“Ini bukan aku. Aku tak
enak denganmu. aku menyukain cowok lain tapi masih bisa duduk berdua denganmu,”
kata Klara.
“Tidak usah pendulikan
perasaanku. Aku akan terus mendekatinmu sampai Rian mengatakan cinta padamu,”
kata Paris .
“Kau tahu dari mana pria
itu Rian?? Perasaan aku belum menyebut namanya,” binggung Klara.
“Tapi…”.
“Aku nyakit perasaanku
pastih hilang juga dengan berjalannya waktu,” lalu pergi meninggalkan Klara.
“Dia memang cowok yang
aneh”.
***
“Sekarang apa rencanamu?”
tanya Jenni setelah mendenggar cerita Paris .
“apa kita akan pulang ke Amerika?”.
“Tidak. Aku mau
menyelesaikan pekerjaanku dulu. Baru pulang,” kata Paris yang duduk di meja kerjanya.
“Ok kalau gitu”.
“Kau butuh istirahan,”
kuatir Jenni melihat keadaan paris .
“Kau pulang saja duluan”.
“Baiklah,” Jenni keluar
dari ruangan kerja paris .
***
“Kenapa kau suka sekali
bermain dengan perasaanmu?” tanya Jenni pada Paris yang akan berangkat ke kampus.
“Apa maksudmu?” tanya
balik Paris .
“Kau mau ke kampus
khan…?”.
“Iya”.
“Lalu?”.
“Kau tahu sendiri aku akan
mengatikan Pak Hendrik selama 3 bulan”.
“Kau mau menyelesaikan
sampai 3 bulan?”.
“Tinggal 2 bulan lagi”.
“Intinya kita masih 2
bulan lagi di Indonesia ”.
“Kau jangan lupa, jam 11
ke pengadilan”.
“Iya”.
***
“Mau dilihat dari sudut
mana pun dia masih terlihat tampan,” puji Klara yang dari tadi memadangin Rian
di meja kerjanya, “tapi apa boleh aku suka dengannya?”.
Erika melihat Klara yang
dari tadi memadangin Rian hanya bisa diam tak bisa melakukan apa-apa, mau
marah, masak cumak gara-gara memadangin Rian dia harus marah, itu malah membuat
dirinya nampak malu di hadapan Rian.
Hp Klara bergetar,
dilihatnya ada sms dari Paris , kenapa
wanita suka sekali memadangin pria dari jauh??, “Karena wanita punya
harga diri!!” jawab Klara menjawab sms dari Paris tanpa membalas. Klara melihat dosen-dosen
melihat kearahnya, “aku keluar dulu,” kata Klara menutupin rasa malu.
“Kenapa dia?” tanya Benny.
“Sakit kali ha… ha…” jawab
Joni.
Diluar ruangan Klara
mencari Paris ,
“dia tahu aku memadangin Rian, pastih dia ada di sekitar sini,” nyakit Klara.
“Kau mencariku,” kata Paris sambil memengang
bahu Klara dari belakang.
Klara menolek, “kau membuatku
malu!”.
“Eeehhh!!!”.
Mereka ke taman. “kau ragu perasaanmu pada Rian?” tanya Paris .
“Perasaanku sih gak ragu.
Aku hanya…” diam sejenak, “dia kan
duda, duda dari kakakku lagi”.
“Memang salah jika kita
menyukain seorang duda? Gak khan… nak itu duda kakakmu atau bukan, kalau
perasaan tidak bisa di bohongin,” diam sejenak, “bukankah cinta tidak melihat
apapun”.
“Kau benar,” Klara
tersenyum.
***
“Dari semua saksi dan
barang bukti yang sudah ditunjukkan selama sidang, Pak Eko di bebaskan tanpa
syarat,” kata ketua sidang memberikan keputusan sidang. Baik keluarga maupun yang
hanya menonton menyambut gembira dengan keputusan ketua sidang.
“Kau hebat,” puji Jenni.
Kedua orang tua Eko
bersama dengan Eko mendekatin Paris
dan Jenni yang akan keluar dari ruang sidang. “pengacara saya ucapkan terimah
kasih. Kalau bukan karna pengacara, anak saya pastih di penjara,” kata bapak
Eko.
“Itu tugas saya membelah
klien saya,” jawab Paris .
“Trimah kasih pengacara,”
ucap Eko.
“Jangan terlibat lagi
hal-hal seperti itu,” nasehat Paris .
“Baik pengacara”.
“Permisih,” Paris dan Jenni meninggalkan pengadilan dengan menggunakan
mobil milik Paris .
“Kau hebat di segala
kasus, tapi kau tidak hebat dengan memutuskan perasaanmu,” kata Jenni pada Paris yang sedang
menyetir.
“Kau mau aku antar
kemana?” tanya Paris
tak penduli kata-kata Jenni padanya.
“Aku mau pulang”.
***
Selesai mengajar Klara
kembali ke ruangan dosen. Dilihatnya di meja kerjanya ada seikat bunga mawar.
“dari siapa?” binggung Klara.
Tak lama kemudian, Joni,
Benny, Erika dan Rian masuk keruangan melihat Klara sedang mencium bunga, “dari
siapa bu?” tanya Benny.
“Tidak tahu. Sudah ada di
meja,” jawab Klara.
“Dari Pak Paris kali,” goda Joni.
“Gak mungkin. Jika dia mau
kasih pastih tadi pagi”.
“Itu ada suratnya?” kata
Erika melihat surat
terselip di bunga.
Klara mengambil surat itu, langsung
dibacanya, “untuk Ibu Klara yang cantik seperti bunga ini. Dari Liga”.
“Wahhh… ada mahasiswa yang suka sama Ibu Klara”.
Klara hanya tersenyum,
“apaan sih…” malu Klara.
Erika melhat Rian duduk diam
di meja kerjanya.
***
“Dari tadi aku lihat kau
diam saja?” tanya Erika pada Rian yang sedang menyetir. “Apa karna ada
mahasiswa yang suka pada Klara”.
“Sudahlah. Kita bisa
membahas yang lain”.
“Aku tahu kau cemburu,”
kata Erika dengan nada suara pelat.
***
“Pak Paris Pak Hendra
sudah datang,” kata sekretaris Paris .
“Suruh dia masuk,”
perintah Paris .
“Baik Pak,” lalu
keluar,
Tak lama kemudian seorang
yang umurnya sekitar 57 tahun dengan memakai kemeja warna coklat dan celana
dasar hitam masuk keruangan kerja Paris ,
“Selamat pagi pengacara,” sapa Pak Hendra.
“Silakan duduk,” sopan Paris .
“Trimah kasih,” Pak Hendra
duduk.
“Aku sudah membaca berkas
Oki. Nanti aku akan ke kantor polisi untuk bertanya pada Oki apa yang
sebenarnya terjadi dan selanjutnya aku akan beritahu bapak,” rencana Paris .
“Saya sepenuhnya
menyerahkan kasus anak saya pada pengacara. Saya nyakit pengacara pastih
bisa membebaskan anak saya dari kasus
ini,” sedih Pak Hendra.
“Saya tidak bisa janji,
tapi… saya akan melakukan semampu saya”.
“Ya. saya percaya pada
pengacara”.
Setelah Pak Hendra pergi. Paris melihat Jenni tersenyum melihatnya, “kau kenapa?”
tanya Paris .
“Setiap kau menerima
sebuah kasus, kau selalu nyakit akan menang. Itu terlihat dari ekresi dari
wajahmu”.
“Oh iya. Aku kesini hanya
ingin memberitahu siapa yang memerintahkan mereka menculik Klara”.
“Siapa?”.
***
“Ibu Klara!!” panggil Liga
berlari kearah Klara.
Klara menghentikan
langkahnya, “ada apa Liga?”.
“Eeehhh… Ibu sudah
menerima bunga dariku, kemarin aku letakkan di atas meja Ibu,” kata Liga.
“Iya. Bunga yang bagus.
Tapi bunga itu cocok kau berikan pada wanita yang sukain”.
“Ibu Klara yang ku sukain”.
“Apa”.
“Tidak salahkan aku
menyukain Ibu Klara”.
Klara tersenyum, “aku tak
bisa memaksa orang untuk tidak menyukainku. Tapi aku tak bisa menerimahmu”.
“Apa karna Pak Paris”.
“Bukan. Karna aku tidak
ada perasaan apa-apa ke kau,” kata Klara lembut, “aku rasa kita sebagai dosen
dan mahasiswa lebih baik dari pada sepasang kekasih,” lalu tersenyum.
“Aku kira juga begitu,”
Liga melihat paris
berdiri di depan mobil menatp kearah dirinya dan Klara, “itu Pak Paris”.
Klara membalikkan
tubuhnya, tersenyum melihat Paris
melabaikan tangan padanya. Klara menatap Liga lagi, “Ibu pergi dulu,” lalu
melangkah kearah Paris .
Liga menatap Klara masuk
mobil dan pergi bersama Paris ,
“mungkin mereka pacaran, itulah Ibu Klara menolakku,” sedih Liga.
***
“Sarahh!!” panggil Sintia
mendekatin Sarah yang sedang di kelas bersama Doti.
“Ada apa?” tanya Sarah.
“Liga nembak Ibu Klara”.
“Apa!” kanget Sarah, lalu
melempar buku, “brensek!!” marah Sarah.
***
“jadi Liga katakan cinta
padamu,” kata Paris
mendenggar cerita Klara sambil menyetir mobil, “lalu kau jawab apa?”.
“Aku jawab aja aku rasa
kita sebagai dosen dan mahasiswa lebih baik dari pada sepasang kekasih”.
“Kata-kata yang
bijaksana”.
“Benarkah”.
“Iya”.
“Tapi…” Mata Klara
tertujuh pada anak-anak yang ada di pinggir jalan yang akan menyebrang.
“Tapi apa?” tanya Paris sambil menolek pada
Klara.
“Stop!!!” teriak Klara sambil
menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
“Anak itu,” Klara keluar
dari mobil, dilihatnya anak itu jongkok di depan mobil sambil menanggis, “kau
tidak apa-apa?” tanya Klara lembut.
“Gak mau hu…hu…” gadis
kecil itu langsung bersembunyi di belakang Klara sambil menanggis.
“Siapa kalian?!” tanya
Klara pada kedua lelaki itu.
“Berikan saja! jangan
banyak tanya!!!” marah salah satu dari mereka.
“Kak… aku gak mau ikut
penjahat itu hu… aku gak mau hu…” kata gadis kecil yang terus menanggis.
“Aku pengacara. Jika
kalian ingin anak ini, kita bertemu di pengadilan,” acam Paris mendekatin Klara.
“A…pa,” kedua pria itu
mulai ketakutan, “ambil anak itu!!” lalu pergi.
Klara tersenyum pada Paris , “kau hebat”.
Mereka mengajak gadis
kecil itu ke apartemen Paris . “siapa namamu?” tanya Klara.
“Eeehhh…” ragu-ragu gadis
kecil itu.
“Trimah kasih,” ia meminum susu buatan Paris .
“Jika kau tidak katakan
nama dan alamatmu, kakak tidak bisa menolongmu?” bujuk Paris .
“Eeehhh… nama aku Kristin,
aku tidak tahu tinggal dimana,” jawab gadis kecil.
“Kenapa kau bisa bersama
mereka?” tanya Klara.
“Paman mengajak aku pergi
untuk membeli coklat, tapi sampai sekarang Kristin tidak mendapatkan coklat.
Kristin rindu mama hu….”.
Klara memeluk Kristin,
“kakak janji, Kristin pastih bertemu lagi dengan mama,” bujuk Klara.
“Bawak dia ke kamar.
Sepertinya dia sangat lelah,” saran Paris .
Klara membawa Kristin ke
kamar yang berada paling pojok dari ruang tamu.
“sekarang Kristin tidur ya,” bujuk Klara sambil menyelimutin tubuh Klara
dengan selimut.
“Kakak jangan
kemana-mana,” kata Kristin sambil memengang tangan Klara.
“Ok. Kakak temenin kau
tidur,” sambil membaringkan tubuhnya di sebelah Kristin. Mereka saling menatap,
“kenapa Kristin menatap kakak?”.
“Kakak cantik seperti
Putri”.
“Putri apa?”.
“Putri Salju”.
“Putri Salju. Bagaimana
kalau secantik Putri Cinderela,” usul Klara, “dulu ada seseorang yang sangat
sering memanggil kakak Cinderela dan kakak memanggilnya pangeran,” teringat
Klara masa kecilnya.
“Siapa kak?” tanya
Kristin.
“Dia sudah pergi jauh,”
yang berusaha tidak menanggis di depan Klara, “dia janji akan datang besok,
tapi dia tak pernah datang”.
“Kakak masih menunggu
pangeran?”.
Klara tersenyum, “dia tak
mungkin datang lagi. Dia pastih sudah lupa,” berusaha untuk tersenyum lalu
memeluk Kristin.
***
Kristin terbangun dari
tidur lelapnya, keluar dari kamar melihat Paris
sedang menyiapkan sarapan pagi di meja makan. “Kau sudah bangun?” tanya Paris melihat Kristin
sudah duduk di kursi meja makan.
“Iya,” jawab Kristin
menatap Paris .
“Kenapa kau melihatku
seperti itu?” sambil duduk menatap Kristin.
“Kakak juga baik sama
dengan kak Cinderela”.
Kristin mengangguk, “kakak
juga tampan percis seperti pangeran”.
Diam sejenak, “kau boleh
memanggilku pangeran”.
“Benarkah”.
Klara muncul dari balik
pintu kamar, “sorry aku bangum kesiangan,” yang berkali-kali menguap sambil
melangkah ke meja makan.
“Dia memang tukang tidur,”
bisik Paris
pada Kristin.
“Iya Pangeran,” jawab
Kristin.
“Apa kata kalian!!” kesal
Klara mendenggar perkataan Paris
dan Kristin.
***
Klara dan Kristi turun
dari mobil, “kau langsung ke kantor polisi?” tanya Klara.
“Iya, nanti aku jemput,”
kata Paris dari
dalam mobil, lalu kembali menjalankan mobil menuju kantor polisi.
“Dah…dah…dah… pangeran,”
kata Kristin.
“Pangeran?” Klara menatap
Kristin.
“Kak Paris baik sama
seperti pangeran”.
“Oh… yuk,” ajak Klara ke
ruangan dosen. Semua mata melihat kearah Klara yang membawa anak kecil ke
kampus, di benak mereka penuh dengan pertanyaan. Di ruangan pun semua dosen
heran melihat Klara. “siapa itu bu?” tanya Benni melihat gadis kecil memakai
baju kaos orang dewasa,” yang pastih bukan anak ibu khan??”.
“Tidaklah. Kapan
hamilnya?” jawab Klara sambil tersenyum.
***
“Orang tua saya sudah
cerita,” jawab Oki.
“Saya harap ada tidak
menyimpat rahasia sedikitpun dari saya. Sekarang ada bisa jelaskan hubungan ada
dengan korban”.
“Hubungan kami sudah
berakhir bulan januari 2011, sejak saat itu kami tidak pernah bertemu lagi
karna saya sudah menikah, terakhir bertemu bulan September itu pun Dewi
langsung memaksaku untuk menikahinnya”.
“Tapi dari pernyataan
korban, kalian masih berhubungan bulan juni, itulah kandungannya sekarang sudah
mengijak 3 bulan,” kata Paris .
“Mana mungkin Pak
pengacara. Bulan mei sampai bulan agustus saya di Riau. Saya kerja di sebuah
perusahaan swasta,” penjelasan Oki.
Setelah mendenggar
pernyataan dari Oki, Paris
dan Jenni keluar dari kantor polisi. “menurutmu bagaimana?” tanya Jenni melihat
Paris yang
mulai binggung.
“Kita harus membuktikan
pada bulan mei sampai anggustus dia ada
di Riau,” jawab Paris .
“Kau benar juga”.
“Aku akan suruh orang ke
perusahaan Oki bekerja”.
“Bisa juga”.
***
“Kenapa kakak panggilku?”
tanya Klara pada Rian yang sebelumnya Klara di suruh menemuinnya di taman.
“Siapa anak itu?” tanya
Rian.
“Oh… Kristin. Kemarin aku
dan Paris
menemuinnya di jalan, sepertinya korban penculikkan,” cerita Klara.
“Sudah lapor polisi?”.
“Sudah”.
“Apa perluh ada yang aku
bantu”.
“Sepertinya saat ini tidak
ada. Paris
sudah mengatasin semuanya”.
“Kak!!!” panggil Kristin
berlari mendekatin Klara.
“Kenapa lari-lari?”.
Kristin menatap Rian.
“Aku keruangan dulu,” kata
Rian lalu keruangan dosen.
“Kau jangan menatap
seperti itu, gak sopan,” nasehat Klara.
“Dia siapa kak?”.
“Dia… dia pangeran kakak,”
senyum Klara memadang Rian berjalan.
“Dia bukan pangeran”.
“Sok tahu”.
“Kak Pengacara pangeran”.
“Iya iya,” mengalah Klara.
“Kau lapar?”.
Kristin mengangguk.
“Yuk…” Klara mengajak
Kristin mencari makan diluar kampus.
Ketika berada di depan
kampus, Seseorang memengang bahu Klara
dari belakang. Klara membalikkan tubuhnya, tiba-tiba tamparan menempel di
pipinya, suara tamparan sangat jelas terdenggar, “itu untuk berani-beraninya
merebut pacarku!!!” marah Sarah. Belum sempat Klara mengatakan satu kata Sarah
sudah menyiram Klara dengan air yang di bawaknya, “Itu untuk wanita murahan
sepertimu!!!”.
Air mata jatuh di pipi
Klara. Kristin yang melihat langsung mendorong Sarah, “kakak jahat!!”.
Rian yang melihat langsung
membuka jasnya bermaksud menyelimutin tubuh Klara dengan jasnya namun
diduluankan Paris
yang tiba-tiba muncul, menyelimutin tubuh Klara dengan jasnya, langsung membawa
Klara dan Kristin pergi dari tempat itu menggunakan mobil yang terpakir tak
jauh dari kejadian.
“Itu Pak Paris khan?”
tanya Benny.
“iya,” jawab Joni yang
juga melihat kejadian yang memalukan itu.
“Hu….hemmmm….huuuu….”
Klara menanggis sepuasnya melepas kesedihan di benaknya, “hummm…hu….”.
Klara masuk kekamar. Tak
lama kemudian Klara sudah ganti pakaian dengan memakai kemeja tanggan panjang
warna putih dan celana dasar hitam milik Paris .
“sepertinya kau harus menambah berat badanmu,” canda Paris melihat Klara memengang celana agar
tidak kedodoran, “duduklah,” sambil membantu Klara duduk di sofa, lalu
memberikan segelas susu coklat panas pada Klara, “susu coklat sangat baik
menenangkan hati”.
Klara mengambil gelas isi
susu coklat, “trimah kasih”.
“Kak Cinderela tidak
apa-apa?” kuatir Kristin.
Klara berusaha untuk
tersenyum, namun air mata masih jatuh membasahin pipinya.
Kristin mengapus air mata
di pipi Klara, “kakak jangan bersedih lagi, disini ada Kristin dan pangeran”.
Klara memeluk Kristin.
“Kristin?”.
“Kau tidak usah kuatirkan
Kristin, sementara Kristin akan tinggal bersamaku”.
“Ya sudah. Aku masuk
dului,” lalu Klara masuk ke dalam rumah. Dari balik kaca Paris melihat kesedihan Klara yang masih ada
walaupun tidak begitu ditampakkan namun kesedihan itu masih tampak di wajah
Klara.
Dikamar Klara terus menanggis,
banyangan saat Sarah menampar dan menyiramnya masih sangat jelas teringat di
benaknya dan kata-kata kasar yang diucapkan Sarah untuknya.
***
“Mana Klara?!” tanya Ayah
pada Bunda yang berdiri di anak tangga.
“Besok saja ya sayang.
Klara butuh istirahat sekarang,” bujuk Bunda.
“Kenapa dia?!! Sakit?!!”.
“Tidak sayang, tapi
sepertinya hatinya yang sakit”.
“Maksudmu apa!!!?”.
“Yang pastih Klara
sekarang ingin sendiri!!” marah bunda.
“Besok suruh dia nemuin
aku di kantor,” lalu Ayah meninggalkan Bunda.
“Kapan sih dia peratian
dengan anaknya sendiri,” kesal Bunda.
***
Semalaman Klara sudah
memikirkan apa yang akan dilakukannya pagi ini. Yang pertama memasukkan
pakaiannya ke dalam koper, dan ynag kedua bergegas pergi sejauh-jauhnya dari Jakarta . Sebelum pergi
Klara meninggalkan surat
untuk Ayah dan Bunda di letakkan di meja riasnya.
Klara pergi ke bandara,
langsung membeli tiket pesawat, “terserah mau kemana saja! mau ke kalimatan,
irian, aceh, pokoknya kemana saja, jauh dari Jakarta ,” kata Klara pada penjual tiket.
“Ini tiket ya bu untuk ke
kalimatan,” kata penjual tiket sambil memberikan tiket pada Klara.
“Trimah kasih”. Setelah
membayar Klara langsung gatri masuk ke bandara sambil membawa koper warna merah
yang dibawaknya dari rumah. Tiba-tiba seseorang menarik tangga Klara sampai
tubuhnya ikut tertarik ke pelukkanyang menariknya. “Paris …”
kanget Klara melihat Paris dihadapannya, “sedang
apa kau disini?” tanya Klara melepaskan pelukkan Paris .
“Kau mau kemana?”.
“A..aku…”.
“Ibu Klara Putri Dewi, kau
tidak boleh pergi kemana-mana!” kata Paris
menatap Klara sambil tersenyum.
“Apa,” yang juga menatap Paris .
“Kau mau apa?” panik
Klara.
“Kau tidak boleh pergi kemana-mana”.
“Maaf bu, jadi masuknya?
Masih banyak yang gatri?” kata satpam
bandara.
“Ja…”.
“Tidak jadi pak,” Paris menarik tanggan
Klara.
“Apa yang kau lakukan,”
berontak Klara.
Namun Paris terus menarik
Klara tanpa menghiraukan berontakan Klara yang dilakukannya.
Tak jauh dari pakiran
Klara berhasil melepaskan tangannya dari genggaman Paris , “apa sih mau mu!!!” marah Klara.
“Aku tidak mau kau
menyesal dan tak akan aku biarkan!!”.
“Kau tak mengerti
perasaanku!!”.
“Aku sangat mengerti!! Dan
sangat sangat sangat…. Mengeti!!!”.
“Jangan halanggin aku
pergi,” mohon Klara.
“Baik. Pergilah!!” baru
beberapa langkah Paris mengucapkan beberapa kata, “apa kau lupa
janjimu dengan Kristin Cinderela!,” lalu melanjutin langkahnya ke mobil, lalu
pergi.
Klara menanggis, binggung
harus melakukan apa. klara teringat kata-katanya pada Kristin, kakak janji, Kristin pastih bertemu lagi
dengan mama Kristin, kata itu membuat Klara sadar apa yang harus
dilakukannya, “aku tidak boleh pergi,” lalu ke tempat pakiran, mencari Paris,
“dia marah hahhh…” klara pun berjalan kaki pulang kerumah.
Tak jauh dari Klara,
seseorang mengamatin dirinya dari tadi.
***
“Bagaimana jika dia
pergi?” tanya Jenni pada Paris
yang berdiri di blangkon rumahnya.
“Klara tak pernah ingkar
janji, itu yang aku tahu sifat Klara”. Hp Paris berbunyi, langsung di
angkatnya, “halo…” setelah mendenggar jawaban si penelpon, “benarkah dia tidak
pergi,” sambil tersenyum, lalu mematikan hpnya, “benarkan yang aku katakan,”
kata Paris pada
Jenni.
“Jika kau tahu Klara tak
akan pergi, kenapa kau tidak menunggunya?”.
“Aku hanya tidak mau
memajakannya”.
Jenni tersenyum mendenggar
perkataan Paris
sambil melihat Kristin sedang bermain
boneka di sofa, “sepertinya niatmu pulang ke Amerika belum ada”.
“Kau manfaatkan gadis
kecil itu untuk mendekatin Klara khan…?”.
“Kata kasarnya seperti itu”.
“Apa perluh aku menundah
mencari orang tuanya?”.
“Jangan. Kasihan ke dia.
Dia masih kecil. Masih membutuhkan orang tuanya”.
“Aku tahu, itu pastih
jawabanmu”.
***
Klara pulang, berharap
Ayah dan Bunda belum bangun dari tidurnya. Perlahan-lahan Klara melangkah masuk
kekamarnya, tapi Klara langsung kanget melihat Ayah sedang membaca surat yang dibuatnya dan
Bunda sedang menanggis sambil memengang pakaiannya. “Ayah Bunda…”.
“Kau tidak jadi pergi?!”
tanya Ayah yang juga kanget melihat Klara.
“Tidak,” jawab Klara.
“Lalu bagaimana
pekerjaanmu?!” tanya Ayah lagi.
“Pekerjaan haaa….” Klara
langsung berlari keluar rumah, segera ke kampus.
“Klara!!” panggil BUnda.
“Tunggu!” kata Ayah menahan
Bunda, “biarkan dia pergi!”.
***
“Disini Sarah menyiram Ibu
Klara,” kata Doti.
“Kasihan Ibu Klara,” kata
Yenni.
“Iya. Tegah banget Sarah
menghina Ibu Klara,” kata Candra juga.
Klara yang mendenggar
hanya tersenyum malu, “selamat pagi anak-anak,” sapa Klara.
Semua knget melihat Klara
yang tiba-tiba muncul.
“Ibu Klara yang selalu
buat masalah mau keruangan dulu, oh iya… siapa yang tahu rumah Sarah?” tanya
Klara pada.
Semua menggeleng.
“Ok. Ibu keruangan dulu,”
Klara melangkahkan kakinya menuju ruangan dosen.
“Itu Ibu Klara? Kok
pakainnya lain banget,” kata doti melihat pakaian yang dipakai oleh Klara pagi
ini. Baju kaos berwarna putih, celana jeas, topi dan sepatu olah raga.
“Itu bukan Ibu Klara yang
sebenarnya,” kata Candra yang juga kanget dengan gaya pakaian Klara.
***
Klara membuka pintu
ruangan, “selamat pagi,” sapa Klara. Bukan mahasiswa saja yang terkejut melihat
pakaian yang kenain Klara, dosen-dosenpun ikutan kanget. Klara langsung ke meja
Rian. “aku mau mintak alamat Sarah?” kata Klara pada Rian.
“Untuk apa? kami sudah
memintah Sarah untuk membawa orang tuanya,” kata Rian.
“Jnagan. Jangan lakukan
apa-apa. aku ingin bicara saja padanya”.
“Baiklah”.
Setelah tahu alamat Sarah,
Klara bergegas ke kosan sarah yang tak
jauh dari kampus.
“Melihat kau memakai
sepatu olah raga, sepertinya hari ini perjalanan akan panjang,” kata Paris tiba-tiba muncul di
belakang Klara.
Klara langsung menolek,
“kau… kau sedang apa disini?”.
“Aku akan jadi sopirmu
seharian penuh,” Paris
menarik Klara sampai ke mobil.
“Tunggu!! Kau tahu dari
mana aku ke bandara”.
“Hanya lima menit untuk memikirkan itu”.
“Maksudmu?”.
“rasa malu yang kau
terimah kemarin membuat dirimu untuk pergi dari Jakarta , lalu beberapa bulan kemudian kau
kembali lagi,” lalu menatap Klara, “benarkan??”.
“Kau seperti dukun”.
Klara memberikan kertas pada
Paris , “kita
pergi ke alamat itu”.
“Alamat siapa ini?”.
“Sarah”.
“Kau tahu kenapa Sarah
marah padamu?”.
“Tidak. Itulah aku ingin
tahu kenapa dia marah padaku”.
“Karna Liga menyukainmu,”
jawab Paris
yang masih menyetir.
“Apa,” kanget Klara.
“Yang menculikmu juga dia
yang suruh”.
Klara hanya diam, seakan
tak percaya apa yang di denggarnya.
Tak lama perjalanan mereka
menuju kosan Sarah. Paris
menghentikan mobil di pinggir jalan sebuah kosan yang di cat warna hijau. “Mau
aku temanin?” tanya Paris .
“Tidak usah. Biar aku
sendiri,” Klara keluar dari mobil, dilihatnya Sarah sedang duduk di pintu
kosannya, “hai Sarah,” sapa Klara.
Sarah kanget melihat
Klara, “mau apa Ibu datang ke sini!!?” marah Sarah.
“Aku hanya ingin bicara
denganmu”.
“Gak ada yang perluh di bicarakan!!”.
“Aku tahu perasaan kau
sekarang? Menyukain pria memang sangat menyenangkan tapi jika pria itu
menyukain wanita lain itu sangat menyakitkan, itu yang aku tahu perasaan yang
kau rasakan,” diam sejenak, “dengan kau menyuruh orang untuk mencelakainku,
menamparku, menyiramku dan menghinaku, itu membuat aku sadar kau sangat
menyukain Liga. Tapi… cinta itu tidak bisa di paksakan. Cinta itu dari hati
bukan dari mulut,” diam sejenak, “aku mengatakan ini semua bukan karna aku
menyukain Liga. Aku tidak ada sedikitpun perasaan dengan Liga dan itu juga
sudah aku katakan pada Liga”.
Sarah melihat Paris berdiri di pintu
mobil, “Ibu menyukain pria lain”.
Klara hanya tersenyum.
“Ibu Nyakit, kau pastih mendapatkan lelaki yang sangat mencintainmu”.
“Boleh aku memeluk Ibu,”
kata Sarah. Klara langsung memeluk Sarah. “maafkan aku bu”.
“Ya. besok kau kuliah
seperti biasa. Ibu sudah bicara dengan Pak Rian”.
“Ya bu”.
“Ok. Ibu pulang dulu”.
“Iya bu”.
Klara kembali ke mobil,
“gimana?” tanya Klara pada Paris
yang dilakukannya pada Sarah.
“Kau terlihat dewasa,”
kata Paris
sambil masuk dalam mobil.
Klara masuk dalam mobil,
“benarkah….hahhh….”.
“Kita mau kemana?”.
“Kemana ya?”.
“Sopirmu ini juga butuh
makan bu,” kata Paris
yang tetap menyetir.
“Ok. Kita makan sopirku
sayang,” ucap Klara yang berkali-kali menguap, “haaahhhh…..haahhh….”.
Hari sudah gelap. Paris mengantar Klara
pulang, dilihatnya Klara sudah tertidur lelap. Diatatapnya wajah Klara yang
sedang tidur, “Kau tidak sedikitpun berubah. Kau masih cantik,” puji Paris sambil memengang
pipi Klara. Paris
melepaskan jaket yang dipakainya, lalu menyelimutin tubuh Klara.
Beberapa jam kemudian,
Klara terbangun dari tidur lelapnya, “Tadi katanya lapar, kok aku di atar pulang,”
dilihatnya Paris sudah tertidur, “apa ini,”
melihat jaket Paris ada di tubuhnya, “segitu
sukanya dia padaku,” melihat tangan Paris
terlipat menahan dinginnya malam, lalu jaket Klara selimutin di tubuh Paris . Perlahan-lahat
Klara keluar dari mobil agar Paris
tidak terbangun dari tidur lelapnya. Klara membuka pagar rumah, lalu melangkah
masuk ke rumah. Paris
membuka matanya, dilihatnya Klara yang masuk kerumah. “kapan kau sadar, aku
pangeranmu,” lalu menarik nafas panjang, lalu mengeluarkannya kembali.
***
Klara menerima telepon
dari Paris saat
mau masuk ruangan, “kau dimana?” tanya Klara.
“Aku masih dirumah,” jawab
Paris .
“Jangan lupa bawak
Kristin. Aku mau ajak Kristi jalan-jalan ke moll”.
“Iya. Nanti aku jemput,
kita jalan bersama-sama?” jawab Paris
yang berada di ruang kerjanya.
“Ibu Klara,” Rian muncul
dari belakang Klara.
Klara menolek ke belakang,
“Kak Rian. Baru datang Kak?” enatap Rian dihadapannya.
“Iya. Nanti siang kau ada
kerjaan. Teman-teman mau mengajakmu makan”.
“Kakak ikut?” tanya Klara lagi
yang mulai salah tingkah.
Rian tersenyum, “Iya”.
“Kau tidak apa-apa?” tanya
Jenni yang sedang menemanin Kristin bermain boneka.
Ditatapnya Jenni dan
Kristin, “a..ku…”.
“Kenapa pangeran?” tanya
Kristin pada Jenni.
“Tidak apa-apa sayang,”
jawab Jenni.
***
“Sistem hokum eropa
continental adalah suatu system hokum dengan cirri=cirri adanya berbagai
ketentuan-ketentuan hokum dikodifikasi secara sistematis yang akan ditafsirkan
lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya,” kata Klara menjelaskan di depan
kelas. Klara melihat jam di lenggannya, “minggu depan kita membahas tentang
system hokum anglo saxon, hokum adat dan hokum agama”.
“Baik bu,” mahasiswa
serentak menjawab.
“Selamat siang,” Klara
keluar dari kelas langsung menuju ruangan dosen.
“Yang di tunggu ternyata
sudah datang juga,” kata Benny melihat Klara.
“Maaf lama,” kata Klara.
“Tidak apa-apa,” jawab
Rian, “ayo…”.
Lalu mereka berlima pergi
ke lestoran yang berada di sekitar kampus. Di lestoran mereka segera memesan
makanan. Tak lama kemudian makanan yang di pesan mereka sudah tersaji di atas
meja. “ayo makan…” kata Joni menyatap makan siangnya.
Erika melihat Klara yang
dari tadi melihat Rian makan yang duduk sampingnya.
***
Sudah setengah jam lebih Paris dan Krisin menunggu
di dalam mobil yang dipakir dipakiran kampus. “Pangeran, itu Cinderela,” kata
Kristin menujuk seorang gadis bersama seorang pria yang baru tiba. Paris menolek kea rah
yang ditujuk Kristin. “Pria itu lagi. Kata kak Cinderela, itu pangerannya,”
kata Kristin.
“Kau sedang menunggu
siapa?” tanya Rian yang menemanin Klara menunggu di depan kampus.
“Kristin. Tadi kata Paris akan mengantar
Kristin ke sini”,
“Coba kau telepon,” saran
Rian.
“Benar juga,” Klara
langsung menelpon Paris ,
“Halo…” Paris langsung mengangkat hpnya namun
tatapannya terus kea rah Klara.
“Kau dimana?!”.
“Aku tidak jadi ke
kampus,” langsung mematikan hp.
“Kenapa?!!” tiba-tiba hp mati, “kok mati?!” waktu
dihubungin Paris
tidak menggangkat kembali. “kenapa sih dia!!” kesal Klara.
“Mungkin mereka dijalan,”
kata Rian lagi membuat Klara tidak panik.
“Dia tak pernah seperti
ini”.
“Rian tersenyum. Rian
melihat mobil melewatin dirinya dan Klara, itu
kan Paris, kata Rian yang melihat yang
menyetir mobil itu adalah Paris .
Namun tidak dikatakan pada Klara yang masih berharap Paris datang.
***
Pulang dari kampus Klara
langsung ke ampartemen Paris .
“tok… tok… tok…!!” Klara mengetuk pintu, kemudian pintu terbuka, “Kristin…”
senang melihat Kristin yang membuka pintu.
“Kak Cinderela,” sambut
Kristin.
“Mana pangeran?” tanya
Klara sambil masuk.
“Tuh… tidur,” sambil
menuju ke arah sofa.
Klara melihat Paris tidur di atas sofa.
“kalian kenapa tidak jadi ke kampus?” sambil duduk di sofa depan sofa Paris tidur.
“Kami ke kampus kok kak”.
“Apa”.
“Pangeran lihat kakak
bersama pria yang kemarin itu,” diam sejenak, “pangeran bilang dia tak mau
nganggu kak Cinderela”.
Klara tersenyum menatap Paris yang tertidur lelap
dihadapannya.
***
Bersambung
Tidak ada komentar :
Posting Komentar