“Ibu ini tugas minggu
kemarin,” kata Doti meletakkan beberapa kertas di atas meja kerja Klara.
“Iya, nanti Ibu periksa.
Hari ini kita masuk jam 12 khan? Suruh teman-teman fotokopi ini,” kata
Klara pada Doti memberika 2 lembar
kertas untuk di fotokopi mahasiswa untuk bahan kuliah nanti bersamanya.
“Baik bu,” kata Doti
mengambil kertas dari tangan Klara.
“Oh iya. Suruh Candra
menghadap Ibu, dia belum ujian susulan dengan ibu”.
“Candra seminggu ini tidak
masuk bu”.
“Kenapa?”.
“Tidak tahu bu. Hpnya
tidak aktif lagi”.
“Klaian sudah
kerumahnya?”.
“Kata ibu kosnya Candra
sudah pulang ke rumah orang tuanya di Bogor.
“Ya sudahlah. Kau kembali
ke kelas”.
“Baik, permisih bu,” Doti
keluar dari ruangan dosen menuju kelasnya.
“Bukannya Candra mencari
Ibu seminggu yang lalu untuk ujian susulan,” ingat Erika waktu Candra menumbur
dirinya, alasan Candra mau ujian susulan dengan Ibu Klara.
“Candra belum mintak ujian
susulan padaku?” seingat Klara.
“Kenapa dia bohong,” binggung
Erika.
“Mungkin Candra takut
melihat Ibu Erika. Ibu Erika kan terkenal dosen yang judes,” kata Benni.
“Apa!” Erika marah.
Benni pura-pura kembali
bekerja.
Klra hanya tersenyum
melihat Erika dan Benni namun di benak Klara masih memikirkan kenapa Cndra berbohong
pada Erika.
***
“Sudah lama?” tanya Paris
pada Jenni yang duduk di sofa yang menunggunya.
“Sekitar sejam, “jawab
Jenni, “bagaimana?”.
“Pak Surya hanya mendorong
korban, dan kepala korban hanya mengenai meja. Coba cari tahu apa di belakang
kepala korban ada memar?”.
“Kau belum menjawab
pertanyaanku?”.
“Bukannya kau bertanya apa
yang aku dapat dari Pak Surta?”.
“Tidak”.
“Lalu?”.
“Bagaimana perasaanmu saat
bertemu dengan mertua?” goda Jenni.
“Paris tersenyum. “kita
selesaikan dulu kasus ini”.
“Kau selalu serius. Coba sekali-kal
kau buat hidupmu happy”.
Paris hanya tersenyum
menanggapin perkataan Jenni.
***
“Aku kasihan dengan Pak
Paris dengan Ibu Klara,” kata Erika.
“Kita jangan terlalu ikut
campur urusan mereka berdua. Mereka pastih bisa menyelesaikan,” nyakit Rian
sambil menyetir mobil menuju rumah Erika, “besok malam kau sibuk?”.
“Tidak. Kenapa?”.
“Besok kita makan malam
berdua”.
Wajah Erika langsung
memerah, “benarkah”.
“Iya. Besokkan malam minggu”.
***
Paris datang pagi-pagi ke
kampus. dilihatnya Klara termenung sambil berjalan. Tak sadar Paris sudah
dilewatinnya, tanpa menyapa sedikitpun pada Paris. Paris yang baru pertama kali di cuekin langsung heran melihat sikaf
Klara, “hei … !!“ panggil Paris.
Klara langsung tersadar,
dibaliknya tubuhnya. “kau sudah lama berdiri di situ?” tanya Klara.
“Kau ingin cari mati ya!”.
“Apa sih…” binggung Paris
marah.
“Benar kau tidak
melihatku?”.
Klara mengeleng.
Paris menatap Klara, “apa
yang kau pikirkan?”.
“Tidak ada. Hanya
mahasiswa yang berbohong”.
“Bohong, maksudmu?”.
“Candra berbohong pada Ibu
Erka kalau dia mau ujian susulan denganku minggu kemarin,” penjelasan Klara.
“Apa hari ini Candra
masuk?”.
“Sudah seminggu ini dia
tidak masuk. Kenapa?”.
“Bisa kita bertemu dengan
Ibu Erika?” tanya Paris.
Klara mengangguk walaupun
masih binggung.
Paris dan Klara menemuin
Erika di ruang dosen. Didalam ruangan segaja hanya ada Paris, Klara, Erika dan
Rian, selain itu di suruh keluar dari ruangan.
“Memang Pak Paris mau
bertanya apa?” tanya Erika.
“Kapan Candra berbohong
jika dia mau ujian dengan Klara?”.
“Pas kejadian pembunuhan Pak Rudi. Candra menabrakku dari
belakang tak jauh dari tangga. Kelihatannya dia sedang buru-buru. Katanya dia
buru-buru karna mau ujian susulan dengan Ibu Klara,” cerita Erika.
“Jam berapa?”.
“Aku keluar dari ruangan
jam 9.35,” jawab Erika lagi.
“Ada apa sebenarnya?”
tanya Rian.
“Kau mencurigain Candra?”
tanya Klara yang juga tidak mengerti maksud pertanyaan Paris pada Erika.
“Iya. Aku mencuringain
Candra membunuh Pak Rudi,” jawab Paris.
“Kenapa kau
mencuringainnya?” tanya Rian.
“Kayu yang terdapat di TKP
ada 2 cap tangan, 1 milik Pak Prengky dan 1 milik Candra”.
“Apa!” semua kanget
mendenggar penjelasan Paris pada mereka.
Paris mengantar Klara
pulang. “Kau serius mencurigain Candra pelakunya?” tanya Klara pada Paris.
“Jika Ayahmu berkata
jujur, Candra pelakunya, sekarang mencari tahu keberadaan Candra sekarang”.
“Aku percaya padamu, kata
Klra lalu membuka pintu mobil untuk keluar dari mobil. “Oh iya… apa aku bisa
mendenggar rekaman saat kau bertanya pada Ayah?”.
“Datanglah besok ke
apartemen”.
“Iya,” Klara turu dari
mobil. Tiba-tiba hpnya berbunyi, setelah tahu siapa yang menelpon langsung
diangkatnya, “Halo… ada apa Ibu Erika?” tanya Klara.
“Aku mau mintak bantuan
dengan Ibu Klara. Tadi mau ngomong di kampus ada Rian. Ibu bisa bantu aku?”
kata Erika yang mondar-mandir di kamarnya yang menelpon Klara.
“Bantu apa?”.
“Rian mau mengajak aku
makan malam. Ibu kan pintar dadan”.
Klara tersenyum tahu
maksud Erika menelponnya, “ok. Aku ke
rumah ibu,” lalu mematikan hp.
“Ada apa?” tanya Paris di
dalam mobil.
“Bisa antar aku ke rumah
ibu Erika?”.
Paris mengangguk. Klara
masuk kembali kedalam mobil. Paris menjalankan mobil menuju rumah Erika yang
berada tak jauh dari kampus.
***
Erika mondar mandir di depan
rumahnya menunggu Klara yang dari tadi
tidak datang-datang juga padahal sudah sejam lebih dirinya berdiri di depan rumah. Erika melihat monil berwarna
krem berhenti di depan rumah. “Maaf menunggu lama,” kata Klara yang keluar dari
mobil.
Erika melihat Paris yang
mengantar Klara, “Ibu bersama dengan Pak Paris?” malu Erika yang berharap Klara
datang sendiri.
“Iya”.
“Apa Pak Paris tahu aku
mau makan malam dengan Rian”.
“Ya”.
“Aaahhh….” Malu Erika.
“Kenapa bu?” binggung
Kalar.
“Ayo masuk,” ajak Erika masuk
kedalam rumah. Mereka masuk kedalam rumah,
duduk di ruang tamu.
“Jam berapa kak Rian
jemput?” tanya Klara.
“Jam 6”.
Klara melihat jam di
lenggannya, yang sudah menuju pukul 5, “satu jam lagi. Kita langsung saja,”
ajak Klara.
“Tunggu…” Erika membisikkan
sesuatu di telingga Klara agar Paris tidak mendenggar, “aku tidak ada alat
untuk dadan,” malu Erika.
“Tenang. Tasku lengkap,”
kata Klara yang urusan kecantikan perempuan selalu dibawaknya kemana-mana.
“kamar ibu dimana?”.
“Permisih pak,” kata Erika
pada Paris lalu mengajak Klara masuk kekamarnya.
“Kamar ibu lumayan,” kata
Klara melihat kamar Erika tidak sebesar kamarnya.
“Kita mulai saja”.
“Gaun Ibu ada berapa? Biar
aku lihat dulu”.
“Hanya satu”.
“Apa!”.
Erika langsung menutup
mulut Klara. “Uuusss….” Menyuruh Klara diam.
“Ibu tidak pernah
kencan?”.
“Ini pertama kalinya,”
malu Klara.
“Tapi setidaknya cadangan
gaun ada,” binggung Klara dengan sifat Erika. “cob aku lihat gaunnya”.
Erika mengeluarkan gaun
dari lemari. Gaun berwarna kuning,
berlenggan pendek, terdapat bunga-bunga berwarna merah di bagian dadah
dan panjang gaun sapai lutut.
“Cantik,” puji Klara, “Ibu
punya sepatu?”.
“Sepatu kerja ada ya”.
“Mana ada kencan makai
sepatu kerja,” kesal Klara. Klara melihat sepatunya berwarna coklat
kekuning-kuningan, “ibu makai sepatuku saja, aku rasa ukuran sepatu kita sama”.
Erika melihat hak sepatu
sangat tinggi, “berapa tinggi hak sepatu ibu itu?”.
“!0 cm”.
Erika terkejut, “lebih
baik makai sepatuku saja,” kata Erika yang tidak pernah memakai sepatu berhak
lebid dari 5 cm.
“Apa!”.
***
Jam 6 Rian datang menjemput Erika untuk mengajak makan malam di
lestoran yang sudah siapkannya terlebih dahulu. Dilihatnya mobil terpakir
disepan rumah Erika, “bukannya itu mobil Paris?” setahu Rian. Rian masuk kedalam
rumah dilihatnya Paris sedang duduk sambil membaca Koran. “Pak Paris?”.
Paris menolek, “Pak Rian
sudah datang?” sambil berdiri.
“Sedang apa Pak?” tanya
Rian.
Belum sempat Paris
menjawan Klara keluar dari kamar, “Kak Rian sudah datang,” melihat Rian berdiri
di depan pintu. “Ayo bu keluar,” memaksa Erika keluar dari kamar.
Perlahan-lahan Erika
keluar dari kamar sambil menunjukkan senyuman pada Rian. Rain yang memakai
stelan jas sangat tampan terlihat. Rian kanget melihat perubahan Erika,
walaupun masih kaku dengan gayanya
sekarang Erika terlihat sangat cantik malam ini.
“bagaimana kak?” tanya
Klara pada Rian.
“Cantik, “puji Rian.
Erika malu mendenggarnya.
Setelah Rian dan
Erika pergi. Paris melihat Klara yang
tidak memakai sepatu lagi, “benar yang dipakai Ibu Erika sepatumu?” tanya Paris
melihat sepatu yang dipakai Erika.
“Ibu Erika tidak punya
sepatu seperti itu”.
Paris tersenyum. “Apa yang
lucu?”.
“Kau cocok jadi tukang
salon”.
“Aaahhh… perempuan itu
perluh tahu semua itu,” kata Klara membelah diri.
“Ayo kita pulang,” lalu
masuk kedalam mobil. Setelah Klara masuk mobil, Paris menjalankan mobil menuju
rumah Klara. Klara memadang Paris sejak dari rumah Erika. “Apa yang kau lihat?”
tanya Paris.
“Kau jangan berubah
yach…”.
Paris diam yang terus
menyetir.
“Aku senang dengan kau
yang sekarang”.
***
“Kau suka suasananya?”
tanya Rian pada Erika dengan suasana hotel yang dibuatnya seromatis mungkin.
makanan didepan mereka, dengan 2 gelas anggur merah dan di tengah meja terdapat
3 lilin berwarna merah. Ditambah lagu yang romatis yang sudah disiapkan pihak
lestoran.
“Dari kapan kau menyiapkan
ini?” tanya Erika yang sangat senang apa yang dilakukan Rian padanya.
“Dari kemarin”.
“Aku malu jadinya. Seharusnya kau tidak perluh melakukan ini
semua”.
“Tapi biasanya jika
seorang pria mau melamar seorang wanita
akan melakukan seperti ini”.
“Melamar?” kanget Erika.
“Iya. Mau kah kau menikah
denganku,” kata Rian sambil meletakkan kotak yang dibukanya yang berisi cicin
bermata berlian.
Erika tak percaya apa yang
dilihatnya, “apa aku sedang bermimpi”.
“Tidak”.
Erika menanggis menatap
Rian.
“Kenapa kau menanggis?”.
“Aku sangat bahagia”.
Rian legah mendenggar
perkataan Erika. Lalu dipasangnya cicin di jari Erika.
***
Bunda datang ke penjara
dengan membawa makanan untuk dimakan Ayah. “kau jangan setiap hari kesini? Aku
dikasih makan kok disini,” kata Ayah pada Bunda.
“Bunda tahu makanan
dipenjara tidak enak,” kata Bunda membuka isi rantang, “makanlah…”.
“Bunda… maafkan aku. Aku
sudah membuatmu menderita”.
“Sudahlah tidak usah
dipikirkan lagi. Malah dengan masalah ini Bunda tahu Ayah masih sayang pada
Bunda,” senang Bunda.
Ayah tersenyum melihat
Bunda tersenyum. “Ada sesuatu yang aku rahasiakan darimu”.
“Apa itu?”.
“Soal Paris”.
“Kenapa dengan Paris? Apa
Paris membatalkan menjadi pengacara Ayah?!”.
“Tidak. Paris itu adalah
Luky”.
“Apa”.
***
Klara datang ke apartemen
Paris, “tok…tok…tok…” Klara
langsung mengetuk setiba di depan
pitu. Tak lama kemudian pintu terbuka. “kau sudah datang,” sambut Paris, “Ayo
masuk”.
Klara masuk langsung duduk
di sofa. Paris meletakkan rekaman di atas meja. “ini rekamannya?”. Tanya Klra.
“Kita denggarkan,” kata
Paris sambil meyalakan rekaman.
“Tgl 14 Oktober saya melihat istriku berduaan dengan Pak Rudi
masuk ke lestoran, saat itu aku sangat marah pada mereka berdua karna mereka
mantan pacar sebelum aku dan istriku menikah. Aku tahu istriku tidak mungkin berselingku
tapi aku tahu Rudi bagaimana, dia akan
melakukan apapun untuk merusak rumah tangga kami. Tgl 15 Oktober jam 8 aku
datang ke kampus untuk mintak kejelasan pada Rudi dan biar dia tidak mendekatin
istriku lagi. Aku masuk ruangan Rudi tanpa mengetuk lagi. Aku tanya langsung
pada Rudi apa hubungannya dengan istriku, dia jawab kau pikir apa. karna kesal
aku memengang kera bajunya dan berniat mau memukulnya tapi sebelum aku memukul
Rudi berhasil melepaskan tanganku dari kera bajunya. Lalu Rudi berkata kau yang
duluan merebut Reni dariku dan wajar jika aku merebutnya lagi. Aku sangat kesal
dan marah,” cerita Ayah panjang lebar.
“Ada langsung memukulnya dengan kayu?” tanya Paris.
“Tidak, aku tidak pernah memukulnya. Aku hanya mendorongnya,
kepalanya terbentur meja”.
“Dia pingsat?”.
“Iya. Tapi tidak ada darah yang keluar, hanya memar yang aku
lihat dibelakang kepalanya. Aku sempat memeriksa nadinya, Rudi masih hidup. Aku
takut dan langsung pergi”.
“Siapa yang melihat ada keluar dari ruangan Pak Rudi?”.
“Tidak ada. Tapi didepan kampus aku bertemu Klara”.
“Jam berapa ada keluar dari ruangan korban?”.
“Mungkin sekitar jam 8.30”.
Klara mendenggar isi
rekaman antara Ayah dan Paris. “Aku bertemu Ayah di luar kampus jam 9.40,”
ingat Klara.
“jJadi perjalanan dari
ruangan Pak Rudi sampai ke luar hanya 10 menit,” kata Paris.
“Tok…tok…tok…tok…!” pintu
di ketuk dari luar. “itu pastih Jenni,” sambil membukakan pintu, “hai…” sapa
Paris pada Jenni yang ternyata datang.
Jenni melihat Klara,
“ternyata kau juga datng,” kata Jenni pada Klra.sambil masuk kedalam.
“Aku hanya ingin dengarkan
rekaman saja,” jawab Klara.
“Ini…” sambil memberikan
berkas pada Paris, “ihasil fisu korban. Benar yang dikatakan Pak Surya terdapat
memar di belakang kepala korban. Dan sepertinya memang Candra pelakunnya soal
motifnya aku kurang tahu,” penjelasan Jenni.
Hp paris berbunyi. Paris
langsung mengangkat Hp setelah tahu siapa yang menelpon, “halo…,” setelah
mendenggar perkataan si hpenelpon, “cari
tahu keberadaan Candra sekarang. Aku tunggu kabarnya secepatnya,” lalu
mematikan hp.
“Ada apa?” tanya Jenni.
“Apa sebulan ini Candra
sering bolak balik ke ruangan pak Rudi?” tanya
paris pada Klara.
“Aku kurang tahu. Tapi
memang beberapa kali aku lihat Candra keluar dari ruangan Pak Rudi. Ada apa?”.
“Candra menyukain anak
perempuan Pak Rudi tapi tidak di setujuin Pak Rudi selama ini. Seminggu ini
anak Pak Rudi dan Candra menghilag”.
“Iya juga sih… pas
pemakaman Pak Rudi juga anaknya tidak muncul”.
“Perkiraan anak Pak Rudi
ikut serta dalam pembunuhan orang tuanya atau dia culik Candra”.
“Lalu apa rencana kita?”
tanya Klara.
“Menunggu,” jawab Paris.
Klara terkejut, “apa”.
“Sudah malam,” kata Jenni,
“aku pulang duluan, jika ada kabar terbaru beritahu aku,” sambil melihat Klara
tertidur pulas di sofa, “sepertinya malam ini dia harus menginap lagi malam
ini”.
“Mau aku antar,” tawar
Paris.
“Tidak usah. Aku bawak
mobil sendiri,” sambil membuka pintu, “sampai jumpa di kantor polisi besok,”
jenni pun pergi dari apartemen.
Paris menutup pintu.
Setelah itu langsung masuk kamar untuk mengambil selimut, kemudian menyelimutin
tubuh Klara. Beberapa kali Paris menguap. Paris duduk disofa lalu dipejamkan matanya. Beberapa detik
kemudian Paris sudah tertidur pulas dengan cara duduk.
***
Pagi-pagi sekali sebelum
ke penjara, Bunda ke rumah Eka. Eka
sangat terkejut melihat Bunda di tambah maksud tujuan Bunda ke rumahnya. “Jadi
Klara tidak menginap disini?!” kanget Bunda ternyata Klara tidak ada di rumah
Eka. “Jadi Klara menginap dimana?” kuatir Bunda.
Eka gelisah harus menjawab apa ke bunda.
“Kau tahu Klara menginap
dimana?”.
“a..aku..”
“Katakan dimana Klara!”
marah Bunda.
***
Paris dan Jenni datang ke
kantor polisi menemuin petugas yang mengurus kasus Ayah. “selamat pagi,” sapa
Pari, “Aku pengacara dari Pak Surya”.
“Silakan dudik,” kata
petugas.
Paris duduk, “ini ada
beberapa bukti bahwa Pak Paris tidak bersalah,” sambil memberikan beberapa
berkas pada polisi.
Pertugas langsung membaca
berkas yang diberikan Paris. “Klien saya mengatakan hanya mendorong korban,
kepala korban mengenain meja kerja korban. Saya
menerima hasil fisum dari rumah sakit terdapat memar kepala korban. Saat
itu korban masih hidup, karna saat itu Pak Surya masih memeriksa nadinya. Pukul
8.30 Pak Surya keluar dari ruangan
korban”.
“Lalu menurut ada siapa
pelakunya?”.
“Bukankah selain Pak
Prengky terdapat cap tangan Candra?”.
“Tidak ada yang melihat
Candra berada di lokasi”.
“Ada Pak. Namanya Ibu
Erika. Ibu Erika keluar dari ruagan jam 9.35, tak ditabrak oleh Candra. Di
lantai 3 terdapat 4 ruangan 1 ruangan korban, 2 ruangan dosen dan 1 ruangan
rapat. Saya bertanya Candra tidak masuk di 2 ruangan itu. Apa masuk akal
mahasiswa masuk keruangan rapat kecuali keruangan Pak Rudi”, penjelasan Paris.
“Baik kami akan mencari
keberadaan Candra sekarang?” kata pertugas.
“Saya denggar Candra ada
di Bogor. Tempat orang tuanya”.
“Trimah kasih ada sudah memberikan informasi, kami akan tindak
lajutin kasus ini” sambil menyalam Paris.
Paris hanya tersenyum.
***
“Tok…tok…tok…” pintu
apartemen diketuk dari luar. Klara langsung terbangun, dilihatnya Paris tidak
ada lagi di apartemen namun sarapat untuknya sudah tersedia di atas meja, susu
coklat dan salad. “tok…tok…!!” Klara langsung membuka pintu, “siapa sih…”
sambil membuka pintu, “haaa…. Bunda,” kanget klara melihat Bunda berada di
pintu apartemen.
“Anak kurang ajar!!” marah
Bunda, “kau ternyata sering membohongiku!!” yang menanggis sambil memukul
Klara.
“Bunda sakit…”kata Klara
kesakitan di pukul Bunda yang baru pertama kali di pukul Bunda.
“Kau seperti wanita
murahan tidur di rumah pria!!”.
“Kami tidak melakukan
apa-apa Bunda,” Klara menanggis, “selama aku menginap disini, paris tidak
pernah menyentuhku. Aku mohon percayalah padaku, aku mohon Bunda… kami tidak
melakukan apapun hu…hummm…”
Bunda langsung memeluk
Klara. Hp Klra berbunyi, Klara melihat siapa yang menelponnya dari layer hp,
“Paris,” langsung diangkatnya, “halo…ada apa?” setelah tahu tujuan Paris menelponnya,
“baik kita bertemu di Cave,” lalu mematikan hp.
“Ada apa?” tanya Bunda.
“Paris ingin bertemu. Ada
yang ingin dia katakan,” jawab Klara.
***
4 mobil polisi yang
diantara 4 polisi terdapat 5-6 polisi dalam satu mobil menuju rumah kediaman
orang tua Candra yang berada di daerah Bogor. Setiba di lokasi langsung
menemuin sepang suami istri yang sedang menjemur padi di halaman depan rumah.
“Ada apa Pak?” tanya pria
yang sudah lanjut usia.
“Apa benar ini rumah
Candra?” tanya salah satu petugas.
“Iya. Apa salah anak
saya?” tanya orang tua itu lagi.
“Anak bapak terlibat
pembunuhan Pak Rudi.
“Apa! pembunuhan,” yang
tak percaya anaknya melakukan itu semua.
Salah satu polisi melihat
seorang pria di belakang rumah berlari
kearah sawah. “Candra…!!” langsung mengejar Candra yang terus berlari tanpa
penduli teriakan dari polisi. Beberapa polisi mengejar Candra. “jika kau tidak kami tembak!!” kata salah satu
polisi yang siap menebak.
Candra tak menduli ancaman
polisi. Dia terus berlari, akhirnya polisi langsung menebak Candra yang tak mau
berhenti berlari. Peluruh menebus kulit kaki sebelah kanan. Candra pun terjatuh
ke Lumpur yang sydah di tanamin padi.
Orang tua Candra menanggis
melihat Candra yang dibawak oleh polisi dengan luka di kakinya.
***
Klara datang ke Cave Citra
yang biasa mereka datangin. Dilihatnya Paris sedang menunggunya di meja yang
berada di pinggir kolam. Diambilnya hp dari dalam tas, lalu diam-diam memoret
Paris yang juga pura-pura tidak melihat Klara. Beberapa kali Klara memoret,
“seharusnya waktu dia sering tersenyum aku memoretnya,” melihat hasil poretan.
Tak sadar Klara Paris
sudah ada dibelakangnya, “benarkah ini Ibu Klara”.
Klara menolek, “kau…”.
kanget Klara Paris tiba-tiba di belakangnya.
“Apa tidak ada kerjaan
lain selain memoret diam-diam,” kata
Paris.
“Bukannya itu juga kau
sering kau lakukan,” kata Klara.
“Kau ingin memoretku? Ayo
kita ketaman. Disekitar sini ad ataman kota,” paris menarik Klara keluar dari
Cave.
Setiba di taman kota.
Paris bergaya siap untuk di poret, Klara pun segera memoret setap gaya yang
ditunjukkan Paris. Tapi setiap mau memoret gaya Paris hanya itu-itu saja, Klra
mulai bosan. “Ayo poret!” perintah Paris.
“Apakah seorang pengacara
tidak bisa bergaya untuk di poret!”.
“Aku nyaman dengan gaya
seperti ini”.
“Haa… ,” Klara melihat
sepasang kekasih sedang berfoto berdua tak jauh dari mereka, “bagaimana kalau
kita fiti berdua,” usul Klra.
“Aku tidak terbiasa berfoto dengan sembarang wanita”.
“Haaa… cowok aneh! Memang
salah kita berfoto berdua. Aku rasa tidak! Memang seorang pengacara dilarang
berfoto sama seorang wanita”.
“Memang kau siapa aku?
Istriku, pacarku atau kekasihku?!”.
“Kau membuatku kesal!
Kembalikan semua fotoku yang ada padamu!”.
“Baik. Akan aku
kembalikan. Sebenarnya mau aku buang. Kapan mau kau ambil?”.
“Apa!”.
Paris melihat Klra
terkejut, lalu tersenyum lebar, “hemmm…”.
“Memang ada yang lucu!”.
“Kau lucu jika marah”.
“Jadi kau lebih suka
melihat aku marah dari pada tidak! Kau memang cowok aneh!”.
Paris hanya trsenyum. “Besok Ayahmu bebas,” kata Paris.
“Benarkah,” senang Klara
mendenggar kabar dari Paris.
“Mungkin hari ini kita
terakhir bertemu”.
“Apa!” kanget Klara, “kau
besok berangkat?”.
“Tugasku disini sudah
selesai dan Kristi aku ajak ke Amerika. Papa dan Mama sangat senang melihat
Kristin”.
Kau meninggalkan aku lagi, kata Klara dalam hatinya.
Aku harus melakukannya, maafkan aku, kata Paris dalam
hatinya. “semoga harimu menyenangkan,” ucap Paris sambil menjulurkan tangannya.
Klara brusaha untuk tegar,
“kau juga dan jaga Kristin sebaik-baiknya”. Mereka bersalaman sambil saling
menatap.
***
“Kakek kita bertemu dengan
kak Cinderela dulu,” kata Kristin pada Papa.
"He's talking about?” tanya Papa pada Jenni.
“Sayang kau pastih bertemu
dengan kak cinderela tapi bukan sekarang. Aku nyakit suatu hari nanti kalian
akan bertemu lagi”.
“Janji kak”.
“Iya. Tapi kau harus
belajar yang baik di Amerika”.
“Iya”.
“Kau anak yang baik”.
***
Klara dan Jenni datang ke
kantor polisi untu bertanya pada Candra apa yang terjadi sebenarnya. “Saya
minta maaf terutama pada Ibu,” kata Candra pada Klara yang duduk dihadapannya.
“Kenapa kau lakukan itu?”
tanya Klara lembut.
“Aku ingin membalas
kematian adikku bu. Dua minggu yang lalu
Pak Rudi segaja menabrak Rio adikku. Tapi Pak Rudi tidak mengakuinnya, aku
nyakit itu mobil Pak Rudi. Aku tahu Pak Rudi tidak suka kedekatanku dengan
putrinya tapi jangan libatkan adikku, sampai merenggut nyawanya,” menanggis,
“pagi itu aku segaja datang pagi-pagi niat mau membalas dendam, tapi aku
mendenggar suara keributan dari dalam ruangan. Setelah orang yang bertengkar
dengan Pak Rudi keluar, aku masuk. Aku lihat Pak Rudi sudah siuman, aku
langsung saja memukulnya,” cerita Candra.
“Sekarang dimana putri Pak Rudi?” tanya Jenni.
“Dia tinggal bersama
temannya yang berada di Bandung,” jawab Candra.
“Apa dia tahu kau membunuh
Ayahnya?”.
“Iya”.
***
Dibandara Sukarno-Hatta. Papa, Mama, Kristin dan Paris
mau masuk kedalam bandara. Paris menolek ke belakang. “Apa yang kau tunggu
sayang?” tanya Mama.
“Tidak ada,” jawab Paris,
“ayo kita masuk,” kata Paris pada kedua orang tuanya yang berusaha tidak
menampakkan kesedihannya meninggalkan
wanita yang dicintainnya.
***
Klara, Bunda dan Jenni
menunggu Ayah di depan kantor polisi.
Hampir 1 jam mereka menunggu yang akhirnya Ayah keluar juga. Bunda
langsung memeluk Ayah, “ayah…” senang Bunda melihat suaminya sudah keluar dari
masalahnya.
“Ayah…” kata Klara yang
juga menyambut kebebasan Ayah.
“Trimah kasih atas bantuan
pengacara,” kata Ayah pada Jenni.
Jenni hanya tersenyum.
“Mana Paris?” tanya Ayah.
Terdenggar jelas suara
pesawat yang melewatin di atas penjarah. Klara langsung melihat arah pesawat
yang terbang jauh dan semakit jauh sampai tak terlihat lagi. “Paris sudah
pergi,” kata Klara yang berusaha tidak menanggis di depan kedua orang tuannya.
Jenni melihat mata Klara
berkaca-kaca. “kenapa kau tidak menahannya”.
“Apa perluh aku
menahannya. Seharusnya tanpa aku tahanpun dia harus tidak pergi”.
“Paris pastih kembali”.
Klara menatap Jenni,
“maksudmu?”.
“Apa perluh aku telepon
kau jika Paris kembali”.
Klara tersenyum sambil
mengangguk.
***
Tiga bulan kemudian.
seperti apa yang dikatakan Klala pada Paris, setelah Ayah bebas rumah
dijual. Uang hasil jual rumah digunakan
untuk membeli rumah yang tak sebesar rumah yang lama dan sebagiannya lagi
digunakan membuka toko buku disekitar kampus Klara mengajar.
“Ayah Bunda,” sapa Klra
yang baru tiba di toko.
“Sayang… kau sepertinya
lelah sekali,” kata Bunda menyambut kedatangan
Klara.
“Tidak juga”.
“Bu. Dimana buku UU?”
tanya Doti.
“Ayo ikut Ibu,” kata Klra
mengaja mahasiswanya ke bagian buku UU.
***
Paris keluar dari Bandara,
dilihatnya Jenni sedang berdiri didepan pintu mobil sambil melambaikan
tangannya pada Paris. “sudah lama tidak bertemu,” kata Paris pada Jenni.
“Kau kelihatan kurus,”
kata Jenni.
Paris hanya tersenyum. “Kita
mau kemana sekarang?” tanya Paris sambil membuka pintu mobil.
“Kau ingin langsung
kerja?”.
“bukannya kau menyuruh aku
ke Indonesia karna ada kasus yang tidak bisa kau selesaikan”.
“Jadi gara-gara kasus itu.
Aku pikir kasus lain?”.
“Maemang ada kasus lain?”.
“Kasus hatimu,” kata Jenni
sambil masuk dalam mobil.
Paris masuk dalam mobil,
“jangan membahasnya lagi”.
Jenni menyetir mobil
menuju kantor. “kau tidak menyukain Klara lagi? Melihat keadaanmu selama tiga
bulan ini aku tidak nyakin kau melupakannya”.
“Anggap saja Klara masa
laluku”.
“Sebenarnya apa lagi yang
membuat kau ingin menjauhin Klara. Orang tua Klara dan orang tuamu sudah
setujuh hubungan kalian berdua. Kalian
saling mencintain. Apa lagi??”.
***
“Siapa yang tahu
Yurisprudensi?” tanya Klara pada mahasiswa . “masa tidak ada yang tahu?” kata
Klara melihat mahasiswa diam menatap dirinya di depan kelas, “cari apa artinya dan Negara mana yang menggunakan
hokum ini. Besok ibu tunggu di meja ibu,” perintak Klara.
“Ahhh… ibu…” serentak
menjawab.
“Besok kita lanjutin lagi.
Selamat siang anak-anak,” lalu keluar dari kelas langsung menuju ruangan dosen
yang sudah dipindahkan di lantai 2. Didalam ruangan Klara melihat teman-teman
satu kerjanya sebagai dosen.
“Ini bu…” Erika memberikan
undangan pada Klara.
Klara melihat undangan,
“Ibu Erika dan kak Rian mau menikah,” yang ikut gembira melihat Erika dan Rian
akan segera menikah.
“Acaranya masih 2 minggu
lagi,” kata Erika malu.
“Sekarang yang belum
menikah tinggal Ibu Klara? Kapan Pak paris melamar Ibu?” tanya Benni. Semua
menatap Benni. Benni baru ingat, “maaf bu,” kata Benni pada Klara.
“Tidak apa-apa,” sambil
tersenyum. Hpnya berbunyi, Klara langsung mengangkatnya setelah tahu siapa yang
menelponnya, “halo…ada apa?” setelah tahu maksud si penelpon menelponnya,
“benarkah. Trimah kasih,” gembira Klara
mendenggar kabar yang sudah lama di tunggunya. Semua menatap dirinya. Klara
hanya tersenyum lebar.
***
“Saya harap Pengacara
Paris mau membantu saya selama seminggu ini. Hanya seminggu,” kata Pak Hendrik
memintak tolong pada paris.
“Kenapa harus aku?” tanya
Paris.
“Saya lebih percaya pada
ada dari pada siapapun. Setidaknya ada mempunyain pengalaman mengajar”.
“Baiklah. Kalau hanya
seminggu”.
“trimah kasih”.
Paris hanya tersenyum.
Setelah Pak Hendrik
pulang. paris bertanya pada jenni yang duduk disofa ruang kerjanya. “ini bukan
termasuk rencanamu khan?” curiga Paris.
“Apa sih maksudmu? Aku
tidak mengerti,” jawab Jenni.
***
“Bagaimana perasaanmu
sekarang?” tanya Eka melihat Klara melihat sedang melihat majalah tas
dikamarnya. “dulu kau bisa beli apapun dan sekarang kau harus beli barang
semampu gajimu”.
“Berat sih, tapi aku
nyakit aku bisa menyesuaikan diri,” jawab klara.
“Aku bangga padamu”.
Klara tersenyum,
“bagaimana dengan tas ini?” tanya Klara menunjuk tas gadeng warna merah.
“Bagus juga. Tapi kau bisa
menghabiskan uang gajimu dalam sebulan”.
“Bisa 5 kali cicilan”.
“Benar juga sih…”.
***
Paris ke kampus untuk
menggantikan Pak Hendrik mengajar selama seminggu. Paris melihat Klara yang melewatinnya. Paris seakan
tidak penduli dengan klara, dia terus melangkahkan kakinya menuju kelas yang
sudah diberitahu pak Hendrik sebelumnya.
Klara menolek, “Paris
lihat atau tiidak sih… kok jalan terus,” kesal Klara. Hpnya berbunyi, Klara
langsung mengangkatnya yang tahu siapa yang menelponnya, “kau ini benar teman
Paris atau tidak sih..” tanya Klara.
“Ada apa? kalian tidak
bertemu?” tanya Jenni yang menelpon Klara.
“Ketemu. Cumak dia gak
penduli. Sepertinya Paris sudah melupakan perasaannya ke aku”.
“Gak mungkin. Dalam 3 bulan
ini Paris bodoh sepertimu”.
“Apa!” kesal Jenni
mengatakan dirinya bodoh.
***
“tadi aku lihat Pak Paris
mengajar lagi,” kata Erika sambil menikmatin makan siangnya di kantin kampus
bersama Rian.
“Pak Paris mengajar hanya
untuk seminggu di kampus ini. “diam sejenak, “sepertinya ada yang segaja menyuruh Pak Hendrik liburan ke Bali”.
“Maksudmu, ada yang segaja
mendekatin Pak Paris dengan Ibu Klara?”.
“Sepertinya iya”.
“Gak masalah sih… mereka
juga saling mencintain. Tapi kenapa harus menunggu selama 3 bulan”.
“Kalau itu aku kurang
tahu,” kata Rian sambil makan.
***
Setelah selesai mengajar
Paris ke pakiran. Dilihatnya Klara berdiri di depan mobilnya. “Hai pengacara
Paris,” sapa Klara.
“Sedang apa kau disini?”
tanya Paris.
“Menunggumu”.
“Lalu?”.
“Eee… aku ingin makan
malam denganmu jam 7 di Cave Citra”.
“Aku tidak akan datang”.
“Kenapa? Bukannya hari ini
ulang tahunmu,” kata Klara mengingat ulang tahun Paris hari ini. “aku sudah
menyiapkannya dari tadi pagi”.
Paris menatap Klara,
“bukannya kau sudah janji menjauhinku!”.
“Aku juga pernah
menyuruhmu menjauhinku kenapa kau tidak jauh dariku! Sekarang aku mau melakukan
sama seperti yang kau lakukan padaku dulu”.
Paris membuka pintu mobil,
“aku tidak akan datang”.
“Harus datang!! Gak datang
awas!! Aku akan menunggumu sampai kau datang!” kata Klara lalu pergi. Paris binggung melihat sikap Klara yang aneh.
Sedangkan Klara tersenyum sambil berjalan menjauhin Paris.
***
Jam sudah menuju pukul 8
malam, tapi Paris tidak datang juga. Meja yang biasa mereka berdua dudukkin
dulu sudah disiapkan seromatis mungkin. Klara terus menunggu berharap Paris
datang menemuinnya.
***
Di apartemen Paris
gelisah. Binggung antara datang dan tidak ke Cave Citra menemuin Klara.
Berkali-kali Paris melihat jam di lenggan kirinya. Hpnya berbunyi, setelah tahu
siapa yang menelponnya dari layar hp, Paris langsung mengangkatnya, “halo…ada
apa?”.
“Kau sekarang dimana?”
tanya Jenni.
“Apartemen. Ada apa?”.
“Kau tidak ke Cave?” tanya
Jenni.
“Kau tahu dari mana?”
tanya balik Paris.
“Kau tidak perluh aku tahu
dari mana!! Kau memang keterlaluan! Sampai kapan kau mempermaikan perasaanmu,
aku sudah lelah melihatmu!” diam sejenak, “apa kau tahu perasaan Klara saat kau
meninggalkannya tiga bulan yang lalu? Sama seperti kau perasaannya. Kacau!!
Tapi waktu aku beritahu kau akan kembali, Klara sangat senang. Malah acara
ulang tahunmu malam ini sudah disiapkannya sebulan yang lalu. Jika kau juga tidak
datang malam ini, kau sama saja menyakitin perasaanmu dan perasaan Klara. Malah
lebih sakit Klara!!” kata Jenni panjang lebar, lalu langsung mematikan hpnya.
Tanpa pikir panjang Paris
langsung menuju Cave Citra menggunakan mobil langsung tancap gas berharap Klara
masih menunggunya di Cave. Setiba di Cave Paris masuk, dicarinya Klara yang
tidak ada lagi di Cave, “katanya mau menunggu aku sampai datang,” Paris keluar
dari Cave.
“Paris…” panggil Klara
muncul dari belakang Paris.
Paris membalikkan
tubuhnya, “Klara…”.
“Kenapa baru sekarang
datang!?” kesal Klara sudah 3 jam menunggunya di Cave.
“Kau dari mana?” tanya
Paris yang tidak melihat Klara didalam Cave.
“Kado untukmu
ketinggalan”.
Paris tersenyum, “dasar
bodoh”.
“Apa!”.
Paris langsung memeluk
Klara, “maafkan aku,” kata Paris. Walaupun masih binggung Klara senang Paris
memeluknya. Dinginnya malam tidak terasa lagi karna kehangatan cinta mereka
berdua sudah menyatuh.
***
Klara mengajak Paris
ketaman kota. “kenapa kita harus kesini?” tanya Paris yang seingatnya pernah
sekali ke taman ini saat dirinya difoto oleh Klara.
“Mana hpmu?” tanya Klara.
“Untuk apa?”.
“Mana?”.
Paris mengeluarkan hp dari
saku celananya, “ini”.
“Foto aku,” mintak Klara.
“Kenapa tidak gunakan
hpmu?”.
“Memoriku penuh. Ayo
foto!” kata Klara menunjukkan gaya yang sama seperti paris dulu saat dirinya
memoret.
Berkali-kali Klara diporet
oleh paris dengan gaya yang sama. “hei… yang kau tunjukkan itu gaya cowok dan
kalau gak salah itu gayaku,” seingat Paris.
Klara mengikutin kata-kata
Paris . “Aku nyaman dengan gaya seperti ini”.
Paris ingat kata-kata itu
pernah diucapkannya pada Klara. “sepertinya kau ingat semua kata-kataku”.
“Kau lupa pengingatanku
lebih baik dari padamu”.
Paris tersenyum. “ayo kita
berfoto berdua?” ajak Paris.
“Aku tidak terbiasa berfoto dengan sembarang pria”.
Paris ingat kata-kata
itupun pernah diucapkannya hanya membedahkan pria dan wanita saja, ”apa lagi
yang kau ingat kata-kataku?”.
“Memang kau siapa aku?
Istriku, pacarku atau kekasihku?!”.
Mau main-main denganku, kata Paris dalam hatinya. “Kau tidak mau
ketiganya?” lalu membalikkan tubuhnya.
Klara langsung memengang
tangan Paris, “lamaran apa seperti itu!” kesal Klara.
Paris tertawa melihat
wajah Klara yang marah. “haa…ha…haa…!”.
“Ternyata benar, kau lebih
suka lihat aku marah!”.
Paris memeluk Klara. “Aku
mencintainmu,” ucap Paris.
Klara gembira mendenggar
perkataan Paris, “mengucapkan sekali lagi”.
“Aku mencintainmu”.
“Sekali lagi”.
Paris menatap Klara, “aku
mencintainmu,” lalu mencium kening Klara, “aku mencintainmu sekarang dan
selamanya”.
Klara memeluk paris, “aku
juga sangat mencintainmu,” ucap klara.
Cinta yang selama !8 tahun
di pedam Paris akhirnya mendapatkan hasil yang diharapkannya. Sama seperti
Cinta pangeran pada Cinderela yang akhirnya hidup bahagia selamanya.
Tamat