6
Kay memeriksa
file-file yang diberikan Heru kemarin. Heru mengambil file-file itu dari
perusahaan yang sebelumnya Kay memerintahkan untuk mengambilnya. Satu persatu
file di periksa, dia ingin tahu kenapa tiba-tiba perusahaan mengalamin kerugian
yang sangat besar selama 2 bulan ini. Walaupun sebenarnya Kay mencuringain
seseorang namun dia tidak mau berpikir jelek dulu, dia ingin mencari bukti apakah
dugaannya itu benar atau tidak. Harapan yang paling besar adalah bahwa
dugaannya salah.
Kay menyadarin
Alina yang baru pulang, “kau sudah pulang,” sambil menolek, “kau kenapa?”
melihat Alina menanggis. Kay mendekatin Alina yang masih menanggis.
“Dia bilang
dia masih sayang padaku, dia bilang dia masih mencintainku. Lalu kenapa dia
menyakitinku!!” Alina yang masih menanggis.
“Kau jangan
menanggis,” lalu memeluk Alina dan membiarkan Alina menanggis di pelukannya.
***
Ibu ke
perusahaan bukan untuk menemuin Adriel melainkan langsung menemuin derektur
keuangan. Kedatangan Ibu disambut hangat oleh derektur, “selamat siang bu,”
sapa Edi derektur keuangan.
Ibu duduk di
sofa, “apa benar kabar yang aku denggar itu?” tanya Ibu langsung ke inti
pembicaraan.
“Iya nyonya”.
“Apa suamiku
sudah tahu?”.
“Saya rasa Pak
Adriel dan Pak Kay masih merahasiakan ini dari komisaris”.
“Maksudmu Kay
sudah tahu?”.
“Iya nyonya.
Dan saya denggar setelah presiden derektur Boy pesiun akan digantikan oleh Pak
Kay”.
“Apa!” Ibu
sangat terkejut.
“Minggu
kemarin diadakan rapat pemilik saham. Materi rapat waktu itu membahas siapa
yang akan mengantikan Pak Boy dan semua setujuh Pak Kay akan mengantikan posisi
Pak Boy yang akan berakhir beberapa minggu lagi”.
“Apa yang
membuat mereka memilih anak manja itu!”.
“Saya rasa
karena kinerja Pak Kay nyonya”.
“Maksudmu
kinerja Adriel tidak bagus!”.
“Bukan begitu
nyonya. Perusahaan kita mempunyain cabang di Amerika. Cabang perusahaan di
Amerika sempat menurut dan hampir
bangrut namun karena kerja keras Pak Kay, perusahaan itu kembali normal.
Mungkin itu satu pernilaian mereka nyonya”.
Kalau Kay berhasil masuk
ke perusahaan, aku tidak akan dapat apa-apa! Aku tidak mau… kata Ibu di dalam hatinya, “aku membutuhkan uang,” kata Ibu pada
derektur keuangan.
“Maaf nyonya.
Saya tidak bisa melakukannya”.
“Kenapa? Kau
tidak mau mengikutin perintahku lagi!?”.
“Maafkan saya
nyonya. Pak Kay memerintahkan untuk menghendel keuangan”.
“Apa!”.
“Maafkan saya
nyonya, kali ini saya tidak bisa membantu nyonya”.
“Brensek!!”.
***
Kay berdiri di
pintu kamar dengan tatapan terus tertujuh pada Alina yang sedang istirahat di
tempat tidur. Awalnya Kay penasaran kenapa Alina pulang menanggis namun semua
itu tertutup saat dirinya melihat kesedihan yang terpancar dari wajah Alina.
“Kakak sedang
apa?” tanya Ceri yang baru pulang sekolah.
Kay mendekatin
Ceri, “ussshhh…” yang tidak ingin Alina terbangun karena suara Ceri.
“Kenapa?”
bingung Ceri.
“Alina sedang
istirahat”.
“Ohhh…”.
“Kau jangan
berisik,” perintah Kay sambil duduk di sofa.
“Ok”.
Kay kembali
memeriksa file-file.
Tenyata Alina
tidak tidur. Dia tidak bisa tidur karena selalu teringat dengan pertemuan yang
tidak diharapkannya itu. itu semua menganggu pikirannya.
***
Ayah
mendapatkan telpon dari Ibu Sari. Ibu Sari segaja menelpon Ayah untuk mengajak
bertemu, namun karena hari ini Ayah ada tamu dengan salah satu pemilik saham
perusahaan Ayah menolaknya, “aku tidak bisa hari ini. Besok saja kita bertemu”.
“Kenapa harus
besok! Aku ingin bertemu hari ini!” keras kepala Ibu Sari.
“Kau masih
saja egois!” Ayah langsung mematikan telpon.
“Sepertinya
hari ini ada sangat sibuk,” kata Pak Jon salah satu pemilik saham.
“Tidak juga,”
Ayah langsung ke inti pembicaraan, “apa yang membuat Pak Jon jauh-jauh
menemuinku? Apa ada masalah?”.
“Sewaktu diadakan
rapat pemilik saham, saya pikir anda akan memberitahu permasalahan ini pada
pemilik saham lainnya namun anda tidak melakukannya. Saya tahu anda dan mantan
istri anda pemilik sahan terbesar di perusahaan tapi kami semua ingin tahu
permasalahan yang dialamin perusahaan sebulan ini”.
Ayah masih
tidak mengerti apa maksud perkataan Pak Jon, “maksud anda apa? Ada masalah apa
di perusahaan?”.
“Ada tidak
tahu apa-apa?” melihat ekpresi di tunjukkan Ayah, Pak Jon sudah mendapatkan
jawabannya, “tenyata benar, anda terlalu sibuk”.
Ayah diam.
Ayah memang tidak tahu apa-apa masalah yang melenggu perusahaan.
***
Ibu Sari
mengomel karena Ayah menolaknya untuk bertemu, “dia pikir dia itu siapa?!
Sesibuk apa dia sampai tidak bisa meluangkan waktu untukku!!” sambil melangka
keluar Moll, tapi Ibu langsung menghentikan langkahnya di depan toko sepatu,
tatapan Ibu tertujuh pada sepatu hak tinggi berwarna krem dan terdapat hiasan
permata diujung sepatu. Ibu sari
teringat pada Alina yang tidak pernah dilihatnya memakai sepatu cantik. Ibu
Sari masuk ke dalam toko dan memerintakan pelayan toko untuk mengambil sepatu
ini untuknya.
“Sepatu ini
edisi terbatas bu, desainernya hanya satu membuat sepatu ini,” kata pelayan
toko menyakinkan pelanggannya.
“Aku ambil
ini,” kata Ibu Sari yang tidak suka berpikir lama-lama.
“Baik Bu,”
pelayan itu segera membungkus sepatu.
Beberapa saat
kemudian, Gilda masuk ke dalam toko. Dia melihat Ibu kandung Kay, “tante Sari,”
yang masih tidak percaya apa yang dilihatnya itu.
Ibu Sari
menolek, “kau…” antara lupa dan ingat.
Gilda
menekatin Ibu Sari, “aku Gilda tan”.
Ibu Sari baru
ingat, “ohhh… aku baru ingat. Kau wanita yang meninggalkan putraku itu”.
Gilda merasa
tersindir, dia menudukkan kepala menutupin rasa malunya di hadapan Ibu Sari.
“Aku denggar kau
sudah menikah?” tanya Ibu Sari yang sebelumnya sudah mendenggar kabar
permisahaan mereka dikarenakan Gilda memilih menikah dengan pria lain.
“Iya tan. Tapi
kami sudah bercerai”.
“Ini Bu,”
pelayan memberikan bungkusan berisi sepatu pada Ibu Sari.
Ibu Sari
mengambilnya, “ini…”lalu memberikan kartu kredit pada kasir sambil berkata pada
Gilda, “sayang sekali ya… kau sudah meninggalkan putraku dan ujung-ujungnya
kalian bercerai juga,” menujukkan senyum sinisnya, “seharusnya kau bahagia
bukan sebaliknya”.
“Aku terpaksa
menikah tan. Dan aku sangat merasa bersalah pada Kay karena itu aku ingin
menebus kesalahanku pada Kay”.
Ibu Sari tahu
maksud perkataan Gilda padanya. Dibandingkan meladenin perkataan Gilda, Ibu
Sari malah menujukkan sepatu yang di belinya barusan, “bagaimana menurutmu?”.
Walaupun
bingung melihat sikaf Ibu Sari, Gilda tetap memberikan pendapatnya, “cantik,”
pujinya, “sekarang tante tinggal dimana?”.
“Bersama Kay”.
“Eeee… tante
nanti pulang dengan siapa?”.
“Kau mau
mengatarku?”.
Kesempatan ini
tidak bisa Gilda sia-siakan. Ini salah satunya dia bisa bertemu dengan Kay
lagi.
***
Alina keluar
dari kamar, dilihatnya Kay tertidur di sofa sedangkan Ceri sedang belajar.
Alina cukup lama memadangin Kay dan Ceri sampai ketika Ceri menyadarin
kehadirannya, “Kakak sudah bangun?”.
“Kau sudah
makan?” tanya balik Alina.
“Sudah Kak”.
“Kakak pergi
dulu yach…”.
“Kakak mau
kemana? Kerja?”.
Alina hanya
tersenyum lalu pergi.
“Kakak kenapa
yach…” kuatir Ceri.
***
Adriel makan
malam bersama Ayah dan Ibu di meja makan. Sejak tadi Ayah memperhatikan Adriel.
Apa yang dilakukan Ayah disadarin Ibu terutama Adriel namun Adriel berusaha
tidak menyadarin itu.
Ibu mencoba
bertanya pada Ayah, “kenapa Ayah melihat Adriel seperti itu?”.
“Apa ada
masalah dengan perusahaan?” tanya Ayah pada Adriel.
Adriel
berhenti makan. Dia cukup kanget mendenggar pertanyaan Ayah yang sepertinya
mulai curiga dengannya.
“Maksud Ayah
apa?!” Mana mungkin perusahaan ada masalah. Jika pun ada pastih Adriel langsung
memberitahu pada Ayah,” Ibu menutupin permasalahan, iya kan sayang,” tanyanya
pada Adriel.
Adriel yang
tidak ingin Ayah kecewa padanya, dia pun terpaksa beerbohong untuk sekian
kalinya, “iya”.
“Bagus,” Ayah
sedikit tenang mendenggar jawaban dari Adriel, “aku nyakin padamu,” Ayah yang
pura-pura menujukkan kepercayaannya pada Adriel. Ayah ingin melihat apa yang
akan dilakukan Adriel untuk menyelesaikan masalah ini.
***
Hari sudah
gelap. Gilda mengantar Ibu Sari pulang menggunakan mobilnya. “Tante tinggal
disini?” tanya Gilda seakan tidak percaya apa yang dilihatnya.
“Kenapa? Kau
tidak suka?” balik tanya Ibu Sari.
Gilda merubah
ekpresi wajahnya, “tidak tan. Apartemen ini lumayan bagus”.
“Kau mau
mampir?” tawar Ibu Sari sambil melihat jam di lenggannya yang sudah menuju
pukul 19.30 WIB.
Gilda sangat
senang dengan tawaran Ibu Sari. Itu yang sangat diharapkannya dari tadi, “i…”.
Tapi sebelum
Gilda menjawabnya Ibu langsung berkata, “sebaiknya besok siang saja kau
datang”.
“Kenapa tan?”.
“Aku ingin
menujukkan sesuatu padamu”.
“Baik tan”.
“Sampai
besok,” lalu keluar dari dalam mobil. Gilda pun pergi meninggalkan lokasi
apartemen. “Kau sudah membuat anakku kecewa sekarang kau mau mendekatinnya
lagi!! Kau pikir Kay tidak punya perasaan!!” marah Ibu Sari yang tidak terimah
Kay dipermainkan oleh Gilda, “sekarang aku akan membuatmu kecewa!!” Ibu Sari
yang ingin membalas dendam pada Gilda.
***
Kay terbangun
dari tidur lelapnya, dilihatnya Ceri sedang belajar, “Alina sudah bangun?”
tanyanya pada Ceri.
“Kakak pergi,”
jawab Ceri.
“Pergi? Pergi
kemana?”.
Ceri mengeleng.
Kay mencari hp
Alina berharap Alina membawa hpnya. Dimana-mana Kay tidak menemukannya, tanpa
pikir panjang Kay langsung menghubungin nomor hp Alina.
Setelah
menyambung, “halo…”.
“Kau dimana??”
Kay yang masih menguatirkan keadaan Alina.
“Ditaman”.
“Aku akan
kesana. Kau jangan kemana-mana!” lalu mematikan hp dan pergi.
Didepan lift
Kay bertemu dengan Ibunya, “kau mau kemana?” tanya Ibu Sari melihat Kay yang
sepertinya sedang buru-buru.
“Tolong jaga
Ceri Bu,” kata Kay lalu pergi.
Ibu Sari
terlihat bingung dengan sikaf Kay, “kenapa sih anak itu”. Lalu masuk ke dalam
apartemen, “kenapa anakku?” tanyanya pada Ceri.
“Mungkin
nemuin Kakak,” jawab Ceri.
Ibu Sari
tersenyum sendiri, “apa sih yang membuat anakku jatuh cinta padanya???”
berpikir sejenak, “cinta memang aneh,” seraya tersenyum.
***
Ditaman Alina
sendiri duduk di bangku yang sama dia dudukkin seperti biasanya. Alina melihat
kebayangan pasangan kekasih berada di taman menikmatin suasana malam yang
indah. Sebagian menunggu pasangannya setelah pasangannya datang, mereka sama
saja seperti yang lainnya. Malam hari biasanya setiap pasangan selalu memilih
menikmatin malam di taman namun ada juga yang pergi ke tempat-tempat lainnya
untuk memadu kasih.
Permadangan
itu membuat Alina iri. Sudah lima tahun lebih Alina sudah menghapus cinta di
hatinya. Dibandingkan masih mencintain Adriel, Alina lebih membencinya. Rasa
cinta itu hilang saat Adriel mencampakkannya hanya karena wanita lain. Namun
kebencian itu hilang saat bersama Kay. Kay membuat dirinya bahwa masih ada
cinta untuknya. Malam ini Alina ingin menghilang semua kebencian yang melenggu
dirinya selama 5 tahun. Dia menutup matanya sambil berharap pada Tuhan untuk
menghapus kebencian dihatinya.
Dipikiran
Alina hanya ada banyangan Kay dan berharap Kay ada dihadapannya untuk
menemaninnya dalam kesepian. Ketika membuka matanya, Alina melihat Kay sudah
berada dihadapannya sambil tersenyum padanya, Alina pun membalas tersenyum. Kay
memberikan minuman kaleng pada Alina, itu membuat Alina teringat dengan apa yang
dilakukan Kay pertama kali mereka berkenalan, “aku ingat, hari itu kau juga
memberikan minuman untukku”.
Kay tersenyum,
dia senang Alina masih mengingatnya. “Sudah berapa jam kau disini?” tanya Kay
membuka obrolan.
“Mungkin
sekitar 4 sampai 5 jam,” jawab Alina masih tersenyum.
Kay duduk di
sebelah Alina, “apa yang kau lakukan disini?”.
“Permadangan
disini sangat indah”.
“Aku akan
mengajakmu ke tempat yang lebih indah dari tempat ini”.
Alina hanya
tersenyum.
“Kau tidak
percaya?”.
Alina masih
tersenyum.
“Aku janji
akan membawamu ke sana”.
“Ok. Aku
pengang janjimu”.
Kay memengang
tangan Alina dan melihat beberapa bekas luka di balik lenggan Alina, “aku tidak
ingin tangan ini terluka lagi. Apapun
masalahnya”.
“Aku tidak
akan melakukannya lagi. Seseorang sudah menyadarkanku”.
“Seseorang??
Apa itu aku?”.
“Mana
mungkin”.
“Lalu siapa?”.
“Ibumu. Aku
tidak ingin terlihat bodoh lagi”.
Kay legah.
***
Adriel
memikirkan perkataan Alina padanya, “kau
peduli padaku?”.
“Alina”.
“Kenapa kau peduli padaku?”.
“Alina, aku…”.
Alina tidak membiarkan Adriel menjawab pertanyaannya, “memang kau siapa?!”.
Kali ini Adriel diam.
“Kau merindukanku?”.
“Memang kita ada hubungan apa?! Kau mencari-cariku? Untuk apa? Kau lupa
kau sudah mecampakkanku?!!”.
Adriel melihat di mata Alina penuh kebencian kepadanya, “aku tahu aku
salah. Aku hanya ingin menebus kesalahanku”.
Alina mundur dua langkah, “itu percuma kau lakukan, aku tidak penduli!”.
“Aku masih mencintaimu Alina!”.
Alina langsung menampar Adriel, “kau masih berani mengucapkan itu padaku!!”
Alina mulai menujukkan kemarahannya, “kau pikir aku masih mencintainmu!! Dihari
itu kau mencampakkanku! Dihari itu juga aku sudah membuang perasaanku padamu!!
Jadi, jangang sekali-kali kau ucapkan itu lagi padaku!! Aku jijik
mendenggarya!!!”
Kata-kata yang
diucapkan Alina membuat Adriel sadar apa yang dilakukannya lima tahu yang lalu
sangat membuat Alina terluka dan wajar saja Alina sangat membencinya sampai
saat ini.
***
Kay kembali ke
apartemen sedangkan Alina pergi ke supermarket
untuk bekerja seperti biasanya. Nisa melihat Alina yang sekali-kali
menguap, “tadi siang kau tidak tidur?” tanyanya.
Alina
mengeleng.
“Kau ini,
sudah tahu kerja malam!” Nisa kasihan melihat Alina yang berkali-kali menguap,
“kau tidur aja, biar aku yang jagah”.
“Aku bisa menahannya”.
“Kau serius?”.
“Iya”.
***
Setelah
melihat Ibu dan Ceri sudah tertidur lelap di atas tempat tidur, Kay kembali
melajutin memeriksa file-file yang harus di pelajarin untuk mencari jalan
keluar dalam menyelesaikan masalah perusahaan. Dengan gigihnya Kay ingin
menyelesaikan masalah perusahaan tanpa sepengetahuan siapapun kecuali kedua
sahabatnya Rudi dan Heru.
***
Ibu Sari
terbangun pagi-pagi, dilihatnya Kay masih tertidur lelap diatas sofa dan
file-file berserakat di atas meja. Ibu merapikan file-file itu yang tidak
menyadarin file-file itu file perusahaan. Setelah itu duduk di sofa sambil
memadangin putranya yang sedang tidur terlelap. Beberapa saat kemudian Ibu Sari
melihat Kay bangun, “kau sudah bangun sayang?”
katanya lembut.
Kay duduk dan
terkejut melihat file-file yang berserakat di atas meja sudah tersusun rapi,
“ibu yang merapikannya?” panik Kay yang berpikir Ibu sudah melihat isi file-fle
itu.
“Ya. Kenapa
sayang?”.
Melihat Ibunya
membalik bertanya Kay sudah mendapatkan jawaban bahwa ibunya belum melihat isi
file, “tidak apa-apa bu,” legah Kay.
“Kau aneh
sekali”.
Kay hanya
tersenyum. dia terpaksa menutupin masalah perusahaan dari kedua orang tuanya
terutama pada Ibu kandungnya karena jika semua ini terbongkar dan penyebab
semua ini karena anak tiri Ayah yang tidak tegas itu bisa membuat pertengkaran
yang hebat antara kedua orang tuanya.
Kay mencoba membuka obrolan lain, “Ibu kemarin dari mana?”.
“Awalnya mau
bertemu dengan Ayahmu, karena Ayahmu sibuk ya… Ibu belanja, “aku belikan sepatu
untuk Alina”.
“Sepatu??” Kay
senang melihat Ibunya yang mulai
perhatian pada Alina.
“Apa kau
serius dengannya?”.
“Iya. Kenapa
Bu?”.
“Sedainya
Gilda kembali, apakah kau tetap memilih Alina?”.
“Maksud Ibu
apa?”.
“Kemarin Ibu
bertemu Gilda di Moll. Malah dia mengantar Ibu pulang,” kata Ibu yang ingin
melihat reaksi Kay.”Dia sudah bercerai dengan suaminya. Gilda mengatakan, dia
ingin kembali lagi denganmu”.
Kay hanya diam
tidak menujukkan reaksi apa-apa dihadapan Ibunya.
***
“Kau langsung
pulang kan?” tanya Nisa yang melihat Alina berkali-kali menguap sejak tadi
malam.
Alina
menggangguk.
“Pulang!
Langsung tidur”.
“Dasar
cerewet!” baru beberapa langka Alina
terjatuh karena kelelahan.
Bob yang
melihat langsung menolongnya, “kau tidak
apa-apa,” sambil membantu Alina berdiri.
Apa yang
dilakukan Bob pada Alina membuat Nisa
cemburu namun berusaha untuk tidak ditunjukkannya, “sebaiknya kau mengatarnya
pulang,” saran Nisa.
“Tidak usah.
Aku bisa pulang sendiri,” kata Alina melepaskan tangan Bob.
“Nanti kau
jatuh lagi. Kalian juga searahkan”.
“Aku akan
mengantarmu,” kata Bob.
“Aku tidak
ingin kau kenapa-napa,” bujuk Nisa.
Karena Nisa
memaksa akhirnya Alina pun meiyakan tawaran Bob, “baiklah”.
“Kalau gitu
aku duluan,” Nisa pergi meninggalkan Alina bersama Bob. Nisa baru menujukkan
kesedihannya setelah jarak mereka sudah cukup jauh. “Kenapa aku ini? Kenapa aku
harus seperti ini,” sedih Nisa yang tidak bisa mengungkap perasaannya pada pria
yang dicintain selama ini.
Bob mengantar
Alina menggunakan mobilnya yang terpakir di depan supermarket. Di dalam mobil Bob membuka obrolan, “bagaimana
hubunganmu dengan pria itu?” tanyanya sambil menyetir.
Alina
tersenyum sendiri, “dia pria baik”.
“Aku kalah
saing dengan pria itu”.
Alina masih
tersenyum, “Bukahlah hatimu untuk wanita lain,” yang tahu perasaan Bob padanya.
Bob hanya
tersenyum.
“Apa kau tidak
menyadarin selama ini ada seorang wanita
menanti cinta darimu”.
“Siapa yang
kau maksud?”.
***
Untuk
memastikan itu semua, Ayah memanggil presiden derektur Boy untuk menemuinnya di
Hotel Ratu. Kedatangan presiden derektur Boy di sambut dingin oleh Ayah.
“Selamat pagi komisaris…” sapa Pak Boy.
“Duduklah,”
perintah Ayah yang duluan sudah duduk di sofa.
“Kenapa
Komisaris memanggil saya?” tanya Pak Boy yang tidak tahu kenapa Ayah
memanggilnya.
“Ada masalah
apa dengan perusahaan?”.
Pak Boy baru
tahu apa tujuan memanggilnya, “maafkan saya komisaris. Saya tidak bermaksud
untuk merahasiakan masalah perusahaan pada anda,” yang sangat merasa bersalah.
“Apa Adriel
yang memerintahkan kau untuk tidak mengatakan itu semua padaku?!”.
“Bukan
Komisaris”.
“Lalu siapa?”.
“Pak Kay yang
memerintahkan saya untuk tidak mengatakan ini semua pada anda dan juga
memerintahkan untuk menghendel keuangan perusahaan sementara waktu. Pak kay hanya ingin membantu tanpa sepengetahuan
Komisaris”.
Ayah cukup
kecewa dengan sikaf Kay karena menutupin masalah sebesar ini darinya namun
semua itu tertutup saat Pak Boy mengatakan Kay berniat membantu masalah
perusahaan secara diam-diam, “dasar anak itu,
selalu melakukan seenaknya,” Ayah yang selalu bangga pada putranya itu.
***
Adriel
terkejut saat asistennya mengatakan bahwa Kay memerintahkan derektur keuangan
untuk menghendel keuangan perusahaan sementara waktu, “jadi Kay sudah tahu.
kapan dia tahu?” tanyanya.
“Mungkin sudah
lama Pak”.
“Sekarang aku
sudah terlihat bodoh dimatanya”. Adriel teringat dengan sikaf dingin Ayah yang
ditunjukkan padanya semalam, “apa Ayah sudah tahu?”.
“Saya tidak
tahu Pak”.
“Apa mungkin
Ayah sudah tahu. Tapi mengapa Ayah mengatakan apa-apa?” bingung Adriel dengan
sikaf yang tunjukkan Ayah semalam.
***
Bob
menghentikan kendaraannya di depan
gedung apartemen, “sekarang kau tinggal disini?”.
Dibandingkan
menjawab pertanyaan Bob, Alina malah mengatakan, “kau harus belajar menyukain
wanita lain”.
“Kau mengatakan
itu karena kau ingin aku melupakanmu?”.
“Salah satunya
itu”.
Bob tersenyum,
“aku akan mencoba melupakanmu. Lelah juga menyukain wanita yang tidak
menyukainku”.
“Hahahaha…”
Alina tertawa, “sampai nanti malam,” lalu keluar dari mobil. Dari dalam mobil
Alina melihat Bob melambaikan tangan kearahnya sambil menjalankan kembali
kendaraannya. Alina pun membalas melambaikan tangan sambil tersenyum. Ketika
Boy sudah cukup jauh, barulah Alina masuk ke dalam apartemen. Baru membalikkan
tubuhnya Alina melihat Kay sedang memadangnya dari pintu masuk gedung, “kau mau
pergi?”.
“Siapa dia?”
tanya Kay.
Alina menahan
tawa melihat kecemburuan yang ditunjukkan Kay padanya, “kau marah?”.
“Aku bukan
marah tapi cemburu”.
“Cemburu?? Kau
cemburu dengan siapa?”.
“Siapa pria itu?”.
“Ohhh… Bob.
Dia bos ku tempat kerjaku”.
“Dia
sepertinya menyukainmu?”.
“Iya”.
“Jadi dia pria
ya?”.
“Siapa yang
kau maksud?! Hahhh… jangan sok tahu”.
“Kau
seharusnya menjelaskan padaku”.
“Aku harus
menjelaskan apa? Kami tidak ada hubungan apa-apa!”.
“Tapi dia
menyukainmu?!”.
“Kalau dia
menyukainku kau apa?!” Alina melihat ekpresi wajah Kay yang kesal, “hahaha…
haha…” Alina tertawa melihat sikaf kekanak-kanakkan Kay, “kau seperti anak
kecil”.
“Kau yang
membuatku seperti anak kecil,” Kay melihat jam di lenggannya sudah menuju pukul
10.12 WIB, “aku harus pergi”.
“Hati-hati”.
“Ya,” Kay
pergi menggunakan mobil miliknya yang terpakir di pakiran.
Setelah Kay
sudah cukup jauh, Alina baru masuk ke dalam gedung dan langsung ke apartemen
yang berada di lantai 30. Ketika mau membuka pintu apartemen Alina melihat Ibu
Sari yang akan pergi, “tante akan pergi?” tanyanya.
“Aku ingin
beli sesuatu,” kata Ibu Sari.
“Hati-hati
tan”.
“Iya”.
Setelah Ibu
Sari pergi barulah Alina masuk ke dalam apartemen. Didalam apartemen tidak ada
satu pun, Kay dan Ibu Sari pergi tidak tahu kemana sedangkan Ceri pergi ke
sekolah. Walaupun Alina sudah sangat
mengantuk tapi Alina tetap merapika
rumah dahulu dan menyiapkan makan siang sebelum dirinya istirahat. Rasa gantuk
itu hilang sejenak saat membersihkan rumah dan memasak.
Ketika sedang
memasak, suara ketukkan pintu menganggu pekerjaan Alina, “tok…tok…tok…” Alina
segera membuka pintu. Betapa terkejutnya Alina melihat sosok wanita yang tidak
asing dilihatnya.
“Ini apartemen
Kay kan?” tanya Gilda.
Alina
menangguk.
“Kay ada?”
tanya Gilda lagi.
Alina
mengeleng dengan tatapan tajam kearah Gilda.
“Tante Sari?”
tanyanya lagi.
Alina mengeleng.
Tatapan yang
dilakukan Alina membuat Gilda takut memadangnya, “kau kenapa melihatku seperti
itu? ada yang aneh?”.
Alina diam.
“Kau bisu
ya?”.
Alina tetap
diam.
Sama dengan
Alina, Gilda pun tidak asing melihat wajah Alina, “wajahmu tidak asing? Apa
kita pernah ketemu?”.
Alina
mengeleng.
“Dimana? Ahhh…
aku lupa. Kau kan bisu,” yang mengira Alina bisu, “sudahlah, gak penting juga.
Besok aku ke sini lagi, dah ya…” lalu pergi
dari apartemen.
Alina
mengingat jelas siapa Gilda. Gilda adalah wanita yang merebut adriel darinya
lima tahun yang lalu. Melihat Gilda yang mengenal Kay membuat Alina
bertanya-tanya ada hubungan apa antara Kay dengan Gilda.
***
Kay dan Heru
bertemu di kafe tempat mereka tentukan untuk bertemu. Mereka langsung ke inti
pembicaraan kenapa mereka bertemu. Dari segala file-file yang diberikan Heru
padanya, Kay tertarik dengan satu file yang berisi perusahaan-perusahaan yang
pernah bekerja sama dengan perusahaan milik orang tuanya. “Coba kau cari tahu
tentang perusahaan HK,” perintah Kay pada Heru.
“Apa yang
ingin kau tahu?” tanya Heru.
“Bulan lalu
perusahaan itu tiba-tiba memutuskan kontrak kerja sama dengan perusahaan. Aku
ingin tahu apa penyebabnya? Dan atur pertemuanku dengan mereka”.
“Kau ingin
bertemu dengan mereka?”.
“Aku denggar
perusahaan HK termasuk perusahaan terbesar di Jakarta. Dan mereka sudah lama
bekerja sama dengan perusahaan. Aneh aja tiba-tiba mereka memutuskan kerja sama
dengan perusahaan”.
“Kau ingin
tanya langsung?”.
“Kalau itu
diperlukan kenapa tidak”.
“Kau selalu
mencari jalan keluar dengan cara aneh”.
Kay tersenyum,
“akan aku lakukan apapun untuk menyelamatkan perusahaan orang Ayahku”.
Melihat
semangat yang di tunjukkan Kay membuat Heru tambah bangga dengan sikaf yang di
pengang sahabatnya itu.
***
Ayah mengajak
mantan istrinya bertemu di lestoran yang dulu sering mereka datangin.
Kedatangan Ibu Sari disambut hangat oleh Ayah yang sudah datang duluan, “senang
melihatmu lagi”.
Ibu Sari
langsung duduk, “aku tidak menyangkah kau mau mengajakku ketemuan di lestoran
ini”.
“Sudah lama
aku tidak disini,” ucap Ayah.
Ibu Sari hanya
tersenyum.
“Maafkan aku,
kemarin aku sangat sibuk”.
“Kau selalu
sibuk”.
“Kenapa kau
ingin bertemu denganku?”.
“Aku hanya
ingin tahu kenapa kau memerintahkan mereka untuk menjaga Kay? Apa ada yang akan
mencelakain Kay?”.
“Kenapa kau
berpikir seperti itu?”.
“Aku tahu kau
siapa? Kau tidak mungkin melakukan itu jika tidak terjadi apa-apa?”.
“Aku hanya
ingin melindungin putraku, apa menurutmu itu berlebihan?”.
“Putramu itu
sudah dewasa bukan anak-anak lagi,” Ibu Sari yang pura-pura percaya pada mantan
suaminya itu. Ibu Sari melihat kekuatiran dari wajah Ayah, ‘kau ada masalah?”
yang mulai curiga dengan Ayah, “jangan bilang kau mengajak ketemuan hanya untuk
bertemu denganku?” yang mulai tidak nyakin.
“Kau benar”.
“Apa yang
ingin kau tahu?”.
Ayah menatap
Ibu, “apa Kay mengatakan sesuatu padamu tentang perusahaan?”.
“Tidak,” Ibu
Sari teringat dengan file-file yang berserakat di atas meja tadi pagi, “apa ada
masalah dengan perusahaan?”.
“Tenyata Kay
juga tidak memberitahumu?”.
“Maksudmu Kay
merahasiakan itu semua dari kita?”.
“Bukan dari
kita saja, tapi dari semua. Dia ingin menyelesaikan masalah itu tanpa
sepengetahuan kita”.
“Tapi Kay
belum pernah ke perusahaan?!”.
“Kau lupa
dengan Heru”.
“Kau benar.
Untuk apa Kay merahasiakannya?”.
“Mungkin dia
tidak ingin kita kuatir”.
Ibu Sari
menatap Ayah, “kau tidak akan merubah keputusanmu kan?”.
“Pemilik saham
lain juga setujuh dengan keputusanku”.
Ibu Sari
tersenyum puas.
Tanpa
disadarin mereka berdua seorang wanita sedang memperhatikan mereka dari meja
yang tak jauh dari mereka. Wanita itu sedang menelpon seseorang.
***
Tenyata wanita
itu menelpon Ibu yang sedang berada di rumah. Ibu sangat kesal mendenggar kabar
dari temannya itu kalau suaminya sedang bersama dengan mantan istrinya. Semua
itu menimbulkan kecemburuan yang sangat besar dihati Ibu.
Adriel pulang
dan melihat ekpresi wajah Ibu yang sedang kesal, “Ibu tidak apa-apa?” tanyanya
kuatir.
“Dia sudah
mulai berani main di belakangku!!”.
“Siapa yang
Ibu maksud?”.
Ibu tidak
memperdulikan pertanyaan Adriel, dia langsung pergi dari rumah menggunakan
mobil yang terpakir di depan rumah.
***
Ceri makan di
meja makan di temanin Alina, “Kakak tidak makan?”.
“Tidak. Aku
masih kenyang. Kau makanlah,” kata Alina lembut.
“Apa Kakak
menunggu Kak Kay dan tante Sari?”.
“Tidak.
Makanlah”. Tak lama kemudian terdenggar suara pintu terbuka. “Aku tinggal
dulu,” lalu meninggalkan Ceri sendiri di meja makan, “kau sudah pulang?”
melihat Kay sedang berdiri di balkon.
Kay menolek,
“aku pikir kau sudah pergi,” yang melihat jam sudah menuju pukul 19.35 WIB.
Kay mendekatin
Alina, “aku segaja menunggumu?”.
Kay tersenyum,
“kau merindukanku”. Kay melihat sikaf dingin yang ditunjukkan Alina, “kau
kenapa? Apa ada masalah?”.
“Kau mengenal
Gilda?” tanya Alina.
Kay terkejut
mendenggar Alina menyebut nama Gilda, “apa dia datang?”.
“Bagaimana
kalian bisa kenal?”.
Kay yang
mengira Alina cemburu pada Gilda, “dia
mantan pacarku”.
“Apa”.
“Dua tahun
kami pacaran. Tapi karena pria lain, dia mencampakkanku”.
Alina mulai
berpikir nasif percintaan mereka tidak jauh bedah sama-sama ditinggalkan. “Apa
kau masih menyukainnya?”.
Kay tersenyum,
“akhirnya kau bertanya itu juga”.
“Maksudmu
apa?”.
“Menurutmu aku
masih menyukainnya atau tidak?”.
“Aku tidak
bisa membaca pikiran orang!”.
Kay menatap
Alina, “tatap mataku”. Alina menatap Kay. “Apa dimataku ada kebohongan?”.
“Banyak,”
canda Alina.
“Apa…”.
Alina
tersenyum melihat ekpresi yang ditunjukkan Kay.
“Hahhh… kau
ini!”.
“Hahahaha…”.
***
Ibu Sari baru
tiba di gedung apartemen, namun baru beberapa langka mau masuk ke dalam gedung,
Ibu Sari di kejutkan oleh sosok wanita yang tidak asing dilihatnya keluar dari
balik pintu, “sepertinya kau mudah sekali menemukanku?” tanyanya pada istri
mantan suaminya.
“Kau pastih pulang dari kencan dengan suami orang!” kata Ibu menujukkan
kecemburuannya.
Ibu Sari tahu
maksud perkataan Ibu, “ohh… ini bentuk istri cemburu dengan suaminya,” sambil
tersenyum, “aku pikir kau tahu siapa suamimu, tapi sepertinya aku yang lebih
tahu banyak”.
“Apa
maksudmu?!”.
Ibu Sari baru
ingat kalau mantan suaminya itu baru melangsungkan pernikahan 3 bulan yang
lalu, “aku baru ingat, kalian kan pengatin baru,” goda Ibu, “masa-masa seperti
ini biasanya masih ada kecemburuan
sangat besar dengan pasangannya. Tapi… melihat umurmu, kau tidak pantas untuk
cemburu lagi dengan pasanganmu,” Ibu Sari mendekati Ibu, “sebelum kau menemuinku,
sebaiknya kau bertanya dulu dengan pasanganmu kenapa kami bertemu. Jangan
langsung datang kesini! Kau membuat padanganku rusak!”.
“Apa!”.
“Permisih…”
Ibu Sari meninggalkan istri mantan suaminya itu sendiri dengan penuh kekesalan
padanya.
***
Alina melepaskan
pelukkan Kay, “aku harus pergi”.
“Baiklah.
Hati-hati”.
“Ya,” Alina
pun pergi dengan hati berbunga-bunga. Di depan lift Alina bertemu dengan Ibu
Sari, “tante. Tante kenapa?” melihat ekpresi wajah Ibu Sari yang nampak jelas
sedang kesal.
“Wanita itu membuatku
pusing!” lalu melihat Alina yang akan pergi, “kau akan pergi?”.
“Ya tan”.
“Ya udah pergi
sana,” lalu Ibu Sari langsung masuk ke dalam apartemen.
“Ibu sudah
pulang?” tanya Kay melihat Ibunya yang baru pulang, “Ibu dari mana?”.
Ibu duduk di
sofa, “menemuin Ayahmu”.
“Kalian
melepas rindu,” goda Kay.
“Kau jangan
seperti Ibu tirimu!”.
“Ibu bertemu
dengannya?”.
“Sudah dua
kali aku bertemu dengannya. Wajahnya itu tidak pernah tersenyum padaku!!”.
“Siapapun mana
mau bersikaf lembut dengan saingannya”.
“Hahhh… kau
ini!”.
Kay hanya
tersenyum.
Ceri duduk di
sebelah Ibu Sari. Ibu Sari melihat rambut Ceri yang panjang, “besok kau libur
kan?”.
Ceri
mengangguk.
“Besok kita ke
salon mempercantik rambutmu”.
Ceri sangat
senang mendenggarnya.
“Kau mau
kan?”.
Ceri mengangguk.
***
Ibu yang
berniat segera meninggalkan lokasi apartemen, ketika melihat Alina keluar dari
gedung, Ibu membatalkan niatnya. Ibu mendekatin Alina yang tidak sadar
melangkah kearahnya, “kau terlihat sangat sehat”.
Alina menolek,
“Tante Rani!” terkejut melihat orang tua dari mantan kekasihnya.
“Aku memang
mendenggar kau tinggal didaerah sekitar sini. Tapi aku tidak menyangka kau bisa
tinggal di apartemen ini. Setahuku gaji pelayan toko sangat kecil, dari mana
kau mendapatkan uang untuk bisa tinggal di apartemen ini?! Jangan-jangan kau
melakukan…” Ibu tidak melajutin kata-katanya.
Alina tahu
maksud perkataan Ibu, “aku tidak akan melakukan perbuatan sehina itu! aku
memang miskin, tapi aku punya harga diri!”.
“Kau sekarang
sudah berani bicara itu padaku!”.
“Aku tidak
akan membiarkan siapapun mengijak harga diriku!”.
“Aku senang
akhirnya Adriel memutuskan untuk
meninggalkanmu!”.
“Trimah kasih
tante sudah membuka mataku”.
“Apa
maksudmu?!”.
“Mungkin jika
tante tidak melarang Adriel menikah denganku. Saat ini aku pastih sudah
berkali-kali ingin bunuh diri karena mendapatkan Ibu mertua yang kejam seperti
tante!”.
Ibu menampar
Alina.
Alina
tersenyum, “permisih…” lalu pergi meninggalkan Ibu.
“Apa yang
membuat anak itu berani denganku!!”.
***
Bersambung
Tidak ada komentar :
Posting Komentar