Hanya Soo Yeon dan Jung Woo yang tahu arti permintaan itu.
Tapi Soo Yeon tak mau dan pura-pura tak tahu apa yang Jung Woo bicarakan. Ia mencoba
melepakan diri, tapi Jung Woo tetap mencengkeram bahu Soo Yeon.
Seniornya buru-buru turun dan menarik Jung Woo, tapi Jung
Woo tak mau melepaskan gadis itu, “Katakan siapa kau ini!”
“Zoe.. “ panggil Hyung Joon, sekaligus memberi jawaban pada
Jung Woo. Pandangannya tenang, namun dingin
Jung Woo tak bisa melepaskan pandangannya pada gadis yang
dipanggil Zoe itu, tak mempedulikan Hyung Joon yang menatapnya tajam. Sementara
Soo Yeon mencoba mengacuhkan tatapan yang menghujam punggungnya dengan menyibukkan
diri memotong roti.
Senior Jung Woo memberitahu tujuan kedatangan mereka adalah
karena ada bukti CCTV yang memperlihatkan kalau sempat ada lampu yang nyala dan
kemudian mati, membuktikan kalau ada orang yang memasuki kamar Hyung Joon
selama 30 menit.
Bukannya menjawab, Hyung Joon malah terus menatap tajam Jung
Woo yang tak bisa melepaskan pandangan pada Soo Yeon. Senior itu menyenggol
Jung Woo, malu melihat kelakuan yuniornya itu dan meminta maaf pada Hyung Joon.
Tanpa melepas pandangan dari Jung Woo, Hyung Joon
menjelaskan kalau mungkin Tantenya masuk ke dalam kamar, karena Tantenya
memiliki kunci cadangan. Jung Woo tak merespon jawaban Hyung Joon. Pandangannya
masih tetap pada punggung Soo Yeon sampai Hyung Joon bertanya, “Tunanganku, apa
dia membuat kesalahan?”
Soo Yeon berhenti mengiris roti, begitu pula Jung Woo yang
akhirnya menoleh pada Hyung Joon seteleh mendengar kata tunangan. Walau begitu,
Jung Woo meminta ijin untuk berbicara pada tunangan Hyung Joon sebentar.
Hyung Joon langsung menebak kalau yang akan ditanyakan Jung
Woo bukan seputar investigasi, “Apa mungkin kau menyukai tunanganku?” Hyung
Joon mendesah tak suka, “Ah.. ini tak boleh terjadi.”
Soo Yeon menghampiri Hyung Joon dan menyentuh bahunya, “Tak
akan mungkin terjadi. Yang kusukai hanyalah Harry.” Tanpa memandang kedua
tamunya, ia meminta Hyung Joon untuk segera makan, karena makanan yang telah ia
siapkan sudah hampir dingin. Ia pun berbalik pergi ke meja makan.
Tak mempedulikan usiran halus itu, Jung Woo meminta Soo Yeon
berhenti dan tak pergi terlebih dahulu.
Soo Yeon menoleh pada Jung Woo dan menjawab dingin, “Apa
lagi kali ini?” Tapi tangannya kembali menyentuh bahu Hyung Joon.
Sentuhan Soo Yeon itu tak luput dari pandangan Jung Woo.
meminta maaf atas tindakannya yang tak sopan sebelumnya. Oleh karena itu, ia
akan menunjukkan sesuatu yang menarik pada mereka.
Jung Woo mencopot salah satu
kancing jaketnya dan melemparnya ke dalam gelas yang berisi air, hingga muncul lingkaran-lingkaran air.
“Akan hujan.. tak akan hujan.. akan hujan.. tak akan hujan,”
kata Jung Woo, tapi Soo Yeon hanya diam terpaku. Namun Hyung Joon
merasakannya kalau Soo Yeon mencengkeram bahunya seakan mencari
perlindungan.
“Sepertinya hari ini tak hujan,” Jung Woo memberikan hasil
ramalannya. “Temanku yang mengajarkannya hanya padaku. Kemarin..’”
“Kau sudah selesai, kan?” sela Soo Yeon tak mau menatap Jung
Woo dan berbalik pergi setelah mengucap selamat tinggal.
“Dari mana kau tahu itu?” sergah Jung Woo. “Hujan.. tidak
hujan.. darimana kau mempelajarinya?”
Soo Yeon sudah hampir menangis. Ia mengepalkan tangannya,
mencoba membendung air matanya. Ia tak berani berbalik, karena sekarang pasti
akan ketahuan.
“Pasti ada di TV,” sela Hyung Joon. “Si peramal itu.. Apakah
Nostradamus? Kok aku jadi bingung, ya?”
Soo Yeon pun menjawab pendek, kalau ia pun juga bingung. Dan
Soo Yeon pun langsung pergi.
Jung Woo berniat mengejarnya, tapi Hyung Joon segera berdiri
untuk menghalanginya dan meminta diberitahu kalau hasil otopsi sudah keluar. Ia
ingin tahu penyebab kematian tantenya.
Dan itu sudah final. Ia mengusir Jung Woo secara halus,
memintanya untuk meneleponnya jika hasil otopsinya keluar.
Saat makan malam, seniornya mendiskusikan kasus Michelle Kim
ini dengan atasannya. Ia mengambil kesimpulan kalau kasus Hye Mi itu adalah
kasus bunuh diri karena Hye Mi kesepian.
Jung Woo yang tak menyentuh
makanannya, dan minum soju terus hingga mabuk, namun bisa bertanya pada
seniornya apakah seniornya itu mau bunuh diri hanya dengan mengenakan baju
renang?
Bukannya membicarakan mengenai pembunuhan Hye Mi, Jung Woo
malah meracau, menirukan semua kata-kata Detektif Kim padanya. Ia bahkan
menyalahkan atasannya seperti Detektif Kim menyalahkan atasannya karena tak
percaya padanya kalau Soo Yeon masih hidup. Tapi karena mabuk, yang ditirukan
pun berbeda, “Anjing guk-guk, kucing guk-guk. Semuanya itu suara anjing.”
Senior dan atasannya sepertinya mengenal betul latar
belakang Jung Woo, karena mereka tak marah dan membiarkan Jung Woo meracau gila
seperti ini. Tapi Jung Woo sudah benar-benar mabuk, bahkan ia sampai jatuh saat
menerima telepon. Tak sadar ia bergumam, “Apakah kalian tahu apa cita-citaku?”
“Menjadi orang dewasa yang bertindak benar,” jawab senior
dan atasannya serempak. Mereka sudah mendengarnya selama 14 tahun ini.
Betapa pengertiannya mereka melihat Jung Woo yang mabuk dan
meminta untuk ronde kedua, yaitu karaoke. Mereka membawa Jung Woo keluar
restoran, dan berbalik lagi ke dalam restoran, mengatakan kalau mereka sudah
sampai di karaoke.
Seniornya memberikan mikrophone yang sebenarnya adalah
sendok bekas makan Jung Woo dan menyuruh Jung Woo menyanyi.
Mulailah Jung Woo menyanyi, dan mulailah seniornya meminta
maaf pada para pengunjung restoran dan berkata kalau ini tak akan lama. Setelah
Jung Woo selesai menyanyi sumbang, seniornya menirukan suara mesin karaoke dan
mengatakan kalau skornya adalah seratus dan pasti ia penyanyi. Mendengar pujian
itu, Jung Woo tersenyum pun dan jatuh tertidur.
Senior itu meminta maaf pada atasannya karena Jung Woo butuh
pelampiasan sekali-kali untuk perasaan yang dipendam selama 14 tahun ini.
Atasannya tahu itu, dan menyuruh senior itu menjaga Jung Woo baik-baik karena
besok Kang Heok Deung, si penjahat itu akan bebas. Ia menyuruh senior Jung Woo
itu untuk memanggil taksi untuk membawa Jung Woo pulang.
Jung Woo memang naik taksi, tapi ia tak pulang ke rumah. Ia
malah pergi ke gudang tempat ia disekap dulu. Gudang itu sudah bersih dan
kosong. Tapi ia tetap duduk di sana semalaman.
Seperti yang diduga atasannya, pagi-pagi Jung Woo sudah ada
di depan penjara, menunggu kemunculan Kang Heok Deung. Mendadak seniornya
muncul mengatakan kalau ada sesuatu yang terjadi. Ia latas mengambil kunci dan
mematikan mesin mobil Jung Woo. Juga memborgolnya, membuat Jung Woo kaget.
Saat yang tepat sekali, karena bersamaan dengan itu Heok
Deung muncul dari pintu penjara. Jung Woo berteriak menyuruh seniornya
melepaskannya karena ia harus tahu dimana Soo Yeon berada.
Ia sudah hampir gila
karena merasa melihat wanita yang wajahnya mirip Soo Yeon. Ia juga sudah gila
karena merasa mendengar suara wanita yang persis dengan Soo Yeon, “Dimana aku
harus menemukan Soo Yeon?”
Seniornya meminta Jung Woo untuk melepaskan Soo Yeon karena
sudah 14 tahun berlalu.
Hyung Joon dan Soo Yeon sedang berkeliling mencari restoran
yang menurut Hyung Joon sangat enak, tapi mereka tak menemukannya. Mereka malah
menabrak sesorang, hingga terjatuh.
Hyung Joon dan Soo Yeon kaget melihat orang itu terjatuh,
dan Hyung Joon buru-buru keluar dan menghampiri orang yang ia tabrak. Ternyata
orang itu adalah Kang Sang Deuk.
Well, well, well .. dunia ternyata hanya selebar daun kelor.
Hyung Joon menawari Sang Deuk untuk pergi ke rumah sakit dan
Hyung Joon menelepon seseorang. Hyung Joon memberitahu kalau ia akan membawa
korban ke rumah sakit terdekat dan meminta orang itu untuk datang ke lokasi kejadian
dan membuat estimasi perhitungan akan kecelakaan itu.
Karena sibuk telepon, Hyung Joon tak menyadari kalau Sang
Deok mengamati Soo Yeon yang membuka jendela dan melongokkan kepala, penasaran
pada apa yang terjadi. Sang Deok menghampiri Soo Yeon dengan gaya khasnya,
mengusap hidung.
Soo Yeon melihat tangan yang jarinya hilang itu mengusap
hidung, persis seperti yang dulu pernah ia lihat 14 tahun lalu. Ketakutan,
kecemasan dan kepanikan yang dulu pernah ia rasakan, kembali lagi. Ia langsung
menunduk menyembunyikan wajahnya gemetar, tak sempat terpikir untuk menutup
jendelanya.
Sang Deuk penasaran melihat Soo Yeon menunduk, mengiranya
sedang mabuk. Ia memanggil-manggil Soo Yeon, membuat Soo Yeon semakin
ketakutan.
Hyung Joon akhirnya menyadari Sang Deuk yang mendekati
mobilnya. Ia buru-buru menghampiri Sang Deuk dan menarik Sang Deuk untuk
menjauhi Soo Yeon walau sebelumnya Sang Deuk masih sempat mencopet handphone Soo
Yeon yang ada di pintu mobil.
Sang Deuk mengira Soo Yeon mabuk dan daripada membawanya ke
rumah sakit, ia menyuruh Hyung Joon untuk membawa pacarnya ke rumah sakit. Hyung
Joon tak mempedulikan ocehan Sang Deuk dan memberikan kartu namanya. Ia meminta
Sang Deuk untuk tak macam-macam di kemudian hari.
Setelah Sang Deuk pergi, Hyung Joon mencoba menenangkan Soo
Yeon. Tapi Soo Yeon masih ketakutan, apalagi Sang Deuk pergi dengan bersiul
seperti terakhir dulu mereka bertemu. Ia menangis panik, bahkan meloncat
ketakutan saat disentuh oleh Hyung Joon.
Kembali ke rumah, Soo Yeon mengunci di kamar mandi membuat
Hyung Joon khawatir. Tapi Soo Yeon tak mau membuka pintu kamar mandi. Di bawah
pancuran air, ia menangis histeris teringat kejadian malam yang traumatis itu.
Ia menangis jejeritan, ternyata masih belum bisa melupakan semuanya.
Bahkan jeritannya semakin histeris saat Hyung Joon yang bisa
masuk dan menyelimutinya dengan handuk, “Hentikan! Aku benci! Aku benci!!”
Tapi Hyung Joon tetap memeluknya, menenangkannya. Dan
pelukan itu membuat jeritan Soo Yeon memelan, dan makin lama makin hilang,
hanya isak tangis lirih yang keluar dari mulut Soo Yeon.
Jung Woo masih terduduk lesu ditemani dengan seniornya.
Tangannya sudah tak diborgol lagi, tapi ia tak tahu harus berapa lama lagi ia
harus menunggu, “Bisakah aku menemukannya? Saat aku sedang mengejar penjahat,
apa mungkin aku melewati Soo Yeon?” tanya Jung Woo menerawang, bertanya-tanya
apakah saat ia sedang mengejar penjahat, mungkin tak sengaja ia melewati Soo
Yeon, tapi Soo Yeon sudah tak mengenalinya. “Jadi apa yang harus kulakukan?”
Seniornya tahu kata-kata Jung Woo bukan untuknya. Sudah
hafal akan kelakukan Jung Woo, seniornya memilih untuk tidur.
Ada telepon masuk, dan terdengar suara siulan yang sangat ia
kenal. Siulan yang menghantuinya selama 14 tahun ini, yang sekarang berganti
dengan sapaan, “Apa kau sekarang sudah punya pacar baru? Ada seorang gadis di
rumahmu, ya.”
Tahu apa yang dimaksud, ia segera keluar mobilnya karena
seniornya tak mau menyerahkan keluar dan mencegat taksi. Ia menelepon Eun Joo
dulu, menyuruhnya untuk tetap tinggal di rumah dan jangan memberitahukan apapun
pada ibu.
Sesampainya di rumah, penjahat itu sudah menunggunya. Sang
Deuk muncul dari samping dan memukulkan kayu ke Jung Woo hingga ia terjatuh. Sambil
memukulinya, Sang Deuk mengatakan kalau ia akan membalas semua yang dilakukan
Jung Woo padanya, “Katanya kau kelinci gila? Aku adalah anjing gila!”
Tapi Jung Woo berhasil menahan pukulan Sang Deuk dan malah
membantingnya ala Sumo. Ia berbalik memukuli Sang Deuk hingga babak belur
hingga Sang Deuk berkata, “Lee Soo Yeon belum mati. Kau tak akan menemukannya
jika kau membunuhku. Aku tahu dimana dia sekarang.”
Jung Woo terpaku mendengarnya, dan Sang Deuk mengambil
kesempatan untuk ganti memukuli Jung Woo. Sang Deuk memukuli Jung Woo hingga
terjatuh.
Ia menjambak rambut Jung Woo, memaksanya untuk tetap menunduk, “Kalau
kau ingin tahu keberadaan Soo Yeon, kau harus berlutut dan minta maaf dulu.”
Tapi Jung Woo tetap bertanya dimana Soo Yeon, membuat Sang
Deuk marah dan menendang Jung Woo. Sama seperti dulu. Ia memukul Jung Woo, sama
seperti dulu.
Dan tak ayal, semua ingatan itu kembali. Ingatan saat Jung Woo
yang saat itu terikat dan tak berdaya menghadapi tendangan penjahat itu. Dan
itu membuatnya diam, tak melawan saat dipukuli kiri kanan, atas bawah oleh
orang itu, malah Jung Woo tertawa sinis.
Ekspresi Jung Woo yang tak terduga, membuat Sang Deuk heran
dan menghentikan pukulannya. Eun Joo keluar dan mencoba melawan Sang Deuk. Ia
mendorong Sang Deuk bahkan menanduk dengan kepalanya, memisahkan penjahat itu
dari Jung Woo.
Tapi Sang Deuk sepertinya malas berurusan dengan orang lain dan
menganggap mereka berdua gila, makanya ia memilih pergi setelah sebelumnya
mengatakan kalau ia akan menemui Jung Woo lagi.
Tapi Eun Joo masih ingin mengejarnya dan mencari-cari pistol
di dalam jaket Jung Woo. Tapi Jung Woo menghentikannya dan mengulang pengakuan
Sang Deuk yang tak membunuh Soo Yeon. Eun Joo tak percaya, tak masuk akal kalau
mendengar Jung Woo masih mempercayai omongan penjahat itu.
Soo Yeon sudah tenang dan sekarang tertidur, ditemani oleh
Hyung Joon. Hyung Joon mendapat telepon dan kaget mendengar suara peneleponnya.
Dari Direktur Nam yang ingin bertemu dengannya.
Note : ternyata saya salah baca subs :) Pemuda yang
mendampingi Tae Joon adalah Sekretaris Yoon. Dan anak buah yang dulu selalu
membantu Tae Jun dan sebelumnya saya panggil Sekretaris Yoon, ternyata sudah
naik pangkat menjadi Direktur. Di sini ia dipanggil Direktur Nam.
Senior Jung Woo kesal dan marah melihat Jung Woo tertidur
dengan wajah babak belur. Mengapa Jung Woo mau dipukuli padahal biasanya Jung
Woo selalu menjadi orang yang menyerang, tapi Jung Woo tetap diam. Eun Joo
menyuruh senior itu untuk keluar.
Ibu sedari tadi menunggui Jung Woo juga meminta senior itu
untuk meninggalkan ruangan, mengikutinya. Senior itu membesarkan hati ibu dan
berjanji akan menangkap penjahat itu.
Tapi itu malah membuat ibu marah, “Kenapa harus kau? Jika
ada orang yang ingin membunuh orang itu, harusnya aku! Kenapa harus kalian?
Tolong hentikan Jung Woo. Aku.. aku tak merindukan Soo Yeon. Aku bahkan tak senang kalau ia datang.”
Ibu menangis saat berkata, “Manusia harus tetap melanjutkan
hidupnya, jadi.. suruh ia berhenti sekarang juga!”
Dari air mata yang mengalir turun, terlihat kalau Jung Woo tak tidur, ia mendengar semuanya.
Seo Yeon bangun saat malam sudah tiba. Telepon rumahnya berdering.
Betapa terkejutnya mendengar suara penjahat itu lagi memanggil namanya,
“Zoe..”. Penjahat itu, masih belum menyadari siapa Soo Yeon sebenarnya, menyebutkan
siapa dirinya, orang yang ditabrak pacarnya tadi.
Gelas yang dipegang Soo Yeon terlepas dan kecemasan itu
muncul lagi. Dengan gemetar, ia mendengar perintah orang itu yang menyuruh Zoe
untuk datang ke tempatnya. Baru sekarang ia merasa sakit dan butuh ke rumah
sakit. Tapi Soo Yeon tak bisa mengatakan apapun, dadanya sesak dan nafasnya tersengal-sengal
gemetar mendengar suara itu. Ingatan akan kejadian itu muncul kembali.
Namun saat penjahat itu mengatakan kalau ia akan
memperkarakan pacar Zoe ke pengadilan, Soo Yeon menyuruh penjahat itu untuk
menunggunya.
Direktur Nam bertemu dengan Hyung Joon, tak lain untuk
memeras Hyung Joon. Ia belum memberitahukan pada bosnya, Tae Joon, kalau ia
telah menemukan Hyung Joon. Ia telah meminjam uang pada Michelle Kim aka
Perawat Hye Mi. Ia sadar kalau ia telah ditipu oleh Hye Mi saat kalah taruhan.
Ia bisa menduga kalau Hye Mi berusaha menjebaknya untuk balas dendam pada Tae
Joon.
Hyung Joon
menertawakan dugaan itu. Hye Mi tak memiliki keinginan sejauh itu. Direktur Nam
tak peduli apa maksud Hye Mi.
Hyung Joon menyelanya untuk menyebut jumlah uang yang
diinginkan Direktur Nam. Tapi Direktur Nam tak ingin buru-buru. Ia juga tahu
kalau Lee Soo Yeon bersama Hyung Joon sekarang. Dan ia memberitahu kalau polisi
masih mencari Soo Yeon.
Ia merobek surat perjanjiannya dengan Hye Mi. Ia tak akan
memberitahukan Tae Joon tentang keberadaan Hyung Joon asal memberinya imbalan, “Seberapa
berharganya Lee Soo Yeon untukmu? Biar kau memutuskan sendiri.“
Hyung joon pun balik bertanya, “Seberapa banyak yang kau
dapatkan untuk membunuh ibuku?”
Sang Deuk duduk di sofa sambil memandangi foto Soo Yeon yang
menjadi wallpaoper handphonenya. Terdengarn bunyi bel, dan Sang Deuk tersenyum
dan berkata, “Itu dia.”
Tapi yang datang adalah paket tanpa ada nama pengirimnya. Penasaran ia membuka kotak
itu. Ternyata kotak itu masih ditutup oleh kertas koran bekas.
Ia tak
memperhatikan koran itu, yang sebenarnya adalah koran 14 tahun yang lalu yang memberitakan
kematian Soo Yeon.
Belum sempat Sang Deuk membuka kotak styrofoam di bawahnya,
terdengar suara bel lagi, kali ini bel
itu berbunyi berkali-kali, menandakan tamunya tak sabar. Sang Deuk mengintip,
dan ternyata ada orang berambut panjang, dan itu membuat Sang Deuk senang.
Sepertinya itu orang yang ia tunggu.
Namun begitu ia membuka pintu, ia langsung pingsan karena tamu
yang memakai sarung tangan hitam itu menggunakan alat peredam kejut untuk melumpuhkannya.
Jung Woo duduk di ayunan di taman tempat ia dan Soo Yeon sering
bertemu dulu, memutar ayunan seperti Soo Yeon dulu. Ia mengayunkan ayunannya
makin lama makin tinggi, teringat panggilan Soo Yeon padanya, “Jung Woo-ya..
Han Jung Woo..”
Dan ia melompat dari ayunan itu dan berlari kencang.
Senior Jung Woo menggedor-gedor pintu apartemen Sang Deuk,
membuat tetangga sebelahnya terganggu.
Sementara di dalam apartemen, Sang Deuk terikat di bathtub
dengan mulut tertutup lakban, gemetar ketakutan menatap tamu misterius di
hadapannya. Sayup-sayup terdengar suara senior Jung Woo yang minta maaf dan
memperkenalkan diri sebagai polisi.
Dan yang berikutnya terjadi adalah hidung Sang Deuk ditutupi
oleh handuk, hingga makin lama Sang Deuk mulai sesak nafas.
Soo Yeon pulang dengan mobilnya, gemetar luar biasa. Ia menghentikan
mobilnya di depan gerbang dan mencopot sarung tangan hitamnya. Ia kemudian
membuka gerbang dengan remote. Tapi ia urung menjalankan mobilnya karena
tiba-tiba muncul seseorang menghalanginya.
Detektif Han Jung Woo.
Polisi mengetuk jendela mobil Hyung Joon yang berhenti di
pinggir jalan. Saat melihat di dalam ada tablet yang menunjukkan grafik, dan
kopi, polisi membiarkannya, karena berpikir kalau Hyung Joon sedang bekerja.
Setelah polisi pergi, Hyung Joon menutup window tabletnya,
sehingga terlihat apa yang sebenarnya ia lihat. Ia sedang mengamati gambar CCTV
yang terhubung ke tabletnya. Ia membesarkan gambar CCTV yang live itu, gambar
yang menunjukkan kalau Soo Yeon keluar dari mobil dan menemui Jung Woo.
Saat ditanya apa maunya, Jung meminta satu hal, yaitu
memanggil namanya sekali saja.
“Detektif Han,” kata Soo Yeon tak suka.
“Kau bukan dia, kan? Aku tahu kau bukan dia, tapi..” sesaat
Jung Woo ragu untuk mengatakannya. Tapi ia meneruskan, “tapi .. kupikir kau
adalah orang yang selama ini yang kucari.”
“Kau mau apa?” tanya
Soo Yeon lagi, tak menggubris permintaan Jung Woo.
Tapi Jung Woo tahu kalau ia tampak seperti orang gila. Jadi sekarang ia ingin menghentikannya. “Hanya
hari ini, aku datang menemuimu hanya untuk hari saja. Setelah itu aku akan
berhenti. Benar-benar berhenti. Jadi tolong dengarkan permintaanku sekali saja
dan aku akan pergi.”
Soo Yeon terdiam mendengar permintaan Jung Woo, walau air
mata yang menggenang menandakan kalau hatinya tak diam. Apalagi saat Jung Woo
menyebutkan namanya, “Namaku.. Han Jung Woo.”
Tanpa berkedip, Soo Yeon menyebutkan nama itu, “Han Jung
Woo.”
Jung Woo tak dapat menahan air matanya, mendengar nama itu
disebut. Ia berbalik memunggungi Soo Yeon, dan meminta, “Sekali lagi. Sekali
lagi.”
“Han Jung Woo,”
Jung Woo menghela nafas dan menutup matanya, “Sekali lagi.”
“Han Jung Woo ..”
Walau matanya tertutup, tangan Jung Woo menutupkan wajahnya, semakin
gemetar mendengar namanya dipanggil. Tapi ia tetap meminta, “Sekali lagi..”
Soo Yeon menatap belakang kepala Jung Woo, sesaat tak
mengatakan apapun. Namun kemudian, “Jung Woo-yaa… Han Jung Woo,” panggil Soo
Yeon, dengan nada sama seperti 14 tahun yang lalu. “Jung Woo-yaa.. Han Jung Woo.
Jung Woo-yaa.. Han Jung Woo.”
Komentar :
Sejak episode 5, Jung Woo sudah ingin move on dari Soo Yeon. Setelah bercanda dengan Ibu dan Eun Joo, Jung Woo berkata pada (bayangan) Soo Yeon kalau hanya hari ini saja. Hari ini saja, ia akan menunggu. Kalau tidak ia akan menjadi gila.
Sejak episode 5, Jung Woo sudah ingin move on dari Soo Yeon. Setelah bercanda dengan Ibu dan Eun Joo, Jung Woo berkata pada (bayangan) Soo Yeon kalau hanya hari ini saja. Hari ini saja, ia akan menunggu. Kalau tidak ia akan menjadi gila.
Namun seseorang yang bersuara seperti Soo Yeon muncul dengan gumaman
yang sama, "Hujan.. tidak hujan.. hujan.. tidak hujang..", dan maka ia
menjadi gila.
Ia mengejar Zoe, namun ternyata gadis itu bukan Soo Yeon. Wajahnya jauh berbeda dengan Soo Yeon yang ia kenal. Tak sedikitpun mirip dengan Soo Yeon.
Ia mengejar Zoe, namun ternyata gadis itu bukan Soo Yeon. Wajahnya jauh berbeda dengan Soo Yeon yang ia kenal. Tak sedikitpun mirip dengan Soo Yeon.
Ia tak tahu kalau Soo Yeon mengalami kecelakaan di hari itu. Saya rasa,
malam itu Hye Mi benar-benar menabrak Soo Yeon hingga wajahnya rusak.
Namun Hyung Joon-lah yang menyelamatkannya dan membawanya.
Ketika di luar negeri, wajah Soo Yeon dioperasi dan ia memiliki wajah yang baru. Jadi Jung Woo yang memiliki rekaan wajah dewasa Soo Yeon pun tak akan bisa menemukannya.
Titik dimana Jung Woo sudah menyerah adalah ketika mendengar ibu Soo Yeon meminta seniornya untuk menghentikan aksinya, “Kenapa harus kau? Jika ada orang yang ingin membunuh orang itu, harusnya aku! Kenapa harus kalian? Tolong hentikan Jung Woo. Aku.. aku tak merindukan Soo Yeon. Aku bahkan tak senang kalau ia datang.”
Ketika di luar negeri, wajah Soo Yeon dioperasi dan ia memiliki wajah yang baru. Jadi Jung Woo yang memiliki rekaan wajah dewasa Soo Yeon pun tak akan bisa menemukannya.
Titik dimana Jung Woo sudah menyerah adalah ketika mendengar ibu Soo Yeon meminta seniornya untuk menghentikan aksinya, “Kenapa harus kau? Jika ada orang yang ingin membunuh orang itu, harusnya aku! Kenapa harus kalian? Tolong hentikan Jung Woo. Aku.. aku tak merindukan Soo Yeon. Aku bahkan tak senang kalau ia datang.”
Bohong kalau ibu tak lagi merindukannya. Bohong kalau ibu berkata tak
senang kalau Soo Yeon datang. Tapi ibu tak mau egois. “Manusia harus
tetap melanjutkan
hidupnya, jadi.. suruh ia berhenti sekarang juga!”
Life must go on. Jung Woo tak dapat egois dengan tetap mencari Soo Yeon. Ia memiliki 'tanggungan' yaitu ibu Soo Yeon dan Eun Joo. Maka ia mencari Zoe, meminta Zoe menyebut namanya, dan ia akan tutup buku dengan Soo Yeon.
Life must go on. Jung Woo tak dapat egois dengan tetap mencari Soo Yeon. Ia memiliki 'tanggungan' yaitu ibu Soo Yeon dan Eun Joo. Maka ia mencari Zoe, meminta Zoe menyebut namanya, dan ia akan tutup buku dengan Soo Yeon.
Saya tak tahu apa tujuan Zoe menyebut namanya persis seperti ia
memanggil Jung Woo dulu. Jika Zoe ingin melupakan Jung Woo dan tak ingin
dikejar-kejar Jung Woo, lebih baik ia tak mengatakan kata-kata
terakhir, "Jung Woo yaa... Han Jung Woo." Itu kan sudah menjadi hak
paten yang telah terdaftar milik Soo Yeon remaja.
Jadi menurut saya, Zoe ingin 'membalas dendam' pada Jung Woo. Ia ingin Jung Woo tetap menderita, sama seperti penderitaan yang sampai sekarang ia rasakan. Ia tak ingin Jung Woo tutup buku terhadapnya. Enak sekali Jung Woo tutup buku, sedangkan ia, ingin menutup mata untuk tidur saja tak bisa?
Jung Woo sudah berjanji kalau ia akan berhenti menemui Zoe setelah Zoe mengabulkan permintaannya. Dan Soo Yeon telah melakukannya. Tapi Soo Yeon tahu kalau Jung Woo pasti akan terus mengingatnya.
Jadi menurut saya, Zoe ingin 'membalas dendam' pada Jung Woo. Ia ingin Jung Woo tetap menderita, sama seperti penderitaan yang sampai sekarang ia rasakan. Ia tak ingin Jung Woo tutup buku terhadapnya. Enak sekali Jung Woo tutup buku, sedangkan ia, ingin menutup mata untuk tidur saja tak bisa?
Jung Woo sudah berjanji kalau ia akan berhenti menemui Zoe setelah Zoe mengabulkan permintaannya. Dan Soo Yeon telah melakukannya. Tapi Soo Yeon tahu kalau Jung Woo pasti akan terus mengingatnya.
Siapa yang membunuh Sang Deuk? Btw, selama saya ngerecap, saya selalu
salah tulis dengan Deuk Heung. Mungkin karena mereka berdua sama-sama
menjengkelkan, kali.
Kalo menurut saya sih yang membunuh Hye Mi dan Sang Deuk adalah satu orang. Dan orang itu adalah Hyung Joon.
Kalo menurut saya sih yang membunuh Hye Mi dan Sang Deuk adalah satu orang. Dan orang itu adalah Hyung Joon.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar