Mereka berempat berbincang-bincang di Mango Six. Yoon asyik membaca koran.
Do
Jin mengatakan kalau saat ini Korea Selatan mempunyai penggemar di
dunia yang paling istimewa. Jadi sangat penting untuk menyesuaikan
dengan standar dan kepentingan mereka.
Tae San setuju pendapat Do Jin,
walau bagaimanapun yang modern jauh lebih menarik daripada yang klasik.
Menyesuaikan dengan tren yang sedang berkembang juga bagian dari menjaga
standar.
Jung Rok mulai kesal apa sih yang sedang dibicarakan temannya ini. “Lalu siapa yang paling kalian sukai diantara mereka?”
“Tentu
saja Taeyeon!” Sahut Do Jin menyebutkan salah satu member Girls
Generations. “Pada akhirnya yang terbaik adalah yang terkuat.”
“Tentu saja Yuri. Seksi itu bahasa universal dunia.” Ujar Tae San memilih Yuri.
“Omong kosong!” sahut Yoon cuek tak mempedulikan pilihan teman-temannya.
“Yang
benar saja? Dimana selera kalian? Tiffany yang terbaik.” seru Jung Rok
memberikan jempol untuk Tiffany. “Wanita itu harus terlihat cantik
ketika tersenyum,”
“Apa kau belum pernah melihat senyumnya Taeyeon? Kemampuan menyanyinya juga yang terbaik.” Do Jin ngotot.
“Yuri bahkan sudah membintangi drama.
Kemampuannya menarinya juga luar biasa,” Tae San tak kalah ngotot (saya
belum nonton dramanya Yuri yang Fashion King belum tertarik nonton)
“Kalian benar-benar menyebalkan, apa kalian tak merasa malu? Perhatikan saja keadaan negara ini!” Yoon mulai ngomel.
Tae San menyela kalau perhatian
terhadap hal ini juga bagian dari memperhatikan negara karena K-Pop
sedang populer. Jung Rok setuju pendapat Tae San karena akhir-akhir ini
pemasukan negara meningkat karena K-Pop.
Tiba-tiba pandangan mata Jung Rok tertuju ke pintu masuk Mango Six. “Itu Sooyoung!” sahutnya.
Semua mata tertuju ke arah pandang Jung Rok.
Yah itu Sooyoung salah satu member Girls Generations. Ia tampak cantik dan Jung Rok terpukau melihatnya.
“Oh Man!” Do Jin tak kalah terpukau melihat Sooyoung.
Jung Rok bersikap imut, “Mulai sekarang idolaku ganti jadi Sooyoung.” (hahah Tifany mau dikemanain)
Tae San salah tingkah ia tak tahu
harus bagaimana bersikap di depan Sooyoung. Akan terlihat seperti orang
bodoh kalau ia minta tanda tangan. Tae San minta tolong pada Yoon untuk
memintakan tanda tangan.
Tapi
lho kok Yoon tak ada di tempat duduknya kemana dia. Tae San dan yang
lain celingukan mencari Yoon. Bahkan Tae San mencarinya hingga ke kolong
meja, kemana dia pergi? hahaha.
Ternyata Yoon sudah berdiri di samping Sooyoung yang akan memesan minuman.
Suara
Yoon terdengar grogi hehe, “Nona Sooyoung kan? Kau.. kau... sangat
cantik.” Yoon ingin minta tanda tangan. Yoon bergegas mengambil buku,
membuat ketiga kawannya bingung tak bisa berkata-kata.
“Kau favoritku diantara semua anggota Girls Generations.” Kata Yoon terus tersenyum sumringah di depan idolanya.
Tiba-tiba
yoon memperagakan gaya menari ala Girls Generations hahaha.... (sumpeh
ngakak liat Yoon nari-nari... ga nyangka banget orang sekalem dia bisa
norak kayak gitu)
Dan
ini membuat teman-temannya tercengang tak percaya, bertapa tak tahu
malunya si Yoon jejogetan dan jejingkrakan ala Girls Generations.
Yoon dan Sooyoung pun foto bersama....
Sinopsis A Gentleman’s Dignity Episode 5
Yi
Soo tergesa-gesa menuju lapangan karena dirinya sudah terlambat. Se Ra
kesal karena membawa banyak barang bawaan Yi Soo. Tak sengaja semua isi
dalam tas Yi Soo pun berhamburan. Makin kesal-lah Se Ra.
Se Ra memasukan satu persatu
barang-barang yang terjatuh, tapi ia melihat ada yang aneh yang
ditemukannya. Foto Tae San di buku Yi Soo. Ia pun bertanya-tanya kenapa
foto Tae San ada disana.
Do
Jin datang dan membantu Se Ra memunguti semuanya. Ia tak menyangka akan
bertemu dengan Se Ra di sana. Do Jin melihat foto Tae San yang dipegang
Se Ra. Ia mengira tas dan isinya itu milik Se Ra.
Se Ra meletakkan kembali foto
itu di dalam buku, ia mengatakan hal yang sebaliknya. Ia tak berharap
bertemu dengan Do Jin disini. Se Ra tanya apa Do Jin ingin melihat Yi
Soo. Do Jin menjawab bukan secara khusus tapi bisa dibilang ia ingin
melihatnya. Do Jin mengajak Se Ra segera menonton pertandingan karena
sebentar lagi akan segera dimulai.
Sekarang
giliran Tae San yang memukul bola. Sebelum bermain Tae San melambaikan
tangan pada Se Ra. Se Ra berdiri memberikan tanda semangat untuk Tae
San.
Tapi Sera tercengang melihat
nomor punggung Tae San 836. Ia pun teringat dengan sarung tangan yang
ada di kamar Yi Soo bertuliskan angka 836. Kemudian foto Tae San yang ia
temukan tadi dibalik buku Yi Soo. Sadarlah ia kalau pria yang disukai
Yi Soo adalah Tae San.
Melihat
Se Ra yang murung Do Jin bertanya apa Se Ra sakit. Se Ra menjawab tidak
hanya saja ia tak pernah menyadari kalau mereka berdua (Tae San dan Yi
Soo) kelihatan cocok satu sama lain.
Se Ra mengajak Do Jin makan siang bersama setelah pertandingan selesai tentu saja itu mereka berempat dengan Yi Soo dan Tae San.
Keempatnya datang ke sebuah
restouran, Do Jin satu mobil dengan Tae San sedang Yi Soo naik mobil Se
Ra. Tae San mengomentari cara menyetir mobil Se Ra yang terlalu ngebut.
Tapi Se Ra cuek, ia jelas masih kesal.
Do
Jin berjalan di belakang Yi Soo tapi ia tiba-tiba berhenti ketika
melihat penampilan Yi Soo terutama tas yang dikenakan Yi Soo. Tas yang
sama, yang dibawa Se Ra tadi ketika pertandinngan dan disana ada foto
Tae San.
Yi Soo berbalik menatap Do Jin dengan tatapan tanda tanya. Ia menanyakan apa Do Jin tak mau masuk.
Se
Ra menolak duduk bersebelahan dengan Yi Soo. Ia meminta Yi Soo duduk di
sebelah Tae San dan Do Jin yang duduk di sebelahnya. Se Ra beralasan
ingin berhadapan dengan Yi Soo dan Tae San.
Do Jin berseru sangat
menyenangkan duduk di sebelah wanita cantik kecuali pemandangan di
depannya (di depannya kan yang duduk Yi Soo). Yi Soo mendelik.
Tae
San menanyakan pendapat Se Ra bagaimana rasanya setelah melihat dirinya
bermain baseball. Se Ra mengatakan kalau nomor punggung Tae San sangat
mengesankan. Tae San menilai Se Ra sudah tergila-gila dengan nomor
punggungnya. Se Ra melirik sinis ke arah Yi Soo yang dari tadi diam
mendengarkan. Do Jin menatap gerak gerik Yi Soo.
Tae San ingin Do Jin yang
mentraktir karena kalau ia yang membayar itu akan terkesan seperti ia
sedang menyuap wasit. Yi Soo tersenyum mendengarnya. Do Jin menyarankan
kalau begitu lebih baik Seo Yi Soo saja yang membayar supaya tak terjadi
kesalahpahaman.
Yi Soo setuju-setuju saja. Se Ra
menyela kalau kali ini ia yang akan mentraktir mereka semua. Yang mereka
butuhkan satu botol anggur dan pria-pria ini yang harus menyetir nanti.
“Aku mungkin akan banyak minum hari ini, tak apa-apa kan?” kata Se Ra
sambil menatap tajam Yi Soo.
Yi Soo tak tahu harus bilang
apa. Tae San meminta Yi Soo menemani Se Ra minum. Ia tak masalah Se Ra
minum banyak, ia bersedia mengatar Se Ra pulang.
Sambil
makan Tae San mengatakan kalau pukulannya tadi benar-benar berbeda
karena ada wanita yang menyemangatinya. Yi Soo memuji kalau Tae San tadi
berhasil memukul 3 dari 4 lemparan dan itu rekor Tae San yang terbaik.
Tae San senang Yi Soo sangat memahaminya. Se Ra tentu saja tak suka
mendengarnya.
Se Ra memuji Yi Soo (atau bahasa
kasarnya menyindir) bahwa disetiap pertandingan sepertinya Yi Soo
mengingat rata-rata pukulan dari tiap pemain. Apa itu juga tugas seorang
wasit. Se Ra tak bermaksud apa-apa ia hanya bertanya karena ia tak
terlalu mengerti tentang baseball.
Tae
San mengambil tisu yang berada di sebelah kiri Yi Soo. Posisi Tae San
ketika mengambil Tisu benar-benar membuat jantung Yi Soo seolah berhenti
berdegup. Se Ra dan Do Jin melihat reaksi Yi Soo yang gugup. Yi Soo
menghela nafas, berusaha menenangkan dirinya.
Se Ra kembali memancing suasana.
Ia bertanya pada Tae San, apa Tae San tak ingin tahu siapa pria yang
disukai Yi Soo. Tae San jujur ingin tahu tapi ia sendiri ragu untuk
menanyakannya.
“Siapa dia? Apa rahasia?” tanya Se Ra pada Yi Soo.
“Nanti aku akan memberitahumu!” Ucap Yi Soo.
Se Ra ingin tahu alasan kenapa
Yi Soo terus merahasiakannya. Siapa dia, apa dia pemain baseball juga.
Yi Soo terdiam, Tae San menatapnya penasaran. Do Jin melirik ingin tahu
apa yang akan dikatakan Yi Soo.
Melihat
kebingungan Yi Soo, Do Jin sepertinya sangat mengerti suasana hati Yi
Soo yang tak ingin mengatakan siapa pria yang disukainya. Do Jin
mengatakan kalau pria yang disukai Yi Soo bukan pemain baseball. Do Jin
menatap Se Ra dan mengatakan pria yang disukai Yi Soo dan yang membuat
Se Ra penasaran itu sebenarnya dirinya. Tae San tak percaya, apa
hubungan kalian meningkat begitu cepat.
Yi Soo berusaha mengelak atas
apa yang dikatakan Do Jin. Ia mengatakan kalau ia menyukai laki-laki
lain dan bukankah Do Jin juga mengenalnya.
Do Jin : “Apa pria yang ketahuan dulu? Atau pria yang kutemui beberapa hari yang lalu di rumahmu?”
(Kalau pria yang ke rumah itu
kan teman Se Ra. Jadi Se Ra paham betul kalau itu bukan yang Yi Soo
sukai karena ketika itu pertama kalinya Yi Soo bertemu dengan temannya)
“Dua-duanya!” jawab Yi Soo
gugup. Ia mengaku kalau dirinya itu tipe orang yang sering bimbang. Tae
San menilai Yi Soo orang yang suka bercanda. Tapi Do Jin membenarkan
ucapan Yi Soo karena ia sudah melihat kedua pria itu dan Se Ra juga
sudah melihatnya.
Tae San heran, “Apa dia bahkan datang ke rumahmu?”
“Tentu saja!” Se Ra tak bisa mengatakan yang sebaliknya ia mengatakan kalau dia itu teman jadi boleh saja datang.
Do Jin tak keberatan kalau Yi
Soo memiliki banyak pacar karena lagi pula kedua pria itu tak tertarik
dengan Yi Soo. “Lupakan mereka, jatuh cinta saja padaku. Ayo kita
pacaran, bagiamana?”
Tae San : “Apa kau sedang menyatakan cinta?”
Do Jin : “Aku selalu mengungkapkan perasaanku setiap kami bertemu.”
Do Jin mengajak Yi Soo pergi. Yi Soo pamit dan pergi bersama Do Jin karena tak mau rahasia pribadinya terus dikorek Se Ra.
Di
luar restouran Yi Soo jelas kesal dengan tingkah Do Jin tadi. Ia heran
kenapa Do Jin selalu bersikap kasar dan berlebihan setiap saat. Do Jin
juga heran dengan Yi Soo, apa Yi Soo tak menyadari kalau ia baru saja
menolong Yi Soo. Tapi Yi Soo menganggapnya lain, menurutnya Do Jin
benar-benar membuatnya seperti wanita murahan.
Do Jin ingin tahu apa Yi Soo
benar-benar ingin menyembunyikan cinta bertepuk sebelah tangan atau Yi
Soo ingin Tae San mengetahuinya. Yi Soo menanyakan apa maksud Do Jin.
Do Jin menjelaskan kalau pada
umumnya kemampuan memandang seorang manusia itu sejauh 160 derajat. Tapi
Seo Yi Soo dari 1 derajat sampai 160 derajat yang Yi Soo pandang hanya
Im Tae San. Itu terlihat dari lapangan baseball sampai ke restouran Yi
Soo hanya memandang Tae San.
Bukankah Yi Soo berencana untuk
menyimpan ini sebagai rahasia. Kalau begitu jangan sampai ketahuan dan
jangan pernah melakukan hal-hal yang mencurigakan. Siapa tahu sebenarnya
Yi Soo sudah ketahuan.
“Aku hanya akan menanyakan satu
pertanyaan bukan sebagai pria yang merasakan cinta bertepuk sebelah
tangan padamu tapi sebagai pria yang mengetahui bahwa cintamu bertepuk
sebelah tangan. Tentu saja kau memiliki kesempatan, kenapa kau tak
pernah mengungkapkan perasaanmu padanya? Apa kau khawatir Hong Pro akan
terluka? Atau kau khawatir dirimu yang akan terluka?”
Yi Soo tak menjawab perkataan Do Jin yang panjang lebar.
Di
rumah Yi Soo menonton tayangan TV tapi pikirannya tak tertuju pada
layar televisi. Kepulangan Se Ra mengagetkannya. Yi Soo menatapnya
heran.
Se Ra tanya kenapa Yi Soo
memandangnya seperti itu lihat saja tayangan TV-nya. Yi Soo salah
tingkah. Se Ra mengerti suasana hati Yi Soo, bagaimana bisa Yi Soo
berkonsentrasi karena sepengetahuannya akhir-akhir ini Yi Soo banyak
pikiran. (Se Ra tak mengatakan kalau ia sudah tahu ia malah seolah ingin
memancing Yi Soo)
Yi
Soo tak paham apa maksud perkataan Se Ra. Se Ra berkata bukankah Do Jin
baru saja mengajak Yi Soo pacaran. Menerima ajakan seperti itu bukankah
aneh kalau Yi Soo bertingkah cuek, pasti Yi Soo melamun memikirkannya.
Yi Soo menyangkal bukan begitu.
Se Ra : “Kenapa kau
menyangkalnya? Toh tidak akan jadi skandal kalau kalian berdua jadian.
Kenapa? Apa kalian bersaudara? Atau Kim Do Jin tak cukup baik untukmu?
Bukannya dia terlalu berkualitas untukmu?”
Yi Soo : “Kau benar. Tapi aku tetap tak menyukainya.”
Se
Ra : “Benarkah? Hari ini aku benar-benar menemukan banyak hal.
Sebenarnya pria seperti apa Kim Do Jin sampai membuatmu ragu untuk
menerimanya? Aku benar-benar ingin tahu.”
Se Ra masuk ke kamarnya. Jelas disini Se Ra sudah tahu tapi tak mengatakannya pada Yi Soo.
Do
Jin di depan meja kerjanya mengingat kejadian dimana Se Ra menemukan
foto Tae San di buku Yi Soo. Ia kesal dengan tingkah Yi Soo yang
menyembunyikan foto seperti orang yang belum dewasa saja. Ia juga
terganggu dengan ucapan Yi Soo ketika makan tadi kalau Yi Soo menyukai
pria lain.
Do
Jin membaca kembali kartu ucapan yang dikirim Yi Soo untuk Tae San. Ia
merasa ada yang aneh dengan tulisannya. Ia mencoba mencocokkan tulisan
di kartu ucapan dengan tulisan yang ditulis Yi Soo di memo yang pernah
ditujukan untuknya. Karakter goresan hurufnya lain.
Saking penasarannya ia mengambil kaca pembesar agar bisa melihatnya lebih jelas dan memang kedua tulisan itu tak sama.
Do
Jin ke rumah Tae San. Ia masuk begitu saja, sepertinya pemilik rumah
itu tak ada di tempat karena ketika ia memanggil Meari maupun Tae San
tak ada yang menyahut.
Tapi tiba-tiba Yoon muncul dan itu membuat Do Jin kaget setengah mati. “Sedang apa kau di rumah orang lain?”
Yoon berkata kalau ia mau
mengambil sesuatu. Kaos favoritnya ketinggalan, Yoon mengambil kaos yang
terjemur disana. Do Jin heran apa kaos olahraga perusahannya itu kaos
favorit Yoon dan setahunya itu milik Tae San.
Yoon mengecek kaosnya dan ternyata
benar di kaos tertulis nama perusahaan arsitek Do Jin, Hwa Dam.
(Wakakaka alasan Yoon ketahuan banget bohongnya)
Untuk mengalihkan alasannya yang
tak masuk akal Yoon malah bertanya apa yang sedang dilakukan Do Jin di
rumah orang lain. Do Jin menyahut kalau Tae San bukan orang lain. Ia pun
bertanya yang punya rumah belum pulang. Yoon menjawab bukannya Tae San
sedang di kantor. Tapi bukan Tae San yang dicari Do Jin.
Yoon : “Apa Meari? Kenapa? Apa terjadi sesuatu pada Meari?”
Do Jin : “Memangnya kenapa kalau terjadi sesuatu? Kenapa? Apa kau memiliki saham di tubuh Meari?”
Hahaha Yoon pengen sekali menjitak Do Jin.
Pintu
terbuka dan si pemilik rumah pulang. Meari jelas terkejut setengah mati
sekaligus marah-marah ada orang yang sembarangan masuk ke rumahnya
apalagi ketika si pemilik rumah tak ada. Tapi ketika melihat Yoon,
wajah marahnya berubah menjadi senyum yang manis.
Meari
menanyakan apa yang dilakukan Do Jin di rumahnya. Do Jin ingin mengajak
bicara Meari berdua di kamar dan tentu saja dengan wanita yang
tersenyum manis tadi. Meari ingin tahu untuk apa Do Jin di kamarnya. Do
Jin menyampaikan kalau ada yang ingin ia sampaikan pada Meari.
“Padaku? Meari terkejut.
“Padanya?” ucap Yoon bersamaan dengan Meari, ia ikut terkejut sekaligus ingin tahu.
Do Jin ingin ketika ia sedang
bicara dengan Meari pintunya harus ditutup. Yoon tak mengerti apa yang
akan dilakukan Do Jin terhadap Meari di kamar.
Di kamar Meari menutup pintu. Do Jin mengambil buku dan pena. Keduanya berada di ruangan khusus tempat mesin jahit Meari berada.
(aku ingat ketika Meari baru kembali
dari Amerika ia membawa mesin jahit di kopernya kemarin ga aku ceritakan
karena aku pikir ini ga penting hehe)
Do
Jin minta Meari menuliskan kata-kata yang ia suruh. Meari heran apa ia
sedang diajari mendikte. Do Jin tak mau tahu pokoknya Meari harus
menulis apa yang ia minta.
Meari nurut dan menuliskan apa
yang diminta Do Jin. Do Jin melihat tulisan Meari dan mengingat tulisan
di kartu ucapan itu terlihat sama persis. Do Jin menyeringai puas.
Kemudian Do Jin menanyakan lagu apa yang Meari sukai dan Do Jin pun
mendapatkan jawabannya. Ia akhirnya tahu kalau yang di kartu ucapan itu
tulisan tangan Meari bukan Yi Soo.
Do Jin kemudian menanyakan perihal Yi
soo pada Meari. Apa Yi Soo pernah membicarakan dirinya di depan Meari.
Meari mengingat-ingat dan berkata gurunya pernah bercerita kalau Do Jin
dan Yi Soo berdua pergi ke hotel. Do Jin bergumam kenapa guru Meari tak
bisa menyimpan rahasia sama sekali. Meari menilai kalau itu bukan
masalah yang besar untuk seseorang berumur seperti Do Jin dan gurunya.
Do
Jin ingin tahu bagaimana cara Yi Soo menyampaikan itu pada Meari.
“Apakah ‘aku pergi ke hotel’ (Do Jin mempraktekan dengan suara yang
berat dan lemah) atau ‘aku pergi ke hotel’ (Do Jin mempraktekan seimut
mungkin hahaha)
Meari menilai waktu itu gurunya
bilang seperti diantara keduanya. Ia mendelik apa Do Jin menutup pintu
hanya untuk menanyakan hal itu padanya.
Yoon
yang penasaran apa yang dibicarakan keduanya menguping. Ia tersenyum
ketika mengetahui yang dibicarakan keduanya tak begitu membuat hatinya
was-was.
Do Jin ingin menawarkan
kesepakatan dengan Meari. Yang ia inginkan hanya sederhana yaitu album
foto kelulusan SMA Meari. Meari ingin tahu untuk apa itu. Do Jin
mengatakan kalau tawaran kesepakatannya sangat menarik.
Do
Jin mengeluarkan foto SMA Yoon dari dompetnya. Tapi Meari tak tertarik,
ia mengambil ponsel dan memperlihatkan foto SMA Yoon yang sudah
terpasang di wallpaper ponselnya. Wakakaka....
Kesepakatan yang dijaukan Do Jin
jelas gagal total. Tapi bukan Do Jin kalau hanya segitu saja sudah
menyerah, ia masih memiliki penawaran kesepakatan yang lain.
Bukankah Meari tahu kalau ia dan
Yoon tinggal bersama. Bagaimana kalau ia memberikan password pintu
rumahnya agar Meari bisa keluar masuk rumahnya untuk menemui Yoon.
Meari jelas saja mau, ia bergegas mengambil album foto SMA-nya. Ia ingin tahu apa passwordnya.
“Sama dengan rumahmu, kami berempat mempunyai password yang sama.” Seru Do Jin. (gubrak wahaha)
“Apa
itu?” Meari jelas menolak memberikan album fotonya. Keduanya
tarik-tarikan album foto. Tapi Do Jin menariknya dan mengatakan kalau ia
tak memberi tahu, Meari tak akan tahu. Ia akan mengembalikan album foto
itu kalau sudah selesai.
Meari kembali menanyakan untuk apa Do
Jin meminjam album foto SMA-nya. Do Jin tersenyum tak mengatakannya.
(apa itu hanya alasan Do Jin saja karena tujuan ia yang sebenarnya untuk
mengetahui tulisan di kartu ucapan apa tulisan Meari atau Yi Soo)
Yoon tersenyum lega tak ada yang perlu
dicemaskan dengan pembicaraan Do Jin dan Meari. Ketika Do Jin keluar
dari kamar Meari, ia menjauh dari pintu pura-pura menelepon.
Do
Jin mengatakan pada Yoon kalau ia sudah selesai bicara dengan Meari.
Yoon juga tak ada yang ingin dibicarakan dengan Meari dan mengajak Do
Jin pergi. Meari memohon-mohon agar Yoon tinggal lebih lama disana. Do
Jin membenarkan. Tapi Yoon mendelik dan mengajak Do Jin cepat pergi.
Meari berusaha menahan Yoon agar tak
pergi, ia beralasan lampu kamarnya kedap-kedip. Ia minta Yoon mengganti
memasangkan lampunya. Yoon menyuruh Meari mematikan saja lampunya dan
segera tidur kemudian minta Tae San yang menggantinya ketika dia pulang
nanti.
Meari bilang kalau kakaknya tak tahu
cara melakukannya. Yoon menyahut kalau Tae San jauh lebih ahli daripada
dirinya dalam hal pasang-memasang lampu. Meari terdiam sadar kakau
kakaknya lebih ahli untuk masalah pasang-memasang yang seperti itu.
Do Jin menyindir kenapa Meari hanya
bisa mengajukan alasan yang berbau sains dan teknik yang merupakan
keahlian Tae San. Kedua pria ini segera pergi membuat Meari merengut.
Meari
akan menungkan air minum tapi ia melihat ada yang aneh di dapurnya.
Ternyata Yoon sudah memindahkan barang-barang agar lebih mudah dijangkau
oleh Meari. Meari mendesah kesal.
Subuh-subuh
Se Ra sudah bersiap latihan golf. Yi Soo yang baru bangun heran kenapa
pagi-pagi sekali. Se Ra mengatakan kalau ia berangkat siang ia akan
bertemu dengan reporter yang menyebalkan. Yi Soo berpesan Se Ra jangan
terlalu memaksakan diri itu akan membuat Se Ra kelelahan dan akibatnya
permainan Se Ra akan terganggu.
“Aku sendiri bahkan tak yakin apa aku masih memiliki kekuatan atau tidak.” Sahut Se Ra dingin.
Se
Ra teringat sesuatu ia penasaran kenapa nomor punggung Tae San 836.
Bukankah biasanya yang namanya nomor punggung hanya dua digit.
Yi Soo : “Dia menggabungkan
nomor punggung Yogi Berra dan Lee Seung Yeop. 8 36. Pemain baseball
amatir kadang-kadang melakukannya!”
Se Ra : “Benarkah?”
Yi Soo menjelaskan kalau posisi
Tae San adalah pemukul dan penangkap ke empat. “Kau tahu Lee Seong Yeop
kan? Yogi Berra adalah penangkap legendaris Liga utama. Tae San sangat
menyukainya sejak kecil.”
Se Ra tak tahu tantang hal itu. Ia
merasa heran siapa yang sebenarnya kekasih Tae San kenapa Yi Soo bisa
tahu banyak hal tentang Tae San tapi dirinya tidak. Se Ra pergi
berangkat latihan, Yi Soo terdiam merenung apa ia salah mengatakan
sesuatu.
Di
tempat latihan golf, Se Ra latihan sendirian hingga tubuhnya penuh
dengan keringat. Ia teringat ketika Yi Soo mengatakan padanya kalau Tae
San itu pria yang baik. Se Ra kesal dan meluapkan emosinya dengan
bermain golf tanpa henti.
Se Ra semakin emosi ketika ia
ingat Yi Soo pernah mengatakan padanya bahwa Yi Soo hanya membutuhkan
waktu 20 detik untuk menyukai seseorang. Dan dulu ada seorang pria
seperti itu.
Di
Hwa Dam. Do Jin kedatangan tamu, Se Ra. Do Jin mengatakan kalau
sekarang Tae San tak ada di kantor. Se Ra tahu Tae San sedang berada di
lokasi proyek maka dari itu ia datang. Ini sesuatu yang ia tak ingin Tae
San ketahui.
Se Ra langsung ke pokok
permasalahan, ia merasa yakin kalau pria yang disukai Yi Soo memang
pemain baseball dan ia merasa kalau pria itu bukan Do Jin. Tapi karena
apa yang Do Jin katakan kemarin ia bahkan tak bisa menanyakannya lebih
lanjut. “Kalau kutanyakan aku akan berada dalam situasi yang tak enak
kan?”
Do Jin menyarankan lebih baik Se
Ra mencari cara yang lebih efektif misalnya dengan lebih mencintai Tae
San. Se Ra berseru kalau ia mencintai Tae San.
Do Jin : “Harus lebih dari cintamu yang saat ini.”
Do Jin tahu teman pria Seo Yi
Soo yang di rumah Se Ra waktu itu, dia bukanlah teman Yi Soo. ini bukan
karena ia tak memahami Se Ra tapi kalau memang Yi Soo ingin menjadi
orang ketiga diantara Se Ra dan Tae San, bukankah akan lebih mudah bagi
Yi Soo untuk membuat Tae San membenci Se Ra.
Se Ra menahan kesal itu berarti
Yi Soo mengatakan yang sebenarnya pada Do Jin ketika itu. Ia pamit dan
meminta Do Jin jangan mengatakan pada Yi Soo kalau ia datang menemui Do
Jin dan juga kenyataan kalau ia sudah mengetahui semuanya. Do Jin
mengangguk mengerti.
Yi Soo berada di kantin sekolah. Ia makan tak semangat karena memikirkan ucapan Se Ra tadi pagi.
Guru Park datang dan duduk di
depannya. Ia menanyakan apa Yi Soo sedang tak ada jam pelajaran karena
sampai sekarang masih berada di kantin. Yi Soo menjawab ya. Guru Park
senang itu artinya ia dan Yi Soo bisa makan bersama.
Guru Park merasa Yi Soo memiliki
nasib yang kurang baik karena harus bertemu dengan kim Dong Hyub lagi
di kelas. Tapi Yi Soo yakin ia akan mengubahnya menjadi hubungan antara
guru dengan siswa yang baik. Guru Park menilai Yi Soo terlalu baik dan
juga cantik.
Guru Park mengatakan kalau minggu
depan Guru Choi dan Guru Kang akan naik gungung 2 hari 1 malam dan
mengajak Yi Soo untuk ikut. Yi Soo tak bisa bagaimana mungkin 2 hari 1
malam pada hari kerja. Guru Park heran apa Yi Soo lupa, bukankah itu
hari jadi sekolah kita. Ia menebak sepertinya Yi Soo memang belum ada
rencana apapun untuk hari itu.
Guru Park menyarankan bagaimana kalau
naik mobil Yi Soo saja. Ia kemudian ingat kalau Yi Soo punya 2 pakaian
untuk mendaki. Yang pink dan oranye. Yi Soo berkata kalau yang pink
bukan untuk mendaki tapi jaket musim dingin.
“Kalau kau memakainya untuk
mendaki bukankah namanya jadi pakaian mendaki? Pinjamkan padaku ya?”
pinta Guru Park. (wakakak udah mau nebeng pinjam pula ditambah makannya
juga banyak)
Yi
Soo mendapat kiriman MMS dari Meari. Gambar sebuah gaun merah seksi
yang cantik. “Guru apa kau suka dengan gaun ini? Pasti cocok sekali
untukmu.”
Guru Park ingin tahu, siapa itu? apa pacar Yi Soo.
Yi
Soo menjawab bukan. “Aku tak tahu apa kau masih mengingatnya, siswa SMA
khusus putri di Gang-il namanya Im Meari. Aku wali kelasnya ketika dia
kelas 2 SMA. Sepertinya kau wali kelasnya ketika dia kelas 1.” Guru Park
ingat, Meari putri dari keluarga kaya.
Setahu Yi Soo keluarga mereka tak
kaya, orang tua Meari hanya pengusaha biasa. Guru Park mengatakan kalau
orang tua Meari berjualan pakaian di Dajeon tapi mereka pengusaha kaya
di daerah mereka. Usia Meari dan Kakaknya berbeda jauh. Bisa dibilang
keluarganya termasuk kalangan Chaebol.
Yi Soo terbengong-bengong mendengar
kalau keluarga Meari kaya raya. Sepertinya Meari tak pernah mengatakan
kalau dia keluarga konglomerat.
Meari berdiri di depan butik menatap gaun yang ia kirim gambarnya tadi ke Yi Soo. Ia memuji gaun itu sangat cantik.
Tiba-tiba Park Min Suk berdiri di samping Meari. “Memang cantik tapi tak cocok untukmu!” sahut Min Suk.
“Eonni...” Meari berseru terkejut dan keduanya berpelukan penuh senyuman.
Meari tekesima melihat Min Suk
yang tetap awet muda. Min Suk mengatakan itulah salah satu alasan kenapa
botox lebih baik daripada seorang suami.
Di
dalam butik, sambil melihat-lihat pakaian Meari curhat mengenai
kakaknya. Ia lebih sulit menangani kakaknya dari pada Yoon. Min Suk bisa
mengerti itu, kakak laki-laki mana yang ingin adik perempuannya pacaran
dengan duda.
Meari : “Eonni, apa kau juga akan menentang hubunganku dengan Kak Yoon?”
Min Suk : “Kau bukan pacaran dengan suamiku kenapa aku harus menentang?”
Meari tersenyum senang ia tahu
wanita yang sudah ia anggap seperti kakak perempuannya ini selalu
mendukungnya. Min Suk bertanya kenapa bukankah Yoon dan Tae San
menentangnya. Meari tak akan bisa kalau hanya mencintai sendirian. Meari
kembali merengut walaupun memang benar tapi suatu hari ia yakin.
Min
Suk mengatakan kalau suatu saat nanti akan menua dan keriput. Jangan
menghabiskan waktu pada laki-laki yang tak tertarik pada Meari, bahkan
tak perlu melihatnya. Seandainya kalau bisa bunuh saja perasaan itu.
Kalau Meari tak beruntung mungkin akhirnya Meari akan menikah dengannya.
Keduanya tertawa, Min Suk
membelikan pakaian untuk Meari sebagai hadiah kepulangan Meari dari luar
negeri. Meari tentu saja senang menerimanya.
Meari
mengatakan niatnya pada Min Suk bahwa ia ingin bekerja. Min Suk tanya
untuk apa bekerja toh keluarga Meari kaya. Meari menjawab kalau ia ingin
mendapatkan pengalaman.
Meari merasa heran kenapa semua
orang memandang Min suk. Min Suk berbangga diri mengatakan kalau semua
orang mengenalnya. Meari penasaran memangnya Min Suk siapa sampai semua
orang bisa kenal. Min Suk memberi tahu kalau ia itu pemilik gedung
tempat usaha mereka.
Rasa
ingin tahu Meari semakin tinggi, berapa banyak gadung yang dimiliki Min
Suk. Min Suk punya ide bukankah Meari mencari pekerjaan. Kalau Meari
jalan terus ada sebuah kafe dimana Meari bisa bekerja disana. Meari
tentu saja tahu tempat itu. Sampai disanalah gedung miliknya. Meari
tercengang tak percaya. Tak hanya beberapa gedung yang tapi Min Suk
memiliki semua gedung yang ada dijalanan ini.
Do
Jin makan siang dengan 2 bawahannya dan bawahannya mengatakan kalau
Manajer Choi tak ikut karena sedang tak berselera makan. Do Jin tak
percaya ia tahu kalau ada masalah, bawahannya tertunduk ingin mengatakan
yang sebenarnya tapi teman disebelahnya menyenggol menandakan tak boleh
memberi tahu Presdir mereka.
Do Jin jelas mencium gelagat yang
mencurigakan, “Apa yang coba kalian sembunyikan dariku? Kalau kalian tak
mengatakan padaku sekarang, kalian akan kehilangan kesempatan
selamanya.”
Bawahan
Do Jin mengatakan kalau proyek Galery yang dipegang Manajer Choi
kemarin kliennya melemparkan gelas kaca dan mengenai Manajer Choi.
Lukanya membutuhkan waktu 2 minggu untuk sembuh. Dia meminta kami tak
mengatakan apapun, istrinya sedang hamil anak ke tiga dan sulit untuk
mencari nafkah.
Do Jin paham ternyata itu masalahnya,
“Akan sulit untuk mengajukan tuntutan kalau cideranya hanya dua minggu.
Aku akan membuatnya semakin sulit untuk mencari nafkah.” kata Do Jin
berdiri kemudian meninggalkan restouran.
Do Jin mendatangi si klien yang
katanya sangat pemilih dan terus berdebat tentang konsep desain bahkan
tak berhenti mencaci maki. Manajer Choi yang ketika itu mengerjakan
proyek tak tahan mendengar makian dan mengumpat si klien. Dan pada saat
itulah si klien melemparkan gelas kaca pada Manajer Choi.
Do
Jin masuk ke ruangan klien dengan paksa. Si Klien menanyakan keperluan
Do Jin datang. Do Jin celingukan dan menemukan gelas di meja. Ia pun
mengambilnya.
Do Jin berbasa-basi menanyakan kabar,
kemudian ia melempar-lembar seolah menimbang gelas yang ia pegang dan
bergumam kalau gelas itu harganya pasti mahal. Ia sering mendengar kalau
kliennya ini sering melemparkan gelas.
Seperti
ini. Brakkk Do Jin melempar gelas ke arah si Klien. Si Klien menghindar
jadi tak kena. Ia marah-marah atas apa yang dilakukan Do Jin padanya.
Do Jin : “Kenapa kau melempar gelas pada seseorang? Walaupun meleset tapi itu tetap berbahaya.”
Si
Klien tahu kenapa Do Jin melakukan ini. Ia tak terima dan mengatakan
tak bisa bekerja sama lagi dengan Do Jin. Do Jin tak masalah bukan
kliennya yang tak bersedia tapi ia yang tak bersedia. Do Jin
mengeluarkan surat perjanjian kontrak dan merobeknya. Ia tak bersedia
bekerja sama dengan orang busuk seperti kliennya ini.
Si
Klien mencibir apa Do Jin pikir hanya Hwa Dam satu-satunya perusahaan
arsitek di Korea. Do Jin memberi tahu kalau ada lebih dari 100
perusahaan jika mencarinya di internet. Tapi untungnya industri ini
membenci manusia-manusia busuk yang mencoba menghindari membayar biaya
desain.
Do Jin : “Galery? Jangan bercanda.
Beli sendiri buku gambar dan buatlah beberapa desain. Jangan merendahkan
komunitas seni Korea.”
Do
Jin kembali ke kantornya. Disana Manajer Choi datang dengan luka di
dahinya. “Apa kau mau mati?” tanya Do Jin. Manajer Choi minta maaf,
sebenarnya ia ingin menahan diri.
Do Jin : “Apa kau tahu kenapa
gajimu lebih sedikit daripada aku? Itu karena saat sesuatu seperti ini
terjadi kau bisa lari dan sembunyi di belakangku. Aku digaji lebih
banyak karena aku harus menyelesaikan masalah seperti ini.”
Manajer Choi : “Tapi biaya desain yang tidak dibayarkan pada kita mendekati 200juta won.”
Do Jin tak peduli berapapun biayanya, nilai pegawainya 500won lebih banyak. 200.000.500 won.
“Kau belum pernah gagal dalam
bisnis bagaimana mungkin kau lebih memlilih uang daripada nyawa. Aku
sudah 3 kali bangkrut.” Ucap Do Jin.
Manajer
Choi terharu dan berterima kasih. Ia juga minta maaf. Do Jin
mengingatkan jangan sampai tubuh Manajer Choi yang lelah itu
mempengaruhi semangat kerja. “Kalau merasa bersalah malam ini kerja
lembur. Mulai sekarang kerja lembur akan menjadi takdir kalian. Oke?”
“Ya Presdir!” kata meraka semangat.
Do
Jin menghubungi Yoon meminta mengurus masalah ini dan mendapatkan
pembayaran yang 200juta won tapi Yoon bilang tak bisa mendapatkannya
karena Do Jin sudah merobek perjanjian kontraknya.
Do Jin marah-marah kesal, “Aish... apa kau masih menyebut dirimu pengacara? Bawa kontrakmu kesini biar kurobek robek.” hahaha
Do Jin gelisah, “200juta 200juta.” Gumamnya. Ia tak menyangka sudah kehilangan 200 juta won.
Di
luar kantor Hwa Dam, Do Jin berpapasan dengan Tae San. Do Jin mengira
Tae San akan langsung pulang setelah dari lokasi proyek. Tae San
mengatakan kalau ia harus mengambil beberapa dokumen karena Pengadilan
tak mengeluarkan ijin bangunan. Do Jin tanya kenapa, Tae San tak tahu
dan ia akan segera mencari tahu.
Tae San ingin mampir ke rumah Se Ra
mumpung Se Ra sedang tak di rumah. Ia kesal karena Do Jin hanya mengukur
panjang dan lebar dapur Se Ra. Do Jin menawarkan ia yang akan ke rumah
Se Ra. Tae San mengiyakan karena dirinya sendiri masih cukup sibuk.
Do
Jin tentu saja senang apalagi Se Ra sedang tak ada di rumah hehe. Ia
kembali membayangkan dirinya berjalan di padang rumput yang indah.
Yi
Soo membuka pintu. Do Jin sudah sampai dan bergumam kenapa Yi Soo
membuka pintu tanpa bertanya siapa itu. Yi Soo sudah tahu kalau Do Jin
akan datang karena Tae San sudah memberitahu dirinya.
Yi
Soo menyampaikan kalau Se Ra tak ada di rumah. Do Jin tahu itu makanya
dia datang ke sini dan juga karena Yi Soo sendirian di rumah. “Aku
berfikir aku mungkin bisa melihatmu keluar setelah mandi.” Yi Soo
mendelik, “Lakukan saja apa yang harus kau lakukan lalu pergi.”
Do
Jin mengamati dapur Se Ra. Yi Soo dikamarnya, sepertinya ia sedang
mengerjakan tugas dari sekolah. Tapi laptopnya error. Ia panik dan
memukul-mukul laptopnya. (Yah itu mah bukannya bener malah rusak kan
hahaha)
Do
Jin meminta Yi Soo keluar dari kamar. Ia harus mengukur tinggi dapur.
Ia menawarkan apa Yi Soo yang mengukur atau yang memegangnya. Yi Soo
memilih memegangnya, ia pun memegang kursi.
Do
Jin mengukur tinggi ruang dapur Se Ra. Melihat gelagat Yi Soo, ia
menebak Yi Soo pasti sedang dalam masalah. Yi Soo mengatakan laptopnya
ada masalah. Do Jin menawarkan diri akan melihatnya tapi Yi Soo menolak.
Do Jin memaksa akan melakukannya dan ia sangat yakin kalau Yi Soo akan
berterima kasih padanya.
Yi Soo yang dari tadi duduk memegang
meteran bertanya sampai kapan ia harus memegang alat pengukurnya. Do Jin
mengatakan kalau mengukurnya sudah selesai dari tadi. Yi Soo kembali
mendelik kesal. Do Jin langsung masuk ke kamar Yi Soo untuk mengecek
laptop.
Do
Jin mengatakan kalau error yang terjadi pada Laptop Yi Soo terjadi
karena Yi Soo terlalu banyak menonton film porno buwahaha. Do Jin ingin
Yi Soo mengambilkan minuman untuknya seperti yang ada di meja Yi Soo. Yi
Soo ke dapur mengambilkannya.
Do Jin berhasil mengatasi laptop Yi
Soo dan tersenyum puas. Ia pun membuka-buka internet dan mendapati
foto-foto Yi Soo berdua dengan Se Ra dan juga dengan guru-guru di
sekolah.
Tapi
Do Jin juga melihat foto Yi Soo dengan baju bikini wakakaka.... Do Jin
kaget plus melongo, bukan hanya satu atau dua foto tapi beberapa foto Yi
Soo mengenakan bikini.
Seperti
kucing yang mendapatkan ikan... Do Jin seperti mendapatkan santapan
lezat, ia pun berusaha melihat foto itu lebih dekat. hahaha...
“Apa
yang sedang kau lakukan?” Yi Soo tiba-tiba mengagetkan Do Jin. Do Jin
panik tak tahu harus berbuat apa agar apa yang ia lihat tak diketahui Yi
Soo.
Do JIn celingukan mencari sesuatu
untuk menutupi layar monitor laptop. Saking paniknya dan tak tahu harus
berbuat apa, ia mengambil kopi yang ada di gelas dan menyiramkannya ke
layar laptop. Byur....
Yi
Soo jelas saja terkejut, laptopnya disiram kopi. “Apa yang kau lakukan?
apa kau sudah gila?” Laptop Yi Soo pun kedip-kedip. Do Jin berfikir
dangkal ia mengira kalau kopi itu gelap jadi bisa menutupinya hahaha.
Yi Soo tak habis pikir kenapa Do JIn
menuangkan kopi setelah memperbaikinya. Ia mengambil tisu berusaha
menghilangkan cairan kopi dari laptopnya.
“Apa kau kesal tentang monitornya?” tanya Do Jin khawatir Yi Soo marah karena ia melihat foto Yi Soo berbikini.
“Lalu
apa lagi? bikini? Memangnya kenapa dengan bikini itu? aku
meng-upload-nya agar bisa diilihat orang. Aku membuat diriku lapar sejak
musim semi agar bisa memakai bikini itu. Dan aku juga mencoba mencari
angle yang terbaik.” kata Yi Soo bangga.
Yi
Soo kesal Do Jin harus ganti rugi laptopnya. Do Jin tak menyangka
ternyata Yi Soo memang sengaja meng-unggahnya. Ia tertawa dan berjanji
akan mengganti laptop Yi Soo yang rusak.
Do Jin : “Tapi kita harus hati-hati dengan sebab akibatnya.”
Yi Soo : “Sebab akibat apa?”
Do Jin mengatakan kalau seks
juga dipelajari dan Yi Soo pasti mengetahui itu. Malam pria yang sehat
dan malam wanita yang sehat dihabiskan dengan cara yang berbeda.
Yi Soo : lalu?
Do
Jin : “Aku tak boleh memiliki cinta yang bertepuk sebelah tangan. Tak
boleh mempunyai wanita lain. Setelah semua itu, apa aku bahkan tak boleh
menyentuhmu? Itulah yang kau inginkan? Lebih buruk lagi, melihat
seorang wanita dengan tulang selangka yang indah seperti itu.”
Do Jin pamit pulang tapi ia mengingatkan Yi Soo untuk menunggu teleponnya dan jangan lupa diangkat.
Yi Soo penasaran karena dibilang tulang selangkanya indah. Ia pun berkaca untuk memastikannya.
Tiba-tiba
Do Jin kembali masuk ke kamar dan mengagetkannya. Ia pun berusaha
menutupi tulang selangkanya tapi sial malah bagian perutnya terbuka
karena bajunya terangkat. Do Jin tersenyum-senyum melihatnya.
Yi
Soo sadar kalau sudah membuat kesalahan dan segera berbalik badan untuk
menutupinya. Ia malu bukan main. (Tapi kok ya waktu foto bikininya
dilihat ia tak malu hahaha)
Yi Soo meminta Do Jin cepat pergi karena ia tak mau keluar dari kamar sebalum ia mati karena malu. Hehe.
Do Jin masih tersenyum, “Aku akan pergi walaupun aku tak mau pergi. Kalau aku tinggal, sesuatu yang hebat mungkin akan terjadi.”
Yi Soo terdiam. Do Jin segera keluar dari rumah Se Ra.
Do
Jin sampai di toko laptop, ia tersenyum-senyum mengingat kejadian tadi
tanpa sengaja ia menyenggol pelanggan lain dan minta maaf. Tapi
pelanggan itu Jung Rok. Keduanya kaget.
Jung Rok ingin tahu apa yang
dilakukan Do Jin disini. Do Jin menjawab kalau ia mau membelikan laptop
untuk seseorang. Ia kemudian balik bertanya Jung Rok sendiri apa yang
dilakukan di toko laptop.
Jung Rok berlasan kalau ia melihat lampu kios menyala saat ia lewat jadi ia memutuskan untuk masuk.
Do Jin : “Apa komputermu dihancurkan lagi karena kau ketahuan nonton film porno?”
Jung Rok berusaha mengelak
karena pelayan toko mendengar pertanyaan Do Jin tadi dan ia pun
bertanya-tanya kenapa istrinya begitu tak suka dengan film baseball. Do
Jin terkekeh, “Simpan saja penampilan yang bagus itu dihatimu!”
Jung Rok : “Tapi hatiku bukan HD!”
Keesokan
harinya di kantor Yoon. Meari sudah ada disana bahkan ketika Yoon baru
saja datang. Yoon langsung menanyakan apa yang dilakukan Meari di tempat
kerjanya. Kalau Meari bosan pergi saja jalan-jalan dengan teman Meari.
Meari merengut ia bosan bukan
karena ia berada di kantor Yoon. Meari ingin Yoon menutup mata selama 5
detik. Tepat saat itu Pengacara Kang masuk dan melihat Yoon ada tamu.
Meari mendelik kasar dan bergumam dalam hati, “Apa kau tak bisa melihatnya?”
Yoon mengatakan kalau Meari
bukan tamunya. Pengacara Kang membicarakan kasus yang tengah mereka
tangani. Meari menatap pengacara Kang dari kepala sampai kaki dan
kembali bergumam dalam hati kalau pengacara Kang ini menyemprotkan
seluruh parfum ke tubuh. Pengacara Kang juga berdirinya seolah menggoda.
Haha.
Ketika pengacara Kang sudah
keluar, Meari ngomel-ngmoel pada Yoon. Yoon mengatakan kalau ia sibuk
dan tak punya waktu. Meari hanya minta waktu 5 detik saja.
Yoon : “Apa yang akan kau lakukan dalam waktu 5 detik?”
Meari : “Kau memberikan dia satu menit tapi tak bisa 5 detik untukku?
Yoon : “Lalu kenapa?”
Meari : “Aku tak akan menciummu aku bahkan tak akan menyentuh sehelai rambutmu.”
Yoon
memperingatkan hanya 5 detik saja. Ia pun memejamkan matanya. Meari
mengambil potongan kain kulit yang ingin ia jadikan tas. Ia mencocokkan
dengan warna kulit Yoon.
Meari
sudah selesai, tapi ia menatap Yoon sambil tersenyum. Kepala Yoon
nengleng-nengleng haha. “Sudah 5 detik.” Kata meari. Yoon membuka mata
gugup dan bertanya apa yang Meari lakukan selama 5 detik tadi.
“Tak ada.” jawab Meari. “Apa kakak mengharapkan sesuatu?”
Yoon menyuruh Meari pergi karena
ia harus bekerja. Meari berkata apa Yoon pikir ia hanya bermain-main,
mulai sekarang ia juga akan bekerja. Sebelum pergi Meari mengancam awas
saja kalau Yoon makan siang dengan pengacara Kang.
Dimana
Meari bekerja, di kafe kopi Mango Six-nya Jung Rok. Meari
memperkenalkan diri pada Jung Rok. Jung Rok menatap istrinya tak
menyangka kalau istrinya ini akan mempekarjakan Meari.
Jung Rok menilai ini hanya
sebuah lelucon. Tapi istrinya serius mempekerjakan Meari, “Dia cantik,
masih muda bahkan lulusan luar negeri, apa masih kurang?”
Jung Rok menjelaskan walaupun
begitu tapi ini sedikit melenceng dari filosofi bisnisnya. Sebagai CEO
yang baik dalam merekrut karyawan baru tak boleh yang mempunyai hubungan
pribadi. Min Suk minta menetapkan aturan itu lain kali saja.
Jung Rok pun apa boleh buat ia menyambut Meari sebagai karyawan baru di Mango Six. “Lakukan yang terbaik Meari!”
“Good luck to you!” ucap Meari penuh keyakinan.
Do
Jin, Yoon dan Jung Rok makan siang bersama. Jung Rok mengatakan pada
kedua temannya ini kalau Meari bekerja di kafenya. “Katanya good luck to
you. Adakah yang lebih menakutkan daripada itu? Meari adalah CCTV yang
bernyawa. Begitu aku memulai pembicaraan dengan seorang wanita, matanya
akan memerah dan mulai merekam. On air.”
Yoon tahu kalau Min Suk memang orang yang seperti itu, tapi ini sudah keterlaluan. Jung Rok membenarkan.
Yoon : “Walaupun kau memang sumber
masalah, tapi ini sudah terlalu jauh. Apa uang memberi dia hak? Aku tak
bisa percaya ini.” (Yoon sepertinya juga mulai kesal haha)
Do
Jin menyahut kalau memang Jung Rok tak bersalah itu tak akan masalah.
Jung Rok menilai tentu saja itu akan menjadi masalah. Karena ia bukan
orang yang tak bersalah. Yoon lelah mendengar ocehan Jung Rok dan
mengajak Do Jin pergi. Do Jin mengingatkan kalau urusan Meari lebih baik
Jung Rok urus saja sendiri.
Jung
Rok mencak-mencak, “Bagaimana bisa begitu? Apa kalian sungguh akan
melakukan ini? Kalau kalian mengabaikanku, kalian hanya bisa hidup
selama 7 bulan. Apa kalian mendengarku?”
Tae
San dan Se Ra pergi berkencan di taman. Tae San merasa kalau kondisi Se
Ra sedang tak sehat itu terlihat karena Se Ra tak bermain golf dengan
baik hari ini. Se Ra mengatakan kalau ia tak pernah bermain baik.
Se Ra melihat kalau di taman ini
penuh dengan pasangan kekasih. Tae San menyahut bukankah ia dan Se Ra
juga pasangan kekasih dan yang paling istimewa diantara semuanya. Se Ra
tanya kenapa.
Tae San : “Kecuali kita, semua laki-laki membawakan tas pacarnya. Sampai matipun aku tak akan melakukan itu!”
Se
Ra : “Aku juga tak akan membiarkanmu melakukannya. Karena bagi seorang
wanita tas adalah aksesoris fashion yang sangat penting. Wanita yang
membawa tas bagus tak akan pernah meminta pacarnya untuk membawakan
tas-nya.”
“Itulah kenapa aku menyukaimu.” Tae San mencubit pipi Se Ra.
Se
Ra ingin mengetahui isi hati Tae San lebih jauh. Ia pun bertanya apa
Tae San tak bosan padanya. Tak pernahkah Tae San mempertimbangkan untuk
putus dengannya. Tae San menjawab. Se Ra kembali bertanya kenapa Tae San
tak melakukannya.
Tae San heran apa Se Ra sedang
mengalami demam di musim semi, apa Se Ra ingin putus darinya. Se Ra
hanya penasaran karena siapa tahu ada wanita lain yang ada di hati Tae
San.
Tae San mengingatkan bukankah Se
Ra sudah melihat, mendengar bahkan menyentuhnya, apa Se Ra masih belum
memahaminya. Kalau ia menyembunyikan wanita lain dihatinya, kenapa ia
harus ragu dan tentu saja ia akan kehilangan Se Ra. Se Ra tak mengerti
maksudnya. Tae San mengatakan kalau ia tak akan mengkhianati Se Ra.
Se Ra tanya jam berapa Tae San selesai
bekerja karena hari ini ia ingin bersama Tae San. Tae San bingung
karena di rumah ada Meari. Se Ra menawarkan lebih baik keduanya bersama
di rumahnya saja. Tapi Tae San tak enak dengan Yi Soo. Se Ra mengatakan
kalau Yi Soo hari ini tak ada di rumah. Dia pergi mendaki 2 hari 1
malam. Tae San setuju.
Yi
Soo sudah siap dengan pakaian mendakinya tapi tiba-tiba ia mendapatkan
SMS dari Guru Park yang membatalkan rencana mendakinya karena saudaranya
datang. Yi Soo jelas kesal karena ia sudah bersiap-siap dan tinggal
berangkat saja.
Ada
kurir yang datang mengirimkan paket untuk Yi Soo dan mengatakan kalau
pengirimnya itu Meari. Kurir itu bertanya apa Yi Soo pasti akan memakai
barang yang dikirim ini. Yi Soo bingung apa maksudnya.
Yi
Soo membuka paket kiriman Meari. Isinya gaun merah yang Meari kirimkan
gambarnya. Yi Soo membaca pesan yang ditinggalkan Meari, ‘Kalau guruku
menolak memakainya tolong pakaikan ke tubuhnya.’ (hahaha oh pantas tadi
si kurir nanyain)
Yi Soo langsung mencoba memakainya. Wow ia terlihat semakin seksi.... Yi Soo berputar-putar melihat penampilannya yang wah...
Tiba-tiba
Tae San masuk dengan membawa sebotol anggur. Ia tak menyangka kalau Yi
Soo masih ada di rumah karena yang ia tahu Yi Soo pergi mendaki. Tae San
canggung melihat penampilan Yi Soo yang lain dari biasanya. Tae San
akan pergi lagi dan akan kembali nanti.
Yi Soo bilang ia tak apa-apa
karena ia juga akan pergi jadi Tae San tetap saja di rumah dan menunggu
Se Ra. Yi Soo mengaku tadinya ia ingin mendaki gunung tapi temannya tak
jadi ikut untung saja ia sudah memutuskan untuk pergi ke pesta. (pesta
siapa)
Yi Soo segera keluar dan
beralasan ia sudah terlambat. Ia menitipkan pesan untuk Se Ra kalau ia
akan pulang terlambat, ia akan menginap di tempat lain.
Yi
Soo menjadi tontonan orang-orang di jalan dengan pakaian yang ia
kenakan sangat minim di siang bolong. Ia malu bukan main dan berusaha
menutupi wajahnya.
Colin
masuk ke toko sepatu. Ia disambut hangat oleh pelayan-pelayan disana.
Ia heran karena sejak tiba di Korea ia sudah disambut ribuan kali
(hahaha ini bedanya antara negeri timur dengan barat... adat timur
mengedepankan kesopanan dan tentu saja menyambut tamu salah satunya)
Colin memilih-milih sepatu.
Pelayan menanyakan model sepatu yang sedang dicari Colin itu yang
seperti apa. Colin ingin desain yang simpel. Colin mengambil satu sepatu
pilihannya.
Pelayan
itu menawarkan apa Colin ingin menjadi member toko mereka. Pelayan
menjelaskan keuntungan, Colin setuju karena ia akan lama tinggal di
Korea. Colin bertanya pada si pelayan klub malam mana yang paling keren
di Gangnam.
Tae
San menuangkan anggur untuk Se Ra. Se Ra melihat wajah Tae San yang
penuh kekhawatiran. Tae San mengajak Se Ra menikmati suasana di luar
tapi Se Ra menolak ia ingin berkencan di rumah.
Tae San mengatakan kalau tadi ia
berpapasan dengan Yi Soo dan suasananya sangat canggung. Ia seakan-akan
seperti mengusir Yi Soo keluar jadi ia merasa bersalah. Ia juga merasa
sepertinya Yi Soo sengaja pergi untuk memberi kesempatan berdua antara
dirinya dengan Se Ra. Se Ra minta Tae San berhenti merasa bersalah.
Tae
San tetap ngotot mengajak Se Ra keluar makan malam yang enak. Se Ra
yang jelas tak mau, ia jadi kesal apa Tae San tak tahu kalau sekarang
Tae San lebih peduli pada Yi Soo daripada dirinya. Apa Tae San tak
peduli ia sedang lelah atau sensitif. “Kau ingin pergi hanya karena kau
merasa tak nyaman tinggal di rumah ini. Sejak kapan Yi Soo jadi
sepenting ini?”
Tae San berkata bukan itu
maksudnya, ia tahu kalau Se Ra sekarang lebih sensitif karena kompetisi.
Ia juga tahu kalau Se Ra berada dibawah banyak tekanan jadi ia bisa
memahami kenapa Se Ra mengarahkan emosi kepadanya. Tapi Yi Soo itu kan
teman Se Ra, tak baik memperlakukan Yi Soo seperti itu.
Tae
San sadar diri ia merasa kalau ia terlalu lama tinggal itu akan memicu
pertengkaran antara dirinya dengan Se Ra. Ia pun pamit pulang. Se Ra
mengancam kalau Tae San pergi sekarang itu berarti hubungan mereka
selesai. Tae San tak menanggapinya ia hanya berpesan agar Se Ra
beristirahat karena Se Ra terlihat sangat lelah.
Yi
Soo tak tahu kemana ia harus pergi. Ia tak bisa pulang karena Tae San
ada di rumah Se Ra. Ia luntang-lantung di jalanan dengan gaun merah
minimnya dan menajdi tontonan orang.
Karena dompetnya itu satu paket
dengan gaun ia belum sempat memasukan uang jadilah ia tak membawa uang
sedikitpun. Ia menelpon Meari, ia marah-marah apa yang sudah Meari
lakukan padanya. Karena gaun yang Meari kirim sekarang ia berada dalam
situasi yang menyedihkan. Ia minta Meari segera menjemputnya.
Meari senang gurunya sudah
menerima kirimannya. Ia bertanya apa gaun itu sudah dipakai, bukankah
gaun itu cantik. Yi Soo mengatakan kalau gaun itu terlalu cantik sampai
sekitar 100 orang menatapnya. Ia mengeraskan suara meminta Meari segera
menjemputnya. Tapi Meari tak bisa ia sibuk. Ia menyarankan lebih baik Yi
Soo ke rumahnya, ia akan memberi ongkos taksi kalau sudah tiba di
rumahnya. Tapi Yi Soo tak tahu dimana rumah Meari. Meari pun memberikan
alamatnya.
Yi
Soo sampai di depan rumah Meari dan tercengang betapa megah rumah
Muridnya ini. Ia baru sadar apa yang dikatakan Guru Park benar. Meari
putri konglomerat. Meari membayarkan ongkos taksi Yi Soo.
“Apa ini rumahmu? Apa ini tempat
tinggalmu?” Yi Soo masih tak percaya. “Bukankah kau mengatakan kalau
orang tuamu menjalankan bisnis. Apa kau benar-benar anak orang kaya?”
Tepat saat itu mobil Tae San
datang. Meari heran bukankah Yi Soo bilang kalau kakaknya itu bersama Se
Ra. Yi Soo mulai panik. Ia ingin menghindar agar tak diketahui oleh Tae
San. Ia berputar-putar mencari tempat persembunyain. Meari minta maaf
karena sudah terlambat untuk bersembunyi dari kakaknya.
Tae
San heran kenapa Yi Soo ada di rumahnya. Yi Soo tak tahu harus bilang
apa, akhirnya ia mengatakan kalau ia mengajak Meari pergi ke pesta
bersamanya. Yi Soo menyuruh Meari cepat-cepat ganti baju. Yi Soo memberi
kode agar Meari cepat. Meari mengerti ia segera masuk untuk berganti
pakaian tapi kesal juga karena ia yang dijadikan alasan oleh Yi Soo.
Yi Soo ingin tahu apa yang terjadi,
kenapa Tae San pulang. Tae San beralasan kalau ia pulang untuk mengambil
sesuatu ia lupa membawa anggur yang disukai Se Ra. Tae San segera masuk
ke rumahnya. (padahal emang pulang)
Di
dalam taksi Meari merengut karena semua ini gara-gara gurunya. Yi Soo
balik marah kenapa gara-gara dia semua ini terjadi karena gaun yang
Meari kirimkan padanya, “Kenapa nasib buruk selalu terjadi padaku setiap
aku memerima sesuatu darimu?”
Supir taksi tanya mau kemana
keduanya. Yi Soo tak tahu, karena Meari yang membayar ongkos taksinya ia
minta Meari saja yang menentukan tempatnya. Meari senang ia akan
benar-benar pergi ke tempat yang ingin ia kunjungi.
Dimana itu.
Klub
malam. Yi Soo merasa canggung duduk bersama beberapa anak muda.
Beberapa pemuda mulai menggoda Yi Soo dengan mengatakan kalau Yi Soo
benar-benar tipenya. Tapi Yi Soo berkata lain karena pemuda itu bukan
tipenya lagi pula usia para pemuda itu hampir sama dengan muridnya.
Meari menyukai lagu yang
diputar, ia mengajak teman-temannya berdansa dan Yi Soo pun ditinggal
sendirian. Ia bergumam lemah ternyata Tae San tinggal di rumah yang
seperti itu.
Yi Soo celingukan mencari Meari
di lantai dansa tapi ia tak menemukannya. Yi Soo pun bertanya pada teman
Meari. Teman Meari mengatakan kalau Meari pergi setelah beberapa pria
menanyakan nomor hapenya. Yi Soo tanya pergi kemana. Teman Meari
menjawab tak tahu dan melanjutkan dansanya.
Yi
Soo berusaha menghubungi Meari tapi ponsel Meari tak bisa dihubungi.
Tak jauh dari tempat Yi Soo berdiri seorang pemuda menatapnya, itu
Colin.
Colin mendekat ke arah Yi Soo
dan menyapanya karena bisa bertemu lagi. Tapi Yi Soo cuek tak menoleh
sedkit pun. Colin menilai penampilan Yi Soo benar-benar tak seperti
pekerjaan Yi Soo dan juga Yi Soo memiliki aktivitas yang tak sesuai
dengan pekerjaan Yi Soo. “Kau mencuri mobil dan senang ke klub malam.”
Yi
Soo berbalik menatap Colin dan berkata ia sadar kalau ia memang cantik
tapi ia juga punya banyak murid seperti Colin. Jadi bermainlah di tempat
lain (sepertinya Yi Soo belum menyadari kalau sudah pernah bertemu
dengan Colin)
Yi Soo mengirim SMS pada Meari menanyakan keberadaan Meari.
Dimanakah Meari? Ternyata dia
terkunci di toilet. Ia terus berteriak apa ada orang di luar tapi
sia-sia tak ada siapa-siapa disana.
Colin akan ke toilet dan
mendengar suara teriakan Meari yang minta tolong. Ia pun masuk ke toilet
wanita dan bertanya apa yang terjadi. Meari lega karena ada yang
mendengar teriakannya. Ia minta tolong dipanggilkan petugas untuk
membukakan pintunya.
Colin
meminta Meari menjauh dari pintu dan mendekat ke dinding kalau tidak
Meari bisa terluka. Meari merapat ke dinding. Brak..... sekuat tenaga
Colin menendang pintu toilet membuat Meari terkejut bukan main.
Meari bergumam seharusnya
memanggil karyawan bukan merusaknya. Tapi Colin tak peduli ia sendiri
ingin ke toilet jadi kalau memanggil orang akan memakan waktu lama.
Colin pun segera pergi ke toilet pria. Meari menyadari sesuatu kalau
pria yang barusan menolongnya ini pernah ia temui di pesawat, pria yang
meminjamkan earphone padanya.
Ponsel
Yi Soo lowbat. Ia sekarang berada di luar klub malam masih berusaha
menghubungi Meari. Ia sadar kalau Meari masih ingin bersenang-senang
tapi ia ingin pulang duluan ia pun mengirim SMS kembali pada Meari
meminta Meari segera keluar ke pintu masuk, ia membutuhkan uang 30rb won
untuk pulang.
Yi Soo teringat dengan pemuda
tadi, pemuda yang ia temui di pinggir jalan yang mencari tumpangan. Yi
Soo bertanya-tanya apa dia benar-benar murid SMA, “Dasar anak nakal.”
Dan
si anak nakal yang disebut Yi Soo pun keluar. Colin sadar sepertinya Yi
Soo sudah ingat dirinya. Yi Soo membenarkan ia sudah ingat semuanya,
“Kenapa anak SMA bisa datang ke tempat yang seperti ini? Kau minum
alkohol juga kan?”
Colin berkata sambil tersenyum
kalau ia sudah melakukan banyak hal. Yi Soo maju mendekat ke arah colin
meminta nomor ponsel orang tua Colin.
Colin tersenyum-senyum menghindar dan berseru, “Takdir kita berakhir disini. Kalau kita ditakdirkan kita akan bertemu lagi.”
Dengan baterai ponsel yang limit ia kembali mencoba menghubungi Meari tapi tetap saja ponsel Meari tak bisa dihubungi.
Menelepon Se Ra? ia tak bisa melakukannya. Karena Se Ra sedang bersama Tae San.
Menelepon Yoon? Tak mungkin karena ia berfikir Yoon pasti sibuk.
Guru Park? Ia malas melakukannya.
Kim Do Jin..... (kontak nama Do Jin ‘flower man’ haha)
Do Jin berada di mobilnya menerima telapon dari Yi Soo. Yi Soo tak tahu harus bilang apa dan bertanya dimana Do Jin.
Do Jin tak mengatakannya ia
malah baik bertanya memangnya hubungan mereka sudah sedekat itu sampai
Yi Soo menanyakan keberadaannya. Yi Soo tak bermaksud begitu, lalu Yi
Soo mengalihkan ke pembicaraan mengenai laptopnya.
“Menghubungiku tengah malam
begini hanya untuk menanyakan itu?” (Di mobil Do Jin sudah ada laptop
tuh mungkin pengganti laptop Yi Soo yang rusak)
Yi Soo ingin mengajukan kesepakatan
dengan Do Jin sebagai pengganti ganti rugi llaptopnya yang rusak. Yi Soo
mengatakan dimana dirinya berada saat ini, ia sedang dalam situasi yang
tak menguntungkan, ia ingin memberi penawaran menarik. Kalau Do Jin
menjemputnya ia akan menganggap itu sebagai kompensasi atas laptopnya.
“Tidak cukup menarik.” sahut Do Jin membuat Yi Soo mewek-mewek karena sekarang ia berada dalam situasi yang sangat memalukan.
Do Jin : “Apa kerana itu kau memintaku untuk menjemputmu?”
Yi Soo gelagapan, “Ya karena kau bertanya akan kujawab. Ya begitulah!”
Do Jin : “Bagaimana ya? Sekarang aku sedang sibuk.”
Yi Soo berkata kalau ia terpaksa
menelepon Do Jin sebagai upaya terakhirnya. Sekarang ia sendirian, tak
punya uang bahkan sudah larut malam. Bisa-bisa ia kehabisan nafas.
“Cinta bertepuk sebelah tanganmu sedang tak punya uang dan seperti
wanita jalang yang berkeliaran di jalanan. Seorang gadis dengan pakaian
minim berdiri di pinggir jalan. Apa kau sama sekali tak merasa
terganggu?”
“Naiklah mobil pria yang
menawarkan paling banyak uang.” Do Jin tersenyum, apa ia mengabaikan Yi
Soo begitu saja. Tidak. Ia putar balik mobilnya menuju dimana Yi Soo
berada.
“Apa yang dikatakanya? dia datang atau tidak?” Dan ponsel Yi Soo pun mati.
Yoon
dan pengacara Kang keluar dari rumah Jung Rok. Jung Rok senang bisa
bertemu dengan pengacara Kang dan sering datang ke tempatnya.
Jung Rok mengatakan kalau
pengacara Choi Yoon ini pria yang baik. Yoon menyela meminta Jung Rok
jangan bicara omong kosong dan segera masuk. Jung Rok memberi semangat
untuk pengacara Kang (semangat apa nih hahaha)
Yoon
tanya bagaimana dengan mobil pengacara Kang. Pengacara Kang berkata
kalau ia sudah menelepon supir penggantinya. Pengacara Kang bertanya
gadis itu (Meari) ia ingin tahu siapa dia.
Yoon : “Gadis yang aku kenal
sejak dia lahir. Aku ingat seragam TK-nya yang pertama dan aku ingat
pertama kali dia memakai hak tinggi.”
Karena supirnya sudah datang keduanya pulang bersama. Yoon duduk di samping pak supir pengacara Kang di belakang.
Do
Jin sampai dimana Yi Soo berada. Ia melihat Yi Soo dengan gaun merah
mini tengah bicara dengan seseorang yang berada di dalam mobil. Ia
melihat Yi Soo tampak tak nyaman dengan gaun mini itu. Ia penasaran
dengan siapa Yi Soo bicara apalagi Yi Soo tersenyum-seyum cerah yang
sama sekali tak pernah dilihatnya.
Yi
Soo tertawa-tawa riang. Do Jin pun terbakar api cemburu. Ia tak rela Yi
Soo tertawa dan tersenyum seindah itu untuk orang lain atau lebih
tepatnya pria lain karena ia tadi menyarankan Yi Soo untuk menumpang
mobil pria yang menawarkan harga paling tinggi.
Do Jin tancap gas dan brakkk..... ia sengaja menambrakan mobilnya ke mobil yang ada di depannya.
Yi
Soo berteriak kaget dan melihat siapa yang melakukannya. Ia makin
terkejut kalau si pelaku itu Kim Do Jin. Do Jin marah terbakar api
cemburu......
Bersambung Episode
Tidak ada komentar :
Posting Komentar