Yoon dan Tae San berdiri di depan kaca
dengan bertelanjang dada. Sepertinya mereka selesai mandi. Yoon
mengeringkan rambut dan Tae San mengeringkan tubuhnya.
Jung
Rok datang membawa tas kosmetiknya. Ia mengeluarkan semua kebutuhan
perlengkapan ketampanan pria. (banyak banget udah kaya cewek aja malah
lebih banyak)
Kedua temannya heran, Tae San
tertawa dan menebak kalau itu pasti milik Min Suk. Jung Rok tak peduli
ocehan temannya, ia memakai cream di wajahnya. “Orang lain mengira kalau
aku terlahir sempurna. Padahal aku harus bekerja keras untuk
mendapatkan kesempurnaan ini.” Katanya.
Yoon menyahut kenapa tak sekalian pakai bulu mata palsu. Kemudian Jung Rok mengambil eye cream dan menunjukan cara memakainya.
Do Jin datang (tunggu dulu, diantara
mereka berempat hanya Jang Dong Gun sendiri yang ga buka baju dan memang
kayaknya dia sungkan deh coz badannya kan kurus hehe)
Tae
San dan Yoon menunjukan perlengkapan make up milik Jung Rok pada Do
Jin. Tae San mengatakan kalau itu lebih parah daripada calon pengantin.
Do Jin jadi salah tingkah dan berkata kalau Jung Rok sudah keterlaluan
menyiapkan make up seperti itu.
Yoon dan Tae San melihat gelagat yang
mencurigakan dari Do Jin. Keduanya merasa curiga dan mendekat ke arah Do
Jin. Do Jin mundur, tentu saja ini membuat Yoon dan Tae San semakin
curiga. Do Jin berbasa-basi menawarkan apa Yoon dan Tae San mau minum
sesuatu katanya sambil menyembunyikan sesuatu di saku celananya.
Yoon
meraih tangan kanan Do Jin dan disana tak ada apa-apa, lain halnya
dengan tangan kiri Do Jin yang disembunyikan di dalam saku celana. Tae
San menarik dan menemukan Do Jin tengah memegang pisau cukur alis,
warnanya pink lagi.
Do
Jin berusaha mengelak kalau ia baru saja mengambilnya, ia menunjukan
cara memakainya untuk mengancam di leher. Ketiganya tak percaya dan
berinisiatif memegang untuk mencukur habis alis Do Jin.
Jung Rok berusaha memegangi Do Jin yang meronta. “Buat dia seperti orang bodoh!”
Do Jin : “Apa kau pikir dengan begitu aku akan terlihat bodoh?”
Jung Rok : “Dimana kau membeli yang warna pink?”
Do Jin : “Tak akan kuberitahu.”
Jung Rok : “Beritahu aku!”
Do Jin : “Dimana kau merapikan alismu?”
Jung Rok : “Daerah Cheongdam,”
Do Jin : “Bawa aku kesana!”
Jung Rok : “Tak mau.”
Jung Rok : “Dimana kau membeli yang warna pink?”
Do Jin : “Tak akan kuberitahu.”
Jung Rok : “Beritahu aku!”
Do Jin : “Dimana kau merapikan alismu?”
Jung Rok : “Daerah Cheongdam,”
Do Jin : “Bawa aku kesana!”
Jung Rok : “Tak mau.”
Sementara kedua pria ini bergelut, Yoon dan Tae San mengambil make up milik Jung Rok dan menyimpannya di saku mereka.
Sinopsis A Gentleman’s Dignity Episode 9
Do
Jin dan Tae San sampai di depan rumah Se Ra. Do Jin heran apa Tae San
ingin ia yang mengerjakan rehab-nya. Tae San mengatakan bukankah Do Jin
tahu sendiri alasan kenapa Do Jin harus melakukannya. Do Jin tak
mengerti, “Aku? Apa?”
Tae San berkata kalau ia sudah
mendengar bahwa Yi Soo menyukainya. Do Jin sedikit terkejut tapi ia
masih bersikap seolah tak tahu. Tae San juga bilang kalau ia mendengar
Do Jin juga sudah mengetahuinya. “Kau sudah lama tahu kenapa kau tak
memberitahuku?”
Do Jin bertanya memangnya kenapa kalau
ia memberitahu, toh Tae San tak akan goyah karena itu. Tae San
berandai-andai bagaimana kalau dirinya goyah. Apakah ia harus menolak
seorang wanita hanya karena Do Jin menyukai wanita itu. Kalau dia
seseorang seperti Yi Soo ia tak akan bisa mencegah perasaannya tumbuh
pada Yi Soo.
Do Jin : “Lalu apa kesimpulanmu?”
“Kalian
berdua,” tiba-tiba Yi Soo datang dan menyapa keduanya sebelum sempat
Tae San menjawab pertanyaan Do Jin. “Sedang apa kalian disini?”
Kedua pria ini jelas terkejut,
Tae San mengatakan kalau ia baru saja akan menelepon Yi Soo. Ia sedang
menyiapkan hadiah kejutan untuk Se Ra. Ia minta maaf karena mengganggu
Yi Soo. Ia harus kembali ke lokasi proyek jadi ia menyerahkan semua
pekerjaan rehab rumah pada Do Jin. Kelihatannya saja Do Jin memang tak
bisa diandalkan tapi dia bisa bekerja dengan baik.
“Situasi yang canggung seperti ini tak akan bisa diperbaiki dengan pujianmu yang indah, itu,” sindir Do Jin.
Tak lupa Yi soo mengucapkan
selamat atas hari jadi Se Ra dan Tae San yang pertama, ia akan masuk dan
bersih bersih dulu. Yi Soo berjalan melewati dua pria ini tanpa menyapa
Do Jin.
“Ya aku juga senang bertemu denganmu,” sahut Do Jin pada Yi Soo. (ga nanya haha)
Mendengar itu Yi Soo berbalik, “Kim Do Jin jadi kau juga ada disini,” (dari tadi juga ada ga kelihatan apa haha)
Do Jin : “Bagaimana mungkin kau mengabaikan seseorang dengan penampilan sepertiku?”
Tae
San minta Yi Soo jangan mempedulikan Do Jin lebih baik segera masuk
saja. Setelah Yi Soo masuk Tae San bertanya pada Do Jin kira-kira tadi
Yi Soo mendengarnya tidak karena ia berharap kalau Yi Soo mendengar apa
yang ia katakan tadi. Do Jin menyahut akhirnya Tae San tergila-gila
setelah hidup selama 40 tahun. Tae San menyangkal tergila-gila apa,
cinta monyet seperti itu dengan Eun Hee saja sudah cukup. Wajah Do Jin
langsung berubah begitu mendengar nama Eun Hee. Ia meminta Tae San
jangan merubah arah pembicaraan, ia ingin tahu apa jawaban Tae San
tentang Yi Soo.
Tae San : “Jawabanku? Kalau aku masih
20 tahun, tanpa pikir panjang aku akan mengencani keduanya. Kalau aku
masih 30 tahun, aku akan pikir-pikir tapi tetap saja aku akan mengencani
keduanya. Tapi sekarang kita sudah 40 tahun, karena itu, walaupun aku
bimbang aku tetap memilih Se Ra.”
Do Jin : “Kenapa?”
Tae San : “Se Ra sudah berkali-kali
goyah tapi dia tetap berada di sisiku. Tapi kalau kau tulus terhadap Yi
Soo, aku merasa kasihan padamu. Kau tertarik pada wanita yang
menyukaiku. Sebenarnya ada apa denganmu?”
Tae San meminta Do Jin melupakan apa
yang baru saja ia ucapkan, ia sangat menyayangkan karena diantara orang
yang ia kenal seseorang dengan penampilan seperti Do Jin sudah dianggap
tampan. Tae San pamit, ia akan membayar jasa Do Jin merehab per jam.
Tapi kalau Do Jin tak mau ia akan mengerjakannya sendiri. Do Jin tentu
saja menerima, bukan karena bayarannya tapi waktu kebersamaannya dengan
Yi Soo lah yang dicari.
Setelah
Tae San pergi Do Jin bertanya pada pekerja disana apa sudah selesai.
Mereka bilang tinggal memulai pekerjaannya saja. Tapi Do Jin menolak, ia
bisa memulainya sendiri setelah pekerja itu pergi. Dua pekerja itu
terheran-heran.
Yi
Soo melihat isi rumah yang berantakan penuh dengan barang-barang yang
akan digunakan untuk merehab. Do Jin masuk, Yi Soo bertanya dimana para
pekerjanya. Do Jin malah bertanya siapa yang lebih Yi Soo sukai diantara
kedua pekerja tadi. Yi Soo bilang bukan begitu ia bingung apa yang
harus dilakukannya dengan semua barang-barang ini.
“Apa
bagimu aku tak begitu kompeten?” Do Jin melepas jaket bersiap memulai
rehab. Yi Soo ingin tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk rehab.
Do Jin menjawab sekitar 1 minggu. Yi Soo langsung ke kamar dan tak
berapa lama kemudian ia keluar sudah berganti pakaian.
Yi
Soo bertanya mana dulu yang harus dikerjakan, ia akan membantu Do Jin
dan berharap semua ini bisa selesai dalam waktu 3 hari. Do Jin
meremehkan apa Yi Soo yakin mau membantu karena nanti kemungkinan Yi So
akan malu-malu. Yi Soo janji tidak akan dan bertanya apa yang harus ia
kerjakan pertama kali.
“Menyanyi,” sahut Do Jin. “Kau pintar menyanyi.” Hahaha.
Yi
Soo menggenggam banyak sekrup di kedua tangannya. Do Jin memilih-milih
sekrup mana yang cocok dan oh kesempatan hihi ia sekalian menyentuh
tangan Yi Soo sambil mengelusnya, mengelus tiap jemari Yi Soo.
Tentu saja Yi Soo kesal karena
tak sabar, ia bilang kalau semua sekrup itu sama saja. Do Jin bilang
kalau kelihatannya memang sama tapi sebenarnya terdapat perbedaan 1
mikron. Dengan peberdaan 1 mikron itu setelah beberapa lama akan muncul
1cm celah. Yi Soo tak percaya benarkah, Do Jin terus memegang tangan Yi
Soo memilih-milih sekrup. Yi Soo kesal setengah mati melihatnya.
Do
Jin harus memasang sekrupnya, ia minta Yi Soo meletakan semua sekrup
itu dan membantunya. Yi Soo membantu Do Jin memegang kayu. Bukan Do Jin
namanya kalau tak mengambil kesempatan. Do Jin melubangi kayu dengan bor
dan posisinya membuat Yi Soo jengah, seperti back hug. Hihi.
Yi Soo kesal apa yang Do JIn lakukan.
Do Jin meminta Yi Soo jangan bergerak, karena bor ini sangat berbahaya.
Selesai mengebor Yi Soo menarik nafas dalam-dalam, Do Jin berkata kalau
Yi Soo terlihat malu-malu. Yi Soo jelas kesal atas apa yang Do Jin
lakukan tadi. Tapi Do Jin beralasan ia tak punya alasan lain, memang
seperti itu memasangnya dari depan bukan dari samping.
Yi
Soo sewot seharusnya Do Jin memberitahu padanya. Do Jin tak menanggapi
dan berkata kalau selanjutnya mereka akan memasang lampu. Ia menyuruh Yi
Soo pergi mengambil tangga. Yi Soo dongkol bukan main dan memberikan
kepalan tangannya pada Do Jin, seolah ia benar-benar ingin memukul. Do
Jin kaget tak menyangka. Yi Soo sadar diri dan minta maaf karena ia
selalu bertindak tanpa berfikir dulu. Yi Soo langsung keluar untuk
mengambil tangga.
Apa yang terjadi ketika memasang lampu.
Yi
Soo memegangi tangganya. Tapi Do Jin menyuruh Yi Soo naik. Yi Soo heran
kenapa ia harus ikut naik. Do Jin bilang kalau Yi Soo harus menahan
lampu supaya ia bisa memasangnya. Yi Soo mengerti dan ia pun naik untuk
memegang lampunya.
Do
Jin memasang sekrup, awalnya Yi Soo memperhatikan lampu yang tengah
dipasang tapi lama-kelamaan pandangan matanya beralih menatap wajah Do
Jin yang tengah sibuk memasang lampu.
Do
Jin sadar kalau ia sedang diperhatikan, ia pun menatap balik Yi Soo. Yi
Soo jelas salah tingkah tapi keduanya bertatapan lama.
“Jangan coba-coba menciumku!” larang Yi Soo.
“Oh jadi kau menyukainya,” seru Do Jin. “Aku hanya ingin memintamu untuk memalingkan kepalamu.”
Yi
Soo gugup dan memalingkan wajahnya sambil tetap memegangi lampu yang
tengah dipasang. Do Jin melanjutkan pekerjaannya dan ia pun kembali
mencuri kesempatan, sambil memasang lampu wajahnya ia dekatkan ke tangan
Yi Soo hehe.
Do Jin kembali menatap Yi Soo
dan menyuruh untuk memegang lampunya baik-baik. Do Jin turun dari
tangga, Yi Soo tanya berapa lama lagi ia harus memegangnya. Do Jin tak
menjawab dan berkata kalau ia lapar. Yi Soo menyadari sesuatu, ia
melepas pelan lampunya dan ternyata lampu itu sudah menempel baik di
langit-langit. Yi Soo jelas kembali kesal karena sudah dibodohi hehe.
Yi Soo mau turun tapi ia hampir
jatuh dan Do Jin memegangi tangannya. Yi Soo akan menarik tangannya tapi
Do Jin menahannya kuat-kuat, “Pengangan padaku aku tak mau kau melukai
dirimu sendiri.” Yi Soo pun turun pelan-pelan.
Yi
Soo masih tak mengerti dari sekian banyak hadiah yang bisa diberikan
kenapa harus memberi bar rumah. Do Jin berkata daripada ke bar bersama
laki-laki asing lebih baik minum di rumah. “Walaupun kau bisa tetap
minum dengan laki-laki lain di rumah tapi dengan taraf kecerdasan yang
dimiliki Tae San aku ragu apakah dia akan memikirkan sejauh itu.”
Yi Soo berkata tentu saja karena hanya
pria yang sering membawa wanita ke rumahnya yang akan memikirkan hal
semacam itu. (Yi Soo nyindir Do Jin nih) Do Jin sadar kalau ia tengah
disindir dan mengatakan kalau ia tak pernah lagi melakukannya karena
seseorang tak menyukai yang ia lakukan. Yi Soo sepertinya tahu kalau
yang dimaksud itu dirinya dan ia melihat sepertinya Do Jin kecewa karena
Do Jin bisa meneruskannya jadi kenapa berhenti. Do Jin bilang kalau ia
tak bisa melakukannya lagi karena ia sudah tertangkap basah.
Do Jin kembali berkata kalau ia
benar-benar lapar. Apa Yi Soo tak punya sesuatu yang bisa dimakan. Yi
Soo merasa tak baik kalau memasak di ruangan yang penuh debu seperti
ini. Yi Soo menawarkan sandwich. Karena tak ada pilihan lain Do Jin tak
masalah.
Meari
ke rumah Do Jin, tentu saja untuk menemui Yoon. Ia membawa seikat bunga
dan juga tas yang ingin ia berikan sebagai hadiah ulang tahun untuk
Yoon. Ia menekan bel rumah tapi tak ada yang membukakan pintu. Sadar
kalau di rumah itu tak ada siapapun, Ia menekan password pintu rumah
sama seperti ia menekan password pintu rumahnya. Dan ternyata memang
benar passwordnya sama.
Meari
tersenyum melihat celemek bunga yang ia dengar dari Do Jin. Ia juga
melihat perabotan piring dan mangkuk yang baru. Tenyata yang dikatakan
Do Jin benar, Yoon membelinya.
Yi Soo membeli sandwich, sambil menunggu pensanannya dibungkus ia teringat perbincangan Tae San dengan Do Jin di rumah Se Ra.
(Tuh
kan Yi Soo denger) makanya sebelum Tae San menjawab pertanyaan Do Jin
buru-buru ia menyapa keduanya untuk mencegah Tae San bicara lebih
panjang lagi.
Yi Soo melamun sampai-sampai panggilan pelayan membuatnya terhenyak kaget.
Yi
Soo sampai di rumah dan melihat Do Jin tertidur di kursi. Ia duduk di
meja memperhatikan Do Jin tidur, menatap dan terus menatap Do Jin.
Lama Yi Soo menatapnya, tatapannya pun mulai sendu. “Apa aku boleh membuka mataku?” tiba-tiba Do Jin bertanya.
Yi
Soo jelas kegat ia tak menyangka kalau Do Jin tak tidur. Do Jin membuka
mata dan memandang Yi Soo, “Apa kau sudah membeli sandwich-nya?”
“Ya.” Yi Soo menjawab singkat.
“Apa kau membeli yang paling enak?”
“Ya,” Yi Soo kembali menjawab singkat.
“Tak bisakah kau menyukaiku walaupun hanya sedikit?”
Deg... Yi Soo jelas tak menyangka dengan pertanyaan Do Jin keduanya kembali berpandangan lama dan lebih dalam.
Yi Soo berusaha memalingkan wajah dan
akan pergi dari sana tapi Do Jin menahan tangan Yi Soo agar tetap duduk
disana. Do Jin menanyakan apa Yi Soo sudah menyalakan laptop yang ia
berikan. Yi Soo menjawab belum (padahal sudah) Do Jin tanya kenapa.
Hanya belum saja kata Yi Soo ia pun balik bertanya kenapa, apa di
dalamnya ada sesuatu yang berharga untuk dilihat.
Do
Jin menarik Yi Soo dan menjatuhkannya ke kursi, “Kalau kau
menyalakannya kau bisa melihat bagaimana penampilanmu di ranjangku tapi
kau memakai pakaian yang jauh lebih bagus daripada ini.”
Mendengar komentar tentang
bikininya Yi Soo mengancam kalau ia akan benar-benar memukul Do Jin
nanti. Do Jin menilai Yi Soo suka bermain kasar tapi menurutnya itu
bagus. Ia memberitahu kalau ia membuat folder di laptop namanya ‘Rahasia
kehidupan pribadi Kim Do Jin’
Yi Soo bilang kalau folder itu
tak ada. “Berarti kau sudah menyalakannya,” kata Do Jin hehe. Ia merasa
kalau Yi Soo itu pembohong dan bertanya-tanya ada berapa banyak
sebenarnya julukan Yi Soo.
Yi Soo meminta Do Jin melepaskannya.
Do Jin menurut dan meminta Yi Soo mencari folder itu. Tapi Yi Soo tak
peduli tentang itu. Do Jin meyakinkan kalau folder itu benar-benar ada
dan Yi Soo bisa menggunakan kesempatan ini untuk melihatnya. “Kau akan
menemukan sebuah dunia baru.” Kata Do Jin.
Do Jin tanya apa sandwich-nya boleh
dibawa pulang. Yi Soo heran apa Do Jin mau pergi. Do Jin kembali
bertanya apa ia boleh tidur disini malam ini. Yi Soo tentu saja tak mau
dan menyuruh Do Jin cepat pergi.
Di dalam mobil menuju pulang Do Jin tersenyum-senyum sendiri, “Aku benar-benar tak ingin pergi!” katanya.
Yi Soo membuka lemari pakaian untuk memilih baju mana yang akan ia kenakan besok.
‘Tak bisakah kau menyukaiku walaupun hanya sedikit?’ Terngiang dalam ingatanya Do Jin mengatakan itu.
Yi Soo berusaha melupakan kejadian
tadi dan mengatakan kalau besok jadwal mengajarnya penuh. Dan ucapan Do
Jin itu terus terngiang di kepalanya. Yi Soo kesal ia bisa gila dengan
suara itu.
Dan Yi Soo pun menjatuhkan tas
yang di dalamnya ada baju rajutan benang merah yang dulu terurai karena
tersangkut tas Do Jin. Yi Soo pun tersenyum mengingatnya.
Ponsel Yi Soo berdering, ibunya
yang menelepon. Raut wajahnya berubah, ia tak menjawab dan membiarkan
teleponnya terus berdering.
Yoon
sampai di rumah dan terkejut melihat ada bunga di meja kamarnya. Disana
juga ada bingkisan dan pesan yang ia ketahui itu pasti dari Meari,
“Maaf karena sudah mengacaukan pesta ulang tahunmu. Meskpun terlambat
selamat ulang tahun. Meari.”
Yoon membuka bingkisan yang isinya sebuah tas dan itu dibuat sendiri oleh Meari. Disaat bersamaan Do Jin sampai di rumah.
Min
Suk siap tidur tapi ia terkejut melihat suasana kamar yang berubah
romantis penuh dengan lilin. Di tempat tidur Jung Rok sudah menunggu
dengan setangkai mawar di mulutnya. Min Suk heran apa ini. Jung Rok
mengatakan kalau pada saat Min Suk mandi ia menyiapkan semuanya, apa
istrinya suka. Ia bahkan memutarkan musik favorit Min Suk.
Jung Rok meminta Min Suk duduk dan
minum anggur bersama, tapi Min Suk berjalan ke arah tempat tidur dan
langsung berbaring. Jung Rok menilai istrinya terlalu terburu-buru. Ia
langsung menuju tempat tidur menyusul istrinya.
Jung
Rok tanya apa Min Suk mengintip video download-an miliknya. Min Suk tak
menjawab ia hanya meminta lengan suaminya. Jung Rok jelas heran dan
menabak apa Min Suk mau mengikatnya. Min suk sedikit tertawa dan berkata
kalau itu akan ia jadikan sebagai bantal. Jung Rok nurut dan meletakkan
lengannya di bawah kepala istrinya. Ia menjadikan lengannya sebagai
bantal. “Apa kau mau tidur? Apa kita tak akan melakukan apapun?”
Min
Suk sudah mulai memejamkan mata, ia meminta Jung Rok menepuk-nepuk
dirinya. Jung Rok makin heran, menepuk-nepuk dimana. Apa Min Suk
mengalami gangguan pencernaan.
“Tepuk-tepuk sampai aku
tertidur,” pinta Min Suk lirih. Jung Rok mengerti dan segera
melakukannya. Ia masih bingung bukankah Min Suk mengalami insomnia. Min
Suk meminta suaminya terus menepuk-nepuk dirinya hanya sampai ia
tertidur. Jung Rok akan melakukannya, ia berujar apa susahnya melakukan
itu.
Min Suk tetap memejamkan
matanya, “Benar. Memang mudah melakukannya. Yang kuinginkan darimu,
hanya ini. Bukan dengan semangat tapi dengan kehangatan.”
Jung Rok tak mengerti, “Dengan kehangatan? misalnya?”
Min Suk : “Tinggallah disisiku
seperti ini. Tepuk-tepuk aku dengan lembut hingga aku tertidur.
Kadang-kadang menghadapmu, kadang memunggungimu. Bisa menatap wajahmu
ketika aku membuka mata di pagi hari, seperti ini.”
Min Suk berbalik badan memunggungi Jung Rok dan membuka matanya, “Aku terlalu sibuk membencimu. Satu musim berlalu begitu saja.”
Jung Rok terdiam dan terus menepuk-nepuk istrinya hingga tertidur.
Di
sekolah Guru Park datang terlambat dan bertanya apa rapatnya sudah
selesai. Yi Soo menjawab baru saja selesai. Guru Park memegangi
kepalanya dan bertanya apa yang dikatakan kepala sekolah apa Yi Soo
mengatakan kalau ia sakit. Yi Soo menjawab ya dan kepala sekolah
berpesan supaya hati-hati agar tak jatuh sakit. Guru Park jelas senang
dan sangat kelihatan kalau sakitnya itu hanya alasan saja huft...
Dong
Hyub menemui Yi Soo. Ia memberikan tugas yang Yi Soo berikan untuknya.
Tugas menyalin buku. Yi Soo heran karena secepat itu Dong Hyub
mengerjakannya, ia pun memeriksa dan tulisannya macam-macam yang pasti
ditulis lebih dari 3 orang deh.
Yi Soo bergumam kalau Dong Hyub
menyalinnya dengan bentuk huruf yang berbeda-beda dan juga pulpennya tak
sama. Dong Hyub menyahut kalau itu namanya keahlian. Yi Soo sudah bisa
menebak itu pasti dilakukan secara berkelompok, ia ingin tahu yang mana
tulisan Dong Hyub. Dong Hyun menjawab kalau semua itu tulisan tangannya,
ia beralasan gaya penulisannya belum stabil jadi tulisannya
berubah-ubah.
Yi Soo mengambil dua buku yang
tebalnya lumayan, ia ingin menstabilkan tulisan Dong Hyub. Kalau kali
ini Dong Hyub tak melakukannya sungguh-sungguh maka lain kali akan
menjadi dua kali lipat. Dan kalau masih begitu ia pun terpaksa akan
menambah kelipatannya, 4 salinan 8 salinan 16 salinan. Dong Hyub
menerima buku dan segara pergi dari ruang guru.
Meari
dan Colin makan siang bersama di sebuah restouran. Colin membuka pintu
restouran dan masuk lebih dulu. Meari menegurnya dan berkata kalau di
negera timur yang namanya sopan santun itu ada dasarnya, yang lebih tua
dulu yang masuk.
Colin berdiri dan mempersilakan
Meari masuk dengan sikap cuek-nya. Meari tertawa dan menilai kalau gaya
Colin ini sungguh aneh. Ia juga sekolah di luar negeri tapi ini bukanlah
kesopanan umum di Jepang atau Amerika.
Meari
terdiam begitu melihat Yoon dan Pengacara Kang makan bersama. Ia jelas
sedih dan kecewa melihatnya. Pengacara Kang melihat kedatangannya dan
menyampaikan pada Yoon. Yoon menoleh tapi bersikap tak peduli dan
membicarakan masalah pekerjaan dengan Pengacara Kang.
Colin menarik kursi untuk
dirinya sendiri di belakang Yoon tapi Meari memaksa meminta ia yang
duduk disitu. Colin pun pindah dan duduk di depan Meari.
Dan tentu saja ada percakapan
antara Pengacara Kang dan Yoon membuat Meari cemburu. Pengacara Kang
berkata manis kalau Yoon terlalu memilih-milih makanan.
Colin
tanya siapa dia (Yoon) karena waktu itu dia juga ada di kafe tempat
Meari bekerja. Meari melihat pantulan bayangan Yoon dari teko yang ada
di depannya, ia tak menjawab apa yang ditanyakan Colin, ia terus menatap
teko. Colin menebak jangan-jangan Meari dan Yoon mempunyai love line.
Karena letak duduk yang tak terlalu jauh Yoon juga bisa mendengarkan apa
yang dikatakan Colin.
Colin akan menuangkan minuman tapi Meari melarang Colin mengangkat tekonya. “Kami Romeo dan Juliet, kenapa?”
Colin : “Lalu kenapa kau duduk disitu? Kau bisa melihatnya lebih jelas dari sini,” (dari tempat duduk Colin)
“Karena disini lebih dekat,”
kata Meari. “Dan dia bisa mendengar suaraku,” Meari sengaja mengeraskan
suara agar Yoon bisa mendengarnya.
Yoon
pamit lebih dulu, Pengacara Kang langsung menyusulnya. Yoon membayar
makanan di kasir. Meari terus memperhatikan Yoon. Colin tanya apa
pekerjaannya, Meari menjawab pengacara.
Colin tersenyum, “Pengacara,
Arsitek, Pemilik kafe. Keempatnya menjadi orang sukses. Kenapa kalian
Romeo and Juliet? Apakah saham yang direkomendasikan pria itu berubah
jadi sampah?”
Meari menjawab kalau keluarganya
tak akan bangkrut hanya kerana jumlah sekecil itu. Dan Yoon sudah tak
ada di restouran. Meari marah-marah karena Colin terus mengajaknya
bicara jadi ia kehilngan jejak Yoon. Colin memerikan buku menu agar
Meari bisa memilih makanan.
Di kantor Hwa Dam, Do Jin dan Tae San mengadakan rapat dengan stafnya membahas proyek yang sedang mereka kerjakan.
Manajer Choi memaparkan
berdasarkan ide dari Tae San, mereka akan membangun air terjun buatan
dan air akan mengalir dengan bantuan air terjun dan tentu saja itu akan
menghemat biaya jika dibandingkan dengan metode sebelumnya.
Staf wanita Do Jin mengantarkan
minuman tapi Do Jin ingin es batu. Staf wanita mengatakan kalau mereka
kehabisan es tapi sekarang sedang dibuat. Ia menawarkan bagaimana kalau
es nya diganti air es. Do Jin mau, (Do Jin suka yang dingin-dingin ya)
Do
Jin bertanya pada stafnya bagaimana komentar klien tentang idenya.
Stafnya mengatakan kalau klien mereka sangat setuju karena tak ada yang
lebih menarik daripada pengurangan biaya. Staf yang lain juga memuji ide
ini, siapa lagi kalau bukan idenya Tae San. Ia bahkan sempat berfikir
kalau Tae San itu Archimedes.
Staf wanita membawa air es yang diminta Do Jin di botol, kayaknya ga diminum deh cuma dipegang-pegang aja hehe.
Tae San menyadari kelebihannya
bahkan ia sendiri pun terkejut dengan idenya. Ia menebak apa Do Jin
mentraktir mereka makan siang. Do Jin bilang tidak.
“Kalau begitu apakah kepala bagian?”
Kepala bagian agak ragu-ragu mengatakannya.
“Manajer
Choi,” sahut Do Jin. Menajer Choi langsung menolak kalau diminta ia
yang mentraktir. Ia beralasan kalau ia memiliki 3 anak. Do Jin memandang
air es di botol yang ia pegang kenapa ia tak memikirkan ini, “Dimana
kita menyelesaikan proyek Court Island?”
“Di Chuncheon,” jawab Manajer Choi.
“Chuncheon
ada di Gangwon,” Do Jin bertanya kira-kira seperti apa musim dingin di
Gangwon. Stafnya bilang kalau disana sangat dingin.
Do Jin bertanya-tanya bagaimana
kalau membeku. Ia mengatakan kemungkinan-kemungkinan jika air di sana
membeku otomatis air disana akan meluas. Apa yang akan terjadi pada
betonnya ketika air ini meluas. Stafnya minta maaf karena hal ini tak
terfikirkan oleh mereka dan karena ini juga proyek air pertama mereka.
Tae San mengambil kesimpulan atas apa
yang disampaikan Do Jin, kalau air didalam membeku maka akan merusak es
di pinggirnya dan solusinya mereka akan memasang lilitan pemanas di
sekitarnya. Tae San terkesan dengan apa yang Do Jin sampaikan.
Setelah
mengungkapkan ide itu, Do Jin meminta semuanya melupakan tentang 200
juta yang dipotong dari 24 bulan gajinya. Tae San jelas tak mau karena
itu sudah menjadi resiko Do Jin yang sudah menghilangkan kontrak senilai
200 juta. ia mengajak semuanya makan siang.
Do
Jin ngomel bukankah mereka sudah mendapatkan uangnya kembali. Tae San
berkata kalau itu berkat staf mereka yang ikut andil dalam penyelidikan
rahasia, “Kita harus banyak makan kotoran untuk mendapatkan uang itu.”
“Aku tak mau makan,” bentak Do Jin kesal. “Karena kau mengatakan kotoran.” Tapi ia pun segera bergegas menyusul Tae San.
Di
luar kantor Hwa Dam, Colin menelepon ibunya (what? bukankah diawal
rencana drama ini Ibu Colin sudah meninggal, dan ternyata memang terjadi
perubahan skenario)
Colin mengatakan pada ibunya
kalau ia pergi dari rumah. Ia ingin sedikit memberontak, ia juga
mengatakan kalau sekarang ia berada di Korea. Ia sangat terkesan dengan
keindahan Korea. Ia bertanya-tanya kenapa ibunya meninggalkan tempat
seindah ini.
Colin tersenyum mendengar ibunya
marah-marah dan berkata kalau tentu saja ia masih hidup bukankan
sekarang ibunya sedang bicara dengannya. Colin mempertanyakan apakah
ibunya yang membekukan kartu kreditnya dan itu membuatnya malu di depan
seorang gadis. Ia menilai kalau gadis itu sangat cantik. (Meari kan?)
Colin mengancam kalau ibunya tak
mengembalikan kartu kreditnya ia akan mendekati orang lain dan
kemungkinan orang lain itu berjumlah 4. Ia meminta pendapat ibunya
bukankah tak apa-apa kalau ia mendekati 4 orang itu. Tapi telepon keburu
terputus mungkin ibunya kesal. Colin menganggap ibunya setuju dengan
idenya.
Do
Jin dan Tae San keluar dari kantor Hwa Dam diikuti staf mereka. Colin
pun melihat mereka. Tatapannya tertuju ke arah Do Jin sambil melihat
foto yang ia bawa.
Di
Turnamen Golf, Se Ra yang banyak pikiran tak bermain baik. Ia pun
sangat kecewa dengan penampilannya apalagi lawannya yang usianya lebih
muda mampu bermain baik.
Reporter mengatakan kalau
sebelum kompetisi Se Ra menyampaikan kalau ia sudah kehilangan rasa
percaya diri dan pertandingan kali ini tak berpihak pada Se Ra. Ini juga
dikarenakan Se Ra sudah beristirahat cukup lama jadi sulit untuk
memperbaiki kualitas permainan dan sekarang Se Ra berada diurutan 11.
Ditambah lagi sekarang hari terakhir kompetisi.
Tae
San menonton pertandingan melalui layar ponselnya. Do Jin melihat jam
tangannya dan menyurh Tae San cepat melihat permainan Se Ra secara
langsung. Tapi Tae San bilang itu tak perlu, ia kembali melanjutkan
makannya.
Do
Jin tak habis pikir pertengkaran seperti apa yang tak selesai-selesai.
Daripada membuat 100 bar rumah lebih baik datang melihat pertandingan.
Tae San berkata kalau Se Ra akan baik-baik saja.
Se
Ra melihat ke sekeliling penonton, ia jelas kecewa karena tak melihat
orang yang ia harapkan datang. Ia bertambah kesal ketika lawannya
berusaha memecah konsentrasinya dengan cara menjatuhkan bola sehingga
bola itu menimbulkan suara. Si lawan hanya mengangkat tangan tanda minta
maaf padahal tadi sengaja.
Do
Jin menyuruh stafnya berhenti bekerja. Mereka harus menghentikan apapun
yang mereka kerjakan karena ada masalah mendesak yang harus mereka
selesaikan. Tapi staf Do Jin bilang kalau mereka sedang menyiapkan
presentasi untuk Court Island. Do Jin tahu itu tapi ia minta stafnya
mengerjakan yang darurat dulu.
Do
Jin menghubungi Yoon, ia minta Yoon membatalkan semua jadwal dan
menunggu teleponnya. Ia kemudian menghubungi Jung Rok dan mengatakan
kalau Jung Rok harus ikut dengannya. Sepertinya Jung Rok menolak dengan
alasan sibuk tapi Do Jin mengancam, kalau Jung Rok sibuk haruskah ia
memberitahu Min Suk tentang rahasia Jung Rok. Dan ancamannya pun mempan
alias berhasil hehe.
Tae San bekerja tak tenang, pikirannya
jelas tertuju ke Se Ra yang sedang berkompetisi. Tanpa berfikir panjang
lagi ia pun segera cabut.
Do Jin, Yoon dan Jung Rok berada di mobil Do Jin. Kemana mereka? Kemana lagi ke tempat pertandingan Se Ra.
Jung Rok benar-benar tak
mengerti kenapa Tae San dan Se Ra masih pacaran. Mereka selalu
bertengkar. Yoon menyahut kalau Jung Rok tak berhak mengatakan itu
karena Jung Rok sendiri sudah berkali-kali diusir Min Suk. Jung Rok
membela diri ia berbeda dengan Tae San. Kalau dirinya dan Min Suk itu
suami istri.
Do Jin : “Karena siapa kalian jadi suami istri? Apa kau mau menjadi mantan suami Park Min Suk?”
Mendengar Do Jin mengancamnya, Jung Rok langsung memijat bahu Do Jin, “Apa kau tak lelah? Apa mau kugantikan menyetir?” Hehe
Do Jin risih meminta Jung Rok jangan menyentuhnya.
Yoon
berseru begitu ia melihat mobil Tae San yang menyalip mobil Do Jin
dengan kecepatan tinggi. Do Jin kesal seharusnya Tae San itu berangkat
dari tadi. Jung Rok merasa kalau Tae San itu menginjak gas-nya
kuat-kuat, mobilnya seakan terbang.
“Betty juga bisa seperti itu, tapi dia taat aturan,” sahut Do Jin membanggakan mobilnya tapi ia tak mau ngebut. Hahaha.
Yoon mendesah tak mau mendengar
omong kosong Do Jin. Jung Rok melongok ke kaca mobil melihat dirinya
lewat pantulan kaca dan memuji kalau ternyata ia tampan hehe. Yoon jelas
makin kesal mendengar omong kosong kedua temannya ini.
Se Ra melihat penampilan lawannya yang bermain cukup baik dan mendapat banyak tepuk tangan dari penonton.
Sekarang
giliran Se Ra, dan terdengar riuh penonton. Se Ra celingukan mencari
sumber suara. Ia melihat Tae San, Do Jin, Yoon dan Jung Rok datang
melihat pertandingannya. Tae San memberi semangat pada Se Ra. Do Jin,
Yoon dan Jung Rok membentangkan spanduk untuk menyemangati Se Ra.
Ini tentu saja menjadi semangat
buat Se Ra. Ia mampu melakukan pukulannya dengan baik. Mereka berempat
pun bersorak. Pertandingan usai.
Tae
San menanyakan ide lucu siapa ini. Do Jin berbangga diri mengatakan
kalau semua ini ide lucu darinya. Yoon tak mau kalah karena ia juga ikut
berpartisipasi. Tapi mereka kehilangan Jung Rok, mereka bertiga
celingukan. Ternyata Jung Rok tengah berbincang-bincang atau mungkin
bahasa kerennya merayu salah satu Caddy wanita disana.
Tae
San ingin tahu siapa yang membuat spanduk cantik ini karena ia melihat
kualitasnya sangat bagus. Do Jin kemali berbangga diri, “Siapa dulu yang
merekrut para staf!”
Mendengar itu Tae San malah ngomel kenapa Do Jin menyuruh staf membuat ini bagaimana dengan persiapan presentasinya.
Yoon
berseru kalau Se Ra datang. Tae San menyuruh temannya pergi tapi urusan
kekesalannya dengan Do Jin belum selesai, ia bergegas langsung
menghampiri Se Ra. Do Jin meminta Yoon memegang spanduk. Keduanya
kembali bersorak memberi semangat Se Ra dan Tae San.
“Beri dia ciuman!” teriak Do Jin. “Cium, cium cium,” haha.
Jung Rok tak mau kalah ia juga
ikut bergabung memberi semangat. Tae San memandang kesal tapi ia juga
tersenyum dengan tingkah sahabatnya.
Se
Ra berkata kalau ia terkejut dengan kedatangan Tae San karena Tae San
sama sekali tak memberitahu. Tae San sudah mendengar kalau Se Ra masuk
UGD dan bertanya apa sekarang sudah baik-baik saja. Se Ra mengangguk dan
mengatakan kalau ia meraih peringkat ke 12. Kalau saja Tae San datang
lebih awal mungkin ia akan menang. Ia jelas emosi karena ia ingin
mengalahkan orang itu (lawannya) Tae San berkata kalau Se Ra sudah
menang, pertandingan itu jujur dan adil.
Tae
San membuka kedua tangannya siap menyambut Se Ra masuk ke pelukannya.
Se Ra diam saja. Tae San berkata karena ini Se Ra tak bisa menang,
“Pemain seperti apa yang ragu di depan lubang?”
Se Ra terharu ia hampir menitikan air mata dan berhambur masuk ke pelukan Tae San.
Mereka
berlima berkumpul di bar Jung Rok. Do Jin memberikan selamat pada Se Ra
yang mendapatkan peringkat 12. Tapi Se Ra merasa malu, ia berterima
kasih pada ketiga teman Tae San karena sudah datang ke pertandingannya
dan itu membuat dirinya terhindar dari penghinaan.
Tae San memberi tahu ketiga
temannya kalau Se Ra sedang tak sehat dan ia juga tak menjenguk Se Ra di
rumah sakit. Tapi yang ia lihat hari ini Se Ra sudah bermain baik. “Aku
benar-benar mengagumi Hong Pro.”
Jung
Rok merasa Tae San sedang pamer kemesraan. Yoon menyahut kalau Jung Rok
tak pantas mengatakan itu, “99% yang keluar dari mulutmu seharusnya tak
dikatakan. Ingat itu baik-baik.”
Jung Rok : “Bagaimana dengan 1% sisanya?”
Yoon : “’Pak supir tolong ke
daerah Cheongdam’, ‘ahjussi tolong ke daerah Cheongdam’ ‘Aku mabuk
antarkan aku pulang’. Hanya itu saja yang 1%.”
Tae San memuji Yoon tetap yang
paling pintar. Hehe. Manaje bar mengantarkan cemilan dan berkata kalau
Bos-nya yang mentraktir mereka jadi silakan makan dan minum sepuasnya
(Bos? Siapa lagi kalau bukan Jung Rok)
Yoon meragukannya tapi Jung Rok
tersenyum menandakan kalau apa yang dikatakan anak buahnya itu benar. Do
Jin menyahut kalau melihat dari kepemimpinannya Jung Rok lebih baik
yang 99% diturunkan jadi 98%. Jung Rok kesal ia akan menarik kembali
minuman gratisnya dan memasukan semua tagihan malam ini ke tagihan Yoon.
Hahaha.
Yoon
merasa heran kenapa Guru Seo tak datang. Jung Rok meminta Do Jin
menghubungi Yi Soo agar mereka bisa segera membuka anggurnya. Tatapan
wajah Se Ra dan Tae San langsung berubah cemas. Do Jin memperhatikan
keduanya dan berkata kalau ia akan menelepon Yi Soo. Tapi Se Ra
melarang, ia menawarkan diri akan menghubungi Yi Soo. Se Ra menyingkir
dari sana dan Tae San menyusulnya.
Sebelum
Se Ra menelepon Yi Soo, Tae San minta tolong pada Se Ra. Ia tahu kalau
Yi Soo berfikir ia tak tahu perasaan Yi Soo padanya, ia minta biarkan
saja seperti itu. Berpura-pura saja Se Ra tak pernah memberitahunya.
Karena hanya itu satu-satunya cara ia, Se Ra, Do Jin dan Yi Soo bisa
bergaul seperti sebelumnya. Se Ra mengerti dan menyuruh Tae San lebih
baik masuk saja kembali bergabung dengan mereka.
Se
Ra menghubungi Yi Soo, ia mengatakan kalau kompetisinya sudah berakhir
dan sekarang sedang mengadakan perayaan di bar Lee Jung Rok bersama Tae
San dan juga Do Jin (Yoon juga) ia juga mengatakan kalau mereka semua
menunggu kedatangan Yi Soo. Tapi ia berharap Yi Soo tak akan datang.
Maka dari itu ia menghubungi Yi Soo
lebih dulu. Kalau seseorang mengundang Yi Soo untuk datang Yi Soo dan
Tae San pasti akan merasa canggung. Dan ia juga akan merasa seperti itu
akibatnya Tae San merasa bersalah dan terjadi salah paham kemudian ia
dan Tae San bertengkar lagi. Jadi ia berharap Yi Soo jangan datang.
Yi
Soo mendengarkan apa yang disampaikan Se Ra. Ia teringat ketika Se Ra
menangis di rumah sakit. Ia juga teringat pecakapan antara Do Jin dengan
Tae San di depan rumah. Yi Soo terdiam tak menjawab ucapan Se Ra. Se Ra
kembali memohon agar Yi Soo tak datang tapi Yi Soo menolak, ia akan
datang. Kalau Se Ra tak ingin lagi mengkhawatirkan tentang hal ini, ia
harus datang.
Yi
Soo mengatakan ini sambil memandang sepatu merah pemberian Do Jin. Ia
menganggap kalau masalah ini tak bisa diselesaikan dengan cara
menghindarinya. Apa Se Ra akan berencana menghindarinya selama sisa
hidup Se Ra. Walaupun Se Ra akan melakukan itu, ia akan tepap datang
kesana.
Dan
benar saja Yi Soo datang memakai sepatu pemberian Do Jin. Tak sengaja
Do Jin melirik ke arah sepatu yang di pakai Yi Soo. Apa reaksinya, tentu
saja ia tercengang tak menyangka karena menurutnya itu berarti Yi Soo
menerima cintanya. Yi Soo melirik Do Jin yang terus memandangnya.
Mereka
saling menyapa hanya Do Jin yang terdiam menatap Yi Soo tak percaya.
Tae San menawarkan apa Yi Soo mau makan tapi Yi Soo bilang ia sudah
makan.
Yi Soo sudah melihat diberita
tentang pertandingan Se Ra, “Karena kau melakukannya dengan sangat baik,
menurutku mereka akan berhenti membicarakan tentang kemerosotanmu mulai
sekarang.”
Tae San bertanya apa Se Ra tak
merasa lelah, apa Se Ra mau pulang dan beristirahat. Se Ra menolak ia
tak akan bisa tidur walaupun ia kelelahan. Ia ingin minum sampai mabuk.
Jung
Rok melihat penampilan Yi Soo yang menurutnya agak berbeda, ia menebak
apakah ada berita baik. Do Jin tersenyum membenarkan, “Wanita ini sangat
cantik hari ini. Ternyata sepatu memang bisa membuat wanita menjadi
lebih cantik.” Kata Do Jin terus menatap Yi Soo.
Yoon : “Guru Seo akan kelihatan cantik tak peduli sepatu apa yang dia pakai.”
Tae San : “Berani sekali kalian memelototi wanita, dia itu wasit kita yang tercinta.”
Mendengar
Tae San bicara yang baik tentangnya, ia pun memiliki kesempatan untuk
memulai apa yang ingin ia sampaikan. Yi Soo mengatakan kalau rasanya
sungguh nyaman jika Tae San berada di sisinya, karena itu wanita jatuh
cinta pada Tae San.
Tentu saja suasana hati Se Ra
jadi berubah setelah mendengar apa yang Yi Soo sampaikan. Tae San juga
merasa canggung mendengarnya. Do Jin pun membaca gelagat yang aneh pada
ucapan Yi Soo.
Tae San : “Oh apa itu yang mereka katakan?”
Yi Soo : “Apa kau tak tahu? Tae San, kau benar-benar terkenal diantara wanita. Aku juga menyukai Tae San.”
Semua terkejut, Se Ra menahan geram
dan menatap tajam Yi Soo. Sementara Yi Soo melirik ke arah Do Jin. Yoon
yang tak tahu menanyakan apa Guru Reo menyukai Tae San. Yi Soo
membenarkan, “Sebelum Tae San dan Se Ra berkencan, aku menyukai Tae
San.”
Do Jin dan Se Ra menatap tajam Yi Soo
dengan tatapan tak mengerti apa maksud pengakuan ini. Tae San pura-pura
tak percaya, “Benarkah? Kenapa aku tak menyadarinya?”
Yi Soo berkata kalau itu semua
masa lalu. “Sekarang duniaku hanya diisi oleh Kim Do Jin. Kami saling
menyukai dan sedang berkencan,”
Do
Jin sekarang tahu kemana arah pembicaraan Yi Soo. lagi-lagi mereka
terkejut mendengar pengakuan Yi Soo. Se Ra menyahut kalau sepatu yang
dikenakan Yi Soo juga pemberikan Do Jin.
Yoon merasa bersyukur karena
tiba juga giliran Do Jin menjalin cinta. Jung Rok masih belum percaya,
makanya ia merasa aneh karena ada yang tak beres ketika di hotel
perusahaan kemarin. Ia ingin tahu sudah sejauh mana hubungan Yi Soo dan
Do Jin.
Yi Soo melirik Do Jin, ia merasa
tak enak sudah mengatakan semua ini. Do Jin menatapnya tajam tanpa
senyuman. Tae San merasa kalau ia sudah ketinggalan berita, ia berfikir
kalau hal itu akan menjadi cinta bertepuk sebelah tangan Do Jin
selama-lamanya, kenapa Do Jin tak memberi tahu mereka dan ini harus
dirayakan.
Do Jin mengikuti alur yang sudah
dibuat Yi Soo, ia berkata kalau sebenarnya ia baru mau mengatakan ini
tapi belum ada kesempatan, “Aku mau ke toilet. Apa kau mau ikut
denganku?” ajak Do Jin pada Yi Soo. Yi Soo pun mengikuti Do Jin.
Jung Rok mengira kalau mereka berdua akan benar-benar ke toilet berdua, ia berteriak kalau dimana-mana ada CCTV.
Yoon : “Haruskah kita menghalanginya? Kalau mereka putus seperti ini, kita tak akan pernah melihat Guru Seo lagi.”
Tae San : “Kenapa kita tak bisa melihatnya lagi? Do Pal saja yang tak usah kita temui.”
Se Ra diam saja, ia merasa cemas dan menilai ada yang tak beres.
Do
Jin dan Yi Soo tak ke toilet, keduanya bicara di ruangan lain. Do Jin
jelas tak suka dengan pengakuan Yi Soo tadi. Ia tahu kalau Yi Soo
berbohong di depan semuanya. Bukankah ia sudah mengatakannya dengan
jelas agar memakai sepatu itu hanya pada saat tertentu saja.
“Ketika kau datang padaku.
Ketika kau benar-benar datang padaku. Aku menginginkanmu memakainya pada
saat itu, ketika cuaca cerah berdandanlah yang cantik,” (ketika Yi Soo
benar-benar menerima cinta Do Jin)
Yi Soo sadar kalau apa yang ia
ucapkan tadi sudah membuat Do Jin terkejut, ia minta maaf. Kalau Do Jin
mengizinkan ia akan menjelaskannya.
Do Jin : “Bagaimana cara menolak permintaan maaf?”
“Apa?”
Yi Soo sadar betul kalau ia sudah membuat kesalahan dan kembali minta
maaf, kalau saja Do Jin bisa memahami ini sekali lagi.
Do Jin : “Sekali lagi? lagi? ‘orang
yang ingin kunyatakan perasaanku padanya adalah Kim Do Jin’ pernyataan
cinta tanpa perasaan seperti itu, apa kau berharap aku akan menerimanya
dua kali? Aku memang menyukaimu tapi bukan berarti kau bisa
memanfaatkanku.”
Yi
Soo menyangkal ia tak bermaksud begitu. Do Jin tahu kalau Yi Soo tak
bermaksud seperti itu tapi Yi Soo sudah melakukannya. Tentu saja ia juga
bersalah, “Cinta pada pandangan pertama’ kalimat itu sebenarnya dusta.
Ketika pertama kali kita bertemu aku hanya ingin tidur denganmu. Tapi...
kau membenamkan dirimu sendiri ke dalam hatiku setiap kali kita
bertemu, aku bisa apa? Bahkan ketika aku menerima coklat yang sebenarnya
ditujukan untuk pria lain aku masih tetap yakin kalau aku bisa hidup
bahagia denganmu.”
Yi Soo sekarang merasa bersalah atas
apa yang dikatakannya tapi ia mengatakan kalau beberapa waktu lalu Se Ra
masuk rumah sakit karena stres dan itu karena dirinya. Pengerjaan bar
rumah Tae San menyerahkannya pada Do Jin juga semua karena dirinya.
Mereka berdua akan merasa tak nyaman dan semua karena dirinya. Jadi?
Do Jin : “Apa aku tak termasuk dalam
daftar orang yang terluka? Sudah kuduga, karena aku bukanlah orang yang
cukup berarti bagimu.”
Yi Soo sedih Do Jin mengatakan
itu, ia sangat merasa bersalah atas pengakuan palsunya dan berkata kalau
semua itu untuk kedamaian semua orang.
Do
Jin : “Kedamaian semua orang? Aku tak peduli tentang kedamaian
siapapun. Harga diriku adalah yang terpenting bagiku. Inilah aku.
Walaupun aku menaruh hati padamu, tapi bukan berarti untuk dimanfaatkan
seperti ini. Kupikir kau sudah salah paham, aku bukan menyukaimu agar
bisa dimanfaatkan seperti ini.”
Do Jin akan mengambilkan tas Yi Soo dan ia minta Yi Soo tetap disini. Do Jin jelas marah dan Yi Soo merasa bersalah pada Do Jin.
Di
luar bar, Do Jin memberikan tas Yi Soo, ia memberi tahu teman-temannya
kalau mereka berdua akan pergi kencan. Jadi ia berharap Yi Soo bisa
berpegang pada cerita itu. “Kuharap kita jangan pernah bertemu lagi.
Mungkin ada kalanya kita akan saling berpapasan, berusahalah semampumu
untuk menghindariku aku juga akan melakukan hal yang sama.”
Do Jin pergi dan meninggalkan Yi Soo sendirian.
Sampai
di rumah Yi Soo terbaring melamun di kursi memikirkan semua yang sudah
ia lakukan. Jelas kini ia merasa kehilangan Do Jin. Tak terasa air
matanya pun menetes.
Sementara
itu, di apartemen Do Jin pun merenung memikirkan semuanya. Kekecewaanya
atas apa yang dilakukan Yi Soo terhadapnya, seolah apapun yang ia
lakukan selama ini tak pernah dianggap penting. Ia jelas kecewa Yi Soo
kembali memanfaatkannya. Padahal ketika ungkapan perasaan yang pertama
ia bisa memakluminya tapi sekarang ia jelas-jelas kecewa, apalagi sepatu
yang ia berikan dipakai disaat yang sungguh menyakitkan baginya.
Yi
Soo berada di kamar mandi duduk melamun memeluk kedua kakinya, muncul
gelembung-gelembung cinta. Ia mengingat ketika ia memberikan coklat pada
Do Jin yang seharusnya untuk Tae San dan disana ia terpaksa menyatakan
perasaan pada Do Jin yang seharusnya ia katakan pada Tae San. Dan
kesungguhan hati Do Jin mengatakan kalau yakin Yi Soo akan bahagian
bersamanya.
Ia
juga mengingat ketika Do Jin memberinya sepatu merah dan Do Jin
menginginkan agar Yi Soo memakai itu ketika Yi Soo datang padanya ketika
hari cerah. Saat itu Yi Soo tertegun melihat kesungguhan Do Jin.
Ketika kejadian di hotel, Do Jin
menanyakan bagaimana rasa yang dialami Yi Soo ketika cintanya bertepuk
sebelah tangan karena yang ia alami selama 3 bulan sungguh menyiksa dan
gampang marah. Ditambah lagi Do Jin juga menanyakan kenapa Yi Soo tak
menyukainya dengan tatapan penuh harap.
Dan tadi ketika Do Jin merasa kecewa
atas pengakuannya yang dianggap sebagai memanfaatkan Do Jin. Ia
benar-benar tak bermaksud seperti itu.
Satu
persatu gelembung-gelembung pecah. Bersamaan dengan itu Yi Soo menangis
tersedu-sedu menyesakkan dadanya. Ia tak tahu harus berbuat apa.
“Apa yang harus kulakukan? Aku menyukaimu... aku menyukaimu...”
Se
Ra sampai di rumah dan mendengar tangisan Yi Soo di kamar mandi. Ia
berteriak memanggil Yi Soo dan menggedor pintu kamar mandi, “Ada apa?
Apa yang terjadi? Apa kau menangis?” Se Ra cemas.
Tangis Yi Soo semakin menjadi,
dadanya terasa sesak menyadari kalau ia juga menyukai Do Jin. Dan kini
ia tak tahu apa yang harus dilakukannya, ia benar-benar menyukai Do Jin.
Tapi ia malah kehilangan pria ini.
Di
kamarnya Do Jin menatap foto kain yang ia potret dulu, kain di tempat
yang sama ketika ia membantu Yi Soo menyelesaikan masalah baju yang
benangnya terurai. Bukan hanya itu ia pun menyimpan foto tulisan tangan
memo Yi Soo, foto pohon cherry yang bunganya berguguran, foto Yi Soo
ketika menjadi wasit, dan foto Yi Soo yang ia ambil dari album SMA
Meari.
Do Jin mempresentasikan Proyek Court Island.
Tae
San melihat ponsel Do Jin yang terus menampilkan panggilan dari Yi Soo.
Ia melihat begitu banyak panggilan tak terjawab dari Yi Soo. Ia merasa
heran kenapa Do Jin tak menjawabnya.
Berulang kali Yi Soo
menyempatkan diri menghubungi Do Jin disela-sela jam mengajarnya tapi ia
kecewa Do Jin tak menjawab panggilan teleponnya.
Min
Suk berada di galeri, ia melihat pegawainya yang bekerja dengan baik.
Ia meminta semuanya sempurna bahkan toilet juga harus diperhatikan
kebersihannya.
Tiba-tiba ia mendengar pengeras suara
disana bermasalah, tapi ia terkejut ketika mendengar sebuah lagu yang
dinyanyikan seseorang.
Lee
Jung Rok menyanyikan lagu ‘If You Come Into My Heart’ Jung Rok menyanyi
sambil memainkan gitar dan suaranya sungguh sangat bagus dan lirik yang
maknanya sangat dalam. Hingga membuat Min Suk terharu menitikan air
mata.
Di depan kantor Hwa Dam, Yi Soo menunggu Do Jin. Lama menunggu ia pun mengirim SMS pada Do Jin.
‘Sekarang aku sedang berada di luar kantormu. Bisakah kau keluar sebentar?’
Ternyata
orang yang ditunggu baru saja datang setelah rapat Presentasi Court
Island. Rombongan Do Jin keluar dari mobil. Do Jin mengecek ponsel
karena ada SMS yang masuk tapi begitu mengetahui siapa pengirimnya ia
mengabaikannya begitu saja.
Keduanya
pun bertemu pandang. Yi Soo berusaha untuk tersenyum, tapi Do Jin
mengacuhkan dan melewatinya begitu saja. Yi Soo terdiam kecewa.
Yi
Soo tetap menunggu Do Jin hingga malam hari, ia terus berdiri di depan
kantor Hwa Dam tapi Do Jin tak juga keluar. Satu persatu ia melihat staf
Hwa Dam pulang tapi ia tak melihat Do Jin.
Yi Soo sabar menunggu hingga larut, berharap Do Jin keluar tapi ia kecewa dan memutuskan untuk pulang.
Ternyata dari jedela, Do Jin memperhatikan yi soo. Ia melihat Yi Soo pulang dan membaca SMS dari Yi Soo.
‘Mungkin
kau belum membaca SMS-ku. Aku ada di depan kantormu sekarang. Kau pasti
lupa membacanya, aku menunggumu. Kau kerja lembur ya? Semangat.’
Do Jin terus memandang Yi Soo yang berlalu. Memandang terus sampai menghilang dari jangkauan pandangannya.
Yi
Soo sampai di rumah, Se Ra sibuk merangkai bunga. Ia heran apa ini,
melihat bar rumah. Ia bermaksud menanyakan ini pada Yi Soo kemarin tapi
ia lupa karena Yi Soo terus menangis. Yi Soo mengatakan kalau hadiah
dari Tae San untuk Se Ra karena hari jadi yang yang pertama.
Se Ra ingin tahu kapan ini dikerjakan.
Yi Soo mengatakan kalau pengerjaannya ketika Se Ra bertanding. Tak lupa
Yi Soo mengucapkan selamat atas hari jadi Tae San dan Se Ra yang
pertama.
Yi Soo akan ke kamar tapi Se Ra
bertanya apa tentang kabar kencan Do Jin dan Yi Soo itu hanya sekedar
pertunjukan saja. Tapi menurutnya pertunjukan itu mengungkapkan
perasaann Yi Soo yang sebenarnya pada Do Jin. “Apa karena itu kau
menangis?”
Yi Soo tak menjawab ia mengalihkan ke
pembicaraan lain. Ia memberi tahu kalau ia sedang mencari rumah lain. Ia
minta Se Ra segera memberitahunya kalau sudah mendapatkan uang. Tapi Se
Ra melarang Yi Soo pindah, ia ingin Yi Soo tetap tinggal dengannya. Ia
merasa kalau ia tak akan bisa memenangkan pertandingan berikutnya,
mungkin lebih baik ia menggunakan kesempatan ini untuk pensiun kemudian
menikah. Se Ra ingat satu hal, bolehkan ia ikut bersama Yi Soo ke
pertandingan baseball besok. Yi Soo tersenyum mengangguk.
Keesokan
harinya, Yoon menyiapkan perlengkapan baseball mulai dari seragam dll.
Do Jin terus memperhatikan Yoon yang tengah beres-beres.
“Apa Seo Yi Soo akan memimpin pertandingan hari ini?” tanya Do Jin.
“Ya, kenapa?”
“Aku merindukannya.” Ucap Do Jin lirih.
“Kalau begitu kau ikut saja denganku.” ajak Yoon.
“Tapi aku tak mau melihatnya.” (huwa nyesek banget)
Di lapangan Baseball. Yi Soo terkejut melihat Do Jin ikut ambil bagian di Tim Blue Cat.
Tae
San dan Yoon berlatih melempar menangkap bola. Tiba-tiba ada bola yang
menggelinding diantara sela kaki Tae San. Tae San mengambil bola yang
ternyata bergambar sangat lucu hihi.... Tae San tertawa melihatnya.
Ia berbalik dan melihat Se Ra
ada di belakangnya. Ia bertanya kenapa Se Ra datang bukankah Se Ra
membenci baseball. Se Ra mengatakan kalau ia datang dengan menumpang
mobil Yi Soo, “Aku membenci baseball tapi aku tak membencimu.”
Se
Ra berbalik menatap Do Jin yang tengah berlatih memukul dan Yi Soo yang
terus memandang Do Jin, “Ada apa dengan mereka? Dia datang kesini mau
memimpin pertandingan atau mau berkencan?”
Yi Soo memberanikan diri menyapa Do Jin labih dulu, “Apa kau kemarin sibuk? Aku menunggumu lama sekali.”
“Karena kau aku jadi pulang terlambat.” Seru Do Jin.
Yi Soo : “Bukankah kau datang kesini untuk melihatku karena kau sudah tenang?”
Do
Jin : “Kau salah. Aku tahu ada kalanya kita bertemu, tapi aku tak mau
mengubah jadwalku hanya karena aku akan bertemu denganmu. Kau, Seo Yi
Soo bukanlah orang yang cukup penting untukku. Maksudku, kau jangan
menghalangi jalanku. Kalau kau tak mengerti, lebih baik aku yang pergi.”
Do Jin berlalu dari hadapan Yi Soo. (hiks hiks sedihnya)
Se
Ra duduk di bangku pemain cadangan Blue Cat. Ia melihat Meari datang.
Meari membawa banyak perlengkapan, yang pasti bukan perlengkapan
permainan baseball.
Se Ra bertanya apa Meari
baik-baik saja. Meari malah balik bertanya kenapa Se Ra ada disini. Se
Ra berterima kasih atas SMS yang dikirim Meari walaupun ia tak menang.
Ia minta Meari menyemangati tim Blue Cat karena pertandingannnya akan
dimulai.
Blue Cat tampil tak seperti biasanya, start yang buruk dan kehilangan banyak poin.
Yoon dan Tae San membicarakan strategi mereka. Se Ra cemas melihat tim Tae San tertinggal jauh. Tapi ia cuma kipas-kipas doang.
Meari
kesal melihat Se Ra hanya duduk manis tanpa melakukan apapun. “Kalau
kau datang untuk menyemangi seharusnya kau meneriakan ‘fighting’
kuat-kuat.”
Dan inilah aksi meari, mamainkan pom pom-nya sambil menari menyemangati Blue Cat “Blue cat fighting.... ya ya ya ya ya...”
Melihat itu Se Ra terprofokasi
untuk ikut menyemangati, tapi tentu saja dengan caranya yang tak sama
dengan yang dilakukan Meari. Se Ra berdiri, melihat itu Meari ingin
memberikan pom pom nya tapi Se Ra menolak dan melepas jaket rompinya.
“Im Tae San... Fighting!” teriak
Se Ra sambil bergoyang-goyang seksi menunjukan lekuk-lekuk tubuhnya.
Meari pun tak kalah berteriak menyemangati.
Dan
itu membuat sang lawan tak konsentrasi. Tae San dan tim Blue Cat lain
hanya bisa bengong melihat apa yang dilakukan Se Ra dan Meari. haha.
Tim lawan terkesima dengan goyangan Se Ra dan itu membuat mereka tak fokus bertanding, konsentrasi mereka buyar.
Se Ra dan Meari berteriak-teriak membuat Yoon dan Tae San malu melihatnya.
Giliran
Do Jin memukul bola, Yi Soo memperhatikannya. Do Jin fokus dengan bola
dan bak... ia mampu memukul bola dengan baik. Yoon tak menyangka Do Jin
bisa melakukannya, ia memberikan tepuk tangan semangat.
Dan
tak ketinggalan pula teriakan keras dari Se Ra dan Meari. Yang tak
kalah heboh juga ada tepuk tangan kompak dari staf Do Jin yang ikut
bermain.
Pihak lawan yang akan menangkap
bola kehilangan kosentrasi gara-gara melihat goyangan seksi Se Ra dan
bola pun jatuh tak tertangkap. Hahaha
Pihak
lawan protes karena teriakan dan goyangan itu mengganggu mereka. Tapi
wasit tak bisa berbuat apa-apa karena itu diluar kewenangannya.
Dan Blue Cat pun menang.
Se
Ra dan Meari memberikan minum untuk ketiga atlit mereka. Yi Soo
menghampiri mereka dan memuji kalau permaian tadi semuanya bermain
bagus.
Yi
Soo menyampaikan kalau pelatih lawan, pelatih Park menanyakan apakah
Blue Cat akan mentraktir mereka karena berhasil mengubah kekalahan
menjadi kemenangan. Sesekali Yi Soo mencuri pandang menatap Do Jin tapi
Do Jin sama sekali tak memandangnya.
Tae San setuju, tentu saja
mereka harus makan besar. Ia mengajak semuanya pergi sama-sama. Ia
melirik ke arah Meari, Meari sepertinya mengerti dan bilang kalau ia tak
ikut karena ia harus menemui temannya. Meari pamit dan mengucapkan
selamat bersenang-senang untuk semuanya. Yoon diam saja, Yi Soo masih
sesekali memandang Do Jin yang terus mengacuhkannya.
Saatnya
makan besar dengan tim lawan. Mereka makan dan minum sepuasnya. Yi Soo
duduk di depan Do Jin. Do Jin menyibukan diri berbincang dengan orang di
sebelahnya tentang baseball.
Do Jin ingin mengambil makanan
dengan sumpitnya, tiba-tiba Yi Soo mengambilkan mangkuk makanan yang
akan diambil Do Jin supaya lebih terjangkau tapi itu tak membuat Do Jin
senang. Ia malah mengurungkan niatnya mengambil makanan itu. Ia pun
kembali bicara dengan orang yang di sebelahnya.
Yoon
memperhatikan dari tadi merasa heran, pasti ada masalah dengan
keduanya. Ponsel Yoon berdering, ia keluar untuk menerima telepon.
Do
Jin akan minum tapi gelasnya kosong. Yi Soo berinisiatif menuangkan air
ke gelas Do Jin, tapi Do Jin meletakkan kembali gelas dan tak
meminumnya.
Yi Soo mengirim SMS pada Do Jin.
‘Bisakah kita bertemu sebentar setelah ini?’
Do Jin melirik ponselnya ia
melihat ada SMS dari Yi Soo. Ia mengabaikannya dan kembali berbincang
dengan orang yang di sebelahnya. Yi Soo mengirim SMS lagi.
‘Sudah jelas masalah terbesarku sekarang adalah kau, Kim Do Jin. Tolong beri aku kesempatan untuk meminta maaf.’
Do
Jin tak menghiraukan ponselnya yang menampilkan pesan dari Yi Soo. Yi
Soo memberanikan diri atau lebih tepatnya merendahkan diri karena Do Jin
tak juga membaca SMS darinya. “Ada sms masuk.” kata Yi Soo pada Do Jin.
Do Jin menatap tajam Yi Soo, keduanya
bertatapan lama. Do Jin memberi kode agar Yi Soo mendekat. Yi Soo
mengerti dan mendekatkan diri untuk mendengar apa yang akan disampaikan
Do Jin.
Do Jin berkata di dekat telinga Yi Soo dengan tatapan tajam, “Berhenti menggangguku. Kecuali kau bersedia tidur denganku.”
Bersambung ke episode 10
Tidak ada komentar :
Posting Komentar