10
Semalaman Alina tidak bisa tidur. Dia
terus terjaga semalaman. Sarani memberikan secangkir kopi pada Alina yang
sebeluumnya di belinya di kantin rumah sakit, “minumlah…”.
Alina mengambilnya, “trimah kasih,”
lalu meminumnya.
“Kau istirahatlah. Biar aku yang
jagah”.
Alina membuka perbicaraan lain, “apa
selama ini dia tinggal bersamamu?” tanyanya.
“Iya,” diam sejenak, “apa kau masih
marah soal rumah??”.
Alina diam.
“Budi pernah bilang padaku, dia akan
mengotrak rumah dan mengajak kau dan Ceri tinggal bersama lagi. Dia ingin kau
bangga padanya…”diam sejenak, “Budi sudah berubah Alina. aku belum pernah
melihat Budi seperti ini. Ini pertama kalinya aku melihat Budi serius ingin
berubah”.
Air mata Alina terjatuh membasahin
pipinya. Dia tidak bisa menutupin kesedihan yang meyelimutinnya saat ini.
***
Ibu melihat Adriel bersiap-siap untuk
pergi, “kau mau kemana? Kau gak jadi mengudurkan diri?” tanyanya.
“Aku mau menebus kesalahan Ibu,” jawab
Adriel.
“Maksudmu apa?! Kau sudah mulai kurang
ajar dengan Ibu!!”.
Adriel berusaha menghadapin Ibu dengan
menahan amarahnya, “aku pergi dulu,” lalu pergi meninggalkan rumah dengan mobil
yang terpakir di depan rumah.
“Dasar anak kurang ajar!!!” marah Ibu.
Adriel menemuin Pak Suroyo di
perusahaannya. Kedatangan Adriel di sambut hangat oleh Pak Suroyo dan
asisten-asistennya. “Silakan duduk…” kata Pak Suroyo pempersilakan Adriel duduk
di sofa sama dengan dirinya.
Adriel duduk, “trimah kasih atas
bantuan anda”.
“Kau jangan bertrimah kasih dulu…
karena kerja sama ini hanya untuk sementara. Jika kay gagal, dana yang aku
keluarkan akan aku tarik kembali dan perusahaan kalian akan menjadi milikku!”
acam Pak Suroyo.
“Aku percaya pada Kay. Kay pastih
berhasil,” kata Adriel yang masih meragukan apa yang dilakukan Kay.
Pak Suroyo tersenyum sinis, “kau sangat
berbedah jauh dengan adik tirimu”.
“Apa maksud anda??”.
“Adik tirimu memilikin kepercayaan yang
besar untuk mengatasin masalah yang dihadapinnya walaupun sebenarnya dia belum
tahu hasilnya, namun dia tetap menyakinkan aku untuk percaya dengan kemampuan
yang dimilikinnya. Sedangkan kau tidak ada… jangankan percaya dengan kemampuan
adik tirimu, kau pun masih ragu dengan kemampuan dirimu sendiri,” kata Pak
Suroyo panjang lebar.
Adriel diam terpaku mendenggar perkataan
Pak Suroyo yang benar semua tentang dirinya.
“Kita mulai saja mittingnya,” kata Pak
Suroyo.
“Iya…”.
***
“Kapan Kay berangkat?” tanya Ayah pada
Asistennya yang memberitahukan bahwa Kay sudah kembali ke Amerika.
“Semalam Pak,” jawab Asisten, “kemarin
Pak Kay menemuin Pak Suroyo Pak”.
Ayah tampak terkejut.
“Sepertinya antara Pak Kay dan Pak
Suroyo ada perjanjian”.
“Apa?”.
“Saya tidak tahu Pak. Tapi tiba-tiba
Pak Suroyo setujuh bekerja sama dengan perusahaan”.
Ayah semakin penasaran apa yang di
janjikan Kay pada Pak Suroyo.
***
Setelah mendapatkan kabar dari Alina
bahwa Ayah tirinya di rawat di rumah sakit Nisa dan Bob segera ke rumah sakit.
Tapi tenyata di rumah sakit hanya ada Sarani yang menemanin Pak Budi yang belum
sadarkan diri. “Mana Alina?” tanya Nisa.
“Eeee… aku gak tahu. tapi katanya dia
akan datang lagi,” jawab Sarani.
Nisa melihat lebih dekat keadaan Pak
Budi, “kenapa bisa seperti ini?”.
“Ceritanya panjang”.
***
Alina tenyata ditaman sendirian tanpa
ada yang menemanin. Dia melampiaskan kesedihan pada dirinya sendiri. Air mata
sekali-kali jatuh membasahin pipinya saat teringat Ayah tirinya
terkapar tidak berdaya karena ingin melindungin dirinya dari para
penjahat-penjahat itu. Pria yang selama ini di bencinya tenyata mulai
melindungin dirinya itu membuat Alina tersanjung. Sudah lama sekali Alina
mengharapkan perubahan pada Ayah tirinya dan akhirnya saat-saat yang
ditunggu-tunggu tiba juga.
***
Terdenggar suara ketukkan pintu dari
luar rumah. Ibu yang mengira Ayah yang pulang langsung bergegas keluar dari
kamar, “biar aku yang buka,” kata Ibu pada pembantu yang mau membukakan pintu
yang masih di ketuk dari luar.
“Iya nyonya,” pembantu itu kembali ke
dapur.
Ibu membukakan pintu namun tenyata
bukan Ayah yang datang melainkan Ibu Sari. Tanpa pikir panjang Ibu Sari
langsung menampar Ibu. Terdenggar jelas suara tamparan yang begitu keras dari
pipi Ibu. Ibu yang tidak terimah mau membalas tamparan Ibu Sari namun Ibu
Sari berhasil menangkap tangan Ibu dan menampar Ibu kembali. “Kau pantas
menerimah itu!!” marah Ibu Sari setelah mengetahuin penyebab perusahaan hampir
bangrut karena perbuatan istri mantan suaminya, “kau istri yang memalukan!!!”
ejek Ibu Sari lalu pergi meninggalkan rumah.
Ibu diam terpaku melihat Ibu Sari
meninggalkan rumahnya.
***
Adriel menemuin Ayah di Hotel Ratu.
Diperjalanannya menuju Hotel Ratu, Adriel mengingat perkataan Pak Suroyo
padanya, “kau sangat berbedah jauh dengan adik tirimu”.
“Apa maksud anda??”.
“Adik tirimu memilikin kepercayaan yang
besar untuk mengatasin masalah yang dihadapinnya walaupun sebenarnya dia belum
tahu hasilnya, namun dia tetap menyakinkan aku untuk percaya dengan kemampuan
yang dimilikinnya. Sedangkan kau tidak ada… jangankan percaya dengan kemampuan
adik tirimu, kau pun masih ragu dengan kemampuan dirimu sendiri,” kata Pak
Suroyo panjang lebar.
Kata-kata Pak Suroyo menganggu dirinya,
“dia benar… aku tidak pernah percaya dengan kemampuanku,” yang mulai mengakuin
kemampuan yang dimilikin Kay.
Setiba di Hotel Ratu Adriel langsung
menemuin Ayah di ruangannya. Ayah masih bersikaf dingin padanya. “Mau apa
kau?!’ tanya Ayah.
Adriel memberikan file yang berisi
kerja sama perusahaan HK dengan perusahaan, “ini file kerja sama perusahaan
dengan perusahaan HK Yah,” sambil meletakkan di atas meja kerja Ayah.
“Perjanjian apa antara Kay dan Pak
Suroyo!?? Apa Kay akan memberikan sahamnya?!” tanya Ayah.
“Tidak Yah. Kay berjanji akan
membebaskan putri Pak Suroyo dari kasus pembunuhan dengan balasannya Pak Suroyo
bersediah bekerja sama dengan perusahaan”.
“Bagaimana kalau Kay gagal?”.
“Perusahaan akan menjadi milik Pak
Suroyo”.
“Apa!!” Ayah tampak marah mendenggar
perjanjian yang dilakukan antara Kay dan Pak Suroyo.
“Aku nyakin dengan kemampuan Kay Yah,”
Adriel berusaha penyakinkan Ayah.
“Aku ingin sendiri, pergilah….”
Perintah Ayah.
“Baik,” baru beberapa langkah, Adriel
menghentikan langkahnya, “bisakah Ayah kembali lagi ke rumah?” mohon Adriel.
“Pergilah…”.
“Tapi Yah…”.
Dibandingkan meladenin perkataan
Adriel, Ayah malah mengatakan sesuatu yang membuat Adriel panik, “besok akan
diadakan rapat pemilik saham. Aku ingin kau yang menyiapkan materi untuk
besok”.
“Tapi Yah…”.
“Buatlah sedikit aku bangga padamu”.
“Baik”.
“Pergilah”.
Adriel keluar dari ruangan Ayah. Dia
mulai serbah salah harus melakukan apa dulu untuk rapat besok. Walaupun sudah
sering Adriel menyiapkan materi untuk rapat namun kali ini sangat berbeda. Kali
ini Ayah memberikan kepercayaan penuh padanya untuk menyiapkan materi rapat
untuk besok.
Di lobi Hotel Ratu Adriel bertemu
dengan Gilda yang akan masuk ke dalam hotel, “Gilda…??” heran Adriel melihat
Gilda di hotel.
“Kau disini? Apa om Darmawan ada??”
tanya Gilda yang berniat bertemu Ayah.
“Ya. Apa yang ingin kau bicarakan
pada Ayah?” curiga Adriel.
“Aku ingin memberitahu om Darmawan
tentang siapa wanita yang berhubungan dengan Kay saat ini!” licik Gilda.
“Maksudmu??”.
“Kau tahu sendiri om Darmawan itu
seperti apa. Mana mau om Darmawan mempunyain mantuh seorang pelayan
supermarket!!” kesal Gilda yang kesal pada Alina yang merasa di kalahkan.
Adriel langsung menangkap apa
yang direncanakan Gilda, “jangan sekali-kali kau lakukan itu!! aku tidak akan
membiarkan kau menganggu hubungan mereka berdua!!” Adriel yang tidak
menginginkan Alina terluka lagi.
“Hahhh… apa seakrab itu kau dengan
Kay??” melihat Adriel yang begitu kikih melindungin hubungan antara Kay dan
Alina, “atau… kau hanya ingin mencari muka saja…” Gilda yang belum mengetahuin
masa lalu antara Adriel dan Alina.
Adriel diam.
Gilda tersenyum sinis, “kau tidak ada
perubahan”. Ketika Gilda akan pergi, Adriel langsung menahan tangan
Gilda, lalu menarik Gilda keluar dari hotel. Gilda terus memberontak, “lepaskan
aku…!! Kau gila yach… lepaskan aku…!!” yang terus berusaha melepaskan diri.
Adriel berhasil menarik Gilda sampai di
mobil, “masuk! Aku antarkan kau pulang!”.
“Kau gila!!”.
Adriel memaksa Gilda masuk ke dalam
mobil. Setela Gilda berhasil masuk ke dalam mobil barulah Adriel masuk ke dalam
mobil dan mulai menjalankan mobil menjauh dari hotel. Gilda nampak kesal apa
yang dilakukan Adriel padanya.
Tenyata apa yang dilakukan Adriel pada
Gilda dilihat Ayah yang baru keluar dari hotel. Ayah mulai mencuringain
hubungan antara Adriel dan Gilda. “Cari tahu apa hubungan mereka berdua?” perintah
Ayah pada anak buahnya.
“Baik Pak”.
Setelah mobil tiba barulah Ayah masuk
ke dalam mobil. Kendaraan itu pun membawa Ayah meninggalkan hotel.
***
Alina kembali ke apartemen dengan
lesuh. Tidak ada kesemangatan yang ditunjukkan Alina hari ini. Dibandingkan
masuk ke dalam gedung apartemen Alina malah memilih duduk di anak tangga pintu
masuk gedung. Rasa kesedihannya tidak bisa tertutupin dari wajahnya yang nampak
jelas. Sekali-kali Alina menarik nafasnya untuk membuatnya santai sebelum masuk
ke dalam gedung.
Tanpa disadarinnya Ibu Sari sudah
berada di depannya, “kau kenapa tidak masuk?”.
Alina menolek, “tante…” berusaha untuk
tersenyum, “aku… aku hanya ingin duduk-duduk disini sebentar”.
Ibu Sari duduk dii sebelah Alina,
“semalam Kay berangkat ke Amerika”.
“Apa!” Alina terkejut.
“Kay tidak sempat memberitahumu. Itu
juga dadakkan,” penjelasan Ibu Sari berharap Alina memaklumin.
Alina mencoba menutupin perasaannya,
“kapan Kay kembali?”.
“Belum tahu”.
“Apa Kay pastih akan kembali??” Alina
yang masih tromah dengan masa lalunya.
“Kay ingin secepatnya kembali”.
Alina berusaha menutupin kesedihannya.
Perasaan takut kehilangan Kay menghantuin dirinya.
Ibu Sari mencoba membuka pembicaraan
baru, “kenapa kau semalam buru-buru? Apa ada masalah?”’.
Alina tidak menjawab. Pikirannya saat
ini hanya terfokus pada Kay yang pergi meninggalkan dirinya.
***
Adriel mengantar Gilda sampai di
rumahnya. “Kita sudah sampai,” kata Adriel setelah menghentikan mobil di depan
rumah Alina.
“Apa segitu pedulinya kau dengan
Kay!!”.
Adriel diam.
“Jika kau penduli dengan Kay seharusnya
kau mendukung rencanaku ini!!! Apa kau tidak takut wanita itu akan
mempermainkan Kay nantinya!!!”.
“Alina tidak seperti kau!!” kata Adriel
dengan tatapan tajam tertujuh pada Gilda.
“Apa!”.
“Dia wanita baik-baik dan tidak haus
dengan harta,” Adriel yang mengetahuin seperti apa Alina.
“Hahaha…” Gilda tertawa, “kau seakan
lebih mengetahuin seperti apa wanita itu!”.
“Cobahlah pelupakan Kay”.
“Hahhh… omong kosong seperti apa
itu!!!” lalu keluar dari mobil. Tanpa menolek lagi, Gilda langsung masuk ke
dalam rumah. setelah Gilda masuk ke dalam rumah barulah Adriel pergi dari
lokasi komplek perumahan tempat Gilda tinggal.
***
“Jadi Ayahmu masih koma,” kata Ibu Sari
setelah mendenggar cerita Alina.
“Ya”.
“Kenapa kau tidak melaporkan mereka ke
polisi?” heran Ibu Sari.
“Percuma tan”.
“Maksudmu?”.
“Tidak ada yang berani melaporkan
kejahatan mereka ke kantor polisi tan”.
“Iya. Tapi kenapa??”.
“Mereka sering melakukan kekerasan,
malah sampai membunuh”.
Ibu Sari baru mengerti kenapa Alina
begitu takut melaporkan mereka ke kantor polisi. “Apa selama ini kau
menjalankan kehidupan dengan ketakutan?”.
Alina tersenyum, “mungkin ini takdir
yang harus aku jalanin. Mempunyain Ayah tiri pemabuk dan suka main judi. Saat
mereka datang untuk menagi utang-utang Ayah, saat itu juga aku merasakan
ketakutan,” Alina berusaha untuk tidak menanggis namun matanya nampak sudah
berkaca-kaca, “aku hanya bisa berjanji dan berusaha melunasin utang-utang
Ayah,” lalu tersenyum lebar, “ tapi saat ini aku sangat bahagia tan. Selama ini
aku pikir dia tidak akan berubah. Tapi kali ini dia ingin berubah untukku. Dia
pun koma seperti ini hanya ingin melindunginku,” air mata jatuh membasahin
pipinya, “aku merasa Ayah yang sudah meninggal kini sudah ada penggantinnya,”
Alina yang sangat bahagia melihat perubahan Ayah.
“Apa karena ini kau
memutuskan untuk mengotrak?” tanya Ibu Sari mengingat perkataan Alina kemarin
malam sebelum ke rumah sakit.
Alina menghapus air mata dipipinya,
“awalnya tidak. Tapi kali ini iya tan”.
“Apa kau sudah menemukan kotrakkan?”.
“Belum. Ini lagi mencari tan”.
“Kenapa kau tidak mengajak Ayahmu
tinggal disini?!”.
Alina sangat senang perhatian Ibu Sari
padanya tapi dia tidak bisa menerimah bantuan itu, “seperti yang aku katakan
kemarin tan, gak enak juga aku kelamaan tinggal disini. Kay dan tante sudah
sangat baik dengan ku terutama pada Ceri. Aku merasakan tante sudah seperti ibu
ku sendir. Aku merasa nyaman saat bersama tante. Trimah kasih sudah memberikan
perhatian pada kami,” Alina yang sangat berutang banyak pada Ibu Sari terutama
pada Kay.
Perkataan Alina membuat Ibu Sari
terharum namun berusaha untuk tidak ditunjukannya, “intinya kau ingin pergi
khan…?”.
Alina mengangguk.
“Ya… udah. Kalau kau mau pergi, pergi
saja,” kata Ibu Sari lalu pergi meninggalkan Alina di balkon sendirian.
Alina yang sudah terbiasa dengan sikaf
Ibu Sari padanya membuat dirinya hanya tersenyum menanggapin perkataan Ibu Sari
padanya. Alina melihat jam di dinding sudah menuju pukul 19.30 WIB. Alina pun
bersiap-siap untuk pergi.
“Kau mau kerja?” tanya Ibu Sari.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar