Seol Hee dan Tae Joo sedang dalam perjalanan kesuatu tempat,
Seol Hee menepikan mobilnya sebentar lalu bercermin di spion. Seol Hee memuji
dirinya cantik, dia mengajak Tae Joo untuk pergi sekali lagi setelah semua ini.
Tae Joo sepertinya tak memperdulikan ajakan Seol Hee, dia
menyuruh Seol Hee untuk menemukan sebuah restauran dengan 5 atau 4 kursi yang
bisa Tae Joo kelola dengan keluarganya.
Seol Hee : Kau membutuhkan penjualan harian setidaknya
400.000... Dengan uang jaminan untuk sewa bulanan sebesar lima puluh juta...
Tae Joo berkata kalau dia tak akan menyewa tapi membeli,
Seol Hee sekejap tampak terpaku mendengar jawaban Tae Joo yang tegas.
Tae Joo : Dan menemukan rumah yang dekat dengan stasiun
kereta bawah tanah. Pasti sangat menyenangkan memiliki tiga kamar tidur... Sebuah
taman kecil juga akan lebih baik.
Seol Hee menatap Tae Joo yang sedang mengatakan mimpinya
dengan simpati, Tanah yang paling mahal di Seoul adalah Myeong-dong. Mungkin
lebih dari lima puluh juta per pyung?, “Sayangku Tae Joo, apa yang kau
rencanakan dari Zona B hanya dengan dua pyung?”
Sek.Kang menghubungi Min Jae memberitahu kalau mereka hanya
menyisakan sebuah kedai kopi dan sepertinya Tae Joo akan menghubungi Seo Yoon.
Min Jae bergetar marah, dia menyuruh Sek.Kang membeli 2 pyung tanah Tae Joo.
Sek.Kang berkata kalau Tae Joo tak mau menjualnya pda mereka, Sek.Kang akan
menghubungi untuk mengundur iklan kenaikan tanah ditempat tersebut.
Min Jae mengatakan kalau mereka tak bisa menundanya, apapun
yang terjadi Min Jae harus mendapatkan tanah itu.
Sang Goo memimpin anak buahnya, mencari kelemahan tentang
Tae Joo.
Min Jae : Cari segala
sesuatu yang berhubungan dengan Jang Tae Joo... kantor, keluarga dan
kerabatnya!
Seo Yoon sedang berjalan ditempat yang dijanjikan Tae Joo.
Seo Yoon sepertinya sudah menunggu kedatangan Tae Joo lama. Dia terlihat
khawatir dan beberapa kali menatap jam tangannya.
Min Jae : Jika Jang
Tae Joo bertemu dengan Seo Yoon, dan Seo Yoon membeli tanah itu...
Min Jae berteriak di telfon “Tidak akan ada tempat untuk
Direktur Kang dan aku di Sung Jin Grup!"
Min Jae lalu menaruh kasar telfonnya, Min Jae terlihat
sangat...sangat marah pada Tae Joo, “Jang....Tae...Joo”
Hee Joo seperti sedang dikantor Seol Hee, Hee Joo kayaknya
lagi curiga sama apa yang dilakukan kakanya, dia terus saja membuka satu semi
satu buku untuk mencari sesuatu. Choon Ho yang mengikuti Hee Joo memberitahu
kalau terlalu banyak karakter China jadi Hee tak tau, “Ayo pulang ibu akan
khawatir”
Hee Joo berkata kalau yang benar-benar dikhawatirkan ibu
adalah Tae Joo, Choon Ho mencoba memberi pengertian pekerjaan kakanya, “Tae Joo
memberi nasihat hukum kepada temannya dan membuat beberapa dokumen...”
Kata-kata Choon Ho terpotong oleh kehadiran para preman anak
buah Pil Doo, mereka langsung memukul Choon Ho dan mendorong Hee Joo. Hee Joo
ketakutan, dengan isyarat Sang Goo menyuruh Hee Joo untuk diam.
Seol Hee sedang menerima panggilan seseorang, dia sedang
membicarakan saudara. Seol Hee bertanya,Tae Joo?
Seol Hee menyerahkan ponselnya pada Tae Joo. Tae Joo mengira
itu dari Hee Joo lalu memanggilnya.
Benar itu dari Hee Joo, tapi dari suaranya
Hee Joo sepertinya sedang menangis ketakutan, “Oppa...oppa”
Tae Joo panik mendengar suara Hee Joo.
Empire Of Gold
Episode 3
Seo Yoon terus mondar-mandir dikantornya gelisah,
Sekertarisnya masuk memberitahu kalau mereka (Tae Joo) sudah pergi dari kedai
kopi setelah menelfon. Sek. Menduga kalau Min Jae sedang melakukan pergerakan.
Seo Yoon sepertinya mempunyai rencana, “Jang Tae Joo pemegang
tanah 2 pyung akan menjdai pemilik Sung Jin grup”
Seo Yoon menyuruh untuk menemukan Jang Tae Joo.
Seol Hee mengendarai mobilnya dengan panik dan khawatir, Tae
Joo yang seharusnya sekarang merasa takut malah terlihat sepertinya tak
mempunyai beban. Seol Hee memberi saran untuk tak membeli toko mie dulu, kita
harus mencari uang dan menandatangani kontrak.
Tae Joo menyeringai : Ketika orang kaya menyeringai, kau
menyerah karena kau merasa takut... Dan ketika mereka berteriak dengan lantang
padamu, kau menyerah karena kau merasa takut.
Tae Joo percaya kalau adiknya besok akan pulang karena
dialah pemilih tanahnya. Tae Joo menyerahkan sesuatu pada Seol Hee, sepertinya
tabungan. Tae Joo menyuruh Seol Hee untuk menemuinya dikantor, Tae Joo lalu
keluar dari mobil.
Seol Hee menghela nafas setelah Tae Joo pergi, dia
menggerutu. “Kenapa orang yang aku suka tidak mendengarkanku?”
Tae Joo menemui tempat perjiannya denga Min Jae. Dia
berjalan kesebuah gedung kosong. Tae Joo menghubungi Min Jae, Tae Joo
mengatakan kalau dia akan menjual tanahnya setelah mereka membebaskan Hee Joo.
“Kesepakatan kita akan dimulai setelah itu.”
Tae Joo berteriak memanggil Hee Joo digedung itu.
Sampai sebuah suara terdengar, itu suara Hee Joo. Tae Joo
mencari sumber suara itu, dia menemukan sebuah ruangan, disana sudah ada banyak
sekali anak buah Pil Doo. Pil Doo dan Sang Goo menatap kedatangan Tae Joo
dingin. Hee Joo melihat oppa-nya langsung mencoba berdiri, tapi ditahan oleh
anak buah Pil Doo.
Tae Joo mencoba mendekat ke adiknya tapi ditahan juga oleh
anak buah Pil Doo.
Pil Doo menerima panggilan dari Sek.Kang dia menyuruh untuk
melepaskan Hee Joo dan mengurus Tae Joo malam ini. Pil Doo mengeretakkan
giginya, anak buahnya langsung memberi jalan pada Tae Joo yang tadi ditahannya.
Tae Joo segera mendekati adiknya lalu melepas ikatannya, Hee Joo masih terus
menangis ketakutan. Tae Joo menghapus air mata Hee Joo lalu menyuruhnya pulang,
jangan lupa katakan pada ibu kalau aku tak pulang.
Tae Joo menyuruh Choon Ho mengantarkan Hee Joo, Choon Hoo dan
Hee Joo berjalan meninggalkan Tae Joo. Hee Joo sendiri seperti ragu untuk
meninggalkan kakaknya.
Tae Joo berbalik menatap Pil Doo, Tae Joo lalu mengambil
ponselnya dan menelfon Min Jae. Tae Joo memulai perundingan, Min Jae berkata
kalau dia sudah menyiapkan kontrak dan uang 10 juta. Sang Goo melempar uang
serta kontraknya ke-meja.
Tae Joo berkata ditelfon kalau dia sudah menyiapkan kontrak
sendiri, “532-4 di Zona B, dua pyung dari lahan kosong. Lima ratus juta per
pyung. Sehingga totalnya, satu miliar.”
Min Jae mengatakan kalau uang 1 miliar adalah jumlah yang
banyak. Min Jae lalu menatap Sek.Kang yang juga sedang menelfon Pil Doo. Min
Jae memberi tanda untuk tidak menyetujui permintaan Tae Joo dengan menggeleng.
Dalam telfon, Tae Joo memberi waktu dan menutup
panggilannya.
Tae Joo dan Pil Doo sama-sama memutuskan panggilan mereka,
tapi dengan cepat Pil Doo menendang badan Tae Joo hingga tersungkur. Pil Doo
memerintah untuk menidurkan (Membunuh/membuat tak berkutik) Tae Joo. Anak buah
Pil Doo dengan anarkis langsung memukul Te Joo, Tae Joo juga mencoba melawan
namun tetap saja dia kalah jumlah.
Tae Joo sudah ditundukkan mereka, Pil Doo memberikan
kontraknya pada Tae Joo dan memintanya untuk menandatangi. Tae Joo masih
meminta 1 miliyar, Pil Doo kesal lalu menendang kepala Tae Joo.
Tae Joo dipukuli lagi sampai benar-benar kepayahan bahkan
untuk mengangkat kepalanya, Pil Doo mengulang perintahnya pada Tae Joo. Tae Joo
masih bersikeras dengan satu miliyar. Pil Doo benar-benar kehilangan kesabaran,
dia mengambil palu. Lalu menggebrakkannya ke-meja. Tae Joo menatap ketakutan
melihat palu itu dipukulkan dimeja dan itu dekat sekali dengan kepalanya.
Min Jae diruangannya sedang melihat dokumennya, sebuah
panggilan masuk. Itu Tae Joo yang meminta dirinya untuk tetap hidup, sepertinya
Tae Joo menyerah. Min Jae basa-basi mengatakan kalau dia belum punya uang, jadi
tunggu beberapa jam. Tae Joo memohon sangat untuk dia dibiarkan tetap hidup dan
Tae Joo meminta satu syarat, “Tolong berikan aku lebih dari sepuluh juta, aku
hanya ingin membangun usaha rumah makan dengan keluargaku”
Tae Joo memohon, Min Jae tersenyum dan meng-iya-kan
permintaan Tae Joo.
Tae Joo memberikan stempel pada kontraknya, dengan tangan
yang bergetar Tae Joo mencoba menggapai uang yang ada didepannya, tapi tangan
Pil Doo mengambilnya terlebih dahulu. Tae Joo melihatnya tanpa perlawanan, Pil
Doo mengatakan kalau itu sebagai pelunasan hutang Tae Joo. Tae Joo benar-benar
tak kuat lagi dan jatuh ketanah. Pil Doo keluar meninggalkan Tae Joo diikuti
anak buahnya yang terlebih dahulu memukul Tae Joo.
Jam 08.00, Seo Yoon membaca artikle dikoran mengenai proyek
Min Jae, sekertarisnya menduga kalau Tae Joo sudah menandatangani kontraknya, SeoYoon
seolah tak perduli dengan laporan sekertarisnya.
Diruang kerja Min Jae, Sek.Kang mengatakan pialang pinjaman swasta dari Myeong-dong menawarkan
diri untuk mendanai proyek mereka tapi Sek.Kang memperingatkan kalau buga
disana tinggi jadi lebih baik menolaknya.
Min Jae : Ada keluarga Yahudi bernama Rothschild. aku percaya
mereka memiliki seperempat dari seluruh tanah subur di dunia. Perang Napoleon,
Perang Dunia I dan II... Keluarga Rothschild membantu memenangkan peperangan.
Keluarga yang menciptakan kemenangan... Rothschild. Tapi itu sebaliknya. Mereka
tidak menang karena uang Rothschild... Rothschild berinvestasi dalam peluang
yang lebih baik untuk kemenangan itu. Tawaran
investasi dari Myeong-dong berarti... kita bisa menang Dan untuk investor
biasa, pemegang saham minoritas... Bocorkan informasi bahwa akan ada investasi
dari Myeong-dong.
Seo Yoon menemui Min Jae dengan membawa pelayan yang membawa
makanan, Seo Yoon mengajak Min Jae untuk makan bersama. Min Jae menatap Seo
Yoon entah curiga atau heran.
Sek. Seo Yoon memberitahu kalau dia akan mengundurkan rapat
pemegang saham dan akan menghentika usul penurunan Dong Sung. Min Jae menyela
memberi usul untuk menunjukkan wakil ketua, “Ketua saat ini, Choi Dong Sung dan
aku akan menjadi wakil ketua Sung Jin Group. “
Seo Yoon bilang kalau Min Jae takkan menang karena dia akan
memberikan semua aset cair dan sahamnya. Min Jae tersenyum meremehkan karena
jika punyanya, Dong Jin dan Sung Jae digabungkan Seo Yoon akan kalah.
Min Jae membandingkan posisinya dan Seo Yoon yang didapatnya
dengan susah payah dari wakil manager sampai dengan menjadi manager, sedang Seo
Yoon berangkat bekerja langsung menjadi direktur. “Aku yang telah membesarkan
Konstruksi Sung Jin!”
Tae Joo terlihat masih terkapa digudang kosong.
Min Jae : Aku menjilat
politisi dan membeli tanah... Aku
menari mengikuti irama yang diinginkan pejabat publik untuk mendapat izin... Aku
bahkan menggunakan polisi dan menyewa bantuan untuk menendang orang-orang yang
mencoba mencari nafkah! Mereka
terluka dan bahkan mati!
Min Jae emosi karena semua hal licik yang telah dilakukannya
itu semua menurut Min Jae adalah untuk Sung Jin grup, “Jadi aku akan menang.
Karena itu adalah caraku menjalani hidup”
Seo Yoon tetap diam melihat Min Jae yang berbicara dengan
penuh emosi, Sebuah panggilan masuk. Seo Yoon menjawab dan ternyata itu dari
Tae Joo. Seo Yoon terlihat sedikit terkejut, Tae Joo dengan masih lemas
menelfon dia berkata kalau dia masih menjadi pemilih tanah kosong 2 pyung. Tae
Joo meminta untuk melakukan kontrak.
Seo Yoon menutup panggilannya, dia menatap Min Jae, “kau tidak
bisa menang. Karena itu adalah caramu menjalani hidupmu.”
Tae Joo menemui Seo Yoon dengan wajah yang penuh luka lebam,
Seo Yoon menawarkan harga pada Tae Joo sebesar 100 juta. Tae Joo diam, Tae Joo
terbatuk memuntahkan darah. Sek. Seo Yoon akan memberikan sapu tangan tapi
diambil Seo Yoon lalu menyodorkannya pada Tae Joo. Seo Yoon menyuruh
sekertarisnya mencari rumah sakit terdekat.
Tae Joo tak menerima sapu tangannya malah mengelapnya dengan
surat kontraknya dengan Seo Yoon. Seo Yoon bertanya berapa yang dibutuhkan Tae
Joo. Tae Joo menjawab kalau dia meminta 1 miliyar, Seo Yoon terkesiap karena
itu akan sulit. Seo Yoon menawarkan 200 juta karena itu harga yang sangat wajar
untuk tanah kosong, Tae Joo tak kuat lagi duduk, dia terkulai ke Seo Yoon.
Seo Yoon mencoba berdiri dari duduknya.
Tae Joo menahan Seo Yoon lalu berkata dengan sedih : “Dia(Ayah)
tidak pernah beristirahat dalam 30 tahun ini. Dia bekerja dari subuh hingga
larut malam... dan bekerja lagi... dan meneteskan keringat... Kau mencuri tanah
itu dariku. Kaulah yang selalu membuat keputusan. Ayahku Jang Bong Ho... Santunan
kematian... harga untuk hidup...
Tae Joo mengatakan kalau ayahnya hanya mendapat 5 juta. Jam
menunjukkan pukul 09.20, Sek. Seo Yoon mengatakan untuk menerima dulu uang
mukanya...sangat sulit untuk mendapat 1 miliyar. Tae Joo tak perduli selama
belum ada 1 miliyar tanah itu miliknya.
Seo Yoon melirik ke-jam, Panggil Direktur Kim dari tim
keuangan. Sembilan ratus juta dalam bentuk cek dan seratus juta dalam bentuk
tunai. Tae Joo mendengar seo Yoon menyetujui permintaanya tersenyum, lalu tak
bisa lagi menahan tubuhnya dan pingsan.
Didepan bank Seol Hee membawa kartu deposit Tae Joo. Dia
sepertinya akan menutup akun itu.
Sek.Kang : Kami akan
mendepositkannya begitu bank buka.
Sek.Kang mengatakan pada Min Jae : Manajer Lee dari
departemen keuangan sudah siap di bank. Begitu dia mendepositkan sisa
pembayaran sepuluh juta pada Jang Tae Joo... proses pembelian tanah untuk pusat
perbelanjaan telah selesai Izin dan lisensi akan disimpan di balai kota.
Sek.Kang menerima panggila, Sek.Kang sangat terkejut. Min
Jae bertanya apa yang terjadi.
Sek.Kang : Akun tersebut telah ditutup. Tidak ada cara untuk
membayar sisanya. Kontrak dengan Jang Tae Joo tidak berlaku... (jadi
nih kan si Min Jae bayarnya pake uang muka nah kurangnya dibayar lewat deposit.
Tapi depositnya udah ditutupkan? Jadi uang kurangnya gak bisa ditransfer,
jadinya kontraknya dilanggar jadi proses jual belinya gak sah, karena
pembayaranyya gak sesuai)
Min Jae benar-benar kesal.
Min Jae bergegas keluar dari ruang kerjanya, tepat
berpapasan dengan Tae Joo. Tae Joo sudah membawa dua tas yang penuh dengan
uang. Tae Joo menjatuhkan tasnya, dia lalu mengambil beberapa gepok(haha) uang.
Tae Joo melempar satu demi satu gepok uang kearah Min Jae : Setelah
pemakaman... selama lebih dari dua bulan, kau menyeretnya keluar... setelah
mendapat janji tanpa tuntutan... harga dari hidup ayahku yang kau lemparkan
padaku. Aku berikan kembali padamu.
Min Jae menatap Tae Joo dalam diam, Tae Joo lalu berlalu
pergi meninggalkan Min Jae dan Yoon Seo. Yoon Seo menyuruh Min Jae untuk
mengambil uang yang diberikan Tae Joo, “Uang ini akan memberikan semua yang
ingin kau miliki.”
Tae Joo berjalan sempoyongan menuju kepantai, sepertinya
pantai itu pantai tempai menabur abu ayahnya. Tae Joo menyebar beberapa (Gak semua loh^^) uangnya dan duduk
bersender kesebuah batu, atau lebih tepatnya seperti agak tiduran.
Tae Joo : Semua ini... adalah... uang. Aku mendapatkannya. Ibu
akan membuka toko mie... Dan aku akan mengirim Hee Joo ke perguruan tinggi. Aku
juga akan membeli sebuah rumah kecil. Aku akan membuatkan ruang belajar untuk
Hee Joo... dan aku juga akan membuat taman agar Ibu bisa berkebun.
Tae Joo terisak menangis : Aku akan menuliskan... namamu...
di piring... di pintu depan. Ibu... Hee Joo... aku... Keluarga kita akan hidup
bahagia.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar