Prolog
Mereka berempat berada di kafe. Bercanda dan tertawa-tawa.
Suara Tae San : “Hari ini kami sedang
duduk melihat langit biru di dekat jendela sebuah kafe Perancis.
Sebenarnya mendiskusikan hal-hal yang berhubungan dengan internasional
yang selalu berubah atau ketidakstabilan bursa saham luar negeri yang
akan dianggap lebih normal. Tapi sebenarnya kami berada disini untuk
menggosipkan teman-teman sekelas kami yang bernasib baik. Kecuali Do
Pal.” (Do Pal sebutan Tae San untuk Do Jin)
Tae-san terbengong-bengong
melihat tampang Do Jin yang diam saja. “Kenapa? Ada masalah apa? Apa kau
mengacaukan kontrak dengan Ny Song?”
“Tidak mungkin.” sahut Do Jin. “Kau sudah banyak berkorban.”
“Lalu kenapa?” Tanya Tae San.
Do
Jin : “Aku hanya merasa setelah kita berusia 40 tahun sekarang, mungkin
kita sudah mencapai usia dimana kita tidak akan lagi menyadari jika
seseorang menyukai kita.”
Tae San penasaran, “Apa ada yang menyukaimu? Siapa? Apa dia cantik?”
Jung Rok ikutan bertanya, “Berapa usianya? Apa dia cantik?”
Yoon pun ikut penasaran, “Apa dia cantik?”
Ketiganya menatap penuh penasaran.
Do Jin malah menerangkan tentang
Konfisius dan membuat yang lain mengacuhkannya dan bicara yang lain.
“Konfusius pernah berkata yang disebut usia 40-an adalah usia dimana kau
tidak akan goyah oleh hasrat duniawi.”
Tiba-tiba
tatapan mata Jung Rok melihat ke arah luar kafe. Yoon dan Tae San juga
melongo melihatnya. Do Jin heran dan berbalik ia ingin tahu apa yang
dilihat teman-temannya.
Oh oh seorang wanita cantik
memakai rok mini hihi... Naluri lelaki mereka pun keluar. Melongo
hahaha... keempatnya menatap wanita itu dari mulai kaki sampai kepala.
Si
wanita berniat mengambil sesuatu yang terjatuh. Ke empat pria ini
langsung saja nunduk ingin melihat atau lebih tepatnya ngintip hahaha
(lihat apa wakakaka)
Ternyata konfusius salah, “Kami masih selalu dan selamanya pria.... pria perkasa.”
Sinopsis A Gentleman’s Dignity Episode 2 Part 1
Kim
Do Jin di ruang kerjanya menatap foto Tae San bersama Se Ra. Disana
juga ada sarung tangan milik Tae San yang tadi terus dipandang Yi Soo.
Ia memandang kesal yang melipatnya dengan tanda jari tengah mengarak ke
kursi Tae San (tanda f*ck)
Yi
Soo tiduran di kamar, ia masih cemas dan gempulingan di kasur. Se Ra
masuk ke kamar Yi soo dan berkata kalau dirinya kelaparan dan mengajak
Yi Soo makan. Tapi Yi Soo ogah-ogahan dan bertanya apa masih ada makanan
di kulkas. Ia menyarankan lebih baik pesan makanana saja. Se Ra punya
usul dari pada pesan makanan lebih baik makan di luar saja.
Se Ra melihat tampang Yi Soo
yang bete dan bertanya apa Yi Soo sedang depresi. Yi Soo tak menjawab ia
malah bertanya apa Se Ra kenal dengan temannya Tae San yang bernama Kim
Do Jin. Se Ra tentu saja kenal, ia heran bagaimana Yi Soo bisa
mengenalnya. Yi Soo berkata kalau ia bertemu dengan Do Jin di lapangan
baseball. Yi Soo ingin tahu seperti apa Kim Do Jin dimata Se Ra.
Se Ra : “Karena kau sudah bertemu
dengannya, pasti kau tahu kalau dia tampan, pintar dan secara alami dia
dikelilingi banyak wanita. Dan karena hal itu dia menjadi pria yang
egois. Dia terlalu kejam bahkan sedikit penyendiri.”
Yi
Soo menghela nafas panjang mengetahui bagaimana sifat Do Jin. Se Ra
ingin membeli Sushi dan ia ingin Yi Soo yang membayarnya. Yi Soo
merengut karena selalu saja ia yang membayar kapan giliran Se Ra.
Yi Soo bingung apa yang harus
dilakukannya dulu, penyelesaian masalah muridnya dulu atau penjelasan
dulu. Akhirnya ia memutuskan kalau yang akan ia lakukan sekarang adalah
makan sushi dulu hahaha.
Seo
Yi Soo berada di kelasnya. Kim Dong Hyub seperti biasa tak mengikuti
pelajaran dengan baik, ia tiduran di kelas. Yi Soo mengingatkan muridnya
jangan terang-terangan tidur di kelas hanya karena sekarang pelajaran
tambahan. Dong Hyub yang sebenarnya tak tidur pun segera mengangkat
kepalanya.
Saking
terlalu dipikirkannya, Yi Soo melihat tulisan yang ia tulis di papan
tulis berubah tulisannya menjadi ‘penyelesaian damai’ (hahaha harus
penyelesaian damai dulu) bukan hanya di kelas, selebaran yang terpasang
di luar pun bertuliskan hal yang sama. Ia memutuskan untuk menyelesaikan
masalah ini lebih dulu. Ia segera menghubungi ke empat murid untuk
segera menemuinya.
Yi
Soo dan ke empat muridnya berada di depan kantor Kim Do Jin untuk minta
maaf secara resmi agar kasus anak didiknya tak dibawa ke meja hijau. Do
Jin berkata kalau ia tak begitu mengingat apa yang terjadi tapi ia
mencibir apa ini yang namanya minta maaf secara resmi.
Yi Soo tahu betul kalau ia dan
muridnya terlambat minta maaf tapi paling tidak Do Jin mempertimbangkan
kesungguhan ke emapat muridnya. Yi Soo mendelik ke arah murid-muridnya
agar minta maaf yang benar, ke empatnya minta maaf ogah-ogahan.
Do Jin : “Jadi meski mereka tidak terlihat bersungguh-sungguh namun di dalam hati mereka apa mereka bersungguh-sungguh?”
Yi Soo menginjak kaki Dong Hyub agar minta maaf dengan benar, ia berkata kalau muridnya sudah melakukan introspeksi diri.
Do Jin menilai kalau Yi Soo itu
guru yang sangat terhormat, “Aku pikir kau sudah cukup dipusingkan
dengan kehidupan pribadimu yang rumit tapi sepertinya tidak. Aku
berharap kau tak salah paham tapi uruslah dirimu sendiri dulu.”
Do Jin masuk ke kantornya membuat Dong Hyub kesal. Yi Soo membentak muridnya.
Yi Soo ke kafe Mango Six-nya Jung Rok. Ia melihat daftar menu yang terpampang disana. Jung Rok tanya apa ada yang dipesan.
Yi Soo : “Seorang pria yang sulit.”
Jung Rok : “Di kafe kami akulah orang yang dianggap paling sulit ditangani.”
“Apa?” Yi Soo tertawa, “Aku mencari kopi yang disukai pria sulit.”
Jung Rok bisa membantu, ia
mengenal seorang pria yang seperti itu. Dia sangat egois tidak
pengertian dan juga sangat kejam. Yi Soo membenarkan ia ingin tahu kopi
seperti apa yang disukai pria seperti itu.
Jung Rok : “Americano dengan 3 shot.”
Sambil
menunggu kopi pesanannya datang, Yi Soo memikirkan ucapan Do Jin
padanya yang menebak kalau dirinya menyukai Tae San, “Cinta bertepuk
sebelah tangan dan ini dengan kekasih temanmu.” Melihat ekspresi Yi Soo,
Do Jin tahu kalau semuanya itu benar.
Mengingat ini Yi Soo kembali bingung plus pusing, “Ottoke? aku harus bagaimana?” Ia menggedor-gedorkan kepalanya ke meja.
Yi
Soo mencoba bersikap baik di depan Do Jin. Ia datang lagi ke kantor Do
Jin dan memberikan 2 kopi karena ia tak yakin apa yang Do Jin sukai.
Yi Soo : “Americano dengan ekstra shot. 2 shot dan 3 shot.”
Do Jin mengambil yang 3 shot. Yi
Soo mendelik ternyata benar apa yang dikatakan Jung Rok. Yi Soo minta
ia diberi waktu sebentar, ini bukan masalah penyelesaian damai. Do Jin
tak bicara ia hanya menggunakan wajahnya untuk menunjuk agar Yi Soo
menunggu dan duduk.
Yi Soo : “Apa aku menunggu lagi?”
Do Jin tak menjawab mungkin saking sibuknya (atau mungkin malas)
“Lagi?” Yi Soo mendesah dan duduk dimana ia kemarin duduk sambil memperhatikan betapa sibuknya Do Jin.
Yi
Soo menghilangkan rasa bosannya dengan membaca buku. Do Jin
memperhatikan keseriusan Yi Soo membaca. Yi Soo sadar kalau ia tengah
diperhatikan, ia pun menoleh tapi Do Jin langsung memalingkan wajahnya,
pura-pura sibuk. Yi Soo menyimpan bukunya.
Yi Soo mendekat ke arah Do Jin dan bertanya berapa lama lagi ia harus menunggu.
“Apa kau benar-benar tak mengingatku?” Tanya Do Jin. “Kau benar-benar tak ingat pernah bertemu denganku?”
Yi Soo minta maaf (ia ingat
kok). Ia berpura-pura mengatakan kalau ia berharap bisa mengingat dimana
pernah bertemu dengan Do Jin. Karena Yi Soo bilang tak mengingatnya Do
Jin tak ingin lagi melanjutkan obrolannya, ia bilang kalau ia sibuk dan
ada rapat jadi bicaranya lain waktu saja. Yi Soo mencak-mencak, tapi Do
Jin tak peduli ia pergi begitu saja.
Ketika Do Jin sudah keluar Yi Soo duduk di kursi kerja Do Jin. Ia mengambil kertas memo dan pena akan menuliskan sesuatu.
Kalau kau punya waktu bisakah kau meneleponku? (diremas)
Aku akan menunggu teleponmu (diremas)
Pertama tama ayo kita bicara tentang penyelesaian damai. Kemudian bicarakan sisanya nanti. (diremas juga)
Aku adalah guru dan kau adalah .... (diremas lagi)
Ternyata sudah banyak yang ditulis Yi Soo. “Bagaimanapun dia sudah tahu apa yang dilakukan p*nt*tku musim semi lalu.”
Yi Soo meremas semua tulisannya dan memasukkan ke tas, tanpa ia sadarai pena Do Jin ikut masuk ke dalamnya.
Yi
Soo melihat Do Jin tengah berada di kafe Mango Six sendirian. Ia pun
melirik kesal. Do Jin melihat Yi Soo yang berdiri menatapnya. Oh oh Yi
Soo pun ingat kalau ia pernah mengalami tatapan seperti hari ini. Ketika
ia berteduh dari guyuran hujan.
Tiba-tiba
ada seorang wanita yang menutup mata Do Jin. Do Jin menyingkarkan
tangan yang menutupi matanya dan kembali menatap Yi Soo. Yi Soo mendekat
dan menempelkan memo yang tadi ia tulis di jendela tepat dimana Do Jin
duduk. Yi Soo membungkuk minta maaf dan berlalu dari sana.
Do Jin segera keluar untuk mengambil
kertas memo yang di tempel Yi Soo, “Aku berharap akan berjanji bertemu
denganmu nanti aku akan menunggu teleponmu.”
Yi
Soo sampai di rumah, tampangnya sangat lusuh. Ia melihat Se Ra sudah
berdandan rapi dan cantik, ia bertanya apa ada pesta. Se Ra berkata
bukan, ia akan menemui Tae San ia perlu melakukan pertengkaran hebat
dengan Tae San. Yi Soo tak mengerti akan bertengkar tapi berusaha tampil
seperti itu. (tampil cantik)
Se Ra : “Apa aku tak boleh
tampil cantik dalam pertengkaran? Bukankah sebagai wasit kau perlu
memakai perlengkapan pelindung? Ini adalah perlengkapan pelindungku.”
Se
Ra cekikikan meninggalkan Yi Soo yang sedang galau. Yi Soo berbaring
malas di kursi, “Kenapa pria itu dia?” Yi Soo duduk tiba-tiba, “Tidak
mungkin mungkinkah ada sesuatu antara aku dengan pria itu?”
Yi
Soo mendapat sms dari Meari, “Pengguna yang terhormat pesan ini dikirim
terlebih dahulu. Saat kau membaca pesan ini aku mungkin sudah terbang
di atas langit Jepang. Segera aku akan tiba di bandara Incheon.”
Yi Soo berfikir, “Langit Jepang?”
Di
dalam sebuah pesawat penerbangan menuju Korea. Im Meari terbangun dari
tidurnya dan menggeliat. Ia membuka matanya dan melihat ke arah seorang
pria yang duduk di sebelahnya yang tengah menonton drama di laptop.
Nonton K-drama Secret Garden Meari pun ikutan menonton.
Si pemilik laptop pun menatapnya. Meari minta maaf karena ia belum menonton episode yang dimaksud (ini
adegan Secret Garden ketika rombongan Action School berada di resort
milik Kim Joo Won. Kim Joo Won tiduran di sebelah Gil Ra Il terus
menghilangkan kerut yang ada di dahi Ra Im dan bertatapan lama)
Im Meari penasaran apa yang dikatakan Kim Joo Won di drama itu. “Kenapa mereka berbaring bersama?”
Pria yang ada di sebelah Meari
yang tak lain bernama Colin memberikan sebelah headset-nya agar Meari
bisa mendengarkan apa yang dikatakan Kim Joo Won.
Meari
mendengarkan dengan seksama. Ia pun terkesan dengan setiap kalimat yang
diucapkan di drama itu. “Daebak. Mengagumkan. Penulis drama ini orang
yang jenius apa kita bisa nonton lagi?” (haha penulis drama ini juga
kok)
Colin diam saja melihat wanita yang disampingnya betul-betul cerewet.
Im
Tae San berada dia area konstruksi bangunan. Seseorang datang dan
berkata kalau ada seorang wanita cantik seperti Miss Korea datang
mencari Tae San.
Tae San sepertinya tahu siapa
yang datang, ia malah mengenakan perlengkapan pelindung. Anak buahnya
heran apa Tae San tak ingin menemui wanita itu. Tae San berkata kalau ia
akan menemui dia tapi ia tak boleh pergi tanpa pelindung. Tae San
memakai kacamata, sarung tangan dan helm pelindungnya. Ia bahkan membawa
tongkat pemukul haha.
Melihat
Tae San menemui seorang wanita. Pekerja konstruksi bersiul-siul, suit..
suit.. hehe. Tae San membunyikan peluit agar para pekerja diam dan
meneruskan pekerjaan. Se Ra tersenyum dan berjalan mendekat tapi Tae San
mengarahakan tongkatnya melarang Se Ra mendekat. “Jawab dari situ,
kenapa kau ada disini?”
Se Ra masih tersenyum, “Apa kau tak merindukanku?”
Tae San mencoba bersikap galak, “Aku sedang bekerja jadi jangan basa-basi.”
Se Ra : “Entah aku datang untuk putus denganmu atau berdamai denganmu. Salah satu dari kedua hal itu, menurutmu yang mana?”
Tae
San : “Kau berada disini mungkin untuk putus. Jika harga dirimu terluka
karena aku yang lebih dulu mengatakannya cepatlah katakan kemudian
pergi. Aku akan mendengarkan.”
Se Ra : “Apa kau tak mau berdamai?”
Tae
San : “Tidak. Karena aku tak melakukan kesalahan apapun. Kalau kau
datang untuk mendapatkan maaf dariku. Kau sudah buang-buang waktu.”
Se
Ra sewot, “Begitukah? Baik. Aku mengerti. Hanya untuk mempertahankan
Hong Se Ra, banyak pria yang mengantri untuk memberiku berlian, mobil
import dan kunci apartemen mereka. Jadi jangan khawatirkan aku. Hiduplah
lebih baik. Selamat tinggal.”
Se
Ra akan pergi tapi ia tak bisa lewat karema ada kubangan air.
Panampilan sempurnanya tak bisa kotor begitu saja karena kubangan air.
Ia pun bingung harus lewat dari mana.
Tiba-tiba Tae San mengangkat
tubuh dan mebopongnya melewati kubangan air wow.... tak menghiraukan
sepatu dan celananya kotor. Ketika sudah melewati kubangan air ia pun
menurunkan Se Ra.
Tae San : “Siapa orangnya? Apa
tiga orang? Atau satu orang yang menjanjikan memberikan tiga hal itu.”
(berlian, mobil, kunci apartemen)
Se Ra tersenyum dan keduanya berciuman di lokasi konstruksi bangunan.. wekekeke
Yi Soo menjemput Meari di bandara.
“Guru!”
teriak Meari membuat Yi Soo melongo kaget tak percaya. Meari langsung
berhambur memeluknya dan berkata kalau ia sangat merindukan Yi Soo. Yi
Soo kagum badan meari berkurang banyak sekali (dietnya berhasil hahaha)
Meari berputar-putar memperlihatkan tubuhnya yang langsing dan mungil.
Colin
berada di toko buku membeli buku panduan berbahasa Korea. Ia mengambil
uang dari balik buku dan disana ada foto 4 sekawan (Kim Do Jin, Im Tae
San, Choi Yoon dan Lee Jung Rok) bersama seorang wanita (mungkin ibunya
Colin)
Im
Meari tak mau pulang ke rumah kakaknya karena yang kakaknya tahu ia
akan pulang bulan depan jadi ia akan menginap di tempatnya Yi Soo. Yi
Soo berkata kalau Meari tak pulang Tae San mungkin akan kecewa karena
adiknya yang sudah 2 tahun tak ditemui malah menginap di rumah orang
lain.
Meari merengut karena gurunya
ini selalu berada dipihak Kakaknya. Ia berkata kalau ini belum lebih
dari dua tahun, “Kak Se Ra dan kakakku mengujungiku di New York.”
Katanya.
Yi Soo : “Apa bersama dengan Se Ra?”
Meari membenarkan itu kira-kira
musim panas tahun lalu. “Tapi Guru kau tak boleh mangatakan pada Kak
Yoon kalau aku sudah pulang ke Korea. Beberapa hari ini aku makan banyak
dan naik 2 kg, aku akan menemui dia setelah berat badanku turun.”
Yi Soo : “Kenapa kau mau menurunkannya di rumahku? Kau bisa menurunkannya di rumahmu.”
Meari : “Bagaimana kalau Kak Yoon datang berkunjung?”
Yi Soo tak masalah tapi tak tahu dengan Se Ra. Apa Meari pikir Se Ra akan membiarkan Meari menginap.
Se
Ra mendelik melihat Meari akan menginap di tempatnya. Meari minta ia
hanya akan menginap selama beberapa hari saja dan itu tak boleh
diketahui kakaknya. Se Ra menolak. Meari tanya kenapa.
Se Ra : “Kenapa kau sok memerintah padahal kau yang membutuhkan tempat tinggal? Dan juga kau tak menyukaiku.”
Meari : “Unnie, aku memang tak menyukaimu tapi bukan berarti aku tak suka disini.”
Se Ra melirik kearah Yi Soo, “Kau dengar kata-katanya kan?”
Yi Soo berkata kalau ia
mengajarkan pada Meari untuk mengungkapkan keyakinan secara tegas dan
berani. Meari mengingatkan Se Ra jangan pernah mencoba mengusik gurunya.
Se Ra menantang bagaimana kalau ia mengusik Yi Soo. Meari mengancam itu
berarti kakaknya akan mengetahui semuanya.
Meari membawa barang-barangnya masuk
ke kamar Yi Soo. Se Ra mendesah bagaimana mungkin Meari berbeda dengan
Tae San. Yi Soo berkata kalau Meari itu gadis yang baik, ia berpesan
agar Se Ra memperlakukan Meari dengan baik karena kemungkinan Se Ra dan
Meari akan menjadi satu keluarga dan jangan menyalahkan Meari.
Tiba-tiba bel rumah berbunyi. Yi
Soo kaget plus takut kalau itu Tae San dan keberadaan Meari akan
ketahuan. Tapi itu bukan Tae San melainkan Kim Do Jin. Sera heran apa Do
JIn datang untuk menemui Yi Soo.
Se Ra akan membukakan pintu tapi Yi
Soo malarang ia yang akan membukakannya. Se Ra tak peduli siapa yang
datang ia pun pergi mandi dan berpesan agar Do Jin segera pergi ketika
ia selesai mandi. Yi Soo membuka pintu kamarnya dan menyampaikan pada
Meari kalau temannya Tae San yang bernama Kim Do Jin datang. Ia minta
Meari agar tak berisik.
Yi Soo membuka pintu dan Do Jin masuk dengan tatapan penuh kecurigaan.
“Apa kau melihat memoku?” Tanya Yi Soo. “Kenapa kau tak meneleponku saja? Aku akan datang menemuimu.”
“Kau mengambil penaku kan?” Tuduh Do Jin.
Yi Soo tak mengerti pena apa. Do
Jin mengatakan kalau pena itu tadinya ada di atas meja. Yi Soo kesal Do
Jin menuduh dirinya mencuri, untuk apa ia mengambil pena milik Do Jin.
Do Jin berkata kalau Yi Soo pasti menggunakan penanya itu untuk menulis
memo. Ia yakin kalau Yi Soo orang terakhir yang menggunakannya dan pena
itu sangat penting baginya.
Yi Soo tahu kalau Do Jin tengah
kehilangan pena tapi Do JIn tak perlu semarah itu padanya, apa Do Jin
mencurigainya. Ia siap diperiksa, ia akan mengosongkan isi tasnya di
depan Do Jin. Ia mengatakan kalau tas-nya belum ia buka sejak tiba di
rumah.
Dengan sikap kesalnya Yi Soo menjatuhkan semua isi tasnya. Krim kosmetik, dompet, buku, ponsel, kunci, dan pena.
Yi
Soo jelas saja terkejut karena ia tak pernah memasukan benda itu ke
dalam tasnya. Dan bral.... kertas memo yang diremas-remas pun berjatuhan
semuanya.
Keduanya
jongkok bersamaan. Do Jin langsung menyambar pena miliknya dan langsung
menyimpannya. Yi Soo benar-benar bingung bagaimana pena itu bisa berada
di tasnya ia tak melakukannya dengan sengaja. Yi Soo bicara sambil
berusaha memunguti kertas memo yang berserakan. Tapi Do Jin dengan sigap
menahan tangan Yi Soo. Ia ingin tahu apa isi pesan yang tertulis di
memo itu.
Do Jin membacanya, “Tapi yang ini kau sengaja kan?”
Karena kau tahu jadinya seperti ini kenapa kau memintaku menunggu? dasar brengsek.
Yi Soo membereskan semuanya dan
meminta Do Jin menunggu di luar ia akan menjelaskannya. Yi Soo ke kamar
menyimpan tas berserta isinya yang tadi berhamburan tapi sayang masih
ada yang tertinggal. Do Jin memungutnya.
Si brengsek yang sama.
Di
dalam kamar Yi Soo benar-benar kesal, ia seakan ingin berteriak
melampiaskan emosinya tapi ia mengginggit selempangan tas agar suaranya
tak terdengar. Ia kesal kenapa semuanya terjadi disaat yang bersamaan.
Meari tanya apa yang datang bersamaan.
“Kesialan..” seru Yi Soo. “Dia
membawa kesialan bersamanya, aku seharusnya tak menemuinya, aku tak
pernah berharap bertemu pria itu di luar.” Yi Soo keluar akan menemui Do
Jin. Meari melongo tak mengerti ia membuka koper pakaianannya.
Yi
Soo keluar rumah tapi ia tak melihat Do Jin. Ia celingukan tapi tak
melihat siapapun, “Kim Do Jin-ssi. Presdir Kim?” Panggilnya.
Karena tak menemukan Do Jin, Yi
Soo pun menelepon Do Jin mengatakan kalau ia sudah berada di luar dan
bertanya dimana keberadaan Do Jin.
“Di mobil.” jawab Do Jin.
“Mobil? Aku tak bisa melihat kau atau pun mobil.” Yi Soo celingukan.
“Tentu saja. Karena keduanya berada dalam perjalanan pulang.”
“Lalu bagaimana dengan perjanjian perdamaiannya? Bukankah kau datang untuk melakukan perjanjian perdamaian.”
“Tadinya seperti itu waktu aku datang, tapi aku berubah pikiran.”
“Kenapa? Jangan bilang kau pergi karena kau harus menunggu beberapa menit. Di kantormu aku menuggu.....”
“Murid
yang nakal, catatan berisi umpatan dan pencurian pulpen. Kau tak
terlihat seperti ingin berdamai. Aku sedang merenungkan cara untuk
berurusan denganmu. Asal kau tahu, aku mengajar kebaikan untuk menang
terhadap kejahatan.”
Do Jin memutus teleponnya. Yi Soo lemas dan bergumam kalau ia kembali sial.
Yi Soo gelojotan di kasurnya. Meari ingin tahu apa yang dikatakan Do Jin pada Yi Soo. Meari memeriksa ponsel Yi Soo.
“Dia bicara tentang kebajikan menang terhadap kejahatan.” Ucap Yi Soo.
“Kenapa? apa yang terjadi?” tanya Meari sambil memijit-mijit ponsel Yi Soo.
“Pencuri. Kata dia aku pencuri.... aku sial sial sial.”
“Guru aku harus bagaimana? Tak ada yang bisa kulakukan.” kata Meari menyerahkan ponsel Yi Soo setelah menggunakannya.
Ternyata ada sms balasan dari Yoon (Yoon mengira Yi Soo yang ngirim sms. Ternyata tadi Meari mengirim sms ke Yoon)
Sms Yoon : “Aku ada pesta hari ini aku bersama temanku ada apa ? Bagaimana proses penyelesaian damai dengan Do Jin?”
Yi Soo mendelik marah pada Meari, “Apa yang kau lakukan terhadap ponselku? Apa kau cari mati?”
Se Ra msuk ke kamar Yi Soo dan
bertanya ada apa. Meari berkata kalau ia hanya ingin tahu apa yang
dilakukan Yoon sekarang. Yi Soo makin kesal labih baik menendang Meari
keluar. Se Ra tentu saja setuju. Meari merengut melirik manatap Se Ra
yang sekarang sudah keluar kamar. Tahu kalau Yi Soo marah padanya Meari
menunduk tapi kemudian bertanya apa yang terjadi antara Yi Soo dan Do
Jin.
Yi Soo membalas sms ke Yoon
akibat sms Meari tadi, “Sedang kuusahakan tidak mudah menyelesaikan ini
tapi terima kasih atas perhatianmu.”
Yoon
tengah bersama Do Jin dan Tae San di Kafe. Yoon melirik ke arah Do Jin
dan kembali membalas sms Yi Soo. Do Jin melihat Yoon sibuk ber-sms, ia
tanya apa Yoon sedang berkencan kenapa mengirim sms lebih baik telepon
saja.
“Jangan bilang kau belum menyelesaikannya.” Yoon mulai kesal.
“Apa wanita itu? apa selama ini kau berkirim sms dengannya?”
Tae San yang tak tahu apapun bertanya, “Penyelesaian apa? Wanita siapa?”
“Jangan tanya!” ucap Do Jin dan Yoon bersamaan. Haha.
“Apa yang terjadi dengan kalian?” Tae San heran.
Yoon akan membicarakan masalah ini
dengan Do Jin nanti. Ia melihat kursi Jung Rok kosong. Kenapa si
brengsek itu belum datang. Apa Tae San yakin dia pergi ke toilet.
Tae San memeriksa jaket milik
Jung Rok dan menemukan ponsel Jung Rok. Dia melarikan diri meninggalkan
ponselnya karena ponsel ini bisa dilacak oleh istrinya. Jadi kita semua
adalah alibi untuknya.
Dan
benar saja Park Min Suk menelepon ke ponsel suaminya. Tae San yang
tadinya memegang ponsel langsung kaget dan melempar benda itu tak mau
mengangkatnya. Do Jin dan Yoon juga bingung tak tahu harus bicara apa.
Ketiganya tak tahu dimana keberadaan Jung Rok. Tapi ketiganya harus
mengatakan kalau Jung Rok sedang bersama mereka. Kalau ketahuan
bisa-bisa Min Suk benar-benar menggugat suamianya bercerai. (ketiganya
ga berani sama Park Min Suk takut sewa kantornya ditinggikan haha)
“Kau saja yang jawab, kau tak pernah selingkuh.” ucap Tae San pada Do Jin.
“Suatu hari akan kulakukan. Tapi tidak sekarang.” Kata Do Jin.
“Berarti tinggal kau, dia paling percaya padamu.” ucap Tae San pada Yoon.
“Apa kau sedang meminta seorang pengacara untuk berbohong?” Yoon menolak bicara dengan Park Min Suk.
Tae
San bingung, “Lalu kita harus bagaimana? Selama kita menunda sekarang
ini kecurigannya akan semakin kuat. Apa kalian ingin dia bercerai?”
Do Jin : “Apanya yang begitu sulit?”
Do Jin mengangkat ponsel Jung
Rok dan meletakkannya di telinga Yoon. Yoon gelagapan dan terpaksa ia
yang bicara dengan Min Suk. Ia berbohong kalau Jung Rok tengah berada di
toilet. Kemudian Yoon terkejut... “Tunggu, kau dimana sekarang?”
Tae San penasaran, “Kenapa? apa dia akan datang kesini?”
Yoon meminta Tae San diam. Ia kembali
berbohong kalau mereka berempat sebenarnya pergi minum di tempat yang
baru. Tae San mondar-mandir. Yoon langsung bilang kalau mereka berempat
berada di Kafe Rich.
Yoon meminta kedua temannya bergegas menuju Kafe Rich. Do Jin bergumam, “Katamu kau tak bisa berbohong.”
Tae San bingung Rich dekat dari
sana tapi bagaimana mereka bisa datang tepat waktu. Ternyata Yoon sudah
memperhitungkannya, “Lokasi pelacak bisa menunjukan kita berada dimana,
jadi aku tak bisa memberikannya tempat di arah berlawanan. Jaraknya tak
boleh terlalu jauh.”
Tae San tanya apa Min Suk
mengemudi. Yoon menebak kalau Min Suk akan mengemudi. Tapi jam-jam
sekarang lalu lintas macet dan mereka bisa lebih cepat daripada Min Suk.
Yoon membayar minuman dan makanan yang tadi. Ia minta Tae San segera
memesan tempat di Rich.
“Aku Presdir Im apa ada ruangan yang tersedia? Kalau begitu siapkan meja untukku...”
Yoon menambahkan agar mejanya terlihat seperti 4 orang minum dan cemilannya buat seperti 4 orang memakannya.
“Jadi kau tak bisa berbohong?” Sindir Do Jin.
“Ini pembelaan diri.” sanggah Yoon gugup.
“Tapi bagaimana kita bisa menghubungi Jung Rok, ponselnya ada pada kita.” sahut Tae San.
Oh oh iya bener juga....
“Aku tahu nomor lainnya. Dia punya dua ponsel.” seru Do Jin santai.
“KENAPA TAK MENGATAKANNYA DARI TADI?” Yoon dan Tae San berteriak bersamaan... hahahhaa.
Mereka
bertiga lari-lari menuju kafe Rich. Ketiganya di kejar waktu agar bukan
Min Suk yang datang duluan. “Jung Rok dasar kau pria brengsek....”
Park
Min Suk masuk ke sebuah ruangan dan di sana mereka berempat berkumpul
bersulang. Jung Rok tanya kenapa istrinya datang. Yoon memberi tahu
kalau tadi pada saat Jung Rok ke toilet Min Suk menelepon ia lupa
mengatakannya.
Jung Rok mengajak istrinya
bergabung tapi Min Suk menolak. Ia datang karena sudah lama tak bertemu
dengan mereka semua. Min Suk menutup pintu.
Setelah Min Suk pergi mereka bertiga memukuli Jung Rok karena sudah membuat mereka takut setengah mati.
Tiba-tiba pintu terbuka, Min Suk datang lagi dan mereka berempat berpura-pura saling besulang. Wakakaka.
“Aku
lupa memberitahumu kalau aku sudah membayar tagihannya. Dan juga selagi
di sini aku membayarnya sedikit lebih. Jika kau akan bersenang-senang
lakukanlah dengan benar.”
Ke empatnya bingung dengan tatapan tak mengerti.
Ternyata
Min Suk sudah menyediakan tempat makanan plus dengan wanitanya.
Masing-masing memiliki pasangan. Tapi ke empatnya canggung. Mereka
bertiga menatap Jung Rok.
Si wanita merasa bosan karena
dianggurin haha... Mereka berempat ga berani macam-macam karena
cewe-cewe ini kemungkinan mata-mata Park Min Suk.
“Apa kalian tak bersenang-senang?” tanya salah satu wanita.
Tae San : “Bersenang-senang? Ini sudah waktunya tidur.”
Do Jin : “Terima kasih tapi kita akhiri sampai disini saja.”
Yoon : “Kenapa kalian berempat (para cewe) tak bersenang-senang? jangan pedulikan kami (para cowo)”
Jung Rok : “Ini pertama kalinya aku datang ke tempat ini.”
Ketiga teman Jung Rok menahan geram.
Hahahaha.....
Bersambung ke Part 2
Tidak ada komentar :
Posting Komentar