Senin, 17 Februari 2014

Drama Korea Unemployed Romance Episode 1-16 (Tamat)


 Episode 1 Part 1 / Part 2
Episode 2 Part 1 / Part 2
 Episode 3 Part 1 / Part 2
 Episode 4
 
Episode 6 Part 1 / Part 2
 Episode 7 Part 1 / Part 2 
 
Episode 8 Part 1 / Part 2
Episode 9 Part 1 / Part 2 
Episode 10  Part 1 / Part 2
 Episode 11  Part 1 / Part 2 
  
 Episode 12  Part 1 / Part 2
 Episode 13  Part 1 / Part 2
 Episode 14  Part 1 / Part 2

Episode 15  Part 1 / Part 2
 Episode 16  Part 1 / Part 2  (Tamat)  


Mau Download mp3 Drama Korea Unemployed Romance OST




Drama Korea UNEMPLOYED ROMANCE episode 6 part 1








Jong-dae tengah berdiri di depan gedung kantor Seung-hee, dia mengirim pesan pada Seung-hee kalau dia sedang menunggu Seung-hee. Kalau Seung-hee selesai segeralah keluar.
Jong-dae yang sedang menunggu Seung-hee berbalik karena melihat Seung-hee sedang keluar dari kantor. Jong-dae hendak memanggil Seung-hee namun terhenti ketika melihat seorang pria berjalan di belakang Seung-hee dan mereka bercakap akrab.





Mereka berdua pun makan, namun keduanya memang tak dalam mood yang baik. Seung-hee menyuruh untuk menelfon dulu kalau mau datang, tapi Jong-dae bertanya apa Seung-hee ada acara dengan pria lain. Seung-hee jadi nyolot, dia mengatakan kalau dia sedang ada program dengan produser tadi dan akan mendiskusikannya. Jong-dae sinis, meminta maaf karena telah menemui Seung-hee padahal Seung-hee sedang sibuk.
Mereka berdua pun sama-sama kesal.
“Saat kita awal kencan, kau belajar di hukum. Dan aku selama sepuluh tahun hanya mendukungmu.” Seung-hee kesal. Jong-dae kesal tapi mencoba menahannya dan mengajak untuk berhenti dengan percekcokan mereka.
~~~




Jong-dae terlihat bahagia bertemu dengan Seung-hee yang hari ini tampak berbeda dari biasanya. Dandan dan juga memakai heels. Namun berbeda dengan Seung-hee yang tampaknya tak sebahagia Jong-dae. Dia mengatakan kalau dia akan pergi menemui produser drama yang kemarin. Jong-dae tanya apakah meetingnya akan jauh.
“Sepertinya Provinsi Gangwon.” Ucap Seung-hee.
Jong-dae agak terkejut, karena mereka hanya berdua. Seung-hee langsung kesal, apa kau mencurigaiku?



Jong-dae tanya apakah dia harus memahami Seung-hee untuk pergi dengan pria lain dan itu hanya berdua. Seung-hee beralasan kalau mereka pergi juga karena urusan bisnis dan lagi nanti akan ada staff lain yang akan bergabung dengan mereka. “Kalau kau ingin bergabung, kau juga boleh ikut.”
Jong-dae tak bisa karena dia harus belajar untuk ujian.
“Kau tak pernah bekerja sebelumnya,”
Jong-dae kesal dikatai kalau dia belum pernah bekerja, dia menyuruh untuk berhenti. “Berhentilah. Ini cukup.”



Seung-hee mengernyit, dan mengartikan perkataan Jong-dae sebagai ucapan untuk putus. “Baiklah.. Ayo putus.”
Jong-dae terkejut, dia heran bagaimana Seung-hee bisa mengatakan hal seperti itu dengan begitu mudah dan lagi nanti dia akan ujian tahap kedua. Tapi Seung-hee tak perduli, lalu apa yang harus aku lakukan?
Jong-dae memohon untuk putus setelah ujian berakhir namun Seung-hee makin geram karena Jong-dae hanya memikirkan dirinya sendiri.






Ponsel Seung-hee berdering, dia yang tadinya marah langsung berubah sikap dan berucap dengan sangat halus pada produser. Ini cukup membuat Jong-dae kesal dibuatnya, apalagi Seung-hee akan segera beranjak pergi untuk menandatangani kontrak programnya.
Jong-dae menahan tangan Seung-hee yang akan pergi, bagaimana bisa kau pergi di tengah percakapan kita. Seung-hee seolah tak perduli, dia menyuruh untuk berbicara lain waktu. Seung-hee pun pergi dan menghempaskan tangan Jong-dae.




Jong-dae berjalan didepan sebuah cafe, dia terkejut melihat pemandangan yang tak mengenakkan hati. Seung-hee yang tengah berbincang dengan pria lain padahal tadi mereka sedang bertengkar. Seketika darah Jong-dae naik ke ubun ubun, dia pun menghampiri dan menarik tangan Seung-hee.
Pria tadi bertanya siapa Jong-dae. Jong-dae yang termakan emosi langsung menarik kerah baju pria tadi namun dengan mudah pria itu langsung menekuk lengan Jong-dae. dan membuatnya tertunduk di lantai.




Jelas ini membuat Jong-dae malu, dia kontan berjalan pergi meninggalkan Seung-hee.
Dalam jalannya, dia teringat bagaimana masa masa mereka menjalani hari bahagia mereka. Jong-dae teringat akan janji Seung-hee.
Aku akan memperlakukanmu dengan baik sampai dengan ujian tahap dua tahun depan. Aku tak akan mengganggumu karena aku merindukanmu. Dan aku akan menghiburmu ketika ada masa sulit.”
Jong-dae berjalan tanpa menoleh meskipun Seung-hee memanggilnya. Dan terjadilah jatuhnya Seung-hee di eskalator.
~~~




Jong-dae berjalan tanpa arah dan tujuan. Namun pada akhirnya, langkah kaki Jong-dae menuju ke apartement Seung-hee. Dia mencoba menghubungi Seung-hee namun ponselnya mati, Jong-dae tak kesal.
Dari arah gedung, Seon-joo tampak berjalan keluar. Jong-dae langsung canggung dibuatnya. Seon-joo tanya apakah Jong-dae tengah menunggu Seung-hee. Jong-dae membenarkan.
“Seung-hee....”
“Ya.. apa yang terjadi dengan Seung-hee?” Tanya Jong-dae kepo.
Seon-joo teringat pesan Seung-hee saat dirumah sakit, Seung-hee menyuruh untuk memberitahu Jong-dae kalau ponselnya rusak jadi tak bisa menghubungi Jong-dae.
Namun Seon-joo tak mengatakan pesan Seung-hee, dia malah memberitahu kalau Seung-hee tak akan pulang malam ini.




Mendengar pesan yang disampaikan Seon-joo itu membuat pikiran Jong-dae semakin tak karuan. Mungkin kalau aku jadi dia, aku bakal mikir kalau Seung-hee bermalam dengan yang tadi siang.
Jong-dae duduk terpekur di bangku taman, dia memikirkan kemungkinan kalau Seung-hee malam ini tengah bersama pria tadi disebuah ruangan dan Seung-hee mulai membuka satu persatu kancing baju si pria. Dan...
Jong-dae mencoba menghilangkan pikiran neglanturnya itu, tapi sepertinya tak mungkin.




Jong-dae bermain ayunan di taman, dia mencoba menghibur diri dengan mengatakan kalau Seung-hee pasti akan datang. Akan datang. Namun setelah beberapa lama, Jong-dae merubah ucapannya menjadi umpatan untuk Seung. Dasar wanita nakal.
Pagi menjelang, namun Seung-hee tak kunjung pulang. Jong-dae semakin sedih.
Aku menunggu untuk waktu yang lama untuk hal bodoh. Dan kenyataanya, aku hanyalah barang tak berguna untuk Seung-hee. Ini adalah cinta monyet tapi aku sadar telah putus dengan penuh luka. Aku memang benar benar mencintai Seung-hee dari lubuk hatiku yang terdalam. Ayo kita berpisah karena aku mencintaimu. Ya karena ini kesempatan terakhir yang ku punya untuk terlihat keren.”
Jong-dae pun berjalan meninggalkan gedung apartemen Seung-hee dan bersamaan dengan itu pula dia memutuskan untuk meninggalkan Seung-hee.
~~~



Hyo-sang dan Gwang-pal mendengar cerita Jong-dae dan mengumpat akan Seung-hee yang ternyata bukanlah wanita yang baik. Mereka tak habis pikir.



Hari berlalu, Jong-dae Hyo-sang dan Gwang-pal merayakan akan putusnya Seung-hee dan Jong-dae.
“Benar, ini sangat mengganggu sebelumnya.” Ucap Jong-dae.
“Kerja bagus. Disini banyak gadis muda.” Ucap Hyo-sang.



Entahlah, hari berlanjut kembali. Jong-dae cs merasa sedih karena sepertinya Jong-dae masih belum bisa melupakan Seung-hee, sedang pesta kemaren hanyalah sebagai pelarian atas kehilangannya akan Seung-hee. Gwang-pal sekarang malah berada dipihak Seung-hee. Dia yakin kalau Seung-hee tak menghubungi Jong-dae karena malu. Oleh karena itu, Jong-dae harus menelfon lebih dulu. Gwang-pal pun mencoba menghubungi Seung-hee, tapi..... nomornya sudah tak aktiv.
Gwang-pal kembali kesal dan mengupat Seung-hee. Gwang-pal menyuruh untuk melupakan Seung-hee tapi Jong-dae malah menangis kesal.
~~~



Jong-dae tengah duduk didepan sebuah rice cooker,
Nasi dengan taoge segar, suara mesin rice cooker dengan suara perempuan.
“Aku suka nasi denga taoge segar.” Ucap Jong-dae pada rice cooker tadi. Jong-dae terus terus membalas suara mesin rice cooker yang ia pencet. Gwang-pal yang melihat itu merasa heran.



Hyo-sang dan Gwang-pal memperhatikan Jong-dae yang tengah berbicara dengan rice cooker lagi. Ternyata kebiasaan Jong-dae ini sudah berlangsung satu bulan. Hyo-sang tanya pada Gwang-pal, apa Seung-hee masih belum bisa dihubungi.
Gwang-pal mengatakan kalau Seung-hee sudah bisa dihubungi pasti Jong-dae tak akan seperti itu.




Jong-dae yang tengah diperhatikan kesal dengan rice cookernya, “Kau pembohong.!”
Jong-dae pun membanting rice cooker itu, Gwang-pal yang melihat kelakuan temannya benar-benar tak tahan lagi, bagaimana mungkin rice cooker bisa berbohong. Gwang-pal hendak melabrak Jong-dae namun di tahan Hyo-sang. Mereka berdua sama sama sedih melihat teman mereka.
Tak terkecuali mereka, Jong-dae pun menangis sedih dengan keadaanya.
Setelah aku putus dengan Seung-hee, aku tak lagi ingin percaya dengan perkataan wanita. Meskipun itu dari sebuah rice cooker.”
~~~



Ibu dan ayah Jong-dae tengah sibuk mengolah tteobboki mereka, dalam hati ibu berbicara kalau di tempat inilah dia setiap hari akan melihat wajah suaminya. Dari raut ibu tampak guratan kecemasan, sedang ayah masih bersikap ceria seperti biasa.
Kemudian dua orang bibi datang dengan bunga di tangan mereka, “Selamat Ja Ok.”



Kedua bibi sudah duduk di kursi mereka, mereka melihat tembok warung makan Ja Ok tak di cat sehingga penuh bekas coretan. Si ibu dengan merendahkan mengatakan kalau Ja Ok mendapatkan toko itu dengan harga murah karena bekas perusahaan bangkrut.
Ayah menghidangkan minum tapi dengan gelas plastik, bibi itu minta gelas kertas tapi ibu menolak dan menyuruh mereka untuk makan saja. Bibi mengungkit tentang masalah Jong-dae yang lulus ujian. Ibu membenarkan. Kedua bibi tau kalau Jong-dae hanya lulus di putaran pertama tapi apalah artinya lulus seribu kali putaran pertama kalau tak lulus putaran kedua. Ibu membela Jong-dae, walaupun begitu tak mudah untuk lulus putaran pertama. Ibu menganggap kalau mereka berdua hanya iri pada Jong-dae’nya.




Tepat saat itu, Jong-dae datang dengan penampilan yang kucel and the kumel. Ini membuat kedua bibi mengernyit. Ibu yang tak ingin mendapat banyak pertanyaan langsung mendekati Jong-dae.
“Kau pasti sangat keras dalam belajar hingga tak sempat untuk mandi, oh Jong-dae. o iya bukannya kau akan pergi ke dokter herbal bersama dengan ayahmu?” ibu mengedipkan mata pada ayah.
Ayah yang tadinya tak mengerti langsung membenarkan ucapan ibu tersebut dan mengajak Jong-dae pergi.



Ayah berjalan bersama dengan Jong-dae, ayah menyuruh Jong-dae untuk jangan menunduk hanya karena tidak lulus ujian. Karena ujian bukan jalan satu satunya dan ayah juga meminta maaf karena telah menyuruh Jong-dae mengambil ujian itu. Jong-dae mengatakan kalau itu bukan salah ayah,
Ayah tau kalau Jong-dae sudah melakukan yang terbaik. Ayah pun pergi meninggalkan Jong-dae. Dan seperti biasa, ucapan ucapan pendek ayahlah yang mampu membuat Jong-dae sadar akan apa yang dilakukannya.

Drama Korea UNEMPLOYED ROMANCE episode 4







2001
Keluarga Jong-dae sedang melakukan makan malam mereka di sebuah restauran, ibu Jong-dae terus terusan mengucapkan terimakasih pada pelayan yang menghidangkan makanan mereka. Jong-dae kesal dengan kelakuan ibunya, dia merasa kalau mereka bukan pengemis yang meminta makan, jadi kenapa ibunya terus-terusan mengucapkan terimakasih. Ibunya mengelak, kapan aku melakukannya?
Ibu Jong-dae tanya kepada ayah mereka kenapa mereka harus membeli makanan di restauran yang mahal padahal batas penggunaan limit kartu kredit mereka bulan depan. Ayah Jong-dae menyuruh untuk makan saja, bukankah ini yang dari dulu kau inginkan? Lagi pula sebentar lagi dia akan promosi menjadi direktur. Ibu Jong-dae jadi tenang, dia membayangkan kalau saja nanti suaminya menjadi direktur dan anaknya lulus dari kuliahnya.

Ayah Jong-dae merasa kalau putrnya tak lagi kecil, “Bagaimana kalau kita minum wine?”
Jong-dae setuju. Tapi ibu menyarankan untuk minum wine dirumah saja, mereka punya wine buah buatan rumah. Jong-dae jadi kesal dengan ibunya, dia pura-pura akan berhenti makan. Karena Jong-dae ngambek, Ibunya Jong-dae akhirnya setuju tapi pesan wine botol yang kecil.
Jong-dae : meskipun kami terlihat mengemis makanan disana, Itu pesta yang penuh kegembiraan di keluargaku malam itu.




Jong-dae berangkat ke universitasnya dengan jaket yang bisa di bilang eum, keren di jamannya kali yah. Dengan percaya diri, dalam hatinya teringat akan pesan ibunya untuk memakai jaket yang sempurna untuk terlihat meyakinkan.
Seseorang masuk sambil bertanya, “Apa ini administrasi publik...”
Kata-kata pria itu, dia Hyo-sang terputus karena jaket yang dikenakannya sama persis dengan milik Jong-dae. Jong-dae mendesis kesal.
Dari pintu belakang, seseorang juga masuk sambil menyapa semua orang di kelas, dia Gwang-pal. Dan membuat Jong-dae serta Hyo-sang semakin kesal karena jaket mereka bertiga sama persis. Kekekeke


Seseorang kembali masuk, dia staf dari majalah kampus. Dia akan mengambil foto mereka semua dan menyuruh Gwang-pal yang memakai baju warna poop untuk duduk juga. JPRET
[Yayasan Kesehatan Masyarakat Episode 1]


Cerita sekarang beralih ke masa mereka bertiga sudah akrab, Gwang-pal mengatakan kalau jaket yang dikenakannya dulu saat dia masuk kelas adalah mereka yang benar-benar asli sedang Jong-dae dan Hyo-sang merek palsu. Hyo-sang tak terima di katai seperti itu, tapi Jong-dae tak perduli. Dia menyuruh temannya untuk segera mendaftar kelas. Gwang-pal mengatakan kalau dia akan memilih kelas yang banyak gadis cantiknya, menurutnya di Yayasan kesehatan masyarakat karena disana banyak calon perawat yang cantik. Hyo-sang mengatakan kalau professor untuk kelasnya sangat cantik, mirip Lee Hyo-ri. Jong-dae ikut penasaran, benarkah?
Jong-dae kemudian menulis di list’nya, ‘Yayasan Kesehatan Masyarakat Lee Hyo Ri’



Jong-dae benar-benar mengambil kelas yayasan kesehatan masyarakat bersama dengan Hyo-sang dan Gwang-pal. Mereka bertiga bercanda bersama ketika menunggu profesor mereka ke kelas.
Profesor datang, ketika dia mengibaskan rambutnya membuat semua orang terhenyak. Gwang-pal dan Jong-dae kesal melihat Hyo-sang, prof’nya tak mirip dengan Lee Hyo-ri. Hyo-sang minta maaf. Mereka bertiga terus berisik membahas itu, prof terganggu. Gwang-pal memberi alasan kalau mereka tengah menenangkan Jong-dae yang terpana ketika melihat prof mirip Lee Hyo-ri.
Prof sepertinya tersanjung mendengar ucapan Gwang-pal dan memberikan Jong-dae kedipan mata.


Tiga serangkai berada di sebuah bar, merasa kalau kelas mereka benar-benar terkutuk, kelas itu bukan kelas teknik tapi kenapa tak ada wanitanya. Hyo-sang mengatakan kalau masih ada Bo Ra di kelas. Seketika mereka bertiga menatap Bo Ra yang tengah di kelilingi para pria yang mencoba mencuri perhatiannya. Padahal Bo Ra juga tak terlalu cantik sih, ini benar-benar membuat tiga serangkai mental breakdown.


Suatu hari Jong-dae berada di kelas dan merasa ada sesuatu aneh yang terjadi, kedua temannya tak berangkat tanpa memberitahu dan juga di hubungi pun tak bisa. Jong-dae mencoba menghubungi Hyo-sang,
“Hallo, kau dimana? Hari ini kan ada kelas” tanya Jong-dae.
Hyo-sang dengan tak bersalah mengatakan kalau dia sudah pindah jurusan jadi tak berangkat. Jong-dae jelas kesal, “lalu Gwang-pal?”
“Dia juga sudah pindah. Sudah dulu yah. Aku mau makan.” Hyo-sang segera menutup telfonnya sebelum kena marah dari Jong-dae. Jong-dae tambah-tambah kesel aja.



Jong-dae mengumpat kesal lalu berniat pergi meninggalkan kelas paginya, namun dijalan tak sengaja di bertabrakan dengan seorang murid. Itu Seung-hee bersama dengan Seon-joo, Jong-dae meminta maaf sampai dengan dia menatap Seung-hee dan terpana akan dia. Seung-hee trsenyum ramah, sedang Jong-dae masih terus menatap Seung-hee masih terpesona.
Jong-dae : “Saat aku melihatnya, aku merasa seakan waktu berhenti.”
~~~



Jong-dae menceritakan pertemuannya dengan Seung-hee di kelas, dia cerita bolak balik entah apa maksudnya. Gwang-pal mengatakan kalau singkatnya dari perkataan Jong-dae adalah dia telah bertemu dengan gadis cantik. “Jadi kau harus berterima kasih pada kami”
Jong-dae langsung mengubah ekspresinya jadi kesal karena kedua temannya telah meninggalkan dia. Hyo-sang meminta untuk melihat gadis yang dimaksud Jong-dae juga. Jelas saja Jong-dae menolak, dia kan sudah tau pikiran temannya yang hanya mengkhayalkan gadis-gadis tanpa pakaian jadi bagaimana bisa dia mengajak untuk melihatnya. Gwang-pal mengejek sikap Jong-dae yang seolah sudah berpacaran dengan gadis itu, Jong-dae tak perduli apa kata temannya, dia tetap tak mau memberitahu.


“Apa kau sudah bicara padanya?” tanya Hyo-sang. Jong-dae jadi cemberut, belum. “Lalu bagaimana aku bisa pergi dengannya?”
Hyo-sang menyuruh untuk mengajaknya minum teh, tapi Gwang-pal melarang. langsung saja mengajaknya tidur bersama, untuk apa buang-buang uang untuk gadis yang tak mau di tiduri. Saran Gwang-pal membuat Jong-dae menjadi melongo, entah dia akan melakukan saran itu ataukah tidak tapi dia tersenyum kecil di tengah perbincangan teman-temannya.
~~~


Kelas Kesehatan Masyarakat belum dimulai, tapi anak-anak sudah ada diruangan. Seon-joo yang duduk di sebelah Seung-hee mengatakan kalau dia akan pindah duduknya nanti karena kata temannya profesor mereka akan memberi tugas untuk membungkus dengan perban. Seung-hee lemot tanya, memang kenapa pindah?
Jelas maksud Seon-joo tentunya lebih baik berpasangan dengan pria yang cute, beberapa temannya juga mengatakan kalau ada beberapa yang saling jatuh cinta karena tugas itu. Seung-hee mengerti, “Jadi kau akan duduk dengan siapa?”
Seon-joo menunjuk Jong-dae, menurut Seon-joo Jong-dae cute. Seon-joo ijin untuk duduk dengan Jong-dae dan menyuruh Seung-hee untuk menemukan teman duduk lain.




Prof datang dengan perban yang akan digunakan untuk praktek, dan benar informasi yang diterima oleh Seon-joo kalau akan dibagi menjadi kelompok berdasar tepat duduk. Mendengar itu, Jong-dae tanpa pikir panjang langsung bergegas pindah ke tempat duduk Seung-hee. Seon-joo yang melihatnya jadi melongo kesal, sedang Seung-hee hanya diam. Apesnya lagi untuk Seon-joo adalah penggantinya benar-benar jelek. Dia semakin mendesis kesal.


Praktek dimulai, Seung-hee mulai memasang sesuai aturan yang ada di buku tapi prof yang melihat Jong-dae dan Seung-hee sepertinya cemburu karena mengira Jong-dae benar-benar menyukainya. Prof menyalahkan balutan yang dilakukan Seung-hee, lalu menyuruh untuk membalut penuh sampai mata pun dibalut. Prof pergi.
Seung-hee membuka balutan prof yang tak manusiawi itu, pasti sakit yah. Jong-dae mengatakan tak apa tapi mata Jong-dae tampak memerah. Seung-hee khawatir karena sepertinya pembuluhnya tersumbat. Jong-dae senang di perhatikan, “Kau mengkhawatirkanku. Apa kau menyukaiku?”
“Apa?!” tanya Seung-hee tak mengerti.
~~~




Malamnya Jong-dae menceritakan percakapan singkat ia dan Seung-hee, dan langsung saja mendapatkan tertawaan dari kawannya. Gwang-pal mengatai kalau Jong-dae sudah putus bahkan sebelum mereka jadian. Mereka bertiga tertawa bersama sambil mabuk didepan gedung universitas. Hyo-sang tanya apa yang dikatakan Seung-hee.
Jong-dae mengira kalau Seung-hee pasti sudah mengiranya gila, Jong-dae melampiaskan dengan terus tertawa bersama dengan temannya. Tapi seketika Jong-dae merubah raut wajah jadi sedih, “Profesor bilang kami ada tes minggu depan, jadi kami harus berlatih. Tapi aku tidak tahu apa dia marah atau terkejut. Dia pergi tanpa memberikan waktu.”
Tapi sekejap Jong-dae kembali tertawa lepas, bener-bener gila.



Mereka bertiga benar-benar menghabiskan malam di depan universitas dan tidur dengan alas rumput berselimut kardus.
Telefon Jong-dae berdering, itu ibunya yang menanyakan keberadaan Jong-dae. Jong-dae mengatakan kalau dia ada di sekolah. Rumput. Mendengar putranya tidur diluar membuat ibu jadi kesal karena dia bisa membeku. Dan bla..bla..bla
Seung-hee berjalan melewati tempat Jong-dae dan melihatnya tengah tidur-tiduran di rumput. Jong-dae tak sadar namun Hyo-sang menepukkan hingga Jong-dae tau ada Seung-hee disana. Jong-dae segera mengabaikan ibunya dan berguling dari selimut kardus dan kembali bersikap sok cool.


Seung-hee dan Jong-dae berbicara, Seung-hee meminta maaf karena kemarin dia pergi tanpa mengatakan apapun dan dia juga tak bisa berlatih karena dia akan pergi ke Daejeon. “Haruskah aku meminta untuk melakukan ujian tertulis untuk mereka?”
Jong-dae menolak, karena itu melelahkan. Jong-dae mengatakan kalau begitu mereka bisa pergi ke Daejeon saja bersama, dia juga memiliki teman masa kecil di Daejeon. “kalau kau, apa yang kau lakukan disana?”
“Upacara peringatan orangtuaku sebentar lagi. Kami mau memperingatinya bersama kakakku.”
“Dua-duanya?” Jong-dae terlihat tak enak hati. Seung-hee mengangguk, mereka meninggal karena kecelakaan mobil saat aku masih SMA.
Jong-dae : “Aku berkata pada diriku. Aku akan melindunginya selama sisa hidupku menggantikan orangtuanya.”
~~~



 Jong-dae sudah berada di terminal sambil menelfon Gwang-pal, sedang Gwang-pal menyuruh Jong-dae untuk jangan pergi karena Seung-hee bisa benar-benar menganggap Jong-dae gila. Tapi Jong-dae tetap ngotot. Seung-hee sampai di terminal membuat Jong-dae mengabaikan Gwang-pal dan menghampiri Seung-hee dengan senyum cerahnya.


Perjalanan pun dimulai, mereka duduk bersebelahan namun beda kursi, mereka berdua memang belum dekat sehingga canggung satu sama lain.
Jong-dae mengirimi Gwang-pal pesan, “Dia mungkin tidak membenciku. Bukankah itu alasannya dia bilang tidak apa-apa pergi bersama?”
“B*jingan gila... Apa kau punya tempat untuk tidur?”
“Sauna”
~~~



Jong-dae tidur di sauna dengan pulasnya, bahkan ada seseorang yang berjalan mendekatinya dan mengambil dompet serta kunci loker pun Jong-dae tak sadar.
Jong-dae menemui ibu pemilik sauna, dia meminta pertanggung jawaban atas hilangnya barang miliknya. Tapi Pemilik Sauna tak mau tanggung jawab karena sudah tertulis kalau memang pemilik sauna tak bertanggung jawab kalau ada barang yang hilang. Jong-dae mendengus, dia telah kehilangan dompet dan juga baju jadi bagaimana ia nanti. Ibu Sauna mengatakan kalau baju sauna yang ia kenakan juga baju. Jong-dae tetap menuntut, masalah utamanya adalah karena nanti ia akan bertemu dengan wanita.
~~~





Seung-hee berjalan memasuki sebuah gedung, dia berjalan mencari-cari Jong-dae. Seung-hee terlihat sedikit melihat sesuatu. Dia melihat Jong-dae yang tengah kedinginan dengan ingus yang mengalir dan ditambah dengan kaos pink sauna. Jong-dae menyapa Seung-hee dengan ceria tapi Seung-hee sedikit malu sepertinya karena beberapa orang yang berlalu lalang memperhatikan mereka.
Seung-hee dan Jong-dae pun mulai berlatih, ini membuat mereka semakin dekat satu sama lain. Mereka juga melakukan perjalana bersama dengan bus dan sudah duduk satu bangku. Bermain bersama di Daejeon.



Jong-dae mengantarkan Seung-hee pulang dengan berlari karena sudah terlalu larut. Jong-dae menyuruh untuk segera masuk, atau pintunya akan segera tutup. Seung-hee mengangguk dan berjalan pergi namun baru beberapa langkah Seung-hee berbalik dan mencium pipi Jong-dae, seketika itu pula Jong-dae diam terpaku tanpa reaksi.
Baru selepas Seung-hee pergi, Jong-dae barulah sadar dan berlalu pergi sambil bersorak gembira.
~~~



Kehidupan sekolah mereka kembali berlanjut, Seung-hee sekarang duduk dengan Jong-dae dan mereka semakin akrab saja. Sedang Seon-joo hanya bisa melihat mereka bercanda.
Kedekatan mereka teruslah berkembang. Berpegangan tangan. Bergandengan. Dan merangkul. Step by step.



Seung-hee menyiapkan banyak sekali makanan untuk bekal piknik mereka, Jong-dae senang melihatnya. “Kau membuatnya sendiri?”.Seung-hee tersenyum manja, aku membelinya. Kekekek. Acara makan pun selesai, Jong-dae mengelus perutnya kenyang.
Seung-hee : “ Sejak kapan kau menyukaiku?”
Jong-dae : “Sejak pertama kali aku melihatmu.”
Jong-dae dan Seung-hee sama-sama terdiam, mereka saling bertemu pandang dan kiss.
Jong-dae : “Bahkan terkesan apa adanya, aku tidak malu sama sekali. Aku pasti sudah jatuh cinta.”
~~~



Jong-dae pulang kerumahnya sambil menelfon Seung-hee, yah kebiasaan pacaran yah. Jong-dae sampai dirumah dan mengakhiri panggilannya. Jong-dae melihat ibu yang tengah duduk sambil menelungkupkan wajahnya ke meja. Jong-dae mengira kalau ibunya sedang sakit, tapi ibunya malah menangis dan mengatakan kalau yang sakit adalah hatinya. Jong-dae tanya apakah ibunya sedang bertengkar dengan ayah. Ibu Jong-dae menangis, ayah telah diberhentikan dari pekerjaannya. Ini membuat Jong-dae terkejut, ibu sedih dan bingung bagaimana ia nanti menjalani hidup kalau begitu.



Ayah tengah duduk termenung sendiri di taman, Jong-dae datang menghampiri ayahnya. “Apa kau baik-baik saja ayah?”
Ayah mengatakan kalau dia baik-baik saja karena dia bukan pendiri perusahaan jadi pantas saja kalau dia diberhentikan. Tapi dia tak mengira kalau akan secepat ini, padahal dia ingin bekerja sampai dengan Jong-dae lulus kuliah. “Jong Dae. Jangan hidup sepertiku.”
“Kenapa dengan hidup ayah?”
“Jika kau mau semua yang kau inginkan. Kau harus menjadi seseorang yang jauh lebih baik dari ayah. Ada banyak hal yang hilang dalam diri ayah. Jadi ketika perusahaan bilang pada ayah untuk berhenti, ayah tak bisa banyak bicara. Jadi ayah mau memberitahumu Ayah mau kau belajar untuk ujian kejaksaan. Lulus ujian dan jadilah jaksa, hakim atau pengacara. Dan jalani hidupmu sendiri.”
Jong-dae mengatakan kalau dia akan memikirkannya. Tapi bukan itu maksud ayah, dia ingin Jong-dae melakukan ujian sekarang juga. Jong-dae agak terkejut, “Sekarang?”
~~~


Jong-dae benar-benar belajar untuk ujian dan berjanji tak akan minum dulu, Gwang-pal dan Hyo-sang yang melihatnya jadi heran. Mereka tanya apakah Jong-dae akan putus dengan Seung-hee, bukannya Seung-hee juga sedang marah. Jong-dae merasa kalau Seung-hee’nya tak akan dengan mudah meninggalkannya. Gwang-pal tanya apa Seung-hee dan Jong-dae sudah tidur bersama. Jong-dae jelas belum, secara mereka baru dekat. Gwang-pal menyuruh untuk mengajaknya ke motel saja, untuk meyakinkan kalau Seung-hee tak akan selingkuh. Dengan segera tulisan MOTEL berkelebatan di kepala Jong-dae tapi Jong-dae segera membuangnya dan menyuruh untuk jangan Cuma hal seperti itu di kepala Gwang-pal.
~~~


Jong-dae menemui Seung-hee untuk meminta maaf karena dia harus mengatakan hal seperti itu padahal mereka baru saja menjalin hubungan. Seung-hee menyuruh Jong-dae jangan khawatir, Kita tidak dalam hubungan seperti yang kau khawatirkan padaku. Jong-dae terbelalak, jawaban Seung-hee tak sesuai dengan apa yang diinginkan. “Jadi kau mencium setiap lelaki?”
Seung-hee ikut kesal, yak!!
Jong-dae sadar kata-katanya salah, dengan lembut dia mengatakan kalau Seung-hee memang tak ada keharusan untuk menunggunya tapi dalam hatinya ia berharap Seung-hee mau menunggu untuk dirinya. “Aku akan rajin belajar dan lulus ujian, huh? Aku benar-benar menyukaimu. Bisakah kita melakukan sesuatu untuk itu?”
~~~


Jong-dae sekarang galau, dia dilema antara harus mengambil ujian dan pergi meninggalkan Seung-hee atau tidak. Gwang-pal menyuruh untuk putus saja, seketika Jong-dae kesal. B*jingan. Gwang-pal menganggap ucapan Jong-dae adalah pujian bagi pria. Hyo-sang menegur Gwang-pal dan menunjukkan dua wanita yang tengah duduk berdua. Naluri playboy Gwang-pal jalan, segera ia menghampiri mereka.


Sang Playboy sudah bisa membawa dua wanita itu untuk duduk bersama, satu berpasangan dengan Hyo-sang dan satunya dengan Gwang-pal. Sedang Jong-dae hanya bisa diam, galau. Wanita itu tanya apa yang terjadi pada Jong-dae. Gwang-pal menjelaskan kalau Jong-dae harus putus dengan pacarnya karena ujian. Salah satu dari mereka tanya ujian apa yang akan diambil Jong-dae.
“Kejaksaan”
“Kalau begitu... kau akan menjadi jaksa atau hakim nanti, kan?” Mereka berdua langsung tertarik pada Jong-dae. Dan kembali bertanya universitas apa yang diambil Jong-dae. Jong-dae menjawab singkat, “Universitasa Goguryeo.”
Mendengar ucapan itu membuat dua wanita itu berpaling dan mendekati Jong-dae.
~~~


Jong-dae tengah belajar dengan kedua temannya yang kena study fever pula. Kekeke. Jong-dae menganggap mereka tengah mengejeknya tapi mereka berdua tak mengejek Jong-dae hanya saja itu adalah sebuah trik untuk mendekati wanita, mereka juga akan mengikuti ujian kejaksaan. Jong-dae heran apa mereka benar-benar melakukan belajar hanya untuk wanita. Gwang-pal yakin dan menyuruh untuk semangat.
~~~


Jong-dae, Gwang-pal dan Hyo-sang mengunjungi pembukaan restauran ayah Jong-dae. mereka disambut ramah oleh ayah Jong-dae dan makan bersama.
Jong-dae melihat ibunya tengah membereskan piring kotor, Jong-dae yang melihat itu merasa tak tega dan membantunya. Ibu mengatakan kalau mereka harus bekerja keras untuk mengurangi biaya pesangon, ibu membereskan piring dan ayah di kasir. Ibu meminta maaf karena tak bisa mengantar Jong-dae ke kota pelajar. Jong-dae tak mempermasalahkan toh temannya mau membantunya, Ibu melihat kedua teman Jong-dae.sepertinya dia tak begitu yakin melihat kelakuan mereka yang kekanakkan.
~~~


Tiga serangkai tengah melakukan perjalanan dengan mobil baru Gwang-pal, dia mendapatkan dari ayahnya yang tiba-tiba baik setelah dia mengatakan belajar untuk ujian. Hyo-sang merasa iri dengan Gwang-pal yang kaya. Gwang-pal mengatakan kalau dia siap maka dia tak akan melakukan untuk lima tahun kedepan. Hyo-sang mengira kalau Gwang-pal pasti akan menyiapkan ujiannya dulu. Tapi bukan itu alasannya. “'Mahasiswa belajar untuk kejakasaan' adalah status yang bagus untuk merayu para gadis cantik. Setelah kau lulus, kapan kau punya waktu untuk bermain-main?” ckckckc
Hyo-sang dan Gwang-pal terus berbincang sedangkan Jong-dae terdiam, tak terlihat bahagia karena harus berpisah dengan Seung-hee sepertinya.



Jong-dae mulai menurunkan barang mereka, sedang dua temannya terus-terus saja bermain seperti anak kecil. Jong-dae menyuruh untuk membawa barang pun mereka memilah-milah yang ringan. Giliran Jong-dae aja yang berat. Jong-dae berusaha keras mengangkat barang-barangnya. Namun seketika barang-barang Jong-dae terjatuh ketika dia terkejut melihat Seung-hee sudah berdiri disisi gedung tempatnya tinggal nanti.
Jong-dae segera berlari dan memeluk Seung-hee, raut wajahnya langsung riang gembira tiada tara. Ckckck. Jong-dae berterimakasih karena Seung-hee sudah mau datang untuknya.
~~~



“Aku tidak mengisi resep, Aku mulai bekerja paruh waktu di sini hanya menjual minuman energi. Tapi aku tidak bisa menjual banyak untuk beberapa alasan. Meskipun orang mengantri di toko lain.” Jelas Seung-hee sambil memindahkan barang-barang di apotek tempatnya bekerja. Jong-dae melihat Seung-hee dan berniat menciumnya tapi Seung-hee segera mendorong wajah Jong-dae. Jong-dae mengatakan kalau disana tak ada orang jadi bagus, Jong-dae kembali memonyongkan bibirnya namun Seung-hee kembali menolak lalu memberikan Jong-dae gel silika untuk kamarnya yang tak ada jendela. Gel silika bisa mengurangi kelembapan. Jong-dae yang tadinya cemberut karena tak bisa mencium Seung-hee jadi senang lagi.
“Benar, ulang tahunmu minggu depan. Aku akan memberikanmu hadiah yang besar. Katakan saja, apa yang kau mau?” tanya Jong-dae tapi Seung-hee menolak karena uang yang digunakan juga buka Jong-dae, uang ortukan. Jong-dae tetap memaksa, apa yang kau inginkan?
~~~


Jong-dae ternyata tidur di tempat Gwang-pal yang bisa di bilang besar. Gwang-pal memang benar-benar anak orang kaya sehingga Jong-dae menawarkan iga untuk dibeli oleh Gwang-pal. Jong-dae cerita kalau minggu depan adalah ulang tahun Seung-hee tapi tak ada uang. Ia berusaha membeli yang tak mahal karena ayahnya sedang kesusahan. Gwang-pal kesal, bagaimana Jong-dae mau melakukan hal seperti itu hanya untuk gadis yang bahkan belum ditidurinya. Jong-dae memohon. Gwang-pal tetap menolak dengan alasan tak ada uang. Namun Hyo-sang dan Jong-dae tak percaya dan menggeledah Gwang-pal. Mau jualan ato ngrampok.
~~~



Hari ulang tahun Seung-hee, Jong-dae dan Seung-hee makan bersama. Sedang dari luar ada Hyo-sang dan Gwang-pal dan ditambah dengan Wan-ha yang sudah bersama mereka sedang memperhatikan mereka makan. Wan-ha tanya siapa yang sedang bersama dengan Jong-dae. Gwang-pal mengatakan kalau itu adalah pacar Jong-dae dan dia yakin kalau mereka telah tidur bersama. Heem


Jong-dae makan dengan Seung-hee dan memberikan bunga mawar di lanjutkan dengan kotak  berisi jepit rambut. Mata Seung-hee berbinar melihatnya, lalu memakai jepit itu. Ponsel Jong-dae berdering dari ibunya.
“Jong Dae, datanglah ke restoran sekarang!”
“Kenapa!?” Jong-dae heran.
“Beberapa polisi membuat keributan di restoran.” Jelas ibu. Jong-dae pun seketika terkejut mendengarnya.