Rian melihat Klara sedang
duduk di taman kampus. “sedang apa kau?” tanya Rian sambil duduk di sebelah
Klara.
Klara menghapus air
matanya, “tidak apa-apa”.
“Gara berita itu?” tebak
Rian.
Klara diam.
“Itukan hanya berita.
Bukannya kau sudah tunjukkan kau akan menjadi dosen yang baik,” nasehat Rian,
“tidak salah jika kita menonton grup idolah kita. Esa juga menyukainnya”.
Klara menatap Rian, “jadi
benar kau ada di Bandung
waktu itu”.
“Iya. Saat itu aku mengira
kau Esa”.
“Aku tahu,” sambil
tersenyum, “waktu itu kau memanggilku Esa, sebab itulah aku pergi dari meja
itu”.
Rian tersenyum.
“Jadi kau yang memberitahu
aku ada di Bandung ?”.
“Berry yang menyebarkan
berita itu. Dia melihat kau di Bandung
juga”.
“Siapa Berry ?”.
“Kau tidak tahu mahasiswamu?”.
Klara termenung, “jadi
bukan dia?”.
“Siapa?”.
Klara hanya tersenyum.
***
Didepan pagar, Paris berdiri menyadar di
mobilnya. Ditatapnya pagar itu sambil membayangkan kejadian 18 tahun yang lalu
saat dirinya berumur 10 tahun dan Klara 7 tahun.
“Ambil ini pangeran,”
sambil memberikan leontin berbentuk kelinci, “tadi siang aku beli dengan uang
tabunganku”.
“Trimah kasih Cinderela,”
senang melihat lionti kalung itu.
“Karna Ayah melarang aku
membeli kelinci untuk pangeran jadi aku beli kalung itu aja untuk pangeran.
Pangeran suka kelinci khan…”.
“Iya. Karna kau sangat
mirip dengan kelinci,” kata Paris
kecil.
Klara kecil tersenyum.
Bayangan itu buyar saat Paris melihat Klara
pulang berjalan kaki, langsung di simpannya kalung itu ke saku jasnya.
“Kau sedang apa disini?”
tanya Klara heran melihat Paris
di depan rumahnya.
“Kau tidak apa-apa? matamu
masih bengkak,” tanya balik Paris .
“Tidak sofat balik
bertanya. Kau tahu dari mana rumahku??” binggung Klara yang setahunya dirinya
belum pernah mengajak Paris
ke rumahnya atau memberitahu alamat rumahnya.
“Kau tidak mau mintak
maaf? Aku rasa kau tahu bukan aku orangnya”.
Klara diam sejenak, “maaf.
Aku pikir kau yang menyebarkannya, ternyata ada mahasiswa yang melihat aku di Bandung juga, “lalu memengang pipi Paris yang di tamparnya tadi siang,
“tamparanku tidak sakit khan…”.
“Tatapan itu,” Klara
mengingat saat Paris
menatapnya, “tidak asing,” Klara menarik nafas panjang, lalu masuk ke dalam
rumah.
***
Dirumah Erika. Erika masih
teingat jelas saat Rian sedang mengobrol bersama Klara di taman, air mata
tiba-tiba jatuh di pipinya, “Apa harus untuk kedua kalinya,” yang terus menahan
perasaannya pada Rian selama ini.
***
Baru selesai mandi, Klara
di kangetkan dengan suara hp di atas kasur, langsung di angkatnya, “halo….”.
“Klara… kau dimana?” tanya
Eka.
“Di situ berisik baget!
Kau sekarang dimana?” tanya balik Klara.
“Aku di putusin Parlin
hu….” Eka menanggis.
“Bodoh! Cumak gara-gara
cowok nanggis. Kau sekarang dimana?”.
“Diskotik tempat biasa,”
jawab Eka.
Klara langsung ganti
pakaian. Bergengas menemuin Eka yang terdenggar dari suaranya sudah sangat
mabuk.
Ketika didiskotik, Klara
langsung menemuin Eka yang sudah didekatin 2 pria yang duduk dikanan kirinya.
“Wahhh temanmu cantik juga,” puji salah satu pria itu pada Klara.
“Kau sedang apa disini?”
tanya Klara pada Eka yang sudah sangat mabuk.
“Senang-senang,” jawab Eka
yang mau minum lagi.
Klara langsung merampas
botol di tangan Eka, “ayo kita pulang!”.
“Mau kemana sayang,” goda
2 pria itu sambil memengang tangan Klara.
“Jangan kurang ajar!”
langsung melepaskan tangan pria itu dari tangannya.
Tiba-tiba beberapa aparat
keamanan masuk ke dalam diskotik, “kami polisi, diharapkan pengujung
mengeluarkan KTP,” kata salah satu polisi.
Klara memukul Eka, “ini
gara-gara kau!!” kesal Klara.
Semua pengujung yang tidak
membawa KTP di bawak polisi terutama Klara dan Eka. Wartawan yang mencari
beritapun tak mau ketinggalan berita langsung saja memoret pengujung yang
terjerat rajia. Klara menutup wajahnya dengan kedua tangannya agar tidak bisa
di poret oleh wartawan.
Didalam mobil Klara pusing
harus melakukan apa. mau telepon Ayah itu tak akan dilakukannya karna Ayah bisa
marah besar padanya.
“Bagaimana kalau mintak
bantuan dengan pengacara itu?” kata Eka yang sudah setengah sadar.
“Haaa… ini gara-gara kau!”
marah Eka.
***
Berkali-kali Paris menguap, baru beberapa menit Paris
menutup mata, hpnya berbunyi, langsung Paris
mengangkatnya, “halo…”.
“Kau sekarang dimana?”
tanya Klara yang sudah berada di kantor polisi.
“Ada apa?” Paris bangkit dari tempat tidur.
“Kau pernah bilang, jika
aku membutuhkan pengacara yang baik, aku bisa hubungin kau,” ragu-ragu Klara.
“Kalau tak mau cerita aku
tidak akan bantu”.
“Aku sekarang lagi di
kantor polisi. Kami terjerat pengujung tak membawa KTP dan bersama 2 pria
hidung belang,” cerita Klara.
“Tapi kau kan tadi di rumah?!!
Kenapa??” tiba-tiba hp terputus. Paris
menarik nafas panjang.
***
“Bagaimana?” tanya Eka.
“Ini gara-gara kau?!”
marah lagi Klara.
Ketika giliran mereka
berdua dan 2 pria yang bersama mereka di
data petugas. “siapa 2 perempuan ini?” tanya petugas pada 2 pria itu.
“Pelacur pak,” jawab Salah
satu pria itu.
“Apa!” kanget Klara.
“Diam!!” marah petugas
pada Klara. “jadi mereka pelacur?”.
“Ya iyalah Pak”.
“Sayang….” Seseorang
memeluk Klara dari belakang. Klara menolek ke belakang heran melihat sikap Paris padanya. “Sayang…
maafkan aku ya sudah meninggalkan kalian berdua,” dengan wajah sedih.
“Ada siapa?” tanya petugas.
“A…pa…” kanget Klara
mendenggar perkataan Paris
pada petugas.
“Tapi kata 2 pria ini 2
wanita ini pelacur,” kata petugas.
“Apa! boleh aku bicara
pada 2 pria ini Pak?”.
“Silakan,” petugas
meninggalkan mereka.
“Tenyata kau pengacara
yang hebat, tahu isi pikiran kami,” kata salah satu pria itu.
“Aku tidak suka
berteleh-teleh”.
“kami mintak 10 juta,”
kata temennya.
“Wahhh luamayan besar,”
sambil tersenyum, “sekarang aku ingin kalian memilih 2 pilihan,”sambil menatap
2 pria itu, “kalian memilih uang atau di penjarah?!”.
“Ha…ha….ha… jika kami di
penjara, tunanganmu juga di penjara!” acam salah satu pria.
“Benar juga. Tapi aku
pastikan kalian akan lebih lama,” percaya diri, “aku denggar kalian melakukan
ini bukan sekali atau dua kali, sudah sangat sering. Malah kalian sudah
beberapa kali masuk penjara karna kasus yang sama. Dan kalian juga mengedar
nakotika, aku rasa polisi belum tahu, bagaimana jika polisi tahu, kalian mau di
hukum berapa tahun??” tanya Paris
sambil tersenyum.
“Kau tahu dari mana?”
tanya salah satu pria itu lagi.
“Apa perluh aku suruh
polisi untuk memeriksa kosan kalian”.
2 pria itu terdiam.
Setelah 2 pria itu
mengaku, bahwa Klara dan Eka bukan pelacur. Polisi pun membebaskan Klara dan
Eka dengan jaminan yang berikan Paris
pada polisi. Setelah mengantar Eka pulang,
barulah dirinya mengantar Klara pulang, “jangan kemana-mana lagi,” kata Paris .
“Iya,” jawab Klara sambil
keluar dari mobil, “trimah kasih ya…”.
***
Esoknya. Di kampus heboh dengan artikel di salah satu web yang
berisi tentang rajia yang dilakukan polisi semalam disalah satu diskotik di Jakarta , namun bukan karna
isi artikel saja yang membuat heboh namun foto yang termuat di artikel. Baik dosen
maupun mahasiswa sudah tahu tentang artikel tersebut.
“Bisa Pak Rian jelaskan,
apa maksud isi artikel ini?” tanya Pak Rudi, “dan kenapa foto Ibu Klara yang
termuat di artikell ini!!” sambil menujukkan artikel di lentopnya.
Rian hanya diam.
“Kenapa diam saja!!! kapan
Pak Rian memecatnya!!”.
“Kasih satu kesempatan
lagi. Aku mohon…”.
“haa!!!”.
***
Sejak keluar dari taxi.
Semua tatapan sinis melihat kearahnya baik itu mahasiswa maupun itu dosen yang
di lewatinnya, “mungkin gara-gara masalah kemarin,” dugaan Klara yang mengira
seluruh kampus masih kesal padanya karna masalah ke Badung. Klara langsung
duduk di meja kerjanya, dilihatnya Benny dan Joni sedang membaca sesuatu di lentop,
“kalian sedang apa sih…” tanya Klara.
“Baca ini,” kata Benny
meletakkan lentop di atas meja Klara.
Klara melihat lentop.
Bertapa terkejutnya Klara melihat artikel yang memuat foto dirinya saat di tangkap polisi semalam. Dilihatnya
teman-teman di dalam ruangan yang pura-pura tidak melihatnya. klara berusaha
menutupin rasa malu pada semua orang dengan menutupin wajahnya dengan kedua
tangannya.
“Ibu Klara, aku mau
bicara,” kata Erika lalu keluar dari ruangan. Klara mengikutin Erika sampai
taman, “Kenapa kau selalu buat masalah?!”.
“Maksud Ibu soal artikel
itu?”.
Erika diam menatap Klara.
“Aku bisa jelaskan soal
artikel itu”.
“Aku tidak penduli. Jika
kau tidak berminat menjadi dosen sebaiknya kau segera mundur dari pada kau akan
buat masalah lebih besar lagi!” lalu meninggalkan Klara sendiri.
“Kasar banget
kata-katanya,” ucap Klara.
***
Hp berbunyi, Paris langsung
menggangkatnya, “halo…”.
“Kau sudah baca artikel
tentang Klara?” tanya Jenni..
“Artikel?”.
“Aku baru lihat di
internet ada artikel memuat foto Klara”.
“Baiklah,” jawab Jenni
lalu mematikan hpnya.
Tatapan Paris terus
tertuju pada foto yang di muat pada artikel.
***
Iwan melihat cowok yang
berdiri dihadapannya, “siapa kau?” tanya Iwan.
“Intinya saja. kau harus
menghapus artikel tentang pelacur itu.”
“Ha…ha…” Iwan tertawa,
“kenapa aku harus menghapusnya?”.
“Foto wanita yang kau muat
di artikelmu itu tunannganku.”
“Kalau aku gak mau
menghapusnya. Kau mau apa?!”.
“Aku sudah mengiranya,”
lalu melemparkan beberapa lebar kertas di atas meja.
“Apa ini,” tanya Iwan lalu
melihat isi kertas-kertas itu.
“Tiga bulan yang lalu kau
melakukan kekerasan pada seorang artis hanya ingin memdapatkan berita,
sebulannya kau melakukan pelecehan pada anak di bawah umur. Bulan ini sekitar 3
kasus kau menyuruh orang untuk membuat kasus agar kau mendapatkan berita yang
bagus, seminggu yang lalu kau merampas berita wartawan Koran lain. Bagaimana
kalau… polisi tahu semua, aku rasa…” acam Paris .
“Dari mana kau tahu?”.
“Kalau tidak salah setahun
yang lalu kau dipecat dari perusahaan yang lama dengan kasus yang sama”.
“Siapa kau sebenarnya? Dan
dari mana kau tahu itu semua?”.
“Aku sudah katakan, aku
tunangan wanita itu, dan soal aku tahu dari mana, itu sangat kecil bagiku,”
lalu membalik tubuhnya.
Baru beberapa langkah Paris melangkah,
“Tunggu,” panggil Iwan.
“Gua akan menghapus
artikel itu.”
***
Klara keluar dari kampus.
Dilihatnya Paris berdiri di depan mobinya, “masuklah, aku antar kau pulang,”
kata Paris .
“Eeehhh… kau tahu soal
artikel itu?”.
“Aku… Aku malu sekali,”
yang berusaha untuk tersenyum.
“Aku tahu. Tapi kau tidak
usah kuatir lagi, artikel itu sudah terhapus”.
Klara menatap Paris , “bagaimana
caranya?”.
“Tapi kalau pun artikel
itu sudah di hapus, faktanya seluruh kampus sudah tahu”.
“Tidak mungkinkan aku
menyuruh mereka untuk menghapus seluruh isi otak mereka”.
“Apa”.
“Dengan berjalannya waktu,
berita itu akan hilang sendirinya”.
“Benar juga”.
“Ayo masuk,” kata Paris masuk dalam mobil.
Klara pun ikut masuk mobil, lalu mobil berlaju kencang kearah selatan.
***
Beberapa hari kemudian.
percis apa yang dikatakan Paris
pada Klara, berita itu akan hilang berjalannya waktu. Semua dosen dan mahasiswa
tidak lagi menanggapin masalah artikel itu karna dalam sehari artikel itu
muncul dan hilang. Sikap mahasiswa dan dosen pada Klara sudah kembali seperti
biasanya.
“Hukum pidata adalah salah
satu bidang hokum yang mengatur hubungan-hubungan antara individu-individu
dalam masyarakat dengan saluran tertentu,” Klara menjelaskan di depan kelas
tanpa melihat buku, “Hukum perdata dapat digolongkan, antara lain hokum
keluarga, hokum harta kekayaan, hokum benda, hokum perikatan dan hokum waris.
Siapa yang bisa menjelaskan pengertian dari 5 hukum yang Ibu sebut tadi??”
tanya Klara pada semua mahasiswa di kelas.
***
“Siapa yang tahu
undang-undang perlindungan korban dan saksi?” tanya Paris pada Mahasiswa yang sedang
memperhatikan dirinya menjelaskan materi hari ini.
“Pasal 34 Pak,” jawab Rika
yang duduk paling depan di depan meja dosen.
“Tahu isinya?”.
Rika menggeleng.
“Siapa yang tahu?”.
Tidak ada mahasiswa yang
menjawab.
Karena tidak ada yang
menjawab, Paris
menyebutkan pasal 34, “Ayat 1 setiap korban dan saksi dalam pelanggaran hak
asasi manusia yang berat berhak atas perlindungan fisik dan mental dan ancaman.
Gangguan, terror dan kekerasan dan pihak manapun. Ayat 2 perlindungan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hokum
dan aparat keamanan secara cuma-cuma, ayat 3 ketentuan mengenai tata cara
perlindungan terhadap korban dan saksi diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah,”
penjelasan Paris
di depan gelas tanpa melihat buku. “kita ke pasal 35,” tiba-tiba hpnya bergetar
dari sakunya, Paris
membaca isi sms dari Klara, ternyata kau hebat juga jadi dosen, tanpa
melihat buku bisa menyebutkan satu persatu ayat. Oh… iya aku lupa kau kan pengacara, wajar aja… tapi kau hebat., Paris tersenyum setelah
membaca sms.
“Dari pacar ya Pak?” tanya
Eva yang duduk di sebelah Rika.
“Yeeeee…..”goda satu
kelas.
“Kita lanjutkan
belajarnya?” kata Paris
yang senyuman masih di wajahnya.
***
Hari sudah pukul 12 siang.
Klara sudah selesai mengajar mau keruang dosen dahulu untuk meletakkan
tugas-tugas mahasiswa di meja kerjanya, setelah itu baru dirinya pulang. Ketika
mau keruangan, Klara melihat Rian dan Erika berjalan berdua menuju ruangan
dosen. Klara mendekatin mereka berdua. “Hai…” sapa Klara.
“Ibu Klara sudah selesai
mengajar?” tanya Erika.
Klara tersenyum, “Iya,
baru saja. ngomong-ngomong kalian bersama terus, kalian pacaran?” tanya Klara.
Wajah Erika langsung
memerah, “aku duluan,” mempercepat langkahnya.
“Kenapa Ibu Erika?” Klara
melihat Rian diam, “kakak pacaran dengan Ibu Erika?” tanya Klara lagi yang
berjalan bersama dengan Rian.
“Kau ngomong apa, kami
hanya berteman,” jawab Rian.
“Ohhh….”. ketika sampai di
ruangan Klara langsung meletakkan tumpukan kertas di atas meja, “aku pulang
duluan,” kata Klara lalu keluar dari ruangan. Ketika di depan pintu utama masuk
kampus, Klara didekatin oleh Liga mahasiswa yang di ajarnya. “ada apa?” tanya
Klara.
“Ibu pulang sendiri kan ?? Saya antar ya bu?”
kata Liga menawarkan diri.
Klara tersenyum, “nanti
pacarmu bisa marah”.
“Aku tidak punya pacar bu”.
“Masa sihhh….”.
“Bener bu,” menyakitkan
Klara.
“Ibu Klara sedang apa?”
kata Paris
sambil memengang bahu Klara dari belakang.
Klara menolek ke belakang,
“Pak Paris,” sambil memengang lenggan Paris ,
“kita pulang bareng ya Pak Paris,” sambil menatap Paris
memberikan isyarat pada Paris
untuk mengatarnya pulang.
“Iya,” jawab Paris .
“Liga, lain kali aja ya,
Ibu ada urusan dengan Pak Paris. Ayo…” tarik Klara sampai di depan mobil.
“lepas juga,” legah Klara sambil melepasakan tangannya dari lenggan Paris ..
“Aku antar kau pulang,”
kata Paris lalu
masuk dalam mobil.
“Ok,” Klara masuk dalam
mobil.
“Kenapa kau tidak suka
sama Liga? Dia tampan,” tanya Paris
sambil menyetir mobil menuju rumah Klara.
“Aku tidak suka aja,”
jawab Klara.
“Kalau dengan aku?”.
“Jangan mulai dehhh…” yang
mengira Paris
bercanda, “tapi kau gak seriuskan suka denganku”.
“Aku Serius. Aku suka
denganmu”.
“Apa”.
“Aku ulangin lagi. Aku suka
kau,” yang masih menyetir.
Diam sejenak, “sejak
kapan?”.
“Sudah lama”.
Setiba di rumah, Klara
langsung keluar dari mobil, “sampai ketemu besok,” lalu masuk ke rumah.
***
“Kenapa diam saja?” tanya
Rian yang mengatar Erika pulang menggunakan mobil miliknya.
“Tidak ada,” jawab Erika
berusaha untuk tersenyum.
“Kau masih memikirkan
perkataan Klara?”.
Erika diam.
“Tidak usah kau pikirkan,
kau tahu kan
Klara selalu asal bicara”.
“Iya. Aku tidak memikirkan
itu kok,” kata Klara yang berusaha untuk tenang.
Setiba di rumah, Erika
keluar dari mobil, “mampir,” tawar Erika.
“Lain kali saja, sudah
malam,” jawab Rian dari dalam mobil, “aku pulang,” lalu menjalankan kembali
mobil kearah rumahnya.
***
“Ini berkas Klien besok
yang kau hadapin di pengadilan,” kata Jenni meletakkan di atas meja. Paris langsung membaca
berkas. “kau hari ini tidak ke kampus?”.
“Nanti siang,” jawab Paris .
“Sepertinya kau mulai
kerepotan mengatur jadwalmu”.
“Ya”.
“Mau aku gantikan?”.
“Tidak perluh. Kau juga
pastih banyak kerjaan”.
Jenni duduk di sofa,
“cumak karna ingin dekatin seorang gadis, kau lakukan semua ini”.
“Kapan berakhir ceritamu
ini”.
“Aku tidak tahu”.
“Sebaiknya secepatnya. Kau
tidak mau kan orang tua angkatmu tahu tujuanmu
ke Indonesia ”.
“Ya, aku tahu itu”.
***
Selesai mengajar, Klara
keluar dari kelas, baru beberapa langkah Klara keluar dari kelas Liga memanggil
Klara, “Ibu Klara!!” Liga mendekatin Klara.
Klara menolek, “ada apa?”.
“Saya mau tanya soal
materi tadi bu,” alasan Liga.
“Yang mana?”.
Liga membuka buku untuk
tunjukkan materi mana yang tidak di mengertinya, “yang ini bu”.
Tak jauh dari mereka,
Sarah melihat Liga berusaha mendekatin Klara, “awas kau bu!!” cemburu Sarah
melihat mereka berduaan.
***
Erika di panggil Pak Rudi
ke ruangannya. “Ada
apa Pak?” tanya Erika.
“Saya mau tanya soal Ibu
Klara. Kalau nanya Pak Rian pastih di belah, setidaknya Ibu tidak,” kata Pak
Rudi.
“Bapak mau nanya apa?”.
“Menurut Ibu bagaimana
cara mengajar Ibu Klara?”.
“Baik Pak, tidak ada yang
komplet dengan cara Ibu Klara mengajar, cumak… cara berpakaiannya saja saya tak
suka”.
“Mahasiswa juga banyak
yang tak suka pakaian bu Klara, belebihin dari mahasiswa. Kalau pengacara Paris ?”.
***
Rian melihat Erika keluar
dari ruang Pak Rudi, “ada masalah?” tanya Rian.
“Tidak. E… Pak Paris itu
pengacara?”.
“Katanya sih iya.
Kenapa?”.
“Tadi Pak Rudi bilang Pak Paris adalah pengacara
Pak Hendrik waktu di pengadilan. Tapi… kenapa tiba-tiba Pak Paris menggantikan
Pak Hendrik mengajar di kampus ini”.
“Kalau itu aku tidak
tahu”.
“Aku lihat juga Klara
sangat dekat dengan Pak Paris. Apa mereka pacaran?”.
Rian diam.
***
“Halo… ada apa?” tanya
Klara menjawab telepon dari Paris .
“Perluh aku antar kau
pulang?”.
“Kau dimana?”.
“Coba kau balik tubuhmu,”
perintah Paris .
Klara membalik tubuhnya
mencari Paris menelponnya, setelah melihat Paris , Klara melambaikan
tangan. Paris tersenyum, namun mata Paris tertujuh pada sebuah mobil kijang berwarna merah
berhenti di depan Klara, “Klara…!!” panggil Paris melaluin hp.
“Ada
apa?!” tanya Klara mendenggar Paris
berteriak. Tiba-tiba 2 pria memaksa Klara masuk kedalam mobil. Paris yang melihat, tanpa pikir panjang
langsung berlari mendekatin Klara.
“Tolong!!!” teriak Klara
terus memberontak. Namun Klara berhasil di paksa masuk ke mobil dan langsung
pergi meninggalkan kampus. Paris tidak berhasil
menyelamatkan Klara, dilihatnya no plat mobil, langsung di teleponnya
seseorang, “halo… cari mobil kijang merah dengan no polisi B 3725 WR, segera
laporkan ke aku,” setelah memerintahkan seseorang untuk mencari mobil yang membawa
Klara, Paris
melihat hp milik Klara yang sudah rusak karna terjatuh, sepertinya terijak saat
Klara di paksa masuk ke dalam mobil. “tunggu aku Klara,” kuatir Paris .
***
“Aku tidak bisa mengatarmu
pulang,” kata Rian.
“Tidak apa. Kau kan sudah janji pada
pemilik tanah,” jawab Erika.
“Aku pergi dulu,” Rian
masuk ke dalam mobil lalu pergi.
“Ya”,
belum lama Rian pergi,
beberapa mahasiswa mendekatin Erika, “Bu Erika!” panggil salah satu mahasiswa.
“Ada apa?” tanya Erika.
“Ibu Klara diculik”.
“Apa”.
***
Setiba di tempat dimana
Klara diculik, Paris langsung mencari Klara,
“dimana dirimu Klara?” panik paris
yang terus mencari.
***
Klara sadar dari
pingsatnya, dilihatnya dirinya berada di sebuah tanah kosong di pinggiran kota , “kalian siapa?”
tanya Klara pada tiga pria yang berdiri di hadapannya.
“Kami akan membunuh kau,”
kata salah satu pria itu.
“Apa salahku?” takut
Klara.
“Kami tidak tahu, yang
pastih kami di peritahkan membunuh kau!!”.
Klara melihatnya tiga pria
itu lagi legah, Klara langsung berlari sekencang-kencangnya, “tolong!!!” teriak
Klara sambil berlari.
Tiga Pria itu langsung
mengejar Klara, “hei berentih!!!” perintah salah satu pria itu yang terus
mengejar Klara.
“Tolong!!!” teriak Klara
memintah tolong.
***
Rian melihat tanah kosong
yang ditujukkan pemilik tanah. “Kenapa harus malam datangnya Pak, coba siang
tadi, jadi lebih jelas lihatnya,” kata
pemilik tanah pada Rian.
“Saya siang tidak bisa,
saya harus mengajar Pak,” kata Rian, “aku suka tanah ini, lingkungannya juga
nyaman”.
“Ini karna di pinggiran kota ”.
“Iya. Aku ingin jauh dari kota ”.
“Tolong!!!”, tiba-tiba
Rian dan pemilik tanah mendenggar suara teriakan mintak tolong, “Bapak denggar
itu?!” tanya Rian pada pemilik tanah.
“Iya pak. Apa kutilanak?”
tebak pemilik tanah.
Rian mencari letak suara
mintak tolong, yang semakit jelas terdengar. “Tolong!!!”. Rian melihat tiga
pria memukul seorang perempuan, tanpa pikir panjang Rian langsung menolong
perempuan itu, satu persatu pria itu di pukul oleh Rian.
Klara yang melihat Rian
yang ternyata menolongnya terus menanggis menahan rasa sakit di wajahnya karna
di pukul 3 pria itu. Tak lama Rian mengalahkan tiga pria itu, dilihatnya
perempuan itu ternyata Klara, “Klara…” lalu membantu Klara berdiri.
Langsung Klara memeluk
Rian, “Rian… Rian… Rian… hu…hu…” menanggis dipelukkan Rian.
Tak jauh dari mereka
berdiri Paris
yang melihat Klara memeluk Rian. Senang bercampur sedih. Senang karna Klara
bisa selamat, sedih karna bukan dirinya yang menyelamatkan Klara dari
penjahat-penjahat itu. Paris melihat salah satu
pria itu berdiri sambil mengeluarkan pisau dari sakunya, tanpa pikir panjang Paris mengambil batu
besar lalu meleparnya kearah pria itu. Batu itu mengenain kepala pria itu. Rian
yang kanget langsung mengajak Klara berlari menjauhin tempat itu.
Tiba-tiba seseoprang
memukul Paris
dengan kayu dari belakang. Paris langsung
membelah diri, satu persatu Paris
memukul penjahat yang mengepung dirinya.
“Bapak tak apa-apa?” tanya
pemilik tanah pada Rian.
“Ya aku tidak apa-apa,”
jawab Rian, yang melihat dari jauh 1 pria yang memakai jaket warna coklat di
kepung 6-8 pria sekaligus. Tak lama kemudian polisi datang, langsung mengejar
penjahat-penjahat yang menculik Klara.
Tak sampai 1 jam, polisi
sudah meringkus semua penjahat yang menculik Klara. Paris tidak melihat polisi menangkap pria
yang memakai jaket warna coklat.
“Ada apa kak?” tanya Klara melihat Rian diam.
“Apa ada orang lain yang
tahu kau di bawak disini?”.
“Tidak. Ada apa?”.
“Aku antar kau pulang,”
kata Rian lalu mengantar Klara pulang.
Setiba di rumah. Klara
langsung turun dari mobil, “trimah kasih,” kata Klara lalu masuk kedalam
rumah. “sayang…. Kau kenapa?” panik
Bunda melihat wajah Klara penuh dengan memar.
“Aku di culik Bun…”
renggek Klara.
“Tapi kau tida apa-apa
khan…” tanya Ayah.
“Iya”.
“Obatin lukanya,” kata
Ayah lalu meninggalkan Klara dan BUnda.
“Ayahmu memang
keterlaluan!” kesal Bunda melihat sikaf Ayah yang masih cuek, “ ayo sayang…”
ajak Bunda pada Klara ke kamarnya yang berada di lantai 2. setelah mengobatin
luka Klara, Bunda menyelimutin tubuh Klara, “tidurlah sayang”.
Klara tersenyum, teringat
saat dirinya di tolong Rian. Matanya perlahan demi perlahat tertutup sambil
mengucapkan, “dia sangat tampan Bunda”.
Bunda hanya tersenyum
mendenggar perkataan Klara.
***
“Dengan luka seperti ini,
tidak ada manfaatnya kau datang kesana,” kata Jenni mengolesin salep di
punggung Paris
yang penuh dengan memar.
“Setidaknya aku tahu Klara
tidak apa-apa”.
“Tapi pastih ada
kekecewaan khan?”.
***
“Aaaahhh…!!” teriak Klara
melihat memar di wajahnya.
“Ada apa sayang?” tanya Bunda mendenggar
teriakkan Klara.
“Wajahku”.
“Ya bagaimana lagi”.
“Bun…da…”.
***
Hari sudah jam 11 siang. Rian
melihat Paris
keluar dari mobil dengan menggunakan kaca mata hitam berjalan melewatin dirinya
dan Erika.
“Ada apa? ada yang aneh dengan Pak Paris?”
tanya Erika heran tatapan Rian pada Paris .
Rian teringat dengan
kejadian semalam saat I pria yang berjaket coklat di kepung 6-8 pria. “tidak
salah. pastih dia…” nyakit Rian.
“Ada apa?”.
“Semalam aku menyelamatkan
Klara. Aku melihat Pak Paris
disana”.
“Jadi kau yang
menyelamatkan Klara”.
“Aku tak segaja ada di
tempat kejadian”.
“Kalian sepertinya jodoh”.
Rian menatap Erika.
***
Semua mata tertujuh kearah
Klara yang baru tiba di kampus. Walaupun sudah memakai kaca mata hitam, memar
diwajahnya masih nampak terlihat. Klara berusaha menutupin wajahnya dengan buku
yang segaja dibawaknya dari rumah. Ketika diruangan Klara langsung duduk di
meja kerjanya.
“Ibu Klara tidak apa-apa?”
tanya Benny.
“tidak apa-apa,” jawab
Klara.
“Sebaiknya kau pulang
untuk istirahat,” kata Rian.
Klara mulai salah tingkah,
“Iya…”.
“Tok…tok…tok…” pintu
ruangan di ketuk, tak lama kemudian terbuka, “pagi pak bu,” kata mahasiswa yang
mengetuk pintu.
“Ada apa?” tanya Erika.
“Ibu Klara disuruh Pak
Paris ke taman,” kata mahasiswa itu.
“Iya. Trimah kasih,” kata
Klara pada mhasiswa itu, “aku ke taman dulu,” Klara keluar dari ruangan.
“Mereka pacaran?” tanya
Benny.
“Mungkin saja,” jawab
Joni.
***
“Memangnya Ayah serius mau
menjodohkan Klara dengan Rian?” tanya Bunda yang menemanin Ayah menyatap makan
siangnya.
“Kau belum katakan dengan
Klara?!” tanya balik Ayah.
“Belum”.
“Apa!! kapan lagi!!”.
“Sayang… aku takut Klara
tidak terimah dengan perjodohan ini”.
“Tidak penduli Klara suka
atau tidak. Keputusanku tidak bisa di nganggu gugat!!”.
“Iya sayang”.
***
Klara melihat Paris duduk ditaman dengan
memakai kaca mata hitam. “kenapa matamu?” tanya Klara, “kau jelek memakai kaca
mata,” sambil membuka kaca mata di wajah Paris ,
“haaaa… kenapa dengan wajahmu!?” kanget melihat luka di alis mata paris .
“Kau kira kau tidak
jelek!,” kata Paris
yang juga membuka kaca mata di wajah Klara, “lukamu lebih banyak dariku!”.
“Haa… cowok aneh”..
“Apa ini,” Klara melihat
isi bungkusan, “hp”.
“Hpmu terjatuhkan”.
“Iya.”
“Aku mulai tidak enak
dengan kau”.
“Kenapa?”.
“Kau jangan menyukain aku
lagi ya… aku sudah menyukain seorang pria. Mulai sekarang jauhin aku”.
***
Rian dan Erika makan siang
di kantin kampus. Sambil menikmatin pesanan mereka, Erika mencoba bertanya pada
Rian, “Kau tidak pernah lagi cerita soal perjodohan itu?”.
“Tidak ada yang perluh di
ceritakan,” jawab Rian.
“Kapan kalian tunangan?”.
“Aku tidak memikirkannya”.
Erika tersenyum.
***
Bersambung
Tidak ada komentar :
Posting Komentar