Minggu, 02 Maret 2014

Cerita : Thank For Love


1

            Matahari semakin terik, suasana jalan semakin padat. Ada kendaraan beroda empat, tiga maupun beroda dua. Bunyi klason kendaraan berbunyi dari kendaraan yang satu dengan kendraan lainnya. Tampa jelas semua mengemudi kendraan sudah terbiasa dengan keadaan macet seperti ini.
            Jet yang dari tadi memperhatikan Ken yang membunyikan klason mobil tampak sudah terbiasa dengan perilaku aneh atasannya tersebut. Dia melihat Ken menikmati permainannya itu padahal tidak ada kendaraan yang menghalangi jalan kendaraan mereka. “Pak kita sudah sampai,” kata Jet mengingatkan Ken untuk berhenti di toko bunga.
            Ken menghentikan di salah satu toko bunga yang berderet di pinggir jalan, “kau tunggu disini,” katanya pada Jet, lalu keluar dari mobil dan langsung ke toko bunga.
            Seorang pelayan toko bunga mendekat, “siang Pak,” sapa pelayan itu ramah, “bisa saya bantu?”.
            “Aku mau bunga mawar,” sambil menujuk bunga mawar merah dan putih, “melati,” lalu menuju melati dan kemudia anggrek, “anggrek,” padangannya tanpa segaja tertuju pada wanita yang sedang merangkai bunga di dalam toko, Ken tersenyum.
            Wanita itu ternyata Nomi. Nomi menolek lalu membalas senyuman.
            “Ada yang lain Pak?” tanya Pelayan itu lagi.
            “Aku mau di rangkai dalam satu tempat,” lalu mengeluarka selembar kertas berisi alamat kemudian diberikannya pada pelayan itu, “kirimkan ke alamat ini”.
            Pelayan itu mengambilnya, “mau di tuliskan sesuati di kartu ucapan Pak?”.
            “Tuliskan saja, selamat ulang tahun,” kemudian mengambil dompet dari saku celana, ”berapa?”. Setelah membayar Ken pun meninggalkan toko bunga.
***
            Bella tampak senang mendapatkan kiriman bunga dari Ken, “kau adik terbaikku,” katanya setelah membaca kartu ucapan.
            Pak Hendri mendekat dan memeluk Bella dari belakang, “sepertinya aku akan susah melepaskan kau dari Ken,” katanya.
            “Aku juga akan susah melepaskanmu dari Nomi,” kata Bella pada pria yang lebih tua darinya 25 tahun itu.
            Pak Hendri mengeluarkan cicin dari saku celananya, lalu memberikannya pada Bella, “maukah kau menikah denganku,” Pak Hendri melamar Bella di saat dirinya berulang tahun.
            Bella sangat bahagia. Air matanya menetes menujukan kebahagiaannya, “kau serius?”.
            Pak Hendri memasangkan cicin di jari manis Bella sambil berkata, “trimah kasih kau menerimaku yang sudah tua ini”.
            Bella langsung memeluk Pak Hendri, “aku sangat bahagia… aku sangat bahagia…”. Bella yang sangat mencintai pria yang pantas  menjadi ayahnya tersebut. Bella tidak penduli dengan perbedaan umur yang cukup jauh antara mereka berdua. Yang sekarang dia ingin tunjukan dia bisa bahagia pada pria pilihannya.
*** 




by. Lenni Sri Nanni S