Han Tae Joon melempar kertas dan memarahi Asisten dan anak buahnya
karena kehilangan jejak Hyung Joon padahal mereka sebentar lagi akan
mendapatkannya. Ia membentak asistennya agar jangan menyuruh orang lain
mengerjakan ini tapi tangkap anak itu sendiri.
Asistennya menunduk tanda minta maaf dan memungut kertas yang
berserakan. Han Tae Joon membentak menyuruh mereka keluar.
Suara keras Han Tae Joon terdengar hingga ke ruang tamu dimana Jung Woo
baru saja tiba. Jung Woo berpapasan dengan asisten dan anak buah
ayahnya.
Jung Woo masih berdiri di depan ruang kerja ayahnya, ia ragu-ragu untuk
masuk ke sana. Hwang Mi Ran keluar dari kamar dan melihat kalau Jung Woo
tengah mempertimbangkan akan masuk ke ruang kerja ayahnya atau tidak.
Hwang Mi Ran berkata kalau ayah Jung Woo sedang tak ingin bertemu dengan
Jung Woo jadi berhenti menunggu di depan pintu dan lebih baik pergi ke
kamar saja.
Mi Ran melihat luka di telapak tangan Jung Woo. Ia mendekat dan memegang
tangan Jung Woo. Jung Woo merintih kesakitan. Mi Ran menghela nafas
kesal, ia meminta Jung Woo bertindak hati-hati supaya ia tak disalahkan
oleh ayah Jung Woo atas semua perilaku Jung Woo.
Mi Ran yang kesal akan berlalu dari sana tapi Jung Woo bertanya apa ibu
tirinya ini tak bisa memberinya kesempatan. Mi Ran berbalik menatap Jung
Woo. Jung Woo berkata kalau ia dan ibu tirinya ini akan sering bertemu
dan ia pun akan mencoba untuk lebih baik. (hmm sepertinya berusaha untuk
menerima Mi Ran sebagai ibunya)
Mi Ran mendekat ke arah Jung Woo dan bertanya kenapa Jung Woo sangat
serakah. “Ayahmu bilang dia akan memberikan segalanya padamu. Tapi apa
kau menginginkanku juga? Jangan salahkan aku karena ayahmu yang
menyebabkan semua ini.” Mi Ran berlalu dari hadapan Jung Woo.
Soo Yeon sampai di rumah ketika ibunya sudah terlelap. Ia merapikan
botol soju bekas minuman ibunya. Mendengar kasak-kusuk ibu terbangun.
Soo Yeon langsung meminta maaf pada ibunya karena ia pulang terlambat.
Ibu tak menanggapi ucapan Soo Yeon ia malah berkata bukankah putrinya
tak ingin hidup seperti ini lagi.
Ibu menyalakan lampu kamar dan mengambil tas besar. Ia menyuruh Soo Yeon mengemasi barang-barang Soo Yeon yang ingin dibawa.
Soo Yeon bingung memangnya mereka akan pergi kemana. Ibu berkata tak
peduli bagaimanapun ia memikirkannya, ini hanya satu-satunya jalan
keluar. Ibu bertanya bukankah Soo Yeon kenal dengan Detektif Kim, ibu
mengajak Soo Yeon tinggal bersama Detektif Kim.
Soo Yeon terkejut dan menilai keputusan ibunya ini tak masuk akal.
Bagaimana mungkin ia dan ibunya tinggal dengan seseorang yang menangkap
ayahnya. Ibu membentak kalau begitu apa Soo Yeon yang akan memberinya
makan. Ia meminta Soo Yeon menghadapi kenyataan kalau keduanya hidup
seperti ini maka keduanya akan sakit dan mati pada usia dini. Ia
mengingatkan putrinya jangan coba-coba bertingkah seperti anak nakal
saat berada di rumah itu.
Ibu mulai membereskan pakaiannya. Soo Yeon berusaha menahan kenapa
ibunya tiba-tiba seperti ini apa yang ibunya rencanakan. Ibu berkata
kalau Detektif Kim tak mungkin mengusir kalau ia dan Soo Yeon tiba-tiba
datang ke rumahnya. “Kita tak akan bisa melarikan diri dari lingkungan
ini dengan penghasilanku sendiri. Kalau kau tak mau ikut aku akan pergi
sendiri.”
Ibu... Soo Yeon merengek menolak pergi.
Ibu berkata apa Soo Yeon tak sakit hati terus-menerus dipanggil anak
pembunuh karena kemana saja mereka akan pergi pasti ada tempat yang
lebih baik dari pada tempat ini. ibu menyuruh Soo Yeon cepat-cepat
mengemasi barang-barang.
Soo Yeon dan ibunya pun ke rumah Detektif Kim. Tapi ada yang tak setuju
Soo Yeon dan ibunya tinggal disana, siapa. Putri Detektif Kim, Kim Eun
Joo.
Eun Joo mengancam ia yang akan pergi dari rumah kalau ayahnya menerima
Soo Yeon dan ibu Soo Yeon untuk tinggal dengannya. Eun Joo menatap Soo
Yeon dengan tatapan tak suka. Detektif Kim mencoba membujuk putrinya
tapi Eun Joo tetap tak setuju.
Ibu berusaha bersikap baik pada Eun Joo dan berkata kalau Eun Joo
mungkin marah sebentar ia pun mengajak Eun Joo sarapan bersama.
Eun Joo makin kesal dan berkata judes pada ayahnya selamat makan. Eun
Joo pergi dengan kemarahannya. Soo Yeon merasa tak enak. Detektif Kim
menyuruh Soo Yeon dan ibu masuk.
Detektif Kim akan menawarkan membawa barang-barang tapi ibu melarangnya.
Ibu menyuruh Soo Yeon masuk dan membereskan barang-barang karena ada
yang ingin ia bicarakan dengan Detektif Kim
Detektif Kim merasa terkejut dengan kedatangan ibu Soo Yeon yang
mendadak. Ia menilai paling tidak ibu Soo Yeon menghubunginya dulu.
(Hehe tapi ini kan memang rencana ibu. Datang mendadak supaya detektif
Kim tak tega menyuruhnya pergi dan menerimanya di rumah Detektif Kim)
Ibu bilang kalau ia buru-buru datang kesini karena ia takut Detektif Kim
berubah pikiran (oh jadi yang pertama nawarin Detektif Kim toh)
ibu berkata kalau orang meninggal tak akan mungkin kembali lagi kalau
suamianya masih hidup, ia dan putrinya tak akan aman. Suaminya pasti
akan memukulinya dan Soo Yeon setiap hari.
Ibu berkata tentang pelaku pembunuh yang sebenarnya cukup ia dan
Detektif Kim saja yang tahu. Orang yang masih hidup harus terus
melanjutkan hidupnya.
Detektif Kim berkata kalau ia mengerti apa yang ibu Soo Yeon katakan
tapi tetap saja ini terlalu cepat. Secepatnya ia akan mencarikan tempat
tinggal yang pantas untuk Soo Yeon dan ibu.
Ibu : “Kau sungguh menyebalkan. Kau sudah lihat bagaimana keluarga
korban memperlakukan kami. Kami akan tinggal disini sampai Soo Yeon
dewasa dan aku akan mengurus putrimu.”
Detektif Kim mengatakan kalau putrinya tak tahu tentang semua ini. Ibu berkata untuk apa memberi tahu Eun Joo tentang semua ini.
Detektif Kim menerima telepon dan ia terkejut mendengarnya, “Apa Eun Joo
melakukan itu?” Detektif Kim pun akan segera kesana. Sebelum Detektif
Kim pergi ibu mengingatkan agar jangan memberi tahu anak-anak tentang
hal ini.
Apa yang dilakukan Eun Joo.
Detektif Kim terburu-buru ke toko, disana ia melihat Eun Joo tengah
makan roti seenaknya. Eun Joo membuka bungkus roti dan mengginggitnya
sekali gigitan terus sudah dan membuka lagi bungkus roti yang lain dan
ia pun menggigit dan mengunyahnya sekali, dan membuka lagi.
Detektif Kim menyuruh Eun Joo berhenti dan berkata kalau ia tak punya uang sepeserpun untuk membayar roti yang dimakan Eun Joo.
Eun Joo : “Kenapa? Ayah punya banyak uang. Itu sebabnya ayah membiarkan keluarga asing pindah ke rumah kita.”
Detektif Kim berusaha menarik putrinya untuk pulang ke rumah, tapi Eun
Joo tak mau. Ia bertanya ayahnya akan menikahi wanita itu kan. Ibu
pemilik toko kaget, “Detektif Kim apa kau akan menikah lagi?” Detektif
Kim bilang kalau itu hal yang omong kosong, karena ibu Eun Joo sedang
mengawasinya dari surga.
Eun Joo kesal, “Itulah maksudku.” Eun Joo merengek manja ke bibi pemilik
toko ia mengatakan kalau ayahnya membawa pulang seorang wanita bahkan
wanita itu juga sudah punya anak. Bibi pemilik toko kaget tak menyangka.
Detektif Kim bilang tidak bukan begitu.
Tapi Eun Joo bilang kalau ia memiliki motif, bukti dan tempat kejaidan
perkara jadi lebih baik ayahnya diam saja. Kalau ayahnya merasa ini
seperti tidak adil silakan panggil saja pengacara. hahaha.
Ibu dan Soo Yeon membersihkan kamar yang akan mereka tempati. Ibu bilang
kalau mula hari ini ayah Soo Yeon itu seorang Detektif kepolisian. Soo
Yeon jelas kaget. Ibu bilang kalu ia sudah bicara dengan Detektif Kim
untuk bersedia mengatakan kalau Soo Yeon adalah putri temannya. Jadi So
Yeon hanya perlu melakukan apa yang ia suruh salah satunya Soo YEon akan
pindah sekolah besok.
Tapi Soo Yeon tak mau pindah dari sekolahnya yang sekarang. Ibu menabok
Soo Yeon, “Memangnya siapa yang menunggumu Soo Yeon disana? Setelah cra
mereka memperlakukanmu bagaimana kau masih bisa berfikir seperti itu.
Nomor 27 nomor 27 apa kau masih ingin mendengar itu di sekolah.
Soo Yeon memberi tahu ia sudah memliki teman yang memanggil namanya.
Ibunya bilang kalau seseorang yang ingin menjadi teman Soo Yeon, Ibu
menyuruh Soo Yeon melupakannya. So Yeon masih menolak pindah sekolah.
Jung Woo berkunjung ke rumah Soo Yeon yang lama dan ia akhirnya tahu
kalau Soo Yeon dan ibunya sudah pindah. Ia pun bertanya pada ibu pemilik
kontrakan kemana Soo Yeon dan ibunya pergi. Ibu pemilik kontrakan tak
tahu karena keduanya pergi bahkan tanpa membayar uang sewa, keduanya
pergi begitu saja saat tengah malam.
Ibu pemilik kontrakan kesal karena barang-barang yang ditinggalkan ibu
Soo Yeon sama sekali tak berharga. Ia pun ningung tak tahu harus
diapakan barang-barang ini.
(ya jual aja bu ditukar sama piring haha)
Jung Woo terdiam ia tak tahu kemana Soo Yeon pindah karena sebelumnya
Soo Yeon tak mengatakan apa-apa padanya Soo Yeon juga ga tahu kalau mau
pindah rumah) Ia pun teringat pada satu tempat yang sering dikunjungi
Soo Yeon. Jung Woo berlari menuju kesana, kemana?
Tentu saja ke taman bermain. Jung Woo sampai disana dengan nafas terengah-engah. Apa Soo Yeon ada disana.
Dugaan Jung Woo tepat, Soo Yeon ada di ayunan duduk sendirian menunggu
kedatangan Jung Woo sambil menyenandungkan sebuah lagu. Jung Woo
tersenyum senang apalagi Soo Yeon mengenakan jepit jemuran pemberiannya
(dapat nyolong kan hahaha)
Soo Yeon menghentikan kakinya ke ember kecil yang berisi air sambil
bergumam, “Dia datang, dia tak datang.”
“Kenapa kau disini?” tiba-tiba Jung Woo menyapa. Jung Woo berkata kalau
ia berfikir Soo Yeon sudah pindah. Soo Yeon tersenyum Jung Woo datang.
Jung Woo heran dengan senyum Soo Yeon, “Apa kau tersenyum?” setelah ia
sendiri cemas karena Soo Yeon yang tiba-tiba pindah.
Jung Woo duduk di ayunan sebelah, keduanya menggenjot perlahan
ayunannya. Jung Woo yang masih cemberut karena Soo Yeon pindah bertanya
apa Soo Yeon juga akan pindah ke sekolah lain. Soo Yeon malah balik
bertanya haruskah ia pindah sekolah.
Jung Woo makin sewot, “Lakukan apapun yang kau inginkan.” hehe.
Soo Yeon tersenyum dan berkata kalau tadi ia mampir ke rumah anak kecil
itu tapi dia sudah tak ada. Jung Woo kesal apa sekarang itu yang menjadi
permasalahan keduanya. Soo Yeon berkata Jung Woo jangan marah karena ia
akan memberi Jung Woo hadiah.
“Apa..” ucap Jung Woo masih cemberut. Soo Yeon bilang kalau Jung Woo
sudah memberinya hadiah jepitan. Jung Woo heran bagaimana jepitan itu
bisa disebut sebagai hadiah. Soo Yeon tanya memangnya kenapa ini adalah
hadiah pertama yang pernah ia terima.
“Kalau begitu aku akan memberikanmu sesuatu yang lain.” Jung Woo akan
mengambil jepitan dan ingin mengganti hadiahnya. Tapi Soo Yeon bilang
kalau ia menyukai hadiah ini. Ia yakin karena ia adalah satu-satunya
orang yang pernah menerima hadiah seperti ini.
(haha ya iyalah kayaknya didunia ini belum ada deh orang yang ngasih
hadiah jepitan baju apalagi hasil ngambil dari jemuran orang haha)
Jung Woo yang masih cemberut berkata kalau Soo Yeon sedang mengejek
dirinya karena memberikan hadiah jepit baju. Soo Yeon bilang tidak,
karena ia benar-benar menyukai hadiah dari Jung Woo.
Soo Yeon berjanji kalau ia akan memberi Jung Woo hadiah saat hujan
datang. Jung Woo heran kenapa saat hujan datang. Soo Yeon bilang kalau
ia hanya bisa memberi hadiahnya pada Jung Woo saat hujan datang (haha
saya tebak payung ya haha)
Jung Woo tanya kapan itu. Soo Yeon tersenyum. (ya saat hujan datang lah)
Jung Woo menengadahkan wajahnya ke langit, “Kapan hujan akan datang?”
Soo Yeon tetap tersenyum. Jung Woo kembali bertanya kapan hujan akan
datang. (Hmmm Jung Woo tak sabar nih pengen cepet dapet hadiahnya)
Soo Yeon mengajak Jung Woo melihat tempat tinggal barunya. Ia bilang
kalau rumah yang sekarang sedikit lebih besar. Jung Woo tanya apa
keluarga baru Soo Yeon ini baik. Soo Yeon mengangguk dan berkata kalau
di rumah itu juga ada anak perempuan yang berusia sama dengannya. Jung
Woo bilang kalau itu bukan kabar yang bagus, “Bagaimana kalau kau
berhenti bertemu denganku karena kau punya teman baru?”
Soo Yeon tertawa. Jung Woo menghela nafas dan berkata kalau ia perlu
istirahat sebentar sebelum pulang. (haha bilang aja mau mampir)
Jung Woo duduk di tangga. Soo Yeon menawarkan apa Jung Woo mau ia
ambilkan air minum. Jung Woo tak menjawab ia malah menatap kaki Soo Yeon
dan memegangnya. “Kau dingin sekali.” kata Jung Woo merasakan kaki Soo
Yeon yang tak pakai kaos kaki.
Soo Yeon jelas kaget tiba-tiba Jung Woo menyentuh kakinya. Ia pun duduk
di sebelah Jung Woo dan menyingkirkan tangan Jung Woo dari kakinya. Ia
menarik kakinya dan berkata kalau ini memalukan. Soo Yeon berkata kalau
kakinya sudah membuat dirinya merasa malu.
Jung Woo mengerti apa yang Soo Yeon katakan dan berkata kalau ia juga
seharusnya malu karena seluruh tubuhnya. Soo Yeon memandang tak
mengerti.
Jung Woo menunjukan bekas luka dengan 20 jahitan di bahunya yang ia
dapatkan ketika cidera sepak bola. Kemudian Jung Woo menunjukan luka di
kakinya yang ia dapatkan saat terjatuh dari tebing. Dan masih ada luka
lain di kepalanya karena terbentur.
Dan ada satu lagi lukanya. Jung Woo akan melepas celanaya. Spontan Soo
Yeon langsung membuang wajahnya tak mau melihat hahaha.... tapi Jung Woo
tak membukanya kok haha.
Soo Yeon melepas sepatu kanannya. Ia mulai menceritakan asal muasal bekas luka yang ada di kakinya itu.
“Aku melarikan diri dari ayahku dan tidak melihat pecahan kaca di dalam
salju. Aku menginjaknya. Kakiku begitu kedinginan sampai aku tak
merasakan sakit. Tapi, anehnya setiap kali aku melihatnya, rasanya sakit
meskipun sekarang sudah sembuh.”
Jung Woo seolah merasakan apa yang Soo Yeon rasakan. Ia menutup menggenggam lembut kaki Soo Yeon.
Jung Woo menggenggamkan tangannya, suahhhh.... (kayak yang Cha Dong Joo bilang suahhhh hehe)
Jung Woo berkata kalau semua kenangan buruk Soo Yeon sekarang sudah
terhapus dan sekarang Soo Yeon bisa membuat kenangan yang baru, kenagan
yang menyenangkan.
Keduanya tersenyum sambil terus bertatapan.
Tiba-tiba ada yang memanggil Soo Yeon, siapa. Kim Eun Joo. Soo Yeon
langsung berdiri. Eun Joo memutar-mutar plastik belanjaannya bertanya
apa yang dilakukan Soo Yeon di depan rumahnya, “Kalian berdua terlihat
seperti akan berciuman.”
Soo Yeon berkata kalau Eun Joo sudah salah duga, bukan seperti itu. Eun
Joo melihat seorang pemuda (Jung Woo) dan bertanya kenapa bersembunyi
seperti pengecut.
Jung Woo langsung berdiri di samping Soo Yeon dan itu membuat Eun Joo terdiam setelah melihat wajah Jung Woo.
Jung Woo : “Jadi kau adalah anak yang seumuran dengan kami.”
Eun Joo menatap Jung Woo tanpa berkedip. Ia bergumam dalam hati, “Dia
berbahaya bahkan suaranya membuatku ingin mati. Kumohon, jangan
tersenyum...”
Tapi Jung Woo tersenyum sangat indah dan mengulurkan tangannya
berkenalan, “Senang bertemu denganmu namaku Han Jung Woo!” (aghhhhhh..
pingsan aku haha)
Eun Joo jadi grogi dan tak tahu harus bagaimana. Ia mundur dan dalam
hati kembali bergumam, “Dia seperti tokoh utama dalam komik. Kalau aku
tak segera pergi aku bisa pingsan.”
Eun Joo pun langsung kabur membuat Jung Woo dan Soo Yeon terheran-heran.
Tiba-tiba ada yang jatuh menetes di kepala Soo Yeon. Soo Yeon langsung
berseru hujan. Tapi yang jatuh itu bukan air hujan melainkan kotoran
burung hehe (katanya kalau kejatuhan kotoran burung kalau ga dapat
rezeki ya dapet bencana gitu)
Jung Woo tertawa, Soo Yeon menyentuh bagian kepalanya yang kejatuhan
kotoran burung ih.... hehe dan apa yang dilakukan Soo Yeon.
Soo Yeon langsung mengarahkan kotoran burung itu pada Jung Woo. Jung Woo
jelas menghindar tak mau kotoran burung itu menempel di baju atau
tubuhnya, hihi... dan Eun Joo masih berada di balik tembok pagar pintu
rumahnya.
Han Tae Joon dan asistennya meninjau rumah kontrakan perawat Jung Hye Mi
yang kemarin terbakar. Asistennya menduga kalau perawat Jung Hye Mi
mengurung Hyung Joon disini dan tanpa sengaja terjadi seperti ini.
Han Tae Joon berkata kalau dia bahkan bisa melarikan diri setelah
digigit oleh anjing. Ia ingin tahu siapa orang yang terakhir melihat
Hyung Joon. Asistennya menjawab kalau orang yang membawa Hyung Joon ke
rumah sakit setelah kebakaran adalah Han Jung Woo.
Han Tae Joon kaget mendengarnya. Kemudian ia teringat ketika Jung Woo
menelepon memberi tahu kalau dia menyelamatkan seseorang dari kebakaran
yang kakinya terluka parah.
Han Tae Joon menahan marah dan bertanya seberapa banyak yang diketahui
Jung Woo tentang Hyung Joon. Asistennya menjawab kalau menurut karyawan
rumah sakit Jung Woo dan Hyung Joon kelihatannya tak kenal satu sama
lain. Ia pun bertanya apa ia perlu menyelidiki ini lagi. Han Tae Joon
bilang lupakan saja tak perlu melakukan hal yang sia-sia.
Han Tae Joon mengamati isi ruangan yang terbakar. Di salah satu sudut
dinding ia melihat gambar seorang ibu dan seorang anak yang tengah
bergandengan tangan bahagia.
Si asisten menemui Kang Hyun Joo di rumah sakit dan berkata kalau ia
tahu perawat Jung Hye Mi membawa anak itu. Hyun Joo bilang kalau hal itu
melegakan, ia pun bersyukur.
Asisten berkata kalau hal ini hanya masalah waktu karena cepat atau
lambat mereka akan tertangkap. Ia akan memastikan semuanya dan
bertanggung jawab membawa Hyun Joo dan Hyung Joon ke tempat yang aman.
Hyun Joo tak yakin apa Direktur Nam mampu melakukan itu ia merasa kalau
hal itu tanpa seizin Han Tae Joon, Dir Nam tak akan berani membual
(ternyata namanya disebutin, awalnya aku ga yakin kalau namanya Dir Nam)
Dir Nam bertanya apa Perawat Jung Hye Mi sudah memberitahukan kondisi
sebenarnya kaki Hyung Joon. Dir Nam menduga kalau perawat Jung Hye Mi
pasti sulit mengatakan hal ini pada Hyun Joo bahwa kaki Hyung Joon harus
diamputasi.
Hyun Joo tak percaya, “Apa kau pikir aku akan goyah karena hal ini?”
Dir Nam berkata kalau mereka terus melarikan diri dan tak mendapatkan
perawatan terbaik hidup Hyung Joon akan dalam bahaya. Dir Nam
menyarankan demi Hyung Joon ia minta Hyun Joo menyerah saja. Hyun Joo
mulai menangis cemas, ia dilema antara mempertahankan uang atau
keselamatan putranya.
Jung Hye Mi meletakan koper di sebuah loker. Ia terlihat tegang dan cemas.
Jung Hye Mi ke suatu tempat. Ia melihat sekeliling apakah aman atau
tidak. Ternyata itu tempat persembunyiannya bersama Hyung Joon. Hye Mi
melihat Hyung Joon dengan wajah menahan sakit yang teramat sangat. Ia
melihat di meja obat Hyung Joon sama sekali tak disentuh oleh anak itu.
Hye Mi membangunkan Hyung Joon dan berkata bukankah ia sudah bilang agar
Hyung Joon meminum obatnya. “Bukankah sudah kubilang kalau kau tak
minum obatnya kau tak akan bisa berjalan lagi.”
Dengan suara yang berat karena menahan sakit Hyung Joon berkata kalau ia
ingin bertemu ibunya. Hye Mi menyuruh Hyung Joon cepat minum obat. Hye
Mi memasukan obat ke mulut Hyung Joon. Ia membentak menyuruh Hyung Joon
untuk menelan obatnya.
Hye Mi memperingatkan Hyung Joon agar jangan coba-coba melarikan diri
lagi karena hidup Hyung Joon dan hidup ibu Hyung Joon tidak lagi berada
di tangan Han Tae Joon melainkan ada di tangannya. Hyung Joon menatap
Hye Mi dengan tatapan cemas, ia mengganggam erat kalungnya.
Seseorang membuka loker yang tadi diisi koper oleh Jung Hye Mi. Orang itu membawa pergi kopernya.
Jung Woo dan Soo Yeon pulang sekolah bersama. Jung Woo berjalan di
samping Soo Yeon sambil menggumamkan perkalian tapi seperti biasanya Soo
Yeon hanya bisa berjalan menunduk.
Jung Woo berkata kalau Soo Yeon membaca mundur tabel perkalian selama 3
kali seperti yang ia lakukan Soo Yeon akan cepat sampai di sekolah tanpa
disadari. Jadi tak ada alasan untuk Soo Yeon pindah sekolah hanya
karena rumah yang sekarang lebih jauh.
Soo Yeon mengerti tapi ia merasa kalau suara Jung Woo terlalu keras dan
Jung Woo membalas ucapan Soo Yeon dengan suara pelan. Ia mengatakan
kalau suara Soo Yeon sangat pelan. “Apa lebih baik kupelankan suaraku
seperti ini?”
Soo Yeon diam saja. Jung Woo mengerti mulai sekarang ia akan bicara
pelan. Soo Yeon bilang tak perlu begitu. Jung Woo tanya kenapa, apa Soo
Yeon mau ia antarkan pulang. Hentikan kata Soo Yeon tersenyum, berarti
ga nolak diantar pulang hehe.
Jung Woo tersenyum dan berkata dengan suara pelan, “Lee Soo Yeon kita
pulang sama-sama.” hehe.
Terlihat seseorang di dalam mobil membawa foto keluarga Han sambil
menatap Jung Woo yang melintas di depan sekolah (hmmm ini orang
suruhannya perawat Jung kah? yang ingin menculik Jung Woo atas suruhan
Hyun Joo)
Soo Yeon dan Jung Woo naik bis bersama. Keduanya duduk di kursi bagian
belakang. Jung Woo melihat-lihat sekeliling, sementara Soo Yeon tertidur
dengan kepala terangguk-angguk karena gerakan mobil.
Semenata Soo Yeon memejamkan mata Jung Woo terus ngoceh. Dari pada
kejatuhan kotoran burung ia berharap kalau hari ini hujan. “Tapi kalau
turun salju bagaimana? Hadiahnya apa tak bisa kau berikan padaku
sekarang?”
Jung Woo menoleh ke arah Soo Yeon yang tertidur. Jung Woo tertawa dan
berkata kalau karena inilah Soo Yeon terlambat setiap hari.
“Hei berikan hadiahku sekarang saja ya!” kata Jung Woo mendekatkan
wajahnya ke Soo Yeon yang masih terpejam.
“Bisa tidak kau berikan hadiahku sekarang?” Jung Woo terus merengek
meminta hadiahnya.
Jung Woo mendekatkan wajahnya di depan wajah Soo Yeon yang tetap terpejam, “Berikan hadiahku. Berikan hadiahku sekarang juga!”
Inilah yang terjadi, Soo Yeon yang terpejam dan mobil yang terus
bergerak hingga membuat Soo Yeon terangguk-angguk dan mendaratkan kepala
Soo Yeon ke wajah Jung Woo yang ada di depannya, dan kiss... yang tak
terduga pun terjadi.
Sumpah itu bibirnya nempel hahaha.... apa ini hadiahnya...
Saking kagetnya Jung Woo terdiam terpaku, Soo Yeon masih terpejam.
Soo Yeon membuka matanya perlahan melihat sekeliling. Jung Woo langsung duduk grogi tapi ia mencoba bersikap tenang.
Soo Yeon menatap terkejut. Jung Woo langsung menoleh dan bilang, “Bukan. Bukan aku yang melakukannya.”
“Kita sudah sampai. Ayo turun!” seru Soo Yeon setelah melihat halte bis tempat turun.
Keduanya jalan bersama tapi sikap Jung Woo lebih banyak diam. Soo Yeon
memandangnya heran dan bertanya apa Jung Woo sudah baikan. Jung Woo
hanya menjawab hmmm....
Soo Yeon : “Kenapa kau tak bilang kalau kau mabuk darat?” (jadi itu alasan yang dibuat Jung Woo hehe)
Soo Yeon menyarankan agar Jung Woo mengambil nafas dalam-dalam. Jung Woo
langsung grogi, tegang. Soo Yeon kembali bertanya apa Jung Woo mau
muntah, apa perlu ia menepuk punggung Jung Woo.
“Bukan begitu!” kata Jung Woo pelan. Soo Yeon yang merasa heran dengan
sikap Jung Woo bertanya apa Jung Woo marah karena ia tertidur di bis dan
Jung Woo merasa bosan.
“Sudah kubilang bukan begitu!” kata Jung Woo mencoba bersikap tenang.
Soo Yeon langsung berdiri di depan Jung Woo dan merentangkan tangannya,
“Apa begini lebih baik?” Tanya Soo Yeon. Jung Woo sangat terkejut Soo
Yeon tiba-tiba di depannya, itu membuat hatinya tak karuan.
Jung Woo berjalan menunduk tak berani menatap Soo Yeon. Soo Yeon berkata
kalau ia tahu ketika angin berhembus itu akan membuat air mata Jung Woo
keluar karena hembusan angis membuat mata Jung Woo berair.
Jung Woo melihat tangan Soo Yeon yang direntangkan dan disana Soo Yeon
tersenyum menatapnya, senyum yang sangat indah dan itu membuat hati Jung
Woo semakin tak karuan hampir pingsan.
Jung Woo tak tahan melihatnya ia langsung membalikan tubuh Soo Yeon. Ia
tak kuasa melihat wajah apalagi senyum Soo Yeon. “Kau bisa jatuh!” Jung
Woo beralasan Soo Yeon kan jatuh kalau berjalan mundur.
Soo Yeon kembali berbalik menatap Jung Woo, “Kalau begitu kau bisa
memperhatikan aku.” Jung Woo kembali membalikan tubuh Soo Yeon, “Di
depanmu aku tak bisa melihat.”
Soo Yeon tak mengerti kenapa tak bisa melihat jalan, bukankah ia lebih
pendek dari Jung Woo. Jung Woo bilang kalau ia masih tak bisa melihat.
Jung Woo membalikan paksa tubuh Soo Yeon dan mendorongnya, Soo Yeon
berteriak kalau ia akan jatuh jika didorong seperti ini hehe...
Byar.... tiba-tiba ada lampu yang menyala ketika keduanya melintas.
Keduanya berhenti menatap lampu itu. Soo Yeon menghitung mundur, “Lima,
empat, tiga, dua, satu. Mati.” Dan lampunya padam.
“Bagaimana? Sedikit menyeramkan, bukan?” Soo Yeon merasa kalau lampu
yang berkedip itu lebih menakutkan daripada kegelapan. Lampunya pun
menyala lagi.
Jung Woo tanya sudah berapa lama lampunya nyala mati seperti ini. Soo
Yeon menjawab kalau lampu itu sudah seperti itu sejak ia pindah kesini.
Tapi tak ada yang menggantinya dan ia tak bisa menggapainya. Lampunya
padam lagi.
Jung Woo merasa kalau ia bisa menggapainya. Jung Woo mendekat dan
mencoba jinjit tapi ia tak bisa menggapainya. Tangan kanannya pun
berpegangan pada bahu Soo Yeon sementara tangan kirinya mencoba
menggapai lampu untuk memperbaikinya.
Jung Woo hampir menggapainya. Soo Yeon berdiri terpaku karena posisinya
sangat dekat dengan Jung Woo. Matanya beralih memandang Jung Woo yang
tengah memperbaiki lampu.
Jung Woo berhasil menggapai dan memutar lampu untuk membetulkannya.
Lampu pun menyala terang. Jung Woo tertawa senang.
Jung Woo menoleh ke arah Soo Yeon tapi sejenak kemudian tawanya
menghilang karena ia melihat wajah Soo Yeon sangat dekat dengannya.
Lama keduanya bertatapan dengan tatapan mata yang lebih dalam.
Detektif Kim melihat dari kejauhan tapi ia salah mengartikannya. Ia
mengira Jung Woo melakukan hal yang tidak-tidak pada Soo Yeon (mencium
gitu) karena memang posisi Ditektif Kim ketika melihat keduanya seperti
posisi orang yang sedang berciuman. Apalagi ditambah dengan lampu yang
dipegang Jung Woo sekarang mati lagi.
Detektif Kim yang baru pulang membeli sesuatu langsng menghampiri
keduanya dan tanpa ampun menjewer telinga Jung Woo. “Dasar anak nakal,
apa yang kau lakukan disini?” Detektif Kim menarik Jung Woo ke rumahnya
masih tetap menjewer. Jung Woo meringis kesakitan.
Pria yang mengawasi Jung Woo sejak keluar dari pintu sekolah ada disana. Ia tampak mencengkeram setir mobilnya.
Jung Woo duduk tegang menghadap meja makan. Di depannya ibu Soo Yeon terus memandanginya.
Detektif Kim muncul bersama dengan dua anak gadis yang memakai sweater
sama. Ibu melihat penampilan Eun Joo dan memuji kalau Eun Joo terlihat
cantik memakai baju apa saja. Seperti malaikat tanpa sayap, kata ibu.
Jung Woo hanya menatap diam.
Detektif Kim tanya apa kedua gadis ini seperti anak kembar, mereka
cantik kan. Tapi Eun Joo tak suka, kenapa ia harus memakai baju yang
sama seperti Soo Yeon. Eun Joo ingin melepas sweaternya detektif Kim
melarang dan berkata kalau ia sudah mempertaruhkan hidupnya untuk
membeli kedua pakaian ini. Ia pergi ke Dongdaemon dan hampir mati
diinjak-injak.
Eun Joo kesal karena ini memalukan untuknya dan ia bisa mati karena
malu.
Eun Joo langsung duduk di samping Jung Woo. Ia tersenyum senang bisa
duduk di samping Jung Woo. Sementara Soo Yeon duduk di samping ibunya di
depan Eun Joo.
Detektif Kim terus berkata kalau kedua gadis ini sangat cantik. Jung Woo
memandang Soo Yeon tanpa menoleh sedikit pun, keduanya tersenyum.
Detektif Kim melihat kalau Jung Woo terus memperhatikan Soo Yeon, “Dasar
anak ini!” Jung Woo pun langsung mengalihkan pandangannya dan meminum
air yang ada di depannya.
Detektif Kim berkata kalau ketika usianya 20 tahun ia bahkan belum
berani menatap seorang gadis tapi Jung Woo dengan usia 15 tahun sudah
melakukannya.
Eun Joo langusng meralat ucapan ayahnya itu tidak benar, bukankah
ayahnya bilang kalau ayahnya bertemu dengan ibunya ketika masih SMP,
bahkan ketika itu ayahnya ini mencium ibunya.
Mendengar kata mencium Jung Woo langsung tersedak dan batuk-batuk hehe.
Soo Yeon memberikan minumannya pada Jung Woo yang terus batuk-batuk.
Eun Joo berkata, “Aku dengar kalau kau berciuman ketika salju pertama
turun kau akan jatuh cinta.” Eun Joo bertanya pada Jung Woo, “Apa kau
pernah mencobanya?” dan pertanyaan Eun Joo ini makin membuat Jung Woo
terbatuk-batuk hehe.
Eun Joo akan meredakan batuk Jung Woo. Ia menggenggam tangan Jung Woo
dan menawarkan bantuan agar Jung Woo tak terbatuk-batuk lagi.
Detektif Kim meminta putrinya untuk menjaga harga diri di depan pria.
Eun Joo cemberut dan langsung melepas genggaman tangannya. Melihat Eun
Joo menggenggam tangan Jung Woo, Soo Yeon langsung menunduk.
Ibu Soo Yeon memuji akan bagus kalau ketiga anak ini bisa berteman. Ia
meminta semuanya untuk makan. Tapi Jung Woo tak makan, ia hanya minum
terus hehe.
Detektif Kim heran melihatnya, “Apa kau ini anak ayam? Kenapa kau hanya
minum air? Saat masih panas ambil sesuap yang besar.”
Jung Woo bilang kalau ia tak bisa memakannya kalau masih panas. Detektif
Kim akan memukul Jung Woo dengan sendok, “Kau ini. Kau harus jadi
laki-laki.” haha...
Ibu Soo Yeon menebak, apa orang itu Jung Woo. Orang yang menulis gadis
populer di payung. Jung Woo berkata ya sambil melirik Soo Yeon dan
tersenyum.
Eun Joo tak ingin tahu payung apa. Soo Yeon tak mengatakannya ia hanya
tersenyum. Ibu bilang yang isinya seperti itulah keadaannya. Ia berkata
tulisan tangan Jung Woo bagus seperti tulisan perempuan haha. Ia minta
Soo Yeon jangan mempedulikan Jung Woo. Yang namanya laki-laki harus
seperti laki laki seperti Detektif Kim. Detektif Kim langsung geer
hehe.
Eun Joo berkata meskipun ayahnya terlihat dekit tapi dia masih gagah.
Detektif Kim protes dibilang dekil bukankah Eun Joo juga sama tidak
menyikat gigi tadi malam. Eun Joo bilang kalau ia akan menggosong gigi
kalau ada yang menciumnya.
Semantara itu dua anak muda yang kasmaran pun tersenyum-senyum saling
memandang. Soo Yeon langsung mengambil jept baju di sakunya dan langsung
menjepitkan ke rambut, keduanya kembali tersenyum.
Detektif Kim makin kesal dengan Jung Woo yang terus cengar-cengir,
“Dasar anak ini. Anak nakal, mencur-curi kesempatan. Hei ikut aku!” Kata
detektif Kim sambil menjewer telinga Jung Woo. Ibu berteriak kalau Jung
Woo harus diberi makan dulu sebelum dipukul hheh.
Apa yang dilakukan Detektif Kim terhadap Jung Woo. Ia ingin mengajari
Jung Woo bersikap sebagai pria. Detektif Kim mengajarkan beberapa ucapan
yang tegas. Awalnya Jung Woo mengikutinya dengan nada lemah tak
bersemangat. Ia mencobanya lagi dengan nada lebih sangar hehe,,,
(wakakak lucu liat adegan ini)
Selanjutnya Detektif Kim akan mengajarkan bagaimana melawan musuh, di tangga Soo Yeon memperhatikan keduanya.
Eun Joo duduk di samping Soo Yeon sambil membawa payung kuning milik Soo
Yeon. Ia bertanya apa payung yang dimaksud. Soo Yeon langsung mengambil
payungnya dan bilang kalau Eun Joo tak boleh memiliki ini.
Eun Joo tersenyum girang menatap dan menunjuk Jung Woo, “Lalu bisakah aku memiliki Jung Woo saja?”
Soo Yeon cemberut terdiam.
Eun Joo kesal, “ah yang benar saja. Aku tak mengerti sama sekali. Tokoh
utama dalam komik yang sempurna itu kenapa dia mau berhubungan dengan
orang sepertimu? Kau merayunya kan? Bagaimana bisa seseorang seperti dia
menyukai seseorang sepertimu."
Soo Yeon menunduk sedih. Eun Joo jadi tak enak hati sudah bicara yang tidak-tidak, maksudku...
Soo Yeon : “kau benar. Aku menyukainya. Jung Woo mungkin hanya... merasa kasihan padaku.”
Eun Joo : “Kenapa dia harus merasa kasihan padamu? Hei.. percaya dirilah. Kita ini putri detektif.”
Ibu datang membawa minuman dan menendegar perbincangan kedua gadis ini.
Ibu memanggil Eun Joo dan menyuruh Eun Joo memberikan minuman pada ayah
Eun Joo.
Eun Joo menurut membawakan minuman itu dan memanggil Jung Woo dengan
suara manja, Soo Yeon menunduk sedih. Ibu duduk menghampirinya.
Ibu bilang kalau Soo Yeon sekarang jauh lebih baik. Soo Yeon
mendongakkan An wajahnya. Ibu bilang meskipun Soo Yeon dan Eun Joo
memakai baju yang sama tapi menurutnya soo yeon terlihat jah lebih
cantik dibandingkan Eun Joo. Karena tak punya uang aku tak bisa
mendandanimu dengan baik. “Tapi kau cantik persis seperti ibumu.”
Soo Yeon tersenyum mendengarnya.
Ibu bilang kalau kemarin Soo Yeon marah-marah tak mau datang kesini tapi
sekarang apa Soo Yeon tidak merasa senang. Soo Yeon bertanya bagaimana
dengan ibunya, apa ibu juga menyukai disini. Ibu tnya suka apa, ia
paling menyukai uang.
Detektif Kim meminta semua menyerangnya sekaligus. Ok... ketiga anak
muda ini akan menyerang detektif kim sekaligus tapi detektif Kim
mengambil jepit milik soo yeon dan memakai di rambutnya hehe.
“Jangan itu punya-ku.” Soo Yeon berusaha merebut kembali jepit miliknya.
Detektif Kim bekerja sama dengan Eun Joo melempar-lempar jepit itu.
Sementara Jung Woo membantu Soo Yeon yang berusaha merebutnya. Ibu
tertawa melihat tingkah mereka. Mereka terlihat seperi keluarga bahagia
Soo Yeon duduk di tangga sendirian dan menuliskan sesuatu di tembok, I MISS YOU.
“Soo Yeon...” tiba-tiba ada yang memanggilnya. Soo Yeon menoleh dan tersenyum menatapnya, Siapa dia?
Han Jung Woo dewasa, kya Chunnie...
Jung Woo terlihat sedih, “Kau tersnyum? Aku hampir mati karena marah.
Saat aku marah, aku merasa akan gila. Hari ini, Aku hanya akan
menunggumu. hari ini saja. Hari ini saja.
Air mata Jung Woo menetes, “Aku benar-benar merasa menjadi gila...”
Jung Woo pun duduk di tangga sendirian sambil menatap pilu tulisan tangan Soo Yeon, I Miss You...
Tidak ada komentar :
Posting Komentar