2001
Keluarga
Jong-dae sedang melakukan makan malam mereka di sebuah restauran, ibu Jong-dae
terus terusan mengucapkan terimakasih pada pelayan yang menghidangkan makanan
mereka. Jong-dae kesal dengan kelakuan ibunya, dia merasa kalau mereka bukan
pengemis yang meminta makan, jadi kenapa ibunya terus-terusan mengucapkan
terimakasih. Ibunya mengelak, kapan aku melakukannya?
Ibu
Jong-dae tanya kepada ayah mereka kenapa mereka harus membeli makanan di restauran
yang mahal padahal batas penggunaan limit kartu kredit mereka bulan depan. Ayah
Jong-dae menyuruh untuk makan saja, bukankah ini yang dari dulu kau inginkan?
Lagi pula sebentar lagi dia akan promosi menjadi direktur. Ibu Jong-dae jadi
tenang, dia membayangkan kalau saja nanti suaminya menjadi direktur dan anaknya
lulus dari kuliahnya.
Ayah
Jong-dae merasa kalau putrnya tak lagi kecil, “Bagaimana kalau kita minum
wine?”
Jong-dae
setuju. Tapi ibu menyarankan untuk minum wine dirumah saja, mereka punya wine
buah buatan rumah. Jong-dae jadi kesal dengan ibunya, dia pura-pura akan
berhenti makan. Karena Jong-dae ngambek, Ibunya Jong-dae akhirnya setuju tapi pesan
wine botol yang kecil.
Jong-dae
: meskipun kami terlihat mengemis makanan
disana, Itu pesta yang penuh kegembiraan di keluargaku malam itu.”
Jong-dae
berangkat ke universitasnya dengan jaket yang bisa di bilang eum, keren di
jamannya kali yah. Dengan percaya diri, dalam hatinya teringat akan pesan
ibunya untuk memakai jaket yang sempurna untuk terlihat meyakinkan.
Seseorang
masuk sambil bertanya, “Apa ini administrasi publik...”
Kata-kata
pria itu, dia Hyo-sang terputus karena jaket yang dikenakannya sama persis
dengan milik Jong-dae. Jong-dae mendesis kesal.
Dari
pintu belakang, seseorang juga masuk sambil menyapa semua orang di kelas, dia
Gwang-pal. Dan membuat Jong-dae serta Hyo-sang semakin kesal karena jaket
mereka bertiga sama persis. Kekekeke
Seseorang
kembali masuk, dia staf dari majalah kampus. Dia akan mengambil foto mereka
semua dan menyuruh Gwang-pal yang memakai baju warna poop untuk duduk juga.
JPRET
[Yayasan Kesehatan Masyarakat Episode 1]
Cerita
sekarang beralih ke masa mereka bertiga sudah akrab, Gwang-pal mengatakan kalau
jaket yang dikenakannya dulu saat dia masuk kelas adalah mereka yang
benar-benar asli sedang Jong-dae dan Hyo-sang merek palsu. Hyo-sang tak terima
di katai seperti itu, tapi Jong-dae tak perduli. Dia menyuruh temannya untuk
segera mendaftar kelas. Gwang-pal mengatakan kalau dia akan memilih kelas yang
banyak gadis cantiknya, menurutnya di Yayasan kesehatan masyarakat karena
disana banyak calon perawat yang cantik. Hyo-sang mengatakan kalau professor
untuk kelasnya sangat cantik, mirip Lee Hyo-ri. Jong-dae ikut penasaran,
benarkah?
Jong-dae
kemudian menulis di list’nya, ‘Yayasan Kesehatan Masyarakat Lee Hyo Ri’
Jong-dae
benar-benar mengambil kelas yayasan kesehatan masyarakat bersama dengan
Hyo-sang dan Gwang-pal. Mereka bertiga bercanda bersama ketika menunggu
profesor mereka ke kelas.
Profesor
datang, ketika dia mengibaskan rambutnya membuat semua orang terhenyak.
Gwang-pal dan Jong-dae kesal melihat Hyo-sang, prof’nya tak mirip dengan Lee
Hyo-ri. Hyo-sang minta maaf. Mereka bertiga terus berisik membahas itu, prof
terganggu. Gwang-pal memberi alasan kalau mereka tengah menenangkan Jong-dae
yang terpana ketika melihat prof mirip Lee Hyo-ri.
Prof
sepertinya tersanjung mendengar ucapan Gwang-pal dan memberikan Jong-dae
kedipan mata.
Tiga
serangkai berada di sebuah bar, merasa kalau kelas mereka benar-benar terkutuk,
kelas itu bukan kelas teknik tapi kenapa tak ada wanitanya. Hyo-sang mengatakan
kalau masih ada Bo Ra di kelas. Seketika mereka bertiga menatap Bo Ra yang
tengah di kelilingi para pria yang mencoba mencuri perhatiannya. Padahal Bo Ra
juga tak terlalu cantik sih, ini benar-benar membuat tiga serangkai mental
breakdown.
Suatu
hari Jong-dae berada di kelas dan merasa ada sesuatu aneh yang terjadi, kedua
temannya tak berangkat tanpa memberitahu dan juga di hubungi pun tak bisa.
Jong-dae mencoba menghubungi Hyo-sang,
“Hallo,
kau dimana? Hari ini kan ada kelas” tanya Jong-dae.
Hyo-sang
dengan tak bersalah mengatakan kalau dia sudah pindah jurusan jadi tak
berangkat. Jong-dae jelas kesal, “lalu Gwang-pal?”
“Dia
juga sudah pindah. Sudah dulu yah. Aku mau makan.” Hyo-sang segera menutup
telfonnya sebelum kena marah dari Jong-dae. Jong-dae tambah-tambah kesel aja.
Jong-dae
mengumpat kesal lalu berniat pergi meninggalkan kelas paginya, namun dijalan
tak sengaja di bertabrakan dengan seorang murid. Itu Seung-hee bersama dengan
Seon-joo, Jong-dae meminta maaf sampai dengan dia menatap Seung-hee dan terpana
akan dia. Seung-hee trsenyum ramah, sedang Jong-dae masih terus menatap
Seung-hee masih terpesona.
Jong-dae
: “Saat aku melihatnya, aku merasa seakan
waktu berhenti.”
~~~
Jong-dae
menceritakan pertemuannya dengan Seung-hee di kelas, dia cerita bolak balik
entah apa maksudnya. Gwang-pal mengatakan kalau singkatnya dari perkataan
Jong-dae adalah dia telah bertemu dengan gadis cantik. “Jadi kau harus
berterima kasih pada kami”
Jong-dae
langsung mengubah ekspresinya jadi kesal karena kedua temannya telah
meninggalkan dia. Hyo-sang meminta untuk melihat gadis yang dimaksud Jong-dae
juga. Jelas saja Jong-dae menolak, dia kan sudah tau pikiran temannya yang
hanya mengkhayalkan gadis-gadis tanpa pakaian jadi bagaimana bisa dia mengajak
untuk melihatnya. Gwang-pal mengejek sikap Jong-dae yang seolah sudah
berpacaran dengan gadis itu, Jong-dae tak perduli apa kata temannya, dia tetap
tak mau memberitahu.
“Apa
kau sudah bicara padanya?” tanya Hyo-sang. Jong-dae jadi cemberut, belum. “Lalu
bagaimana aku bisa pergi dengannya?”
Hyo-sang
menyuruh untuk mengajaknya minum teh, tapi Gwang-pal melarang. langsung saja
mengajaknya tidur bersama, untuk apa buang-buang uang untuk gadis yang tak mau
di tiduri. Saran Gwang-pal membuat Jong-dae menjadi melongo, entah dia akan
melakukan saran itu ataukah tidak tapi dia tersenyum kecil di tengah
perbincangan teman-temannya.
~~~
Kelas
Kesehatan Masyarakat belum dimulai, tapi anak-anak sudah ada diruangan.
Seon-joo yang duduk di sebelah Seung-hee mengatakan kalau dia akan pindah
duduknya nanti karena kata temannya profesor mereka akan memberi tugas untuk
membungkus dengan perban. Seung-hee lemot tanya, memang kenapa pindah?
Jelas
maksud Seon-joo tentunya lebih baik berpasangan dengan pria yang cute, beberapa
temannya juga mengatakan kalau ada beberapa yang saling jatuh cinta karena
tugas itu. Seung-hee mengerti, “Jadi kau akan duduk dengan siapa?”
Seon-joo
menunjuk Jong-dae, menurut Seon-joo Jong-dae cute. Seon-joo ijin untuk duduk
dengan Jong-dae dan menyuruh Seung-hee untuk menemukan teman duduk lain.
Prof
datang dengan perban yang akan digunakan untuk praktek, dan benar informasi
yang diterima oleh Seon-joo kalau akan dibagi menjadi kelompok berdasar tepat
duduk. Mendengar itu, Jong-dae tanpa pikir panjang langsung bergegas pindah ke
tempat duduk Seung-hee. Seon-joo yang melihatnya jadi melongo kesal, sedang
Seung-hee hanya diam. Apesnya lagi untuk Seon-joo adalah penggantinya benar-benar
jelek. Dia semakin mendesis kesal.
Praktek
dimulai, Seung-hee mulai memasang sesuai aturan yang ada di buku tapi prof yang
melihat Jong-dae dan Seung-hee sepertinya cemburu karena mengira Jong-dae
benar-benar menyukainya. Prof menyalahkan balutan yang dilakukan Seung-hee,
lalu menyuruh untuk membalut penuh sampai mata pun dibalut. Prof pergi.
Seung-hee
membuka balutan prof yang tak manusiawi itu, pasti sakit yah. Jong-dae
mengatakan tak apa tapi mata Jong-dae tampak memerah. Seung-hee khawatir karena
sepertinya pembuluhnya tersumbat. Jong-dae senang di perhatikan, “Kau
mengkhawatirkanku. Apa kau menyukaiku?”
“Apa?!”
tanya Seung-hee tak mengerti.
~~~
Malamnya
Jong-dae menceritakan percakapan singkat ia dan Seung-hee, dan langsung saja
mendapatkan tertawaan dari kawannya. Gwang-pal mengatai kalau Jong-dae sudah
putus bahkan sebelum mereka jadian. Mereka bertiga tertawa bersama sambil mabuk
didepan gedung universitas. Hyo-sang tanya apa yang dikatakan Seung-hee.
Jong-dae
mengira kalau Seung-hee pasti sudah mengiranya gila, Jong-dae melampiaskan
dengan terus tertawa bersama dengan temannya. Tapi seketika Jong-dae merubah
raut wajah jadi sedih, “Profesor bilang kami ada tes minggu depan, jadi kami
harus berlatih. Tapi aku tidak tahu apa dia marah atau terkejut. Dia pergi
tanpa memberikan waktu.”
Tapi
sekejap Jong-dae kembali tertawa lepas, bener-bener
gila.
Mereka
bertiga benar-benar menghabiskan malam di depan universitas dan tidur dengan
alas rumput berselimut kardus.
Telefon
Jong-dae berdering, itu ibunya yang menanyakan keberadaan Jong-dae. Jong-dae
mengatakan kalau dia ada di sekolah. Rumput. Mendengar putranya tidur diluar
membuat ibu jadi kesal karena dia bisa membeku. Dan bla..bla..bla
Seung-hee
berjalan melewati tempat Jong-dae dan melihatnya tengah tidur-tiduran di
rumput. Jong-dae tak sadar namun Hyo-sang menepukkan hingga Jong-dae tau ada
Seung-hee disana. Jong-dae segera mengabaikan ibunya dan berguling dari selimut
kardus dan kembali bersikap sok cool.
Seung-hee
dan Jong-dae berbicara, Seung-hee meminta maaf karena kemarin dia pergi tanpa
mengatakan apapun dan dia juga tak bisa berlatih karena dia akan pergi ke
Daejeon. “Haruskah aku meminta untuk melakukan ujian tertulis untuk mereka?”
Jong-dae
menolak, karena itu melelahkan. Jong-dae mengatakan kalau begitu mereka bisa
pergi ke Daejeon saja bersama, dia juga memiliki teman masa kecil di Daejeon.
“kalau kau, apa yang kau lakukan disana?”
“Upacara
peringatan orangtuaku sebentar lagi. Kami mau memperingatinya bersama kakakku.”
“Dua-duanya?”
Jong-dae terlihat tak enak hati. Seung-hee mengangguk, mereka meninggal karena
kecelakaan mobil saat aku masih SMA.
Jong-dae
: “Aku berkata pada diriku. Aku akan
melindunginya selama sisa hidupku menggantikan orangtuanya.”
~~~
Jong-dae sudah berada di terminal sambil
menelfon Gwang-pal, sedang Gwang-pal menyuruh Jong-dae untuk jangan pergi
karena Seung-hee bisa benar-benar menganggap Jong-dae gila. Tapi Jong-dae tetap
ngotot. Seung-hee sampai di terminal membuat Jong-dae mengabaikan Gwang-pal dan
menghampiri Seung-hee dengan senyum cerahnya.
Perjalanan
pun dimulai, mereka duduk bersebelahan namun beda kursi, mereka berdua memang
belum dekat sehingga canggung satu sama lain.
Jong-dae
mengirimi Gwang-pal pesan, “Dia mungkin tidak membenciku. Bukankah itu alasannya dia bilang
tidak apa-apa pergi bersama?”
“B*jingan
gila... Apa kau punya tempat untuk tidur?”
“Sauna”
~~~
Jong-dae tidur di sauna dengan pulasnya, bahkan
ada seseorang yang berjalan mendekatinya dan mengambil dompet serta kunci loker
pun Jong-dae tak sadar.
Jong-dae menemui ibu pemilik sauna, dia meminta
pertanggung jawaban atas hilangnya barang miliknya. Tapi Pemilik Sauna tak mau
tanggung jawab karena sudah tertulis kalau memang pemilik sauna tak bertanggung
jawab kalau ada barang yang hilang. Jong-dae mendengus, dia telah kehilangan
dompet dan juga baju jadi bagaimana ia nanti. Ibu Sauna mengatakan kalau baju
sauna yang ia kenakan juga baju. Jong-dae tetap menuntut, masalah utamanya
adalah karena nanti ia akan bertemu dengan wanita.
~~~
Seung-hee berjalan memasuki sebuah gedung, dia
berjalan mencari-cari Jong-dae. Seung-hee terlihat sedikit melihat sesuatu. Dia
melihat Jong-dae yang tengah kedinginan dengan ingus yang mengalir dan ditambah
dengan kaos pink sauna. Jong-dae menyapa Seung-hee dengan ceria tapi Seung-hee
sedikit malu sepertinya karena beberapa orang yang berlalu lalang memperhatikan
mereka.
Seung-hee dan Jong-dae pun mulai berlatih, ini
membuat mereka semakin dekat satu sama lain. Mereka juga melakukan perjalana
bersama dengan bus dan sudah duduk satu bangku. Bermain bersama di Daejeon.
Jong-dae mengantarkan Seung-hee pulang dengan
berlari karena sudah terlalu larut. Jong-dae menyuruh untuk segera masuk, atau
pintunya akan segera tutup. Seung-hee mengangguk dan berjalan pergi namun baru
beberapa langkah Seung-hee berbalik dan mencium pipi Jong-dae, seketika itu
pula Jong-dae diam terpaku tanpa reaksi.
Baru selepas Seung-hee pergi, Jong-dae barulah
sadar dan berlalu pergi sambil bersorak gembira.
~~~
Kehidupan sekolah mereka kembali berlanjut,
Seung-hee sekarang duduk dengan Jong-dae dan mereka semakin akrab saja. Sedang
Seon-joo hanya bisa melihat mereka bercanda.
Kedekatan mereka teruslah berkembang.
Berpegangan tangan. Bergandengan. Dan merangkul. Step by step.
Seung-hee menyiapkan banyak sekali makanan untuk
bekal piknik mereka, Jong-dae senang melihatnya. “Kau membuatnya
sendiri?”.Seung-hee tersenyum manja, aku membelinya. Kekekek. Acara makan pun
selesai, Jong-dae mengelus perutnya kenyang.
Seung-hee
: “ Sejak kapan kau menyukaiku?”
Jong-dae
: “Sejak pertama kali aku melihatmu.”
Jong-dae
dan Seung-hee sama-sama terdiam, mereka saling bertemu pandang dan kiss.
Jong-dae
: “Bahkan terkesan apa adanya, aku tidak
malu sama sekali. Aku pasti sudah jatuh cinta.”
~~~
Jong-dae
pulang kerumahnya sambil menelfon Seung-hee, yah kebiasaan pacaran yah.
Jong-dae sampai dirumah dan mengakhiri panggilannya. Jong-dae melihat ibu yang
tengah duduk sambil menelungkupkan wajahnya ke meja. Jong-dae mengira kalau
ibunya sedang sakit, tapi ibunya malah menangis dan mengatakan kalau yang sakit
adalah hatinya. Jong-dae tanya apakah ibunya sedang bertengkar dengan ayah. Ibu
Jong-dae menangis, ayah telah diberhentikan dari pekerjaannya. Ini membuat
Jong-dae terkejut, ibu sedih dan bingung bagaimana ia nanti menjalani hidup
kalau begitu.
Ayah
tengah duduk termenung sendiri di taman, Jong-dae datang menghampiri ayahnya.
“Apa kau baik-baik saja ayah?”
Ayah
mengatakan kalau dia baik-baik saja karena dia bukan pendiri perusahaan jadi
pantas saja kalau dia diberhentikan. Tapi dia tak mengira kalau akan secepat
ini, padahal dia ingin bekerja sampai dengan Jong-dae lulus kuliah. “Jong Dae. Jangan
hidup sepertiku.”
“Kenapa
dengan hidup ayah?”
“Jika
kau mau semua yang kau inginkan. Kau harus menjadi seseorang yang jauh lebih
baik dari ayah. Ada banyak hal yang hilang dalam diri ayah. Jadi ketika
perusahaan bilang pada ayah untuk berhenti, ayah tak bisa banyak bicara. Jadi
ayah mau memberitahumu Ayah mau kau belajar untuk ujian kejaksaan. Lulus ujian
dan jadilah jaksa, hakim atau pengacara. Dan jalani hidupmu sendiri.”
Jong-dae
mengatakan kalau dia akan memikirkannya. Tapi bukan itu maksud ayah, dia ingin
Jong-dae melakukan ujian sekarang juga. Jong-dae agak terkejut, “Sekarang?”
~~~
Jong-dae
benar-benar belajar untuk ujian dan berjanji tak akan minum dulu, Gwang-pal dan
Hyo-sang yang melihatnya jadi heran. Mereka tanya apakah Jong-dae akan putus
dengan Seung-hee, bukannya Seung-hee juga sedang marah. Jong-dae merasa kalau
Seung-hee’nya tak akan dengan mudah meninggalkannya. Gwang-pal tanya apa
Seung-hee dan Jong-dae sudah tidur bersama. Jong-dae jelas belum, secara mereka
baru dekat. Gwang-pal menyuruh untuk mengajaknya ke motel saja, untuk
meyakinkan kalau Seung-hee tak akan selingkuh. Dengan segera tulisan MOTEL
berkelebatan di kepala Jong-dae tapi Jong-dae segera membuangnya dan menyuruh
untuk jangan Cuma hal seperti itu di kepala Gwang-pal.
~~~
Jong-dae
menemui Seung-hee untuk meminta maaf karena dia harus mengatakan hal seperti
itu padahal mereka baru saja menjalin hubungan. Seung-hee menyuruh Jong-dae
jangan khawatir, Kita tidak dalam hubungan seperti yang kau khawatirkan padaku.
Jong-dae terbelalak, jawaban Seung-hee tak sesuai dengan apa yang diinginkan.
“Jadi kau mencium setiap lelaki?”
Seung-hee
ikut kesal, yak!!
Jong-dae
sadar kata-katanya salah, dengan lembut dia mengatakan kalau Seung-hee memang
tak ada keharusan untuk menunggunya tapi dalam hatinya ia berharap Seung-hee
mau menunggu untuk dirinya. “Aku akan rajin belajar dan lulus ujian, huh? Aku
benar-benar menyukaimu. Bisakah kita melakukan sesuatu untuk itu?”
~~~
Jong-dae
sekarang galau, dia dilema antara harus mengambil ujian dan pergi meninggalkan
Seung-hee atau tidak. Gwang-pal menyuruh untuk putus saja, seketika Jong-dae
kesal. B*jingan. Gwang-pal menganggap ucapan Jong-dae adalah pujian bagi pria.
Hyo-sang menegur Gwang-pal dan menunjukkan dua wanita yang tengah duduk berdua.
Naluri playboy Gwang-pal jalan, segera ia menghampiri mereka.
Sang
Playboy sudah bisa membawa dua wanita itu untuk duduk bersama, satu berpasangan
dengan Hyo-sang dan satunya dengan Gwang-pal. Sedang Jong-dae hanya bisa diam,
galau. Wanita itu tanya apa yang terjadi pada Jong-dae. Gwang-pal menjelaskan
kalau Jong-dae harus putus dengan pacarnya karena ujian. Salah satu dari mereka
tanya ujian apa yang akan diambil Jong-dae.
“Kejaksaan”
“Kalau
begitu... kau akan menjadi jaksa atau hakim nanti, kan?” Mereka berdua langsung
tertarik pada Jong-dae. Dan kembali bertanya universitas apa yang diambil
Jong-dae. Jong-dae menjawab singkat, “Universitasa Goguryeo.”
Mendengar
ucapan itu membuat dua wanita itu berpaling dan mendekati Jong-dae.
~~~
Jong-dae
tengah belajar dengan kedua temannya yang kena study fever pula. Kekeke.
Jong-dae menganggap mereka tengah mengejeknya tapi mereka berdua tak mengejek
Jong-dae hanya saja itu adalah sebuah trik untuk mendekati wanita, mereka juga
akan mengikuti ujian kejaksaan. Jong-dae heran apa mereka benar-benar melakukan
belajar hanya untuk wanita. Gwang-pal yakin dan menyuruh untuk semangat.
~~~
Jong-dae,
Gwang-pal dan Hyo-sang mengunjungi pembukaan restauran ayah Jong-dae. mereka
disambut ramah oleh ayah Jong-dae dan makan bersama.
Jong-dae
melihat ibunya tengah membereskan piring kotor, Jong-dae yang melihat itu
merasa tak tega dan membantunya. Ibu mengatakan kalau mereka harus bekerja
keras untuk mengurangi biaya pesangon, ibu membereskan piring dan ayah di
kasir. Ibu meminta maaf karena tak bisa mengantar Jong-dae ke kota pelajar.
Jong-dae tak mempermasalahkan toh temannya mau membantunya, Ibu melihat kedua
teman Jong-dae.sepertinya dia tak begitu yakin melihat kelakuan mereka yang
kekanakkan.
~~~
Tiga
serangkai tengah melakukan perjalanan dengan mobil baru Gwang-pal, dia
mendapatkan dari ayahnya yang tiba-tiba baik setelah dia mengatakan belajar
untuk ujian. Hyo-sang merasa iri dengan Gwang-pal yang kaya. Gwang-pal
mengatakan kalau dia siap maka dia tak akan melakukan untuk lima tahun kedepan.
Hyo-sang mengira kalau Gwang-pal pasti akan menyiapkan ujiannya dulu. Tapi
bukan itu alasannya. “'Mahasiswa belajar untuk kejakasaan' adalah status yang
bagus untuk merayu para gadis cantik. Setelah kau lulus, kapan kau punya waktu
untuk bermain-main?” ckckckc
Hyo-sang
dan Gwang-pal terus berbincang sedangkan Jong-dae terdiam, tak terlihat bahagia
karena harus berpisah dengan Seung-hee sepertinya.
Jong-dae
mulai menurunkan barang mereka, sedang dua temannya terus-terus saja bermain
seperti anak kecil. Jong-dae menyuruh untuk membawa barang pun mereka
memilah-milah yang ringan. Giliran Jong-dae aja yang berat. Jong-dae berusaha
keras mengangkat barang-barangnya. Namun seketika barang-barang Jong-dae
terjatuh ketika dia terkejut melihat Seung-hee sudah berdiri disisi gedung
tempatnya tinggal nanti.
Jong-dae
segera berlari dan memeluk Seung-hee, raut wajahnya langsung riang gembira
tiada tara. Ckckck. Jong-dae berterimakasih karena Seung-hee sudah mau datang
untuknya.
~~~
“Aku
tidak mengisi resep, Aku mulai bekerja paruh waktu di sini hanya menjual
minuman energi. Tapi aku tidak bisa menjual banyak untuk beberapa alasan. Meskipun
orang mengantri di toko lain.” Jelas Seung-hee sambil memindahkan barang-barang
di apotek tempatnya bekerja. Jong-dae melihat Seung-hee dan berniat menciumnya
tapi Seung-hee segera mendorong wajah Jong-dae. Jong-dae mengatakan kalau
disana tak ada orang jadi bagus, Jong-dae kembali memonyongkan bibirnya namun
Seung-hee kembali menolak lalu memberikan Jong-dae gel silika untuk kamarnya
yang tak ada jendela. Gel silika bisa mengurangi kelembapan. Jong-dae yang
tadinya cemberut karena tak bisa mencium Seung-hee jadi senang lagi.
“Benar,
ulang tahunmu minggu depan. Aku akan memberikanmu hadiah yang besar. Katakan
saja, apa yang kau mau?” tanya Jong-dae tapi Seung-hee menolak karena uang yang
digunakan juga buka Jong-dae, uang
ortukan. Jong-dae tetap memaksa, apa yang kau inginkan?
~~~
Jong-dae
ternyata tidur di tempat Gwang-pal yang bisa di bilang besar. Gwang-pal memang
benar-benar anak orang kaya sehingga Jong-dae menawarkan iga untuk dibeli oleh
Gwang-pal. Jong-dae cerita kalau minggu depan adalah ulang tahun Seung-hee tapi
tak ada uang. Ia berusaha membeli yang tak mahal karena ayahnya sedang
kesusahan. Gwang-pal kesal, bagaimana Jong-dae mau melakukan hal seperti itu
hanya untuk gadis yang bahkan belum ditidurinya. Jong-dae memohon. Gwang-pal
tetap menolak dengan alasan tak ada uang. Namun Hyo-sang dan Jong-dae tak
percaya dan menggeledah Gwang-pal. Mau
jualan ato ngrampok.
~~~
Hari
ulang tahun Seung-hee, Jong-dae dan Seung-hee makan bersama. Sedang dari luar
ada Hyo-sang dan Gwang-pal dan ditambah dengan Wan-ha yang sudah bersama mereka
sedang memperhatikan mereka makan. Wan-ha tanya siapa yang sedang bersama
dengan Jong-dae. Gwang-pal mengatakan kalau itu adalah pacar Jong-dae dan dia
yakin kalau mereka telah tidur bersama. Heem
Jong-dae
makan dengan Seung-hee dan memberikan bunga mawar di lanjutkan dengan
kotak berisi jepit rambut. Mata
Seung-hee berbinar melihatnya, lalu memakai jepit itu. Ponsel Jong-dae
berdering dari ibunya.
“Jong
Dae, datanglah ke restoran sekarang!”
“Kenapa!?”
Jong-dae heran.
“Beberapa
polisi membuat keributan di restoran.” Jelas ibu. Jong-dae pun seketika
terkejut mendengarnya.