6 Juni 1993 dimana ke empat sahabat ini duduk di bangku kuliah.
Suara Do Jin : “Juni 1993. Presiden Kim Young Sam berkuasa. Daejeon Expo diselenggarakan, dan Seo Tae Ji and Boys menyanyikan Ha Yeo Ga. Dan kami adalah Generasi X.”
Ke empatnya mengikuti acara kencan
buta. 3 wanita yang super ada di depan mereka. Dan keempatnya merasa
kecewa setelah melihat ketiga wanita muda ini, yang satu super subur dan
yang lainnnya benar-benar tak sesuai selera mereka.
Suara
Do Jin lagi, “Kejujuran dan keterusterangan adalah karakteristik dari
Generasi X. Dan kami semua memikirkan hal yang sama.”
(Hahaha.. memikirkan bagaimana caranya
menolak ketiga wanita yang ada di depan mereka tapi tidak dengan cara
yang kasar. Mereka berempat ingin meninggalkan kesan bahwa si wanita lah
yang tidak mau dengan mereka)
“Ada tiga lawan,” batin Tae San.
“Hanya satu yang akan bertahan,” suara hati Yoon menolak memilih salah satu dari ketiga wanita di depannya.
“Hanya satu orang,” batin Jung Rok.
Ketiga wanita yang super aneh secara penampilan tersenyum manis berusaha memikat salah satu pria yang ada di depan mereka.
Pager Jung Rok berbunyi,
tampangnya terlihat senang. “Bagaimana ini? Sepertinya aku harus segera
pulang... Orang tuaku mengirimkan uang supaya kita bisa bersenang-senang
hari ini.” Ketiga temannya menatap kesal. Ketiga wanita ini bersorak.
“Kalau
begitu mari kita mulai perkenalannya. Aku murid SMA kelas 3. Aku
peringkat...... paling bawah setiap tahunnya,” kata Jung Rok bangga.
Kemudian ia memainkan suara musik rapp dari mulutnya membuat ketiga
wanita ini ilfeel karena Jung Rok yang tak pintar. Hehe.
Wajah
Yoon memelas, “Aku tak memberi tahu ibuku tentang pertemuan ini, kalau
ibuku tahu aku bisa mati.” Kata Yoon sedih. Membuat ketiga wanita ini
saling menyenggol menyalahkan, ketiganya jadi tak enak hati.
Tae San : “Kau ini. Di depan gadis-gadis yang menawan ini.. Ayo silakan, hari ini aku yang traktir.”
Ketiga wanita ini tentu saja kembali bersorak senang.
Tae
San mengambil minumannya dan apa yang dilakukannya, tangannya
kejang-kejang ketika memegang gelas minuman. Mulutnya pun kesulitan
ketika akan menggapai sedotan. “Tak usah khawatir, ini hanya
kejang-kejang ringan.” Katanya.
Ketiga
wanita ini tentu saja tak mau memiliki pasangan yang memiliki penyakit
kejang-kejang. Pandangan mereka tertuju pada pria terakhir, Kim Do Jin.
Do
Jin berfikir keras apa yang harus ia lakukan, pertama-tama ia tersenyum
menyapa ketiganya. “Halo, aku Kim To Din,” (Do Jin mengenalkan namanya
sedang lafal cadel)
“Talian mau tentang goyeng?
Tentang goyeng?” Do Jin mengambil kentang goreng yang ada di hadapannya
kemudian melahapnya sambil tersenyum. “Ah yezatnya....” kata Do Jin
tetep dengan lafal cadel. Ok ini membuat ketiga wanita kembali ilfeel
hahaha....
Tiba-tiba seorang wanita cantik muncul, “Maaf aku terlambat.” katanya. Keempat pemuda langsung terpesona begitu melihatnya.
Wanita itu minta maaf pada
teman-temannya karena kelasnya baru saja selesai. Keempat pemuda ini
langsung pasang tampang mereka yang paling mempesona.
Jung Rok merapikan gaya
rambutnya. Yoon merapikan baju dan bersikap sesantun mungkin. Tae San
merapikan kerah bajunya agar terlihat lebih cool. Do Jin tersenyum
manis.
“Senang bertemu kalian, aku Eun Hee. Kim Eun Hee.” Katanya sambil tersenyum membuat keempat pemuda itu semakin terpesona.
Suara mereka berempat, “Pada akhirnya hanya satu orang yang akan bertahan.”
Sinopsis A Gentleman’s Dignity Episode 8
Sepertinya awal Episode 8 ini agak lain dengan ending Episode 7, saya juga sempet mikirin kok bisa gitu.
Jung Rok, Tae San dan Yoon bercerita
tentang pengalaman mereka bersama Eun Hee. Tak ada Meari disana, dimana
dia? Itu dia yang membuat saya bertanya-tanya, kemungkinan dia ke
toilet. Do Jin juga belum datang.
Jung
Rok berbangga diri menceritakan kalau itu ia berlari seperti orang gila
untuk membeli tiket. Tae San menyela kalau pada saat itu kapal terakhir
sudah berangkat. Jung Rok membenarkan jadilah kami terjebak di sebuah
pulau. Belum sempat Jung Rok melanjutkan ceritanya, Tae San kembali
mengatakan apa telah terjadi sesuatu antara Jung Rok dan Eun Hee.
Jung Rok menambahkan kalau saat itu
bukan hanya sesuatu. Itu adalah malam yang panjang, haruskah ia
melewatkannya begitu saja. Tae San tertawa tak mempercayai apa yang
diceritakan Jung Rok.
Yoon
ikut bicara kalau sepertinya sudah banyak waktu yang berlalu, ia pun
akhirnya terpaksa mengatakan dan berbangga diri menyampaikan pengalaman
kebersamaannya dengan Eun Hee.
Yoon minta maaf tapi sebenarnya pada
hari itu ia dan Eun Hee naik kereta api ke Chuncheon. Menyanyikan lagu
tentang ‘perasaan’. Ia masih ingat kalau Eun Hee menyanyikan lagu itu
untuknya.
Tae
San juga tak percaya, seorang pengacara yang bermartabat mengarang
cerita karena tak ada saksi mata. “Aku merasa sangat bersalah pada
kalian tapi sebenarnya dia mengunjungiku ketika aku mengikuti wamil.
Ditemani salju yang turun sangat deras di luar jendela kedai, kami....
sampai disitu saja....”
Ah kayaknya ketiganya cuma ngarang doank hahaha....
Wanita di samping Jung Rok bertanya Eun Hee itu siapa.
“Cinta pertamaku,” sahut Yoon, Tae San dan Jung Rok bersamaan. (haha)
Meari masuk ke ruangan sekembalinya
dari toilet (mungkin). Ia merasa heran karena Do Jin belum
datang. Dimana Do Jin. Ia masih berada diluar dan mencoba menghubungi Yi
Soo. Tapi Yi Soo tak menjawab panggilan teleponnya.
Yi
Soo membuka laptop dan terkejut melihat background yang terpasang
disana. Background tempat tidur dengan foto dirinya yang mengenakan
bikini. (Hahaha ampun si Do Jin kok bisa2nya dia masang background
laptop kayak gitu)
Ponsel
Yi Soo kembali berdering, Do Jin kembali menghubunginya tapi lagi-lagi
Yi Soo tak menjawabnya. Ia melempar ponselnya ke tempat tidur tapi
ponsel itu malah jatuh ke lantai. Ia mengambilnya tapi tak segera
menjawabnya. Ia malah melongok ke bawah tempat tidur dimana ia
menyembunyikan sarung tangan bertuliskan 836. Yi Soo mengelus lebut
sarung tangannya.
Do Jin jelas kecewa Yi Soo tak menjawab panggilan teleponnya. Ia masuk ke ruangan dimana teman-temannya berkumpul.
Meari
mengajak semuanya menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Ia meminta Yoon
mengajukan permohonan kemudian meniup lilin. Tapi wanita yang di
sebelah Jung Rok menertawakan apa yang dikatakan Meari, menurutnya
meniup lilin diusia 40 tahun itu tak sesuai dengan usia.
Meari : “Kalau kau mengatakan lelucon yang tak dianggap lucu oleh orang lain, jelas itu namanya lancang.”
Tae San berkata kalau sekarang sudah
larut malam kenapa Meari masih disini, ia menyuruh adiknya cepat pulang.
Meari heran apa ia melakukan sesuatu yang salah, apa membuat permohonan
itu lucu. Tae San menilai Meari masih anak-anak dan sekarang sudah
lewat jam 10, ia akan memanggilkan taksi untuk Meari.
“Kakak
melakukan ini bukan karena sudah larut malam, tapi karena aku menyukai
Kak Yoon kan?” Meari meninggikan suaranya dan air matanya pun menetes.
Semua terdiam bahkan Yoon pun tak bisa berkata-kata.
Tae San tak mau tahu pokoknya Meari
harus pulang, ia menarik tangan adiknya. Meari meronta berteriak
kesakitan meminta Tae San melepas tangannya. “Kenapa kakak mengusirku,
ini sangat memalukan,” kata Meari masih menangis.
Tae
San tetap menarik adiknya, tepat saat itu Yoon meraih tangan Tae San
dan menahannya. Yoon berdiri dan menatap Tae San dengan tatapan penuh
harap. ”Lepaskan dia!” Ucapnya pelan. “Kalau ada yang ingin kau katakan,
katakan saja padaku. Aku akan mendengarmu atas nama Meari.”
Tae San melepas tangan Meari yang
masih menitikan air mata. Yoon meminta Do Jin menemani Meari dulu. Do
Jin mengerti dan mengajak Meari keluar. Jung Rok minta maaf pada dua
wanita tamunya karena acara tak berjalan lancar. Ia akan mengantar
keduanya sampai di depan.
Tinggallah
Yoon dan Tae San berdua di ruangan itu. keduanya berdiri terdiam tak
ada yang memulai pembicaraan. Diluar Meari masih tampak sedih, Do Jin
menemaninya.
Do
Jin menawarkan Meari mau kemana ia siap mengantar. Meari sedikit
tertawa kenapa Do Jin pura-pura peduli padanya karena itu bukan seperti
Do Jin yang biasanya. Do Jin malah berkata lain ia melihat kalau maskara
Meari belepotan karena menangis dan itu menyebabkan Meari jadi terlihat
lebih bodoh.
Meari kembali tertawa ringan, ia
bilang kalau ia tak apa-apa lebih baik Do Jin melihat keadaan kakaknya
di dalam. Do Jin tanya apa Meari mengkhawatirkan Tae San. Meari meralat
bukan kakaknya tapi Kak Yoon. Bagaimana kalau kakaknya memukuli Yoon.
Meari
pamit. Do Jin tanya mau kemana. Meari tak mengatakannya, itu terserah
padanya. Karena jam 10 belum terlalu larut malam dan ia bukan anak kecil
lagi.
Yoon
dan Tae San masih diposisi mereka terdiam. Tae San mendesah dan
bertanya apa Yoon punya rokok. Yoon menyahut apa Tae San lupa bukankah
mereka sudah lama berhenti merokok.
Tae San : “Aku sudah 10 kali putus dengan Hong Se Ra, tak sekalipun aku merasa ingin merokok,”
Yoon
: “Apa kau mau pindah ke tempat lain dan minum-minum denganku? Kau
belum mengucapkan selamat ulang tahun untukku. Aku akan menunggumu di
bar-nya Jung Rok.”
Yoon pergi lebih dulu, tinggallah Tae San sendirian di ruangan.
Tae
San naik mobil Do Jin. Ia melamun memikirkan apa yang baru saja
terjadi. Do Jin berkata kalau akhir-akhir ini anak sekolahan masih ada
yang berkeliaran di luar sampai jam 10 malam. (maksud Do Jin supaya tak
mencemaskan Meari karena Meari sudah bukan lagi anak sekolahan)
Tae San bergumam, “Yoon menyuruhku untuk melepaskan tangan Meari kan?”
Do Jin : “Memangnya dia harus menyuruhmu melepaskan kakinya?” (ya ampun ni orang temannya lagi galau malah bercanda)
Tae San : “Yoon menyuruhku...”
Do Jin : “Siapa yang menyuruhmu menggenggam tangannya kuat sekali? Anak itu sangat perasa,”
Tae San : “Amarahnya persis seperti nenekku....”
Do
Jin terkekeh, Tae San mengeluh betapa sulit ia membesarkan Meari. Do
Jin minta Tae San lebih bersabar, “Siapa Yoon? Dia yang terpandai
diantara kita berempat juga yang paling hangat. Kau paling
mempercayainya.”
Di kamar Yi Soo masih memandang sarung tangannya. Ia bahkan memakainya, tapi tak lama kemudian ia melepasnya.
Yi
Soo mengenakan sweater dan siap keluar. Sebelum keluar ia berpapasan
dengan Se Ra yang baru saja sampai di rumah. Se Ra berkata kalau ia
sudah mencoba pulang selarut malam mungkin. Yi Soo tahu itu karena sudah
saatnya Se Ra pulang jadi ia berencana untuk keluar. Tapi ia kurang
beruntung sehingga berpapasan dengan Se Ra.
Ada yang ingin Se Ra katakan, ia
meminta Yi Soo duduk sebentar. Ia janji tak akan bertengkar dengan Yi
Soo karena situasi diantara mereka sudah mulai mereda, Se Ra
mengatakannya sambil tersenyum. Tapi Yi Soo tak mau duduk, lebih baik Se
Ra cepat bicara sekarang.
Se Ra minta maaf, jika semua yang Yi
Soo katakan itu benar dan tak ada maksud lain itu artinya ia yang sudah
berlebihan dan karena tak menjaga harga diri Yi Soo ia minta maaf dan
sangat berterima kasih karena sudah membuatnya sadar betapa ia sangat
menyukai Tae San.
Yi
Soo sadar kalau ia memang sudah banyak memberikan kontribusi untuk
hubungan Se Ra dan Tae San. Yi Soo ingin Se Ra berjanji padanya. Jangan
pernah Se Ra memberitahu Tae San tentang apa yang terjadi antara dirinya
dengan Se Ra. Jangan sampai Tae San tahu kalau ia sudah mengetahui Se
Ra mengatakan pada Tae San, ia menyukai Tae San. Se Ra mengerti ia akan
melakukannya.
Masih ada lagi yang ingin Yi Soo
sampaikan, tapi ia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Kalau Se Ra
merasa lebih nyaman tanpa kehadirannya besok ia akan pindah rumah. Se
Ra berkata kalau ia juga memikirkan hal yang sama, tapi sekarang ia tak
punya uang yang bisa ia berikan pada Yi Soo karena ia melewati batas
pengeluarannya. Tunggu sampai ia mendapatkan hadiah dan ia akan berusaha
lebih keras lagi.
(Kayaknya Yi Soo nge kos di rumah Se
Ra dan pembayarannya sudah penuh gitu, trus karena Yi Soo mau pindah
maka uang sewa sisanya dikembalikan tapi Se Ra lagi bokek jadi nunggu
dia menang turnamen, gitu kali ya)
Yi
Soo sendirian menyusuri jalanan malam, ia berdiri di depan tempat
sampah dan mengeluarkan sarung tangannya. Akhirnya Yi Soo pun membuang
sarung tangan 836-nya. Itu artinya ia akan berusaha untuk melupakan Tae
San.
Jung
Rok dan Do Jin mengawasi dua sahabatnya yang tengah bicara serius,
siapa lagi kalau bukan Yoon dan Tae San. Do Jin penasaran apa yang
sedang dibicarakan Yoon dan Tae San.
Jung Rok mencibir apa Do Jin ingin
mendengar yang mereka bicarakan, ia menilai temannya ini tak bijaksana.
Do Jin balik menyindir lalu kenapa Jung Rok terus menatap mereka. Jung
Rok berkata kalau ia hanya jaga-jaga kalau-kalau mereka merusak sesuatu.
(haha bar nya kan punya dia kalau ada yang hancur gimana)
Do Jin ingin tahu kalau Yoon dan Tae
San berkelahi siapa yang akan Jung Rok bela. Jung Rok menjawab Yoon. Do
Jin tanya kenapa. Jung Rok mengatakan kalau Yoon satu-satunya orang yang
mengetahui keinginan Park Min Suk. Ia gantian bertanya bagaimana dengan
Do Jin, siapa yang akan Do Jin bela.
“Kau,” kata Do Jin sambil tersenyum
licik. Jung Rok memuji pilihan Do Jin sangat bagus. Do Jin juga mau tahu
apa keinginan si pemilik gedung tempat ia menyewa haha.
Tae San menuangkan minuman untuk Yoon sambil bertanya apa Yoon baik-baik saja.
Yoon : “Kalau aku tak minum pada hari seperti ini kapan lagi aku bisa melakukannya? Ini adalah hari ulang tahunku.”
Tae San minta maaf kalau ia terpaksa
bicara terus terang, “Choi Yoon Pal aku mempercayaimu.” (Percaya kalau
Yoon tak akan mengecewakannya dengan jatuh hati pada Meari, padahal Yoon
ada hati sama Meari)
Dengan suara lemah Yoon meminta Tae
San tak usah khawatir karena hal itu tak akan terjadi. Ia akan melakukan
yang terbaik, ini sudah berlangsung beberapa lama.
Jung
Rok yang terus mengamati merasa aneh, ia melihat keduanya tak ada
semangat. Do Jin membenarkan ia melihat ekspresi Yoon dan Tae San sama
dengan ekspresi ketika mereka makan steak di rumah Jung Rok. (tak
semangat makan steak di rumah Jung Rok haha emang rasa n siatuasi makan
steak-nya gimana)
Jung Rok mendelik dan bertanya
bagaimana dengan Meari, apa Do Jin sudah mengantar Meari pulang. Do Jin
menyampaikan kalau Meari menolak diantar pulang. Jung Rok mengusulkan
untuk mencari Meari. Ia berusaha menghubungi Meari tapi mailbox.
Do Jin tak tahu dimana keberadaan
Meari, tapi ia bisa menebak dengan siapa Meari sekarang. Satu-satunya
masalah adalah orang itu tak mau menjawab teleponnya. Siapa lagi kalau
bukan Guru Seo.
Dan memang benar Meari tengah bersama Yi Soo di tempat sauna.
Yi
Soo bertanya apa Meari sendiri yang mengacaukan perayaan ulang tahun
pengacara Choi. Meari mengelak mengacaukan apa, ia hanya mengungkapkan
perasaan. Ia bukanlah seseorang yang tak memiliki keberanian untuk
mengungkapkan perasaan.
Yi Soo tak menyangka setelah melakukan
sesuatu yang luar biasa kenapa Meari kabur ke tempat ini. Meari berkata
kalau ia tak ingin melihat wajah kakaknya. Yi Soo menyahut kalau wajah
Kakak Meari saja tak ingin dilihat apalagi wajah pacarnya, ia menilai
Meari itu masih muda tapi sudah punya banyak musuh. Meari balik bertanya
bagaimana dengan gurunya, kenapa berdiri di depan toko dalam keadaan
bingung sambil minum alkohol dan makan rumput laut, sangat menyedihkan.
Yi Soo melihat Meari banyak minum (apa
ya ga tahu saya semacam yogurt kah) ia ingin tahu sudah berapa banyak
yang Meari minum. Meari berkata kalau akhir-kahir ini ia tertekan jadi
beratnya naik 2 kilo, ia ingin menurunkan berat badan.
Meari
sepertinya bisa menebak kalau Yi Soo tengah bertengkar dengan Se Ra,
tapi Yi Soo tak mau mengatakannya. Ia menyarankan lebih baik malam ini
keduanya tidur di tempat suana saja. Ia ingin tidur duluan dan melarang
Meari tidur. Meari harus mengawasinya. Meskipun ia tak bermaksud begitu
tapi ia terlalu menarik untuk diperhatikan oleh orang-orang jadi Meari
perlu mengawasinya. (Hehe Yi Soo kepedean)
Meari melihat ponsel di samping Yi Soo
terbaring, “Guru tidur yang nyenyak,” kata Meari sambil perlahan-lahan
mengambil ponsel Yi Soo.
Yoon dan Tae San pulang diantar supir masing-masing (ga tahu supirnya siapa)
Jung
Rok heran kenapa Do Jin tak pulang bersama Yoon. Do Jin berkata kalau
saat ini Yoon perlu sendirian. Ada SMS masuk, Do Jin membacanya.
‘Aku dan Meari ada di sauna jadi jangan khawatir. Dan juga beritahu Pengacara Choi. Malam yang kulalui di tempat asing akan segera berlalu.’
Do Jin tertawa, ia sudah bisa menebak siapa pengirimnya, Meari yang mengirim SMS menggunakan ponsel Yi Soo.
Do Jin memberi tahu Jung Rok kalau
sekarang Meari ada di tempat sauna bersama dengan pelanggan tetap bar
Jung Rok (Yi Soo) Jung Rok heran kenapa sauna, dua orang wanita bermalam
di sauna. Jung Rok punya ide, kenapa tidak kita periksa saja kesana. Do
Jin tersenyum nakal setuju usul Jong Rok.
Yi
Soo dan Meari keluar dari tempat sauna (ah tidurnya udah ya tuh si Yi
Soo, apa dibangunin Meari) Yi Soo tanya siapa yang akan menjemput
mereka, apa Tae San. Meari yang masih kesal meminta Yi Soo jangan
menyebut nama kakaknya.
Jemputan datang siapa lagi kalau bukan
Do Jin dan Jung Rok. Yi Soo kaget ternyata Meari menghubungi Do Jin.
Tapi Meari mengatakan kalau secara resmi Yi Soo lah yang menghubungi. Yi
Soo mendelik marah, Meari memakai lagi ponselnya dengan ceroboh.
Meari melihat yang datang hanya Do Jin dan Jung Rok, “Dimana Yoon Oppa?”
Do Jin : “Rok Oppa dan Jin Oppa apa tak cukup?”
Meari mendesah kenapa yang datang cuma
mereka berdua. Jung Rok merasa kalau ia tadi benar-benar tak enak maka
dari itu untuk sementara Meari ke rumahnya saja dulu. Do Jin menyela
bukankah Meari sudah tahu kalau Jung Rok di usir, lebih baik ke hotel
perusahaan saja, disana ada kamar tamu. Jung Rok berkata kalau Meari
bukan tamu tapi keluarga.
Jung Rok ingat Meari juga tak
menginginkan dirinya tinggal di rumah Meari, jadi ia akan menggunakan
kesempatan ini. Ia mengajak Meari pulang ke rumahnya dan bilang pada Min
Suk ‘Min Suk Eonni ijinkan aku tinggal semalam’ Dengan begitu ia juga
bisa pulang.
Do
Jin memperhatikan Yi Soo yang dari tadi diam. Meari menyahut lalu
bagaimana dengan gurunya, karena dia bertengkar dengan teman serumahnya
dia juga tak bisa pulang. Yi Soo mendelik kesal Meari mengatakan itu.
“Ah jadi dia tak bisa pulang,
kalau begitu Meari boleh pulang ke rumah Jung Rok dan Guru Seo tinggal
bersamaku,” kata Do Jin kesempatan, hahaha. Yi Soo jelas tak mau, Meari
juga menolak dipisahkan dari gurunya, karena malam ini ia dan gurunya
satu paket.
“Kenapa?” Haha kedua pria ini
kesal. Karena misi mereka jadi gagal. Jung Rok gagal pulang ke rumah dan
Do Jin gagal berduaan dengan Yi Soo.
Tae
San sampai di rumah. Ia membuka pintu kamar adiknya dan tak melihat
keberadaan Meari. Ia mendapat SMS dari Do Jin kalau Meari menginap di
hotel perusahaan jadi Tae San tak perlu khawatir.
Yoon juga mendapatkan SMS yang sama. Ia sendirian di rumah Do Jin. Sepi, bener-benar merana.
Mereka
berempat sampai di depan hotel, Meari meminta Do Jin cepat memberi tahu
password kamar, ia ingin segera ke kamar mandi karena kebelet pengen
BAB. Do Jin menyarankan lebih baik pakai toilet lobi saja. Meari tak mau
kalau disana ia tak bisa konsentrasi (wakaka) Meari langsung ngibrit ke
kamar.
Do Jin menyerahkan (melemparkan) kunci
mobil pada Jung Rok. Ia meminta temannya mengurus mobil dan jangan lupa
bawa Yi Soo masuk. Do Jin menyusul Meari.
Jung
Rok berbasa-basi memperkenalkan diri pada Yi Soo secara resmi, “Aku
adalah pria seperti capucino, Rok.” Yi Soo tertawa dan secara resmi
mengatakan namanya. Walaupun sudah beberapa kali bertemu tapi keduanya
belum sempat berkenalan secara resmi. Keduanya menuju kamar hotel.
Dan
ternyata di hotel yang sama Min Suk tengah bersama temannya. Temannya
meminta Min Suk datang ke pesta. Min Suk tanya kenapa apa temannya ini
sedang taruhan, apa ia sudah bercerai dengan suaminya atau belum.
Temannya tanya apa Min Suk sudah
bercerai. Min Suk tak menjawab dan balik bertanya apa temannya ini
senang kalau ia bercerai. Temannya berkata kalau ia mengkhawatirkan Min
Suk. Temannya pamit dan berkata kalau pestanya sekarang ini untuk suami
istri. Min Suk mendesah kesal.
Tak
sengaja tatapan mata Min Suk tertuju ke pintu masuk, ia melihat
suaminya ke hotel bersama seorang wanita, tentu saja ia mengira kalau
suaminya tengah berselingkuh. Min Suk pun mengikuti mereka.
Jung Rok dan Yi Soo naik ke lantai 7. Min Suk tahu kalau mereka ke kamar hotel perusahaan. Ia jelas menahan geram.
Jung
Rok menunjukan jalan menuju kamar tapi menurut Yi Soo arahnya bukan
kesana melainkan sebaliknya. Jung Rok sadar kalau ia sudah salah, ia
menebak Yi Soo sudah pernah ke hotel ini sebelumnya. Yi Soo gelagapan
dan berkata kalau ia hanya sekali pernah kesini. Min Suk masih mengikuti
keduanya.
Terdengar
bel pintu, Yi Soo membuka dan Min Suk berdiri di depan pintu dengan
tatapan curiga. Yi Soo jelas belum mengenal Min Suk padahal dulu kan
pernah ketemu dan bertanya siapa. Min Suk langsung masuk dan berkata
kalau ia mencium aroma sabun, ia bertanya apa Yi Soo sudah mandi.
Yi Soo bingung siapa wanita yang baru
datang dan berkata yang tak ia mengerti. Min Suk tanya apa dia (Jung
Rok) sedang mandi. Yi Soo semakin bingung, ia malah balik bertanya apa
dia sedang mandi, sepertinya begitu.
“Apa kau Baek Hae Joo?” tanya Min Suk.
“Apa?” Yi Soo tak paham,
“Jadi, kau Presdir Kang.” Tebak Min Suk
“Bukan, aku PNS.” sahut Yi Soo polos.
Min Suk tertawa, “Apa karakter perempuan seperti ini PNS? Bukan Presdir?”
Yi Soo makin tak mengerti, ia belum
kenal dengan wanita yang di depannya dan mengatakan kalau Min Suk
sepertinya sudah salah paham. Ini adalah pertemuannya yang pertama.
(yang kedua kok)
Min Suk : “Benar
sekali ‘pertemuan pertama, salah paham’. Aku juga bertanya-tanya kenapa
kata-kata itu belum juga terucapkan. Apa kau tak bisa menebak siapa
aku?”
Tepat saat itu Jung Rok keluar dari kamar, ia terkejut melihat istrinya ada disana. “Oh Yobo, sedang apa kau disini?”
Min Suk menatap Yi Soo, “Kau lihat? Itulah yang paling sering dia katakan. Kalau dia ingin terlihat tak bersalah.”
“Apa
dia istrimu?” tanya Yi Soo pada Jung Rok. Jung Rok membenarkan dan
kembali bertanya pada Min Suk kenapa bisa ada di hotel. Bagaimana
istrinya tahu kalau ia ada disini.
Min Suk tak mempedulikan ucapan
suaminya, ia terus menatap Yi Soo. Ia mengucap ulang apa yang diucapkan
Yi Soo, “’Istrimu?’” Min Suk menilai kalau Yi Soo ini sudah
berpengalaman jadi tak terlihat kaget begitu melihatnya. Jung Rok akan
mengenalkan Yi Soo pada istrinya tapi Min Suk menyela dan bertanya apa
Jung Rok sudah menyiapkan alasan, apa Jung Rok mau mengatakan kalau ada
pesta dengan teman-teman Jung Rok.
Disaat bersamaan Do Jin keluar dari
kamar dan heran melihat Min Suk ada disana. Min Suk juga heran Do Jin
ada disana, kini ia yang bingung. Tepat saat itu Meari juga keluar dari
kamar, ia senang melihat Min Suk datang. Min Suk tambah bingung dan
tersadar kalau kecurigaannya sudah salah. Tampang mereka bloon semua
hahaha.
Min Suk berusaha tersenyum dan
menghilangkan rasa curiganya. Ia menatap Yi Soo, “Aku belum
memperkenalkan diriku. Aku Park Min Suk. Kau PNS kan? Aku membayar pajak
dalam jumlah yang besar.” (Yeah percaya tante tanahmu ada dimana-mana)
Yi Soo mengatakan namanya. Meari mengenalkan kalau Yi Soo ini guru SMA-nya. Ia heran bagaimana Min Suk bisa tahu kalau mereka semua ada disini. Min Suk gelagapan tak tahu bicara apa.
“Jangan-jangan
kau... mengikutiku ya?” Jung Rok berkata kalau istrinya tak perlu
seperti itu. Ia tahu kalau Min Suk pasti mengkhawatirkannya.
Ia menjelaskan kalau hari ini perayaan ulang tahun Yoon. Meari kesal
kenapa Jung Rok mengungkit kejadian itu. Jung Rok mengatakan pada
istrinya kalau disana Meari membuat kekacauan besar. Lalu Jung Rok
menceritakan lebih detail kejadian sebenarnya dan yang pasti diceritakan
dan diperagakan secara berlebihan, hahaha.
Jung Rok mengatakan kalau
kedatangannya ke hotel dalam rangka melindungi Meari, “Kenapa kau ada
disini? Selarut ini di sebuah hotel. Jangan-jangan kau...”
“Tidak, aku sudah menjadi member spa disini selama 3 tahun.” jelas Min Suk.
Karena sudah tahu kalau suaminya tak
berselingkuh, ia akan menyampaikan salam pada manajer hotel dan meminta
manajer hotel menyiapkan apa yang ingin suami dan temannya lakukan dan
juga makan di hotel ini, nikmati saja sepuas hati. Meari jelas senang.
Min Suk juga mengatakan kalau Meari bebas makan apapun yang diinginkan
agar perasaan Meari lebih baik. Min Suk juga minta maaf pada Yi Soo
karena tadi sudah bersikap kasar dan kesalahpahaman ini lain kali ia
akan menebusnya. Min Suk permisi.
Jung
Rok senang Yi Soo benar-benar banyak membantu ia berbaikan dengan
istrinya, ia menyusul istrinya. “Yobo rumah kita tetap yang terbaik,
apakah anjing kita merindukanku?” (haha)
Yi
Soo tertawa terpingkal-pingkal melihat tingkah suami istri ini. Meari
heran dan bertanya ada apa. Yi Soo ingat ia pernah melihat Min Suk
sebelumnya, ia melihatnya ketika malam natal tahun lalu di kantor
Pengacara Choi. Ia ingin tahu suami seperti apa yang dimiliki Min Suk
sampai dia memaksa bercerai pada malam natal, ternyata yang ia lihat
mereka belum bercerai.
Jung Rok kembali ke kamar dengan
wajah cemberut. Meari tanya apa ada sesuatu yang ketinggalan. Do Jin
menyahut sepertinya Jung Rok-lah yang sudah ketinggalan. Ia melirik ke
arah Yi Soo dan berkata mereka akan segera bercerai.
Meari : “Tapi apa kau benar-benar menggunakan password yang sama disini juga?”
Jung Rok meminta semua diam, “Kita semua menegenal Park Min Suk kan?”
Jung
Rok menghubungi room service. Meari sudah lelah ia ingin istirahat
lebih dulu, ia pun segera masuk kamar. Yi Soo setuju ia pun ingin
istirahat dan akan menyusul Meari ke kamar tapi Do Jin meraih tangan
melarangnya tidur. Ia mengucapkan selamat malam untuk Meari dan
berbasa-basi semoga tidur Meari nyenyak.
Yi Soo berusaha menarik tangannya tapi
Do Ji menahannya. Do Jin menyuruh Jung Rok memesan anggur dan keju. Yi
Soo mendelik kesal tapi Do Jin menatapnya sambil tersenyum.
Apakah Meari segera tidur, tentu saja tidak. Di kamar ia memandangi foto Yoon, apa Yoon juga di rumah bisa tidur.
Tidak
juga, Yoon tak ada di rumah. Ia ke supermarket membeli beberapa
minuman. Tentu saja Yoon mendorong troly belanjaan setengah melamun.
Hampir saja ia bertabrakan dengan pengunjung lain. Yoon sampai di depan
perabotan piring dan mangkok, ia pun teringat kejadian dimana Meari
hampir kejatuhan benda itu karena letaknya yang tinggi.
Yi Soo, Do Jin dan Jung Rok menikmati makanan dan minuman mereka. Yi Soo menyanyi lagu Big Bang yang judulnya Blue.
Janinhan ibyeo-reun sarangye (mallo) keu
eotteon- maldo wiiro twehl suneun eopt-da-go
Ama nae insaengye majimag mello magi naeryeo-oneyo ije
Taeyeonaseo neol manna-go jugeul mankeum sarang-ha-go
Jung Rok bergumam sepertinya pelanggan
tetapnya ini suka bernyanyi ketika mabuk. Karena ia ingat dulu Yi Soo
bernyanyi ketika mabuk di bar-nya. Jelek sekali kata Jung Rok. Yi Soo
berkata itu karena ia belum benar-benar mabuk. Ia melihat gelasnya sudah
kosong. Ia menilai rasa anggurnya enak. Do Jin berseru kalau semuanya
hal selalu enak dimata Yi Soo. Do Jin menuangkan minuman untuk Yi Soo.
Jung Rok memberitahu kalau label
minuman itu dirancang oleh Do Jin. Yi Soo ingin tahu bagaimana
rancangannya. Do Jin tertawa kenapa Jung Rok memberitahkan itu. Jung Rok
berkata kalau ia harus memberitahu agar Yi Soo tak meminumnya.
Penjualannya menurun setelah Do Jin yang merancang desainnya.
Yi Soo mencibir sambil mendelik ke
arah Do Jin, “Aigoo... sayang sekali anggur selezat ini.” Do Jin berkata
kalau penjualannya malah meningkat setelah ia merancangnya.
Do
Jin melihat Jung Rok sudah terlihat mengantuk dan menyuruhnya segera
tidur. Jung Rok dengan tatapan sayu bertanya-tanya apa ia mengantuk.
Kalau begitu apakah sebaiknya ia pergi tidur, “Tapi kenapa kau
menyuruhku cepat-cepat pergi tidur?”
Do Jin memberi kode pada Jung
Rok agar segera menyingkir supaya ia bisa berdua dengan Yi Soo. Yi Soo
mengatakan kalau ia juga akan segera pergi tidur setelah menghabiskan
segelas anggurnya.
Do Jin : “Kalau begitu siapa yang minum denganku? Saat kau mabuk, aku yang mengangkatmu, menggendongmu.....”
Yi Soo memotong ucapan Do Jin,
ia tak mau Do Jin membuka kartu ketika ia mabuk. Jung Rok langsung
paham, Yi Soo mengetahui lantai berapa hotel perusahaan dan juga nomor
kamarnya. Dan ia sekarang yakin kalau Yi Soo pernah datang ke hotel ini
lebih dari sekali.
“Kalian berkencan ya?” Tebak Jung Rok.
“Ah tidak,” kata Yi Soo.
“Ah, jadi kalian hanya tidur bersama,” sahut Jung Rok.
“Ya.... itu... tidak, kami tak melakukannya,” sanggah Yi Soo.
Do
Jin berkata kalau Yi Soo ingin kelihatan bermartabat tapi pikirannya
tak menurut padanya. Yi Soo kembali mendelik marah ke arah Do Jin.
Ada yang menelepon Jung Rok. Ia mohon diri akan tidur dulu. Ia pun segera ke kamar, sepertinya itu telepon dari Min Suk.
Tinggalah Yi Soo dan Do Jin berdua. Do
Jin meminta Yi Soo meminum minumannya, karena menurutnya akan lebih
baik kalau Yi Soo mabuk. Tapi Yi Soo tak mau, ia akan ke kamar menyusul
Meari tidur, tapi Do Jin menariknya agar tetap duduk di sebelahnya. “Kau
mau kemana? Aku sudah berjam-jam menunggu untuk ini.”
Yi
Soo berusaha menarik tangannya tapi Do Jin menggenggamnya erat. (aih so
romantic) mata keduanya bertemu dan berpandangan cukup lama.
“Apa kau sudah menemukan pria yang lebih muda?” tanya Do Jin.
“Aku mau yang lebih muda 3 tahun dariku,” jawab Yi Soo. karena sejauh ini baru itu yang ia putuskan.
“Begitukah? Bukankah kau ahlinya. Katakan padaku.” Pinta Do Jin
“Apa?”
“Aku
baru dalam cinta bertepuk sebelah tangan dan tak ada yang bisa
kutanyai, jadi aku bertanya padamu. Beginikah rasanya saat bulan ke 3?
Aku jadi gampang marah,”
“Kenapa marah?”
“Kenapa kau tak menyukaiku?”
Yi Soo terkejut mendengarnya, matanya menatap tajam mata Do Jin dengan tatapan lebih dalam.
“Aku tampan kan?” Tanya Do Jin.
“Ya.” jawab Yi Soo pendek.
Do
Jin berandai andai kalau saja ia bisa meraih hati wanita ini, semuanya
akan berjalan lebih cepat. Yi Soo menyahut kalau Do Jin itu bukan
tipenya. Do Jin berkata kalau ada berapa hal yang tak bisa ditolak. Yi
Soo tertawa dan menilai Do Jin sangat percaya diri, dan ia menyukai itu.
“Yang kau katakan sangat
menyemangati, lupakan alasan-alasanmu dan ikuti saja nalurimu,
bagaimana? Atau serahkan saja pada anggur.” Ucap Do Jin. Ia mengelus
lembut pipi Yi Soo. Yi Soo terhenyak kaget tapi ia tak bisa menghindar.
“Atau serahkan saja padaku,” sahut Do Jin membuat Yi Soo tertegun
menatap Do Jin.
Do
Jin mendekatkan wajahnya ke wajah Yi Soo, semakin lama semakin dekat.
Yi Soo tak menghindar ia hanya bisa menatapnya. Semakin dekat dan
semakin dekat.
Tiba-tiba
pintu kamar terbuka, Jung Rok keluar kamar. Saking kagetnya Yi Soo
langsung menjatuhkan tubuhnya ke lantai, pura-pura tidur.
(Yah gagal hahaha...... penonton kecewa wakakaka....)
Ternyata Jung Rok keluar kamar
menerima telepon karena di dalam kamar ia tak bisa mendengar dengan
jelas. Do Jin terkekeh melihat tingkah Yi Soo yang pura-pura tidur. Jung
Rok melihat Yi Soo tidur di lantai dan menyuruh Do Jin menggendong ke
tempat tidur.
“Haruskah aku melakuaknnya?”
Tanya Do Jin hahaha kesemapatan. Yi Soo membuka matanya sedikit. Kalau
begitu Do Jin menyuruh Jung Rok tidur di sofa ia akan menggunakan kamar
yang tadi Jung Rok gunakan. Jung Rok tak masalah dan kembali berbicara
di telepon.
Do Jin berusaha mengangkat Yi Soo tapi Yi Soo menggeleng menolak. Do Jin menggendongnya paksa dan membawanya ke kamar.
Do
Jin menutup pintu kamar, Yi Soo membuka mata dan bicara pelan menyuruh
Do Jin menurunkannya tapi Do Jin bilang kalau mereka belum sampai di
ranjang (haha meminta diturunkan kok tangan Yi Soo masih nyantol aja)
Do Jin mengerti ia akan menurunkan Yi Soo dan burk... Do Jin menjatuhkan Yi Soo ke kasur. Haha.
Yi Soo langsung duduk dan
memarahi Do Jin pelan, “Kenapa kau disini?” Do Jin bilang kalau ini
kamarnya. Yi Soo takut kalau meraka akan berfikir kalau ia akan tidur
bersama dengan Do Jin.
“Kalau kau tak ingin ada kesalahpahaman, kita benar-benar tidur bersama saja.” Ucap Do Jin santai.
Yi
Soo menyuruh Do Jin keluar kamar sekarang. Tapi Do Jin tak mau ia tak
bisa tidur di sofa. Yi Soo kesal, “Kalau begitu gendong aku lagi,
gendong aku dan bawa aku ke kamar Meari. Aku tak bisa jalan sendiri, dia
akan tahu kalau aku tadi pura-pura tidur.”
Do Jin : “Aku tak bisa menggendongmu lagi, badanmu berat.” (haha)
Yi Soo memohon sebentar saja, Do
Jin tetap menolak ia mengirim SMS pada seseorang. Yi Soo masih cemas
bagaimana kalau Meari bangun dan melihat mereka berdua di kamar. Do Jin
tak tahu dan hanya mengangkat bahu sambil terus mengirim SMS.
Yi
Soo mengacak-acak rambutnya seolah ia baru saja tidur. Do Jin heran
melihatnya. Dengan tampang yang urakan seolah bangun dari tidur Yi Soo
berjalan keluar menuju kamar Meari.
“Bukankah kau sudah tidur?” terdengar suara Jung Rok.
“Ya, aku baru saja bangun,” sahut Yi Soo hihi.
Do Jin tertawa dan merebahkan
badannya ke tempat tidur. Jung Rok masuk ke kamar dan bertanya bukankah
Do Jin memintanya tidur di sofa, “Kenapa kalian tidur di kamar
terpisah?”
Do Jin berkata kalau
Jung Rok akan tetap tidur di sofa, yang berarti kalau Do Jin akan tidur
di kamar sendirian, mengusai ranjang tak boleh ada siapapun tidur di
sebelahnya hahaha.
Keesokan
harinya Do Jin pulang ke apartemen dan terkejut melihat Yoon tengah
menyiapkan sarapan. Yoon bertanya-tanya bukankah Do JIn bilang akan
langsung ke kantor. Do Jin berkata kalau ia tak nyaman memakai baju yang
sama selama 2 hari jadi ia pulang dulu untuk ganti baju. Do Jin ingin
tahu apa yang sedang dilakukan Yoon. Yoon mengatakan kalau ia sedang
mengasah kemampuan memasaknya. Do Jin heran melihat celemak yang dipakai
Yoon. Celemek dengan motif bunga, ia bertanya darimana asalnya celemek
itu karena di rumah ini hanya ia yang boleh berbunga.
Yoon memberi tahu kalau ia yang
membeli celemek sekalian membeli piring. Ia menyuruh Do Jin duduk dan
akan memanaskan sup untuk Do Jin. Do Jin tahu kalau temannya ini sedang
banyak pikiran, ia meminta Yoon tak perlu melakukan itu lagi. “Kau
terdengar seperti pengantin yang baru menikah. Seperti seorang istri
yang menyiapkan sarapan untuk suaminya yang bermalam di luar rumah,”
Yoon tak menanggapinya dan
mengambilkan sup menyuruh Do Jin segera makan. Do Jin memakannya tapi
kemudian tatapannya serius setelah merasakan masakan Yoon. Yoon cemas
apa Do Jin tak suka sup buatannya. Ia pun penasaran dan mencoba
mencicipi masakannya. Raut wajah Yoon pun berubah setelah ia mencicipi
masakannya.
Keduanya berpandangan, lama. Kemudian
Yoon berkata kalau mereka masih memiliki roti.( Berarti masakan Yoon
tadi kurang enak ya haha) Yoon memberikan roti itu pada Do Jin. Do Jin
segera memakannya dengan terus menatap curiga Yoon. Yoon jadi tak enak
hati karena masakannya tak sempurna. Ia menawarkan apa Do Jin suka susu,
Do Jin tak menjawab ia terus memakan rotinya.
Meari
bekerja seperti biasa di Mango Six. Do Jin dan Jung Rok ada disana. Do
Jin menyarankan lebih baik mengatur kencan untuk Yoon. Jung Rok berseru
Do Jin jangan mengatakan itu keras-keras karena disini ada wanita super.
Do Jin melirik ke arah Meari. Meari mendelik dan berkata kalau ia
mendengar semuanya. Karena Meari sudah mendengarnya Jung Rok meminta Do
Jin melanjutkan saja apa yang ingin Do Jin sampaikan.
Do Jin menceritakan kalau Yoon
terus-menerus memasak bahkan menggunakan celemek. “Dia bahkan membeli
seperangkat peralatan makan, kalau bukan frustasi seksual artinya dia
tertarik padaku. Ayo atur kencan untuknya!” (wakakaka)
Meari
memberikan jus Mango Coconut pesananan Do Jin dan meminta Do Jin
menghentikan omong kosong yang baru saja disampaikan tadi.
Do Jin : “Kau tak meludahi jus-ku kan?”
Meari : “Apa kau mau aku meludahinya?”
Do Jin langsung menyambar jus mango dan segera meminumnya.
“Kenapa kau membuatnya marah? Dia adalah Park Min Suk kecil.” kata Jung Rok sambil mengelus kepala Meari.
Di
luar kafe Mango Six, Tae San memperhatikan adiknya. Ia ingin
menghubungi Meari tapi ia masih berat melakukannya. Ia melihat Meari
tertawa-tawa bersama Do Jin dan Jung Rok. Tae San mengehela nafas
panjang dan segera berangkat ke tempat kerjanya.
Di
ruang guru, Guru Park bertanya apa Yi Soo ada kelas pagi ini. Yi Soo
menjawab ya. Guru Park kembali bertanya kenapa Yi Soo tak membalas
SMS-nya. Yi Soo tak tahu itu, ia minta maaf karena ponselnya kehabisan
baterai. Yi Soo pun mengaktifkan ponselnya.
Yi Soo tanya ada apa Guru Park
mengirim SMS padanya. Guru Park bilang kalau pagi ini ia ingin minum
machiato, kalau Yi Soo datang agak terlambat ia bermaksud meminta Yi Soo
membelikannya. (weh nih orang emang pengennya gratis mulu)
Ada SMS masuk, Yi Soo membacanya.
‘Tae San-ah, aku berada satu kamar dengan Guru Seo sekarang. Wanita ini cantik sekali.’
Itu SMS dari Do Jin, Yi Soo
heran ia mengingat-ingat kira-kira kapan Do Jin mengirim SMS ini. Ya
waktu di kamar hotel ketika Yi Soo takut kalau Meari akan menangkap
basah ia sekamar dengan Do Jin. Saat itu Do Jin tengah mengirim SMS dan
sekarang ia tahu kalau saat itu Do Jin mengirim SMS padanya.
Ada SMS yang lain lagi, masih dari Do Jin.
‘Tapi dia memintaku menggendongnya keluar, aku bisa terjatuh kalau aku menggendonganya, apa yang harus kulakukan?’
Yi Soo tersenyum membacanya,
Yi Soo tersenyum membacanya,
Ada
masalah di Hwa Dam. Tae San mengatakan kalau kantor wilayah Yangjae tak
akan mengeluarkan izin pembangunan karena pemilik gedung sebelahnya
mengajukan banyak keluhan. Pelanggaran terhadap masyarakat, parkir, hak
pencahayaan dan menghalangi pandangan. Do Jin bilang kalau itu omong
kosong, kita tak melanggar peraturan manapun.
Tae San membenarkan tapi walaupun
dunia ini besar dan ada banyak bangunan, pemilik gedung itu tetap dia.
Pemiliki gedung itu yang mengajukan keluhan seperti itu. Dia itu Park
Gyung Do, si bayi anjing itu. Kantor wilayah menyarankan agar kita
bernegosiasi langsung dengannya. Kita benar-benar menghadapi anjing
gila.
Tae San tanya apa Do Jin ada ide. Do
Jin kesal pria itu lagi, yang melempar gelas ke Manajer Choi. Do Jin
bilang kalau ia ada ide, “Ayo kita ikut gila. Jika seekor anjing
menggigit manusia itu tak akan menjadi berita. Tapi jika manusia
menggigit anjing pasti akan jadi berita. Karena dia itu orang gila. Ayo
ikut gila bersamanya. Karena dia yang lebih dulu bermain kotor kita
harus mengikutinya. Kita juga harus bermain kotor supaya menang,” Tae
San mengerti dan segera memanggil anak buahnya.
Do
Jin menyuruh ketiga anak buahnya untuk menemukan semua properti di
Seoul atas nama Park Gyung Do. Mulai dari gedung sampai kandang anjing
sekalipun, pokoknya semuanya.
Tae San menambahkan kalau semua
itu sudah ditemukan kemudian dibuat daftar. Datangi semua propertinya
itu dengan membawa kamera. Potret semua tambahan yang ilegal, renovasi
dan lainnya. Gali semuanya untukku, ok? Ketiganya serempak menjawab ya.
Laporan 1
Restouran
yang berada dekat dengan stasiun Isu lapangan parkirnya diperpanjang
secara ilegal untuk mengakomodasi dapur. Beranda di lantai 2 diperluas
secara ilegal.
Laporan 2
Bangunan
di Distrik Seogwan, tak hanya melebihi luas lantai bahkan terdapat
kontainer ilegal dan tambahan atap, jelas ini adalah paket combo.
Do
Jin senang, “Tapi selain itu apakah ada isu-isu murahan? Sesuatu yang
akan membuat dia geram dan tak bisa tidur kalau didenda?”
Laporan 3 dari Manajer Choi.
Di area perbelanjaan di sepanjang Distrik Taepo, proporsinya tak wajar. Bangunan melanggar garis batas.
Do Jin heran bangunan melanggar
garis batas, kalau kontruksi yang melewati garis batas itu akan
dikenakan sanksi. Manajer Choi mengatakan kalau bangunan itu sendiri tak
melanggar pembatas tapi karena jendela tingkapnya. “Ketika kau membuka
jendela akan melewati batas garis sekitar 5 cm.”
Do Jin mengajak mereka menyusun semua informasi ini.
Tae San melihat foto-foto hasil kerja
anak buahnya tadi dan kesal si brengsek ini berapa banyak bangunan yang
dia punya. Setelah menyusun semuanya, Do Jin dan Tae San menemui Park
Gyung Do.
Do Jin mengatakan kalau ia tahu Park Gyung Do mengajukan pengaduan ke kantor wilayah.
“Oh
itu, apa kalian tak mendapatkan izin? Kenapa harus kalian yang
mendesain gedung itu? tapi kalian masih punya nyali untuk menuntutku,”
seru Park Gyung Do.
Do Jin membenarkan dengan daya
tarik-menarik seperti ini seandainya sebuah drama, kita mungkin akan
saling jatuh cinta, kata Do Jin. Park Gyung Do mencibir ia khawatir Do
Jin tak akan bsia setenang seperti sekarang ini.
Do Jin : “Kalau tujuanmu untuk membatalkan tuntutan, biar kuingatkan kami tak akan membatalkan tuntutannya.”
Park
Gyung Do tak peduli lakukan saja semau Do Jin. Setidaknya ia akan
mendapat jawaban atas tuntutannya dan pada saat pengaduanya diterima tak
akan ada lagi jawaban. “Kalau kau bisa hentikan maka hentikanlah. Jika
kau bisa menariknya maka tariklah tuntutan itu. Tapi tukang bangunan
seperti kalian bagaimana bisa berani menatangku?”
Tae
San jelas emosi mendengarnya, “Dasar #$^&*%$^$#@# hanya karena kau
memiliki beberapa bangunan *&%$#@#$%^&% benar-benar ingin
*&^%$#@^$#^ lalu mencabik-cabikmu *&^%$#@!#%&.”
Tae San benar benar emosi ia
mengeluarkan sumpah serapahnya dan seakan ingin memukul keras-keras Park
Gyung Do. Do Jin tersenyum-senyum mengelus punggung Tae San agar lebih
tenang. haha
Tae San masih emosi, “Empat tahun di lokasi proyek tanpa wanita memenuhiku dengan perkelahian *&^%$#@”
Tae San menyerahkan berkas yang
sudah ia susun, “Bangunan melebihi luas lantai, kontainer ilegal,
panambahan lahan parkir yang tak sah, penambahan balkon ilegal pada
atap bangunan, apa mau kulanjutkan?”
Park
Gyung Do jelas terkejut dan memeriksa berkas yang disusun Tae San,
bukti foto-foto semua bangunannya yang bermasalah. Do Jin mempersilakan
Park Gyung Do mengajukan banyak pengaduan tentang perusahaannya karena
dengan begitu ia akan merasa lebih enak menuntut Park Gyung Do. “Untuk
perbedaan 5cm kau akan dipenjara selama 3 tahun dan membayar denda
50jt.”
Tae San menambahkan kalau ia
akan memberi waktu sampai besok, “Kalau kau membayar biaya dasain dan
membatalkan pengaduanmu kami mungkin akan meningkatkan statusmu dari
bayi anjing menjadi klien.”
Do Jin dan Tae San mohon diri. Park
Gyung Do tak habis pikir kalau ia mendapatkan serangan balik yang lebih
cepat dari Do Jin dan Tae San.
Dan inilah gaya keduanya setelah menjalankan misi mereka.
Saatnya
jam istirahat, Yi Soo keluar dari kelas dan mendapatkan panggilan
telepon dari seseorang, ‘pria kencan buta’ Yi Soo ingat pria itu tapi
heran juga kenapa pria itu meneleponnya. Pria itu mengatakan kalau ia
tak tahu apa Yi Soo masih mengingatnya, Yi Soo bilang kalau ia masih
ingat dan bertanya apa ada yang bisa ia bantu. Yi Soo terkejut mendengar
kabar yang diterimanya.
Se
Ra dibawa ke rumah sakit. Yi Soo sampai disana dan jelas sangat
mengkhawatirkan Se Ra. Se Ra mengatakan kalau ia mengalami kram perut.
Ia tak bisa menyetir jadi ia minta maaf sudah membuat Yi Soo datang. Yi
Soo ingin tahu apa kata dokter. Se Ra mengatakan kalau ini hanya stres
dan kelelahan. Bukankah akhir-akhir ini ia mengalami seperti itu.
Yi Soo tanya apa Se Ra sudah
menghubungi Tae San. Se Ra balik bertanya untuk apa ia menghubungi Tae
San. Ia akan baik-baik saja setelah istirahat selama 2 jam. Yi Soo
menyela dan mengatakan kalau Se Ra harus menghubungi Tae San, “Kau sakit
bagimana mungkin kau berada disini sendirian?”
Yi
Soo akan menelepon Tae San tapi Se Ra melarang. Yi Soo tak peduli ia
tetap menghubungi Tae San. Yi Soo mengatakan pada Tae San kalau Se Ra
tak sadarkan diri di tempat latihan dan sekarang berada di ruang gawat
darurat.
Tae San : “Apa Se Ra memintamu menelepon?”
Yi
Soo membalikan badan agar Se Ra tak melihat ekspresi wajahnya yang
kaget, “Tidak,” kata Yi Soo hanya saja ia merasa kalau Tae San harus
tahu kabar ini.
Tae San : “Apa Se Ra ada di sampingmu?”
Se Ra membalikan badan sepertinya ia tahu kalau Tae San mengacuhkannya. Yi Soo berbohong kalau ia sedang berada di luar ruangan.
“Apa dia baik-baik saja?” tanya
Tae San. Yi Soo mengatakan kalau Se Ra mengalami stres yang
mengakibatkan kram di perut dan sekarang sedang diinfus karena dokter
menyuruhnya untuk beristirahat selama beberapa jam.
Tae San : “Kalau begitu pura-pura saja
kalau aku tak pernah mendapatkan telepon ini. Yi Soo tolong jaga dia!”
(gimanapun cueknya Tae San dia tetap khawatir ya)
Tae San menutup teleponnya. Yi
Soo bingung harus mengatakan apa pada Se Ra. Ia pun berpura-pura masih
bicara dengan Tae San, “Oh kau berada di luar kota. Baiklah hati-hati.”
Yi
Soo berbohong dan menyampaikan pada Se Ra kalau Tae San sedang berada
di lokasi proyek diluar kota. “Sangat jauh,” sahut Se Ra sedih tanpa
terasa air matanya menetes. Ia menangis sesenggukan.
Meari
sudah pulang ke rumahnya, ia berada di kamar menatap tas buatannya yang
sengaja akan ia berikan untuk Yoon sebagai hadiah ulang tahun.
Terdengar suara pintu dibuka, Meari buru-buru menutup kotak tempat ia menyimpan tas. Tae San masuk ke kamar adiknya.
Tae
San mengatakaan kalau lusa itu hari Se Ra mengikuti kompetisi, ia
berharap Meari mengirim SMS pada Se Ra untuk memberi semangat. Meari
akan mengirimnya nanti tapi Tae San menyuruhnya sekarang dan juga ia
ingin menyampaikan sesuatu pada Meari.
Meari bisa menebak apa yang akan
disampaikan kakaknya, pasti tentang Yoon. Tae San menjawab bukan
tentang Yoon, tapi tentang dirinya. “Im Meari, selama 2 tahun kau tak
berada disini, aku merindukanmu setengah mati. Jangan biarkan aku
mengirimmu ke tempat yang lebih jauh lagi.”
Meari jelas sedih mendengarnya, ia menahan air mata. Setelah kakaknya keluar kamar ia pun tak kuasa menahan kesedihannya.
Min
Suk menghadiri pesta dengan teman-temannya. Teman-teman Min Suk ini
datang dengan suami-suami mereka, hanya Min Suk yang datang tanpa suami.
Salah satu dari suami itu berkata kalau mereka harus sering mengadakan
pesta seperti ini.
Dan
ketidakhadiran Jung Rok membuat Min Suk menjadi bahan olok-olokan
teman-temannya. Min Suk tersenyum dan mengatakan kalau suaminya sibuk
jadi ia tak memberi tahu pesta ini pada suaminya. Mereka mengatakan
kalau suami Min Suk masih muda, jadi wajar kalau sibuk dan pasti tak ada
yang bisa dibicarakan dengan suami-suami mereka. Min Suk bilang tentu
saja karena mereka berbeda generasi.
Salah
satu teman Min Suk melihat kalau kulit Min Suk terlihat lesu jadi ia
berfikir kalau Min Suk sudah bercerai. Tapi Min Suk meminta temannya tak
perlu khawatir kalau ia bercerai, teman-temannya-lah menjadi orang yang
pertama tahu.
Untuk
menghilangkan semua penat Yoon berlatih baseball di lapangan sendirian.
Ia berlatih melempar bola, sudah banyak bola yang ia lembar hingga
tangannya terasa pegal. Beberapa kali ia melempar ke arah keranjang ada
yang masuk, tapi yang gagal ternyata lebih banyak.
Ketika
ia akan melempar lagi tiba-tiba Tae San sudah duduk di depan keranjang
dan berkata dalam bahasa kode. Yoon tak mengerti dan bertanya isyarat
apa itu.
“Apa yang kau lakukan? bermain sendirian tengah malam.” Kata Tae San menjelaskan isyaratnya.
“Lalu
bagaimana denganmu?” Yoon balik bertanya. Tae San mengatakan kalau ia
sudah menduga Yoon akan ada di lapangan. Ia kemudian memperagakan kode
lagi (kalau menurut saya itu seperti tanda love) Yoon tak mengerti, Tae
San melakukannya berkali-kali. Yoon tanya lagi apa artinya itu.
“Walaupun sedikit terlambat, selamat ulang tahun.” Ucap Tae San.
“Apa itu saja?” tanya Yoon sambil melempar bola ke arah Tae San dan ditanggap dengan baik oleh Tae San.
Tae San berdiri dan melempar bola ke arah Yoon, “Apa kau mau minum?”
Dan keduanya saling melempar dan menangkap dengan suasana hati yang lebih baik.
Tae
San dan Yoon ke bar Lee Jung Rrok (belum tahu nama bar-nya apa) disana
keduanya melihat Do Jin sedang minum sendirian. Tae San bergumam
ternyata ada banyak hati yang tengah kesepian hari ini. Do Jin heran
melihat Yoon datang, bukankah Yoon bilang padanya mau latihan. Yoon
balik berkata bukankah Do Jin juga bilang akan bekerja.
Tiba-tiba Jung Rok datang dan bertanya
seandainya ia meninggal maukah ketiga temannya ini datang ke
pemakamannya. Tae San kesal karena tiba-tiba ada pertanyaan omong kosong
seperti itu. Ia pun bertanya kapan. (kapan meninggal kok ditanya haha)
“Kalian akan datang atau tidak?” Jung Rok tanya lagi.
Tae San : “Memangnya penguburannya akan diadakan di Gangnam?”
Do Jin : “Kalau tak macet kami mungkin mampir, kenapa?” (haha)
Yoon : “Kami harus datang walaupun terpaksa.”
Jung Rok : “Kalian akan menyumbang berapa?”
Do Jin : “Seikhlasnya,”
Jung Rok : “Kalau begitu berikan uangnya dimuka padaku dengan penuh keikhlasan,”
(hahaha meninggal aja belum udah diminta uang sumbangan kematian haha)
Ketiga temannya jelas heran. Do
Jin bertanya sebenarnya Jung Rok ini mau mati atau butuh uang. Jung Rok
mengeluh kalau ia tak bisa hidup seperti ini. Ia benar-benar ingin
memberi tunjangan hidup lalu menceraikannya. Yoon kesal ada apa lagi
dengan temannya yang satu ini.
“Tapi apa kau bisa bercerai dengan
300rb won?” tanya Do Jin. Jung Rok kaget ia tak percaya teman-temannya
ini berencana menyumbang 100rb won. Tae San menambahkan kalau mereka
bertiga akan ikut membawa peti mati Jung Rok nanti. Tae San memberi Jung
Rok semangat.
Jung Rok tak habis pikir padahal ia
selalu percaya kalau mereka bertiga itu sahabatnya. “Tak beruntung
dengan istri dan juga dengan teman.” Ia mendapatkan SMS dari istrinya. ‘Datang kesini sekarang juga’
Jung Rok tersenyum pada
teman-temannya, “Apa? Kalian akan mampir kalau ada waktu? Menyumbang
100rb dengan ikhlas? Lebih baik kalian semua mencari uang lebih banyak
lagi. Bulan depan uang sewa kalian akan meningkat drastis. Menganiaya
orang hanya karena sehelai handuk? Im Meari, kau juga akan mati!”
Jung Rok pergi menyusul istrinya dan membuat ketiga temannya terheran-heran kenapa dia? Ada apa? Apa dia sudah gila?
Min
Suk masih berpesta dengan teman dan para suami mereka. Tepat saat itu
Jung Rok datang dengan penampilan sempurna bak seorang model yang
berjalan di atas catwalk. Semua mata melihatnya, sangat terkesan.
Min Suk pura-pura terkejut padahal ia
yang menyuruh suaminya datang, “Apa ini? Bagaimana kau tahu aku ada
disini?” Jung Rok juga berbohong mengatakan kalau ia baru selesai rapat
di lantai 3 dan sedang dalam perjalanan pulang menuju restouran Asia,
tapi ia melihat nama Min Suk didaftar tamu restouran. “Apa kau tak
menjawab teleponku karena sedang ada disini?”
“Bukankah sudah kubilang aku akan bertemu teman-temanku.” Min Suk mengenalkan Jung Rok pada teman-temannya.
Ketiga teman Min Suk langsung
diam tersenyum. Pesona Jung Rok sudah membuat mereka terkesan. Jung Rok
memperkenalkan dirinya. Bukan hanya para istri yang terpesona para suami
mereka pun begitu. “Kau lebih tampan dari yang kudengar,” Kata salah
satu suami mereka.
Min
Suk kembali berbasa-basi bohong, bukankah ia sudah bilang tak usah
datang dan suaminya pasti akan bosan dengan pesta seperti ini. Jung Rok
bersikap mesra dan bertanya apa Min Suk sudah makan. Min Suk menjawab
kalau ia makan sedikit. “Kau hanya makan sedikit setiap kali aku tak
bersamamu,” seru Jung Rok membuat teman-teman Min Suk iri.
Salah satu suami meminta
istrinya untuk mengambilkan air agar terlihat lebih mesra tapi si istri
menolak, “Memangnya tak ada pelayan disini?” (hahaha)
(Haha.. ternyata si Om yang satu ini bisa dipamerin di depan teman-temannya Min Suk ya. Kelihatan banget kalau teman Min Suk ini iri dan tentu saja membuat Min Suk sedikit lebih senang karena bisa membanggakan diri di depan teman-temannya)
Di
tempat latihan Golf Se Ra bertemu dengan Min Suk. Se Ra menyapa lebih
dulu, untuk apa Min Suk ke tempat latihan golf. Min Suk berkata kalau ia
mengganti jenis olahraganya. Ia tak tahu kalau Se Ra juga ada di tempat
latihan itu. Min Suk melihat sepertinya Se Ra mau latihan. Se Ra
berkata tentu saja, karena banyak berita buruk tentangnya akhir-akhir
ini. Min Suk mengatakan kalau ia juga melihat berita itu. Tapi itu yang
ia suka dari Se Ra.
Min Suk : “Kau tak pernah pura-pura anggun dan selalu berterus terang,”
Se Ra : “Karena kau sudah melihat berita itu seharusnya kau tahu bahwa aku sedang tak berminat berbincang denganmu hari ini,”
Min Suk : “Aku juga. Tapi kau yang menyapaku lebih dulu,”
Se Ra : “Lain kali aku akan pura-pura tak mengenalimu.”
Min
Suk tak yakin, “Sungguh? Tapi aku tak sedermawan Tae San. Keluarga Tae
San kaya dan aku membenci perempuan sepertimu yang mengencani pria hanya
karena uang mereka.”
Se Ra tetap bersikap santai tak
terpancing emosi, “Jadi kau mencemaskan Tae San? Kukira kau hanya iri
padaku. Sebenarnya aku iri padamu, dilahirkan ke dunia dengan sendok
perak di mulutmu. Orang tua kaya, otak pintar. Ditambah lagi penampilan
yang menarik. Tapi untunglah aku lebih muda.”
Min Suk tertawa dan berkata
kalau ia belum putus asa untuk membeli kemudaan dengan uang. Jadi ia
meminta Se Ra jangan merasa beruntung.
“Untunglah, aku beruntung!” ucap Se Ra lagi.
“Yang pasti gaya hidupmu tidak
ditujukan untuk berhemat.” Min Suk menyarankan jangan sampai Se Ra
meminjam dari rentenir, lebih baik kredit saja di bank dengan begitu Se
Ra akan beruntung. “Penuaan memang masalah yang menyedihkan, tapi menua
tanpa memiliki uang lebih menyedihkan dan sangat menakutkan. Kecantikan
akan memudar seiring waktu.”
Se Ra tertawa kesal mendengarnya.
Se
Ra mencoba pakaian sponsor yang akan digunakan untuk pertandingan golf.
Si pemilik toko sponsor memuji kalau pakaian itu sangat pas dipakai Se
Ra. Ia bertanya apa Se Ra tak cemas karena kompetisinya akan dimulai
besok. Se Ra bilang kalau ia sangat bersemangat.
Ada SMS untuk Se Ra dari Meari,
‘Karena kau akan beratanding, raihlah juara 1. Juara 2 tak cocok untukmu.'
Se Ra tersenyum membacanya.
Di
rumah Se Ra berkemas-kemas merapikan pakaian yang akan dibawa. Selama
seminggu ia akan berkompetisi jadi ia tak pulang ke rumah. Se Ra melihat
bola golf yang digambar Tae San, ia menatapnya sedih.
Yi
Soo masuk ke kamar Se Ra mengatakan kalau ia sudah mengemasi
perlengkapan mandi. Yi Soo sedikit mencemaskan Se Ra, ia ingin tahu apa
Se Ra baik-baik saja. Apa pihak rumah sakit mengatakan Se Ra tak apa-apa
karena pertandingan ini bukan hanya satu atau dua hari tapi selama
seminggu. Se Ra tak mempermasalahkan walau bagaimanapun ia harus tetap
bertanding untuk mendapatkan hadiah dan mengembalikan uang sewa Yi Soo.
Ia mengatakan kalau selama seminggu ini Yi Soo akan merasa nyaman jadi
tak perlu cemas dan bisa pulang kapan saja.
Yi Soo menarik nafas panjang, Se
Ra aneh melihatnya dan bertanya kenapa apa ada yang ingin Yi Soo
katakan padanya. Yi Soo berpesan agar Se Ra jangan terlalu stres dan
lakukan yang terbaik. Ia akan mendoakan Se Ra. Se Ra mengucapkan terima
kasih, kalau Yi Soo tulus mengatakannya.
Yi
Soo dikamarnya, pikirannya bimbang. Ia pun menghubungi Meari meminta
bertemu akhir pekan nanti. Meari akan menghubungi Yi Soo lagi nanti
karena ia sedang tak bisa bicara dengan gurunya. Ia berada di kantor
Yoon.
Meari
menyapa tapi Yoon bersikap seolah sibuk (atau mungkin memang sangat
sibuk) “Kakak tak memandangku sama sekali,” kata Meari.
Yoon menyuruh Meari pergi saja
kalau memang tak ada keperluan yang penting. Meari mengerti Yoon sangat
sibuk, ia akan meletakkan kadonya dan berkata kalau ia yang membuatnya
sendiri. Tapi Yoon meminta Meari membawa kembali. Meari jelas kecewa.
Pengacara
Kang masuk ke ruangan Yoon membawakan bungkusan dan berkata kalau
bungkusan itu dari pengadilan tadi. Seorang wanita bernama Lee Mi Gyung
yang mengirimnya. Dia menginginkan agar Yoon menikmatinya. “Kelihatannya
dia menyiapkan ini dalam rangka ulang tahunmu.” Pengacara Kang langsung
keluar setelah mngantarkan bungkusan itu.
Yoon
terdiam menatap bungkusan yang baru saja diterimanya. Meari ingin tahu
siapa Lee Mi Gyung. Yoon tak mau mengatakannya, tapi Meari bersikeras
ingin tahu. Ia menebak apa dia salah satu dari model-model, “Kenapa
kakak menolak hadiahku dan menerima itu?”
“Dia ibu mertuaku,” jawab Yoon pelan sambil terus menatap bungkusan kiriman mertuanya dan membuat Meari terdiam.
Yi Soo melamun menunggu Meari. Ia teringat Se Ra menangis ketika di rumah sakit.
Meari
datang dengan membawa barang yang diminta Yi Soo, album foto SMA Tae
San. Meari heran kenapa gurunya membutuhkan album foto kakaknya. Yi Soo
membolak-balik tiap halaman dan menempelkan kembali foto Tae San ke
tempat semula.
Meari makin tak mengeti apa yang
gurunya lakukan. Yi Soo mengatakan kalau ia tak bisa membuang atau
membakarnya, jadi ia mengembalikannya ke tempat semula.
Meari : “Kenapa? Apa guru sudah tak menyukai kakakku?”
Yi Soo : “Aku hanya ingin semuanya kembali ke tempat yang seharusnya.”
Meari
: “Guru, sesuatu telah terjadi kan? Walaupun aku tak tahu apa yang
terjadi, Dibandingkan Kak Se Ra ataupun kakakku, aku ada dipihakmu.”
Yi Soo berterima kasih tapi ia
berada dipihak Se Ra. Ia menutup album foto SMA Tae San yang artinya ia
juga mulai menutup hatinya pada Tae San.
Yi
Soo dan Meari jalan bersama. Meari berkata hanya karena Yi Soo
menempelnya lagi, bisakah foto yang sudah dilepas akan kembali seperti
semula. Itu hanya akan terlihat lebih lusuh. “Mengambil kembali
perasaanmu apakah sebanding dengan tidak pernah memberikanya? Itu hanya
kebohongan.”
Meari mendesah kata-kata yang ia
ucapkan tadi begitu puitis. Yi Soo berkata seharusnya ia menyarankan
Meari menjadi penyair. Meari merasa sepertinya orang dewasa melakukannya
dengan cara yang berbeda, bagaimana mungkin Gurunya bisa menyembunyikan
perasaan dengan sangat baik.
Yi Soo : “Mungkin orang yang
kusukai menjadi tak bahagia karena perasaanku padanya. Itu adalah dampak
buruk dari cinta yang bertepuk sebelah tangan.”
Ponsel Yi Soo berdering, Do Jin yang meneleponnya. Tapi Yi Soo tak segera menjawabnya. Meari pamit ia harus pergi kerja.
Do Jin menunggu jawaban telepon dari Yi Soo, tapi panggilan teleponnya tak juga diangkat.
Do Jin pun mengirim SMS pada Yi Soo.
‘Tae
San-ah. Guru Seo tak mau menjawab teleponku. Apa aku boleh tahu kenapa
dia tak mau menjawab teleponku? Menyedihkan sekali, cinta bertepuk
sebelah tangan ini’
Yi Soo membaca SMS nya. Do Jin menunggu balasan SMS yang tak kunjung datang.
Dua orang yang sedang galau.
Pegawai Do Jin mengatakan kalau Tae
San sedang berada di Galeri dan dia ingin Do Jin menyusulnya kesana. Do
Jin mengerti dan akan kesana sekarang.
Di
Galeri mereka berdua belanja berbagai keperluan yang akan digunakan
untuk perabot renovasi rumah Se Ra. Tae San memberi tahu kalau hari ini
pertandingan pertama Se Ra di Gangjeong jadi Se Ra tak akan berada di
rumah selama seminggu dan ia berencana menyelesaikan renovasi bar rumah
Se Ra.
Do Jin menyadari sesuatu, kalau begitu
Guru Seo akan sendirian di rumah. Tae San mengangguk dan berkata kalau
ia akan menemaninya. Tentu saja Do Jin tak suka mendengarnya.
Keduanya
melihat-lihat koleksi lampu. Do Jin bertanya apa merenovasi bar rumah
membutuhkan waktu yang lama, apa Tae San butuh bantuan. Tae San heran
dan bertanya kenapa, apa Do Jin tak suka ia berduaan dengan Yi Soo.
Do Jin : “Tingkahmu aneh,”
Tae San : “Benarkah?”
Do Jin : “Apa itu, kenapa kau terus mengujiku?”
Tae San : “Aku bukan mengujimu, tapi menguji diriku sendiri.”
Keduanya
sampai di depan rumah Se Ra dengan barang yang mereka beli dari galeri
tadi. Do Jin heran apa Tae San ingin ia yang mengerjakannya. Tae San
mengatakan kalau pemotongan kayunya sudah selesai hanya perlu mengikuti
rancangannya saja, sebagian sudah jadi dan yang lain masih setengah
jadi. “Kalau kau mengerjakannya terus menerus nanti malam bisa selesai.
Kau tahu sendiri kenapa kau harus malakukannya.”
Do Jin : “Aku? Apa?”
Tae San : “Kudengar Yi Soo menyukaiku,”
Wajah Do Jin menampakan keterkejutannya, ternyata Tae San sudah mengetahuinya tapi ia masih berpura-pura tak tahu, “Benarkah?”
Tae San : “Tapi kudengar kau juga sudah mengetahuinya.”
Do Jin terdiam
Tae San : “Kau sudah lama mengetahuinya, kenapa kau tak memberitahuku?”
Keduanya bertatapan lama, “Memangnya kenapa kalau kuberitahu? Toh hatimu tak akan goyah karena itu.”
Tae San : “Bagaimana kalau aku goyah?”
Do Jin sedikit menegang, “Kau goyah?”
“Kalian berdua,” tiba-tiba Yi Soo datang menyapa. “Sedang apa kalian disini?” Yi Soo tersenyum menatap keduanya.
Apa Yi Soo mendengar yang mereka bicarakan?
Bersambung ke episode 9
Tidak ada komentar :
Posting Komentar