maksudmu kita harus
menunggu?”.
“Ya bagaimana lagi”.
“Kau aja yang nunggu. Aku mau
pulang,” kata Via lalu pergi tanpa memperdulikan kekecewaan Sri padanya.
“Via memang selalu seenaknya
aja!” kesal Laila yang juga perawat di ruang UGD.
***
Joni berada di kamar Via. Dia sudah lelah mencari
file-file yang di inginkan Surya. Sudah di periksanya setiap sudut rumah ini
namun dia tidak menemukan file-file tersebut. “Dimana sebenarnya kau
sembunyikan,” kata Joni yang sudah putus asa.
***
Kim keluar dari apartemennya,
dan menikmati suasana pagi dari balkon apartemennya. Kim mengerakkan tubuhnya
dengan gaya berbeda-beda untuk membuat tubuhnya kembali segar setelah semalaman
mengistirahatkan tubuhnya.
Tanpa disadari Kim, Via
sedang memadang dirinya dari pekarangan gedung apartemen dengan tatapan tidak
percaya, “Dokter Kim…”. Berkali-kali Via mengucek-ucek matanya untuk memastikan
apakah yang dilihatnya itu benar Kim atau bukan. “Itu benar Dokter Kim…” senang
Via. Via yang sudah terlajur senang tidak memikirkan kenapa Kim bisa berada di
satu gedung dengannya, “Dokter Kim…!!” teriak Via tanpa memperdulikan
orang-orang memperhatikannya.
Kim yang berada di lantai 5
tidak begitu jelas mendengar panggilan Via. Dia masuk tanpa mengetahui bahwa
Via sudah melihatnya.
Via yang tidak mau menyerah
langsung menuju ke lantai 5. Hanya ada 4 apartemen yang berada di lantai 5, itu
membuat dirinya bingung apartemen yang mana Kim tinggal. Rasa penasaran yang
ada pada Via membuat dirinya menduga-duga apartemen mana Kim tinggal. Ketika
Via mau mengetuk pintu tiba-tiba pintu apartemen sebelahnya terbuka.
“Via…” kanget Kim melihat Via
yang awalnya dia tidak ingin Via mengetahuin dirinya tinggal satu gedung
dengannya.
“Dokter…” sambil mendekati Kim, “ternyata Dokter tinggal
disini juga,” Via yang tidak bisa menutupin kebahagiannya.
“Bukannya aku sudah bilang
aku tinggal tak jauh dari rumah sakit”.
“Tapi aku gak mengira Dokter
tinggal di sini”.
Kim tersenyum, “kau tahu dari
mana aku tinggal disini?”.
“Aku melihat Dokter dari
bawah”.
Kim kesal karena
kecerobohannya namun tidak ditampakkannya di hadapan Via.
“Apa Dokter tidak tahu aku
tinggal disini?” tanya Via penasaran.
Kim tidak menjawab, dia hanya
tersenyum.
Bersambung
Tidak ada komentar :
Posting Komentar