Klara menatap dirinya dari
kaca kamar mandi, “memang ada masalah dengan pakaianku. Biasa saja,” teringat
kata-kata Erika Apa kau tidak merasa di
perhatikan dengan pakaianmu sekarang. Klara kembali keruangan, “Kalian
siapa?” tanya Klara pada 2 mahasiswa yang berdiri di depan meja kerjanya.
“Saya Doti dan ini Candra,
kami dari kelas 5KH2,” kata Doti memperkenalkan diri.
“Kalian sedang apa?
bukannya jam gajarku di kelas kalian jam 10,” kata Klara.
“Iya bu. Tapi kami sekelas
mau mintak ijin,” kata Candra.
“Ada apa?”.
“Orang tua dari Edi teman
sekelas kami meninggal tadi malam, kami memintak ijin untuk datang ke rumah
Edi.”
“Boleh saja. cumak kalian
berdua khan…”.
“Tidak Bu. Kami sekelas,”
kata Doti.
“Jadi belajarnya?”.
“Kalua diganti besok
gimana bu?” usul candra.
“Ok. Jam 10 yach…”.
“Iya,” jawab serentak,
“permisih Bu…” lalu keluar dari ruangan dosen.
Benny melihat Klara
bersiap-siap untuk pergi, “Ibu Klara mau kemana? Mau ke rumah Edi??”.
“Ohhh…. Tidak. Aku gak
mungkin kesana,” menutupin rasa takut, “aku hari ini cumak 1 kelas, karna
mereka mau pergi, Ya…. dari pada benggong lebih baik aku pulang, iya khan,”
sambil tersenyum.
“Dari pada pulang, lebih
baik ibu pergi ke rumah Edi,” kata Erika.
“Gak mungkin dan gak akan
mingkin,” jawab Klara.
“Ibu takut yach…” goda
Benny.
Klara tersenyum,
“sebaiknya aku segera pergi,” lalu pergi dari ruangan ke tempat pakir mobilnya
dan pergi.
Rian muncul dari balik
pintu, tidak dilihatnya Klara di meja kerjanya, “Ibu Klara ada kelas?” tanya
Rian.
“Dia pulang,” jawab Erika.
“Pulang. Kenapa??”.
***
“Gak banget aku lihat
mayat tuh…” kata Klara menceritakan semua pada Eka.
“Ya iyalah. Kau kan takut hantu,” kata
Eka, “tapi… ngomong-ngomong cowok yang kau pinjam uangnya itu sudah kau
temuin?”.
“Gimana mau ketemu. Lihat
tampangnya aja belum”.
“Apa sampai dia mencarimu?”.
“Ya gimana lagi, Aku tunggu dia mencariku”.
“Kalau dia ke kampusmu”.
“Jangan sampai. Aku bisa
malu”.
“Dasar”.
***
Seperti biasa Rian sebelum
pulang mengantar Erika pulang dahulu karna rumah mereka dekatan. “mau mapir?”
tawar Erika setelah keluar dari mobil.
“Sudah malam. Aku pulang
dulu,” kata Rian dari dalam mobil. Erika hanya tersenyum. Lalu Rian menjalankan
kembali mobil kearah rumahnya sekitar jaraknya 150 meter dari rumah Erika.
***
Klara memperhatikan semua
teman-temen dosennya sedang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing tanpa
memperhatikan Klara yang sedang bermain game di hpnya. Berkali-kali Klara
melihat jam di lenggatnya, “1 jam lagi,” kata Klara menunggu jam 10 yang dari
tadi dirinya merasa jam sangat lambat berputar. Dengan perlahan-lahan Klara
keluar dari ruangan menuju kamar kecil.
Di tatapnya dirinya dari
kaca, “aku bosan banget jadi dosen,” kesal Klara yang mulai bosan. Ketika sudah
cukup lama menatap dirinya dari kaca. Klara kembali keruangan, di dalam ruangan
Klara melihat pria berdiri di meja kerja Rian dan akan segera duduk. Bertapa
terkenjutnya Klara melihat wajah pria itu, “tunggu!!!” teriak Klara ketika pria
itu mau duduk. Tanpa pikir panjang Klara langsung menarik pria itu keluar dari
ruangan, “kau ngapain ke sini… kau ingin buat aku malu apa!” panik Klara
berusaha menarik pria itu keluar dari ruangan.
“Ibu Klara!” kata Rian.
“Hei nona,” berontak Pria
itu.
“Tenang Pak Rian, aku bisa
mengatasinya, tenang tenang tenang…..” yang masih menarik pria itu keluar dari
ruangan. “kau sedang apa di sini!!?” Klara yang masih memengang lenggat pria
itu.
“Heiiii….” Berusaha
melepaskan tangan Klara yang memengangnya sangat kuat.
Rian dan Erika menyusul
Klara menarik pria itu keluar dari ruangan, “pengacara ada tidak apa-apa?”
tanya Rian pada pria itu.
“Pengacara,” Klara kanget
sambil melepaskan tangannya dari lenggat pria itu.
“Ini pengacara Paris , Pak Paris akan
sementara akan mengganti Pak Hendri mengajar di kampus ini,” diam sejenak, “apa
kalian saling kenal?”.
“Tidak,” lalu memberikan
kartu namanya pada Klara yang sebelumnya di ambil dari dompet yang di letak di
saku jasnya. “mungkin nona ini salah orang”.
Klara tambah kanget dengan
jawaban pria itu, lalu membaca kartu nama yang berikannya, “Pengacara
Paris Erikko Prengky”. Yang masih
binggung, Klara menunggu Paris di pintu masuk
kampus, berharap Paris
keluar secepatnya. Sudah lebih 1 jam Klara menunggu di luar namun Paris tidak muncul-muncul
juga, “mana sih dia?!” yang mulai bosan, “masa sih dia lupa?”.
“Lupa dengan apa?”.
terdenggar suara dari belakang.
Klara langsung menolek ke
belakang, “kau ingat aku khan…?” tanya Klara.
“Siapa?” kata Paris pura-pura lupa.
“Masa sih kau lupa aku!!”.
“Betul”.
“Mana uangnya!? Bukannya
kau sudah janji setiba di Jakarta
kau langsung membayarnya!”.
“Kertas yang kau berikan
itu hilang! Itulah aku gak bisa mehubunginmu! bukannya gak mau bayar”.
Klara mengambil kertas
itu, lalu melihat isi kertas,” kenapa bisa ke kau?! kau mejebakku yach…!”.
“Kau lupa! Kau sendiri
yang jatuhkan waktu masuk lip!”.
Klara teringat waktu masuk
ke lip hotel Klara di tumbur seseorang.
“Kau masih ceroboh seperti
dulu”.
“Apa”.
“Ibu Klara ternyata di
sini?” kata Candra.
“Kenapa?” tanya Klara pada
Candra.
“Bukannya Ibu sendiri
bilang, jam 10 kita masuk hari ini”.
Klara memengang keningnya,
“aku lupa”.
“Besok jam 12 aku tunggu
di cave di seberang,” kata Paris
lalu pergi menggunakan mobil yang terpakir.
“Dasar cowok aneh!” kesal
Klara.
“Pacar Ibu?” tanya Candra.
“Siapa yang mau pacaran
dengan cowok aneh seperti dia! Ayo ke kelas,” lalu mereka ke kelas 5KH2.
***
“Aku nyakit, kau pastih
berhasil,” kata Jenni yang mengikutin Paris
selama 3 bulan ini, “kau sudah merencanakan dari awal, rencanamu ini tidak
mungkin gagal”.
"Hello
dear ... when
are you back to America , Papa miss
you".
"I'm Daddy. But none
of my business in Indonesia has
not been completed. I promise after the completion of my
business in Indonesia , I'm going straight
home, "jawab Paris
yang ternyata Papanya dari Amerika yang menelponnya.
"How was your fiance?".Sambil menatap Jenni,
"Jenni
healthy, he's always helped me".
"You are a
great couple."
***
“Memang dalam Negara kita
ini beribu-ribu aturan, setiap satu daerah pastih memiliki atuiran itulah
itulah di sebut aturan adat. Dari semua aturan-aturan yang di buat setiap
daerah, yang lebih berkuasa lagi adalah aturan Negara contohnya jika seseorang
memperkosa, dalam hokum adapt orang itu dinikahkan atau di usir dari kampong
sedangkan dalam hokum Negara orang itu akan di hokum seberat-beratnya maksimal
hukuman untuknya kurang lebih 2 sampai 3 tahun,” penjelasan Klara yang dari
tadi berkali-kali melihat jam di lenggatnya, walaupun itu sedang menjelaskan
pada mahasiswa. Ketika dilihatnya jam di lenggatnya untuk sekiat kalnya jam
sudah menujuk pukul 11.30 WIB, “Ok, minggu depan kita lanjutin lagi, aku ingin
kalian buat ringkasan tentang penjelasan aku hari ini,” yang mulai gelisah.
“Kok cepat banget sih bu,”
kata Parlin yang duduk paling belakang, “kita kan baru mulai setengah jam yang lalu”.
“Ibu ada janji. Ok kita
akhirin. Selamat siang,” langsung keluar dari kelas.
“Itu dosen apaan!? Baru
setengah jam sudah selesai!” kesal Citra.
“Bukan di kelas kita saja,
di kelas lain juga,” sambung Yenni.
“Perluh kita laporin nih,” usul Josi.
“Benar,” semua sepakat.
***
Sebelum menemuin Paris di
cave, Klara ke bank dahulu untuk mengambil uang, barulah dirinya ke cave tempat
dimana mereka berdua janjian, “selamat siang,” sapa Klara sambil duduk di kursi
depan Paris duduk. “Ini catatan utangku padamu,” sambil meletakkan kertas
selembar di atas meja.
UTANG KLARA:
Uang nonton. Makan, mandi, dan foto-foto:
25.000.000,-
Uang pinjaman: 500.000,-
Jumlah seluruhnya 25.500.000,-
Lalu klara meletakkan
sebuah amlop warna coklat di atas meja, “ini uangnya, kau bisa menghitungnya,”
kata Klara sambil menujukkan senyumnya dari tadi.
“Ok,” Paris mengambil
amlop itu, kanget melihat isi amlop uang 10.000 dan 5000 namun tidak ditunjukkan
pada Klara, “aku akan hitung,” lalu mengambil satu ikat duit 5000, setelah
menghitung ikatan pertama, “lima ratus ribu,” lalu mau mengambil ikatan uang
10.000.
“Kau mau menghitung
semua?” heran Klara.
“Bukannya kau yang
menyuruh aku untuk menghitungnya,” jawab Paris .
“Kau cowok aneh…”.
“Aku gak terpikit ke situ,” kesal Klara yang
sebenarnya mau mengerjain Paris
ternyata dirinya di kerjain.
Lalu mereka berdua memesan
makanan. Seperti biasa Klara memesat salad, makanan yang mengadung kolesterol rendah
sedangkan Paris
memesan stik dengan minuman jus.
“Benar kau akan jadi dosen
di kampus tempat aku mengajar?” tanya Klara sambil menikmatin makan siangnya.
“Iya,” jawab singkat Paris .
“Memang uang yang kau
dapat dari hotel dan pengacara kurang?”.
“Cukup, malah berlebih.
Sepertinya kau tidak suka aku jadi dosen? Tenang saja, ini hanya sememtara”.
“Aku gak nyakit kau serius
mau mengajar?”.
“Memang kau serius
mengajar? Bukannya kau asal-asalan dalam mengajar”.
“Maksudmu!?”.
Klara lupa, “aku mohon
jangan ada yang tahu aku ke Bandung ,
karna alasanku, ada urusan keluarga,” rayu Klara.
“Jadi aku harus tutup
mulut?”.
“Please….” Mohon Klara.
“Tidak masalah”.
“Kau ternyata pria yang
baik”.
Setelah selesai menikmatin
makan siang mereka. Paris
mengantar Klara ke mobil tempat dirinya memakirkan mobilnya, “trimah kasih
makan siangnya,” kata Klara sambil membuka pintu.
“Jika kau membutuhkan
teman, bantuan dan pengacara yang baik, telepon aku, aku akan datang,” kata Paris .
“Gak perluh. Aku harap ini
pertemuan kita terakhir,” kata Klara sambil masuk ke dalam mobil dan pergi
meninggalkan Paris
yang tersenyum melihatnya.
***
Diruang rapat semua dosen
berkumpul untuk membahas keluhan mahasiswa tentang cara mengajar Klara selama
ini di 3 kelas.
“Mahasiswa mengeluhkan cara
mengajar Ibu Klara yang seenaknya sendiri!” kata Benny.
“Dan mahasiswa juga
mengeluhkan jam pada pelajaran, yang seharusnya 3 jam menjadi setengah jam
dalam mengajar, contohnya saja hari yang seharusnya Ibu Klara mengajar di kelas
5KH3 3 jam, karna ada janji Ibu Klara menghentikan pelajaran padahal pelajaran
baru di mulai setengah jam. Dan Ibu Klara langsung memberikan tugas pada
mahasiswa,” penjelasan panjang lebar Erika.
“Untuk kebaikan mahasiswa
dan nama baik universitas, Pak Rudi harus segera bertindak dengan keluhan
mahasiswa saat ini, takutnya kalau di diamkan Ibu Klara akan semakit banyak
ulah,” kata Joni.
“Kalau menurutmu bagaimana
Pak Rian?” tanya Pak Rudi pada Rian yang dari tadi diam.
Rian hanya diam.
***
“Mana kunci mobilmu?!
Tanya Ayah menyambut Klara pulang.
“Maksud Ayah apa?” Klara
yang tak mengerti.
“Mulai besok kau naik taxi
ke kampus”.
“Apa! kenapa?”.
“Ini hukuman untukmu!!”
marah Ayah.
“Salah aku apa?”.
“Kau tidak tahu
kesalahanmu!!” yang mau memukul Klara, namun tidak jadi karena melihat Klara
sudah ketakutan duluan, “kau yang memilih mau menjadi dosen dari pada
pengacara! Sekarang kau mengajar mahasiswa dengan sekendak hatimu! Mau mu
apa!!!” diam sejenak, “Jika kau sudah memilih, tunjukan bagaimana seorang dosen
sepantasnya menjadi dosen!! Mana kunci mobil, ATM dan kartu kredit!”.
Klara memberikan kunci
mobil, ATM dan kartu kredit pada Ayah.
“Jika cara mengajarmu
sudah baik, kartu kredit, ATM dan kunci mobil Ayah kembalikan semua!!”
meninggalkan Klara dan Bunda.
“Bunda….” Renggek Klara.
“Kau juga sih…”.
“Eeeehhh….”.
***
Klara keluar dari
kamarnya, dilihatnya Ayah sudah berdiri didepan pintu keluar. “Ini uang untuk
ongkosmu,” Ayah memberikan uang 100.000 pada Klara.
Klara mengambil uang itu,
“tapi Yah…”.
“Taximu sudah menunggu di
luar”.
“Iya Yah,” Klara keluar
dari rumah.
“Sayang…” rayu Bunda.
“Kali ini jangan
membelahnya!,” marah Ayah.
“Iya sayang”.
***
“Itu Ibu Klara khan?”
tanya Sinta melihat Klara keluar dari taxi tidak seperti biasa membawa mobil
sendiri.
“Iya…” jawab Liga, “tapi
Ibu Klara tambah cantik saja”.
“Kau suka sama Ibu
Klara?”.
“Siapa sih yang gak
tergoda dengan gadis secantik Ibu Klara”.
“Idiiihhh….”.
Setiap mahasiswa yang di
lewatin Klara, langsung menyapa Klara, Klara hanya membalas dengan senyuman
hangat, “pagi bu…” itulah kata-kata setiap mahasiswa yang di lewatin Klara. Tak
jauh dari Liga dan Sinta, Benny, Joni, Pak Rudi, Erika dan Rian juga heran
melihat Klara yang turun dari taxi. “kemana mobil mewahnya?” heran Joni.
“Mungkin rusak,” kata
Benny.
“Ayo kita masuk,” ajak
Rian pada teman sekerjanya. Mereka berlima menuju keruangan dosen yang berada
di lantai tiga. Ketika di dalam ruangan mereka melihat Klara sedang duduk di
meja kerjanya.
“Ibu Klara tidak bawak
mobil?” tanya Benny sambil duduk.
“Tidak,” jawab singkat
Klara.
“Kenapa? Rusak?”.
“Tidak”.
“lalu bu?”.
***
“Pagi semua…” sapa Paris pada mahasiswa.
“Pagi Pak,” membalas
sapaan Paris .
“Nama saya Paris , saya akan sementara menggatikan Pak Hendrik untuk
mengajar Undang-undang di kelas ini,” penjelasan Paris .
“Untuk selamanya juga gak
apa-apa Pak,” genit Sinta.
“Wooo….” Semua bersorak.
“Saya Pak?” kata Candra.
“Silakan?”.
“Dalam kurun waktu
1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia
sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan,” penjelasan
Candra.
“Bagus. Ada pendapat yang lain??”.
***
Sedangkan di kelas lain,
Klara juga sedang mengajar, “Hukum pidana termasuk pada ranah hokum publik,”
penjelasan Klara, “siapa yang tahu hokum pidana?”.
“saya bu?” kata Liga.
“Silakan”.
“Hukum yang mengatur
hubungan antar subjek hokum dalam hal perbuatan-perbuatan yang diharuskan dan
di larang oleh perundang-undangan dan berakibat diterapkan sanksi berupa
pemidanaan atau denda bagi para pelanggarnya,” penjelasan Liga sambil membaca
buku.
“Walaupun hanya membaca
buku,” yang tahu Liga membaca buku, “boleh juga. Dalam hukum pidana dikenal 2 jenis perbuatan
yaitu kejahatan dan pelanggaran. Siapa yang tahu perbedaan kejahatan dan
pelanggaran??”.
2 jam kemudian, pelajaran
selesai, Klara langsung melangkah menuju taman yang berada di kampus. Sedangkan
di kelas mahasiswa saling bertanya satu sama lain yang melihat Klara yang biasa
tak pernah selama ini selesai mengajar.
“Tumben Ibu Klara
ngajarnya lama?” tanya Citra.
“Mungkin sudah di tegur
dosen lain,” sambung Erlika.
“Gak mungkin. Pastih ada
yang lain, tanpang Ibu Klara tuh gak mungkin denggerin omongan Pak Rudi,”
bantah Doti.
“Benar juga sih…”.
“Apa Ibu klara sakit?”
tebak Erlika.
“Kalau sakit gak mungkin
gajarnya selama ini!” jawab Doti.
***
“Ibu Klara kenapa
termenung?” tanya Paris
mendekatin Klara yang sedang duduk di bangku taman.
“Kau sedang apa disni?”
tanya balik Klara.
“Tidak sofat balik
bertanya,” sambil duduk di sebelah Klara.
“Jas yang bagus,” puji
Klara melihat Paris
memakai jas sama warna dengan celana yang dipakainya tanpa memakai dasi.
Kancing kemeja dibuka 1 kancing.
“Ada
apa?” tanya Paris
lagi.
“Sepertinya kau tahu aku
sekarang lagi butuh teman bicara”.
Klara diam.
“Kalau diam tandanya iya.
Di tahan Ayahmu?”.
Klara mengangguk, “aku
malu banget tadi pagi. Semua mata melihatku waktu aku keluar dari taxi”.
“Itukan hanya sementara,”
diam sejenak, “pastih Ayahmu mempunyain syarat untuk kau bisa memilikinnya
lagi?”.
“Iya. Ayah ingin aku
menjadi dosen yang baik”.
“Kalau gitu tunjukkan pada
Ayahmu. Aku nyakit kau bisa menjadi dosen yang baik dan hebat,” kata Paris memberikan
semangat.
“Kau pikir mudah?”.
“Jika kau mengerjakannya
dengan hati, aku nyakit kau pastih bisa. Contohnya saja tadi saat kau mengajar,
yang biasanya hanya setengah jam kau betah didalam kelas sekarang kau sudah 2
jam, itu tahap pertama”.
“Kau tahu dari mana?”.
“Dan cara mengajarmu aku
lihat sudah cukup baik. Aku nyakit kau bisa mencapainya. Semangat!!”.
Klara tersenyum.
“Siang bu…pak…” sapa Liga
mendekatin mereka berdua.
“Ada apa?” tanya Klara.
“Tadi waktu di kelas Ibu
terlihat aneh”.
“Oh… aku tidak apa-apa”.
“Syukur deh kalau gitu,”
baru beberapa langkah, Liga bertanya lagi, “kalau boleh tahu, Ibu dan Bapak
pacaran?”.
Klara melihat Paris , “oohhh… tidak.
Kami tidak pacaran. Kenapa?”.
“Syukurlah. Permisih Bu…”
lalu Liga pergi.
Klara melihat paris tersenyum, “apa
yang lucu?!”.
“Sepertinya ada mahasiswa
yang suka denganmu,” kata Paris .
“Aku gak suka sama
berondong”.
“Kalau gitu, denganku
mau?”.
“Apaan sihhh….”.
***
“Kita putus,” kata Liga
pada Sarah.
“Kenapa?” tanya Sarah yang
diputus tanpa ada sebab.
“Ya aku mau putus saja”.
“Kau bohong! Pastih ada
perempuan lain?!”.
“Kalau Iya kenapa?!”.
“Siapa?!!” air mata jatuh di pipi Sarah, “ Siapa
perempuan itu?!!”.
Liga diam.
“Jangan-jangan benar kata
temen-temen kau suka dosen baru itu?!” tebak Srah.
“Yang pastih kita putus!!”
Liga meninggalkan Sarah menanggis
“Kau jahat Liga!!!” yang
terus menanggis.
***
“Pagi sekali datang,” kata
Paris pada Jenni
yang datang ketempat kerjanya.
“Kau tidak menggajar?”
sambil duduk di sofa.
“Hari ini aku tidak ada
jadwal,” jawab Paris
sambil duduk di sofa, “ada apa?”.
“Jadi hari ini jadi
pengacar?” goda Jenni.
“Jika aku di kampus aku
seorang dosen dan jika aku disini aku seorang pengacara”.
“Jika di bandung kau menjadi derektur”.
“Sampai sekarang aku tidak
mengerti cara pikir kau mendekatin Klara. Sebenarnya jika kau jujur pada Klara
kau pangeran kecilnya pastih dia langsung menerimahmu, tapi kenapa kau malah
menyusahkan dirimu sendiri?”.
“Karna dia sudah di
jodohkan,” diam sejenak, “kalaupun aku muncul sebagai pangeran kecilnya, itu
percuma jika dia tidak memilikin perasaan apa-apa lagi padaku. Klara pastih
mengikutin perintah Ayahnya. Tapi jika aku mendekatinya sebagai pria yang
menyukainnya, aku nyakit klara pastih menjadi milikku”.
“Bukannya Ayahnya sudah
berjanji mau menikahin kalian berdua”.
“Ayahnya pun sudah
berjanji menikahkan Klara dengan pria itu”.
“Jadi inti dari semua ini,
kau tidak nyakit Ayah Klara tidak memilihmu”.
***
“Selamat pagi,” sapa Klara
seperti biasa. Klara melihat Rian yang masih cuek padanya, lalu mendekatinnya,
“bisa bicara sebentar?” tanya Klara.
Rian menatap Klara,
“baiklah, kita bicara di luar”. Lalu mereka berdua keluar dari ruangan.
“Ada apa?” tanya Benny heran.
“Gak tahu,” jawab Joni.
Sedangkan Erika hanya diam terpaku melihat Klara mulai mendekatin Rian.
“Ada apa?” tanya Rian.
“Aku hanya mau nanya??
Kenapa selama ini kau selalu menghindar dariku?” tanya Klara yang merasa
dihindarin.
“Itu hanya perasaanmu
saja”.
“Apa karna aku mirip dengan kak Esa?”.
Rian diam.
“Baru di kampus ini kita
bertemu, saat kalian nikah pun aku tidak datang. Aku senang bisa bertemu dengan
kakak iparku, walaupun kak Esa sudah meninggal, aku harap kau masih mau menjadi
kakak iparku”.
“Iya”.
***
“Hei Berry … kau kemana saja?’ tanya Liga pada
teman seangkatannya yang baru masuk kuliah.
“Biasa, ada urusan,” jawab
Berry sambil
duduk di sebelah Liga.
“Pagi semua….” Sapa Klara
ketika mau memasukkin kelas.
“Siapa tuh?” tanya Berry .
“Dosen baru kita.
Cantikkan…” puji Liga melihat penapilan Klara yang selalu menggoda.
“Sepertinya aku pernah
lihat deh…” seingat Berry .
“Bercanda”.
“Ohhh…. Aku ingat. Cewek
yang gak segaja aku tumbur di lip hotel,” ingat Berry .
“Maksud kau apa?”.
“Dosen itu aku ketemu di Bandung sedang berlibur,
padahal hari itu hari pertama kampus kita masuk”.
“Bener,” Liga tak percaya.
“Gak ada guna aku bohong,”
kata Berry
melihat Klara yang sedang menjelaskan materi pelajaran hari ini.
***
Berita Klara tidak masuk
pada kuliahan hari pertama karena Klara pergi ke Bandung hanya ingin melihat grup Ada Band
sudah tersebar di seluruh kampus. Dari satu mulut ke mulut yang lain itulah
berita itu tersebar.
Klara yang belum tahu
kabar itu tersebar, masih PD ke kampus dengan senyuman yang selalu di tujukkin
pada mahasiswa maupun dosen yang di lewatinnya, “tatapan mereka aneh…” kata
Klara yang merasa tatapan setiap orang di lewatinnya aneh seperti biasanya.
Karna tidak mau pikir panjang Klara langsung ke ruangan dosen, “selamat pagi,”
safa Klara.
“Selamat pagi Ibu Klara,”
Benny membalas safaan Klara.
***
Diruangan kerja Pak Rudi.
“Ada sudah
mendenggar kabar tentang Ibu Klara di kampus ini?” tanya Pak Rudi pada Rian.
“Ya,” jawab Rian singkat.
“Apa tidakkan Pak Rian?
Bukannya Pak Rian yang menerima Ibu Klara mengajar di kampus kita ini?”.
“Saya akan coba bicara
dengannya”.
“Bukan apa-apa ya Pak
Rian, saya tak mau kampus ini rusak cumak karna satu orang”.
“Ya, saya mengerti”.
***
Klara menuju kelas 5KH4, karna
hari ini jadwal di kelas itu Klara mengajar. Klara melihat 3 mahasiswa masih
berdiri di depan kelas, perlahan demi perlahan Klara melangkah, berniat mau
mengejutin mereka bertiga, tapi malah Klara yang terkejut mendenggar obrolan
mereka bertiga yang sedang omongin dirinya.
“Aku gak nyangka Ibu Klara
ke Bandung
hanya ingin lihat grup Ada Band aja.! Keterlaluan! Kalau gitu gak usah jadi
dosen!!” kata Citra kesal mendenggar kabar yang tersebar.
“Benar, gak niat banget
jadi dosen!!” kata Sinta lagi.
“Kalau aku sih sudah
berpikir dari awal! Lihat saja cara berpakaiannya! Gak mirip dengan dosen malah
melebihin mahasiswa!,” kata Doti.
“Bener banget!,” kata
Sinta.
“Brensek!!!” kesal Klara
yang tahu siapa penyebar berita dirinya ke Bandung , lalu pergi.
Mereka bertiga kanget
melihat Klara sudah di belakang mereka. “sejak kapan Ibu Klara di belakang
kita?” tanya Doti yang ketakutan.
“Gak tahu,” Citra yang
juga ikut ketakutan.
***
“Hari ini apa jadwal Pak
Paris?” tanya Jenni pada sekretaris Paris
di kantor pengacara.
“Hari ini Pak Paris
menemuin klien di kantor polisi,” jawab Sekretaris.
Tiba-tiba Klara muncul
dengan marah-marah sambil membawa sekeranjang bunga melatih, mawar dan anggrek
di rangkai dalam satu keranjang, “Mana Paris!!”.
“Ada apa?” Tanya Jenni.
Tanpa pikir panjang Klara
naik anak tangga, berharap di lantai 2 dirinya langsung menemuin ruangan kerja Paris . Ketika sudah
menemukan ruangan Paris , Klara masuk keruanga,
langsung melempar keranjang bunga kearah Paris .
“Ada
apa ini?!!” tanya Paris
tiba-tiba Klara melempar keranjang bunga padanya, “kenapa kau marah-marah!!!?”.
“Selamat kau sudah merusak
nama baikku!!” marah Klara berusaha untuk tidak menanggis.
“Maksudmu apa!!”.
“Ini maksudku!!” langsung
menampar Paris .
“Siapkan pengacara hebat untukmu,” lalu pergi.
Jenni masuk keruangan,
“ada masalah apa?”.
“Aku tidak tahu,” yang
masih binggung kenapa Klara marah padanya.
“Perluh aku cari tahu?”.
“Tidak usah. Biar aku cari
tahu sendiri”.
“Ok”.
***
Bersambung
Tidak ada komentar :
Posting Komentar