Mereka
berempat memakai seragam tentara siap menjalani pelatihan militer.
Keempat pria ini jelas terlihat paling wah. Datang menggunakan mobil
masing-masing dan seragam yang tak terpakai rapi.
Suara Tae San : “Pria gaib
dengan jubah gaibnya. Batman dengan pakaian ketat dan topeng
kelelawarnya. Pria Korea Selatan dengan seragam militernya.”
Yoon mengeluh kalau hari ini ada banyak kasus yang harus ia selesaikan.
Suara Tae San : “Tak peduli
senormal apapun seorang pria begitu dia memakai seragam militer dia akan
berubah menjadi bayi anjing betina.”
Jung Rok sepertinya malas mengikuti pelatihan militer, ia akan kembali ke mobilnya tapi Do Jin menarik bajunya.
Mereka berempat berkumpul
bersama dengan peserta lain. Keempatnya saling menertawakan topi yang
mereka siapkan. Asisten pengajar pun datang. Ternyata dia seorang pria
yang usianya lebih muda (ini Kim Sung Oh yang jadi sekertarisnya Kim Joo
Won di Secret Garden)
“Sunbaenim,
tolong dengarkan!” ucapnya penuh wibawa meminta peserta pelatihan
militer mengikuti istruksinya. “Baik-baik.” ucap peserta latihan militer
cuek. Asisten pengajar pun meniupkan peluit agar para peserta
memperhatikan instruksinya. “Sunbaenim tolong dengarkan!” Para peserta
mengeluh malas dan panas.
Tae San memakai topinya dan ditopi
tertulis ‘Prajurit wanita’ topi Yoon bertuliskan ‘Area 11’ (apa
maksudnya ya) Yoon memakai topinya miring haha. Topi Jung Rok
bertuliskan ‘prajurt B’. Sedangkan topi Do Jin bertuliskan ‘prajurit
cantik’ hahah... ya ampun maksudnya apa coba. Asisten pengajar
terbengong-bengong melihatnya.
Peserta berdiri berkumpul dengan malasnya. Do Jin meninggalkan senapannya begitu saja.
“Sunbae-nim tolong geser tiga langkah ke kiri!” perintah asisten pengajar.
“Kenapa bukan kau saja yang pindah?” Protes Do Jin. Membuat peserta yang lain tertawa.
“Kalau begitu pindah ke posisi sesuai kelompok kalian masing-masing,” kata asisten pengajar.
“Apa maksudmu pindah? Berdiri disini saja sudah melelahkan,” protes Yoon dengan topi miringnya.
Asisten pengajar kembali
memerintahkan setelah pindah ke pangkalan masing-masing kembali ke sini
tiga jam lagi untuk latihan menembak. “Sunbaenim tolong jangan penuhi
kantin kalian dengan soju. Jangan menggali tanaman liar di sekitar
pangkalan.”
Tae San : “Kenapa kau kaku sekali? Kau tak punya pacar kan?”
Semua
tertawa terbahak-bahak membuat si asisten pengajar menahan geram.
“Tolong jangan bertanya mengenai masalah pribadi. Sunbaenim, kalau
kalian masih terus seperti ini, aku tak akan mengesahkan pelatihan
kalian hari ini.”
Jung Rok : “Hei, kau benar-benar prajurit sejati. Lihat caranya berbicara.”
Mereka semua kembali tertawa. Si
asisten pangajar kebingungan bagaimana mengatasi peserta pelatihan ini.
“Sunbae-nim kau harus membawa senapanmu!” perintahnya pada Do Jin. Tapi
Do Jin tak mau karena itu terlalu berat untuk dibawa-bawa. “Biarkan
saja dulu disini, jangan lupa nanti dikembalikan ya?” Do Jin malah
menyuruh si asisten pengajar. Membuat si asiten ini terbengong-bengong
menahan kesal.
Beberapa
waktu kemudian. Mereka berempat berkumpul di Mango Six. Tae San
mengatakan kalau Presdir Song (Ny Song) adalah klien utama Hwa Dam. Jadi
ia harus mendapatkan kontrak dari Presdir Song. Harus.
Do
Jin menginginkan agar Yoon dan Jung Rok juga menolong mereka. Karena
Yoon adalah konsultan hukum Hwa Dam dan Jung Rok dalah investornya.
Mereka berdua setuju, tak masalah.
Ada
pengunjung kafe yang mereka kenal, ternyata dia si asisten pengajar
pelatihan militer. “Hei kau prajurit khusus Kim kan?” Jung Rok masih
mengenalinya. Ia melihat kalau penampilan si prajurit khusus ini
terlihat berbeda, ia bertanya apa sudah bebas tugas. Prajurti Kim bilang
dengan sikap cuek, sudah.
Yoon
melihat kalau prajurit ini terlihat begitu menantang. Yoon
memerintahkan si Kim untuk berada dalam posisi siap. Tapi si Kim tetap
pada posisinya santai dengan tangan ia masukan ke saku celana. Tae San
tertawa melihatnya.
“Istirahat ditempat, grak!” Yoon memberi aba-aba. Si Kim kebingungan. Yoon terus memberi aba-aba.
“Tu..
tu.. tunggu dulu,” ucap Kim terbata-bata ketakutan. Ia menoleh ke
belakang mencari bantuan, “Ibu ke sini!” Kim mewek-mewek memanggil
ibunya, hahaha.
Jelas ini membuat keempat ahjussi tertawa terbahak-bahak, tak menyangka kalau si prajurti ini ternyata anak mami.
Dan
eng ing eng siapakah ibunya. Dia adalah Presdir Song. Do Jin dan Tae
San jelas tak menyangka. Di pintu masuk Mango Six Presdir Song tengah
menerima telepon.
Jung
Rok dan Yoon berdiri keduanya tak mengenal wanita yang dipanggil Ibu
itu. Do Jin dan Tae San memberi kode agar jangan melakukan itu pada si
Kim.
“Siap grak, istirahat ditempat grak!”
Yoon kembali memberi aba-aba dan suara Yoon yang keras benar-benar
membuat Do Jin dan Tae San panik.
Tae
San mencengkeram kerah baju Jung Rok sedangkan Do Jin mengcengkeram
Yoon, Jung Rok dan Yoon kebingungan. Do Jin melihat sekeliling apa
Presdir Song melihatnya atau tidak.
“Apa kau tak apa-apa?” tanya Tae San pada si Kim.
“Mereka tak melukaimu kan?” Do Jin bersikap baik pada Kim.
“Ha.. hatiku sakit,” kata Kim terbata-bata masih ketakutan.
“Kenapa
kau menyakiti hatinya, dasar brengsek!” Tae San kembali mencengkeram
kerah baju Jung Rok yang masih bingung tak mengerti. “Kau, beraninya kau
memperlakukan tuan muda!”
Suara Tae San : “Selalu ada
pelajaran dalam kehidupan. Seorang anggota kelas satu yang istimewa tak
selamanya menjadi anggota kelas satu yang istimewa,”
Sinopsis A Gentleman’s Dignity Episode 15
Do
Jin menunggu seseorang di restouran. Ia memandang keluar jendela dimana
ia dan Yi Soo pernah duduk bersama menikmati es (es apa ya? Es doger
haha) setelah mereka bertemu dengan murid Yi Soo, Jung Yong Hwa.
Flash Back
Do
Jin bertanya apa yang sedang Yi Soo pikirkan, apa pria tadi. Yi Soo
tersenyum dan bergumam kalau Yong Hwa-nya sangat keren. Ini jelas
membuat Do Jin cemburu. ia menebak kelihatannya Yi Soo benar-benar ingin
berkencan dengan pria yang lebih muda. Yi Soo mengatakan kalau ia masih
belum putus asa, ia mengungkapkan kalau ada beberapa orang kiper yang
bisa mencetak gol. “Bukankah kau juga mengencani orang yang lebih muda?
Usiamu 5 tahun lebih tua daripada aku.”
Do Jin membela diri ia mungkin 5 tahun
lebih tua dari Yi Soo tapi ia sangat terlihat seperti pria muda. Yi Soo
berkata dimatanya Do Jin terlihat seperti orang tua. Do Jin menghela
nafas, “Kau menolakku ya?”
“Tidak. Aku sangat menyukai Kim Do Jin,” kata Yi Soo dengan sikap imutnya.
Do Jin tak habis pikir apa
seperti ini cara Yi Soo memperlakukan orang yang disukai. Yi Soo heran
ada apa dengan Do Jin bukankah mereka berdua sama-sama ahli disini,
“Memangnya kau pernah melihat orang memberi umpan pada ikan yang sudah
tertangkap? Oleh karena itu, kuharap kau bisa mencintaiku dengan sepenuh
hatimu mulai dari sekarang.”
Aaaa.....
Yi Soo membuka mulutnya lebar meminta Do Jin menyuapi es-nya. Do Jin
bengong melihatnya. Yi Soo kembali membuka mulutnya lebih lebar agar Do
Jin menyuapi es untuknya. Do Jin melakukannya Yi Soo memakannya sambil
tersenyum dan menjulurkan lidah setelah ia menelan es-nya. Haha.
Do Jin : “Wah, semakin aku mengenalnya semakin besar rasa sukaku untuk gadis ini.”
Yi
Soo tertawa, Do Jin tersenyum memandangnya. Kemudian terdengar oleh
mereka seorang pemuda sedang bernyanyi dengan nada fals lagu Nothing-nya
Easy FM.
Do Jin dan Yi Soo tertawa mendengar pemuda itu menyanyi dengan suara pas-pasan. Keduanya pergi meninggalkan tempat menuju mobil.
Di
dalam mobil Yi Soo masih tertawa cekikikan mengingat pemuda yang
menyanyi tadi. Do Jin langsung paham kalau Yi Soo pasti memikirkan
pemuda tadi. Ia pun meminta pendapat Yi Soo tentang pria itu bukankah
usianya jauh lebih muda daripada Yi Soo.
Yi Soo bilang kalau ia tak akan
memilih pemuda itu. Do Jin tanya kenapa karena menurutnya pemuda itu
mirip dengan seseorang yang ia kenal ketika sedang mabuk (Yi Soo ya? Yi
Soo kan kalau mabuk selalu nyanyi hehe)
Yi Soo sadar kalau Do Jin
menyindirnya, “Tetap saja Kim Do Jin memilihku setiap kali itu terjadi,”
Do Jin mengumpat, “Dasar rubah licik.” Yi Soo tertawa. Do Jin
menawarkan apa Yi Soo mau nonton film. Yi Soo tanya memangnya film apa
yang ingin Do Jin tonton. Do Jin meminta Yi Soo memilih apa Yi Soo mau
nonton film di bioskop, karena menurutnya itu tempat yang cukup menarik
untuk bersenang-senang dan juga gelap atau Yi Soo mau tinggal saja
bersama dengannya sebagai gantinya.
Do
Jin juga mengajak Yi Soo membangun rumah seindah lukisan di tengah
padang rumput yang hijau. Yi Soo tak percaya, “Benarkah? Apa kau pikir
aku akan setuju? Untuk apa kau membangun rumah disana? Pasti sangat
mahal membangun rumah di tempat yang seperti itu. Makanya kau sudah 3
kali bangkrut.”
Do Jin terdiam Yi Soo membahas dirinya pernah$20mengalami kebangkrutan dan bertanya apa Yi Soo mau pulang ke rumah saja.
Yi Soo : “Untuk apa pulang kalau kita bisa pergi ke tempat gelap yang cocok untuk bersenang-senang?”
Do Jin tak menyangka Yi Soo akan setuju. Ia pun bersemangat, “Betty tancap gas!”
Flash Back End
Do Jin tersenyum miris mengingat kenangannya bersama Yi Soo. Orang yang ditunggu Do Jin pun datang, Kim Eun Hee.
Eun
Hee bertanya ada apa Do Jin memanggilnya. Do Jin mengatakan kalau Yoon
menginginkan keduanya untuk datang ke kantor Yoon. “Mana anak itu?”
tanya Do Jin.
Eun Hee melihat kalau Do Jin
masih menyebut Colin dengan sebutan anak itu, “Namanya Colin,” sahut Eun
Hee. Ia tahu kalau nama Inggris terdengar asing untuk Do Jin tapi ia
tak memberi Colin nama Korea karena ia ingin melupakan masa lalu ketika
ia dan Do Jin bertemu 8 tahun yang lalu.
Do Jin jelas kaget dan bingung, “8 tahun yang lalu? Apa yang kau bicarakan? Memangnya kita bertemu 8 tahun yang lalu?”
Eun Hee tak menyangka kalau Do
Jin melupakannya, “Apakah aku tak begitu penting bagimu? Atau kau
pura-pura lupa karena perasaan bersalahmu agar menjadi sederhana.”
Do Jin jelas masih bingung dan meminta Eun Hee mengatakannya lagi, “Apa kita pernah bertemu dan membicarakan tentang anak itu?”
Eun
Hee mangatakan kalau keduanya tak pernah membicarakan tentang Colin. Ia
hanya mengatakan kalau waktu itu ia ingin mengenalkan Do Jin pada
seseorang. Dan ketika itu Do Jin bilang akan bertemu lagi keesokan
harinya. Sebenarnya pada waktu itu ia membawa Colin, ia ingin Do Jin
bertemu dengan Colin. Karena Colin terus bertanya siapa ayah kandungnya.
“Tapi kau tak datang keesokan harinya. Karena kau tak datang Colin
sampai menghabiskan 5 wafel dalam 3 jam.”
Do Jin tertunduk lemas, “Apa ketika
itu musim panas?” tanya Do Jin. Eun Hee membenarkan. Do Jin menutup mata
kembali tertunduk lemas, ia mengatakan kalau saat itu pertama kalinya
ia kehilangan memori dan ketika itu ia belum merekamnya. Kini giliran
Eun Hee yang tak mengerti, “Apa yang kau bicarakan? Merekam?”
Do Jin kesal dan meninggikan suaranya, “Kau menginginkanku menjadi pria yang seburuk apa lagi? apa masih ada yang lain?”
Eun Hee terdiam mendengar emosi
Do Jin. Do Jin langsung sadar diri kalau ia sudah kelepasan dan langsung
minta maaf karena ia marah pada dirinya sendiri. Eun Hee mengerti
karena alasan inilah ia tak ingin muncul selamanya di hadapan Do Jin. Ia
tak ingin membebani Do Jin.
Do Jin : “Kalau kau benar-benar tak berniat melakukannya seharusnya kau melarikan diri sejak awal.”
Eun Hee mengatakan karena waktu itu ia
tak bisa mempercayai Do Jin. Ia tahu ini pasti sulit untuk Do Jin. Tapi
apa yang Do Jin alami saat ini ia sudah mengalaminya 19 tahun yang
lalu. Ia berhasil bertahan, menerima, dan melakukan yang terbaik untuk
meraih kebahagiaan.
Eun Hee menawarkan kalau Do Jin
menginginkannya ia akan membawa Colin pulang. Do Jin merasa kalau Colin
bukan tipe anak yang patuh. Eun Hee menyahut kalau itu mirip seperti
dirinya. Do Jin juga menyahut atau itu mirip seperti dirinya.
Yi
Soo di kantor Yoon menunggu apakah Yoon sibuk atau tidak karena ia ada
keperluan penting dan sangat membutuhkan bantuan Yoon. Tepat saat itu Do
Jin dan Eun Hee juga tiba di kantor Yoon. Yi Soo tak menyangka kalau ia
akan bertemu Do Jin disini, ditambah lagi Do Jin datang bersama seorang
wanita yang sudah pernah ia lihat fotonya, Kim Eun Hee. Eun Hee menatap
kedua orang ini bergantian.
Yi Soo : “Kim Do Jin, yang kulihat bukan hanya seorang anak yang tiba-tiba hadir dalam hidupmu.”
Yi
Soo berniat pergi meninggalkan kantor Yoon tapi tiba-tiba tangan Do Jin
menahan tangannya. Yi Soo menatap marah dan menarik tangannya paksa.
Do Jin memperkenalkan keduanya, “Ini mantan pacarku Kim Eun Hee dan ini Seo Yi Soo aku baru saja kehilangan dirinya.”
Eun
Hee merasa tak enak tapi berusaha tersenyum di depan Yi Soo dan
menyapa. Ia tak tahu bagaimana menanggapinya tapi ia selalu ingin tahu
wanita seperti apa Yi Soo. Ia sangat menyayangkan pertemuan yang seperti
ini.
Yi Soo : “Juga sangat disayangkan
karena aku bisa menyikapi situasi seperti ini dengan tenang. Aku
benar-benar merasa tak nyaman sekarang. Tapi aku ingin mengoreksi satu
hal, Kim Do Jin tidak kehilangan aku. Akulah yang dicampakkan oleh Kim
Do Jin. Aku tak tahu kenapa aku merasa begitu tertipu, tapi bagaimana
pun aku merasa tertipu,”
Do Jin menunduk ketika Yi Soo
menatapnya. Yi Soo mengatakan kalau teman baru ia akan mencarinya
sendiri dan mengingatkan Do Jin lain kali jangan melakukan ini lagi. Yi
Soo meninggalkan keduanya. Do Jin mengajak Eun Hee masuk ke ruangan Yoon
karena Yoon sudah menunggu.
Yi
Soo masih di lorong belum jauh meninggalkan ruangan Yoon. Ia seperti
tak kuat berdiri dan bersandar pada dinding untuk menguatkan dirinya.
Tanpa terasa air matanya menetes.
Yoon
menunjukan berkas hasil tes DNA. Eun Hee heran dan bertanya apa mereka
berdua meragukan apa yang ia katakan. Yoon meminta Eun Hee jangan salah
paham karena ini ia yang melakukannya. Ia khawatir akan terus menanyai
Do Jin dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh jadi ia berinisiatif melakuken
tes DNA. Ia minta maaf kalau Eun Hee merasa tersinggung.
Eun Hee mengangguk mengerti dan tak
mempermasalahkannya. Berdasarkan hasil tes DNA Yoon menegaskan kalau
Colin benar-benar anak kandung Do Jin. Dengan suara lemah Do Jin
mengatakan kalau ia sudah tahu.
Yoon juga mengatakan kalau tadi Colin
menemuinya dengan membawa sehelai rambut Do Jin, jadi ia terpaksa
menunjukan hasil tes ini padanya. “Setelah melihatnya hampir setengah
hari dia bertanya padaku.. ‘Paman ini orang kaya bukan?’”
Mendengar
itu Eun Hee jadi tak enak hati dengan sikap Colin. Ia pun pamit pergi
duluan karena ia harus bicara dengan Colin. Yoon menawarkan setidaknya
mereka bertiga makan siang bersama. Eun Hee memberi usul lebih baik
minum-minum saja, “Ayo kita lakukan kalau aku datang ke Korea untuk
alasan yang membahagiakan. Senang bertemu lagi denganmu.” Yoon tersenyum
dan berpesan Eun Hee hati-hati di jalan.
Setelah Eun Hee pergi Yoon bertanya, “Apa yang akan kau lakukan sekarang? Anakmu.”
Do Jin : “Pertama kali kau
belajar mengendarai sepeda, orang-orang mengatakan agar kau mengarahkan
stang-nya sesuai dengan arah jatuhmu. Tapi rasanya kau ingin
mengarahkannya berlawanan arah. Hanya ini yang bisa kulakukan sekarang.
Mengarahkan stang-nya sesuai dengan arah jatuhku.”
Do Jin memberi tahu kalau tadi ia
bertemu dengan Yi Soo di luar ruangan, ia menebak kalau kedatangan Yi
Soo itu untuk menemui Yoon. “Kalau kau bertemu dengannya lagi lain kali
apapun yang dikatakannya dengarkanlah baik-baik. Berikan padanya sapu
tangan kalau dia menangis, tunggulah sampai dia selesai menangis. Kalau
dia mancaci maki aku ikutlah kau mencaci maki aku bersamanya. Kalau
kebetulan dia bertanya tentangku katakan padanya aku minta maaf.”
Yi Soo berjalan lemah di sepanjang jalan menuju rumahnya.
Yi
Soo tiduran lemas di sofa. Se Ra membawakan kopi yang ia minta. Se Ra
heran bukankah perut Yi Soo kosong kenapa meminta kopi. Yi Soo beralasan
itu karena ia pusing. Se Ra menilai kalau Yi Soo sedang sekarat. Yi Soo
meminum kopinya.
Yi
Soo memberi tahu kalau hari ini ia melihat wanita itu (Eun Hee) Se Ra
penasaran bagaimana bisa. Yi Soo mengatakan kalau Eun Hee bersama dengan
Do Jin. Se Ra emosi mendengarnya lalu bagaimana kenapa Yi Soo tak
menjambak rambutnya. Yi Soo tersenyum untuk apa ia melakukannya karena
itu tak akan mengubah keadaan.
Se Ra : “Memangnya kau menjambak
rambut untuk mengubah keadaan? Ini sebagai tindakan atas hakmu. ‘Pria
ini adalah milikku’ tunjukan itu padanya!”
Yi
Soo : “Tapi bagaimana? Aku sudah kalah begitu aku melihatnya. Pikiranku
kosong dan aku kehilangan kata-kata. Hanya satu hal yang muncul di
benakku. Wanita ini mengingat semua hal yang tidak aku ketahui tentang
Kim Do Jin 20 tahun yang lalu. Aku benar-benar cemburu.”
Se Ra : “Apa kau ingin tahu tentang masa lalu Kim Do Jin? Kalau aku ingin tahu tentang masa depan Tae San.”
Yi Soo : “Apa masalahnya? Hanya sebulan saja.”
Se Ra tak mengerti. “Apa yang kau bicarakan?”
Yi Soo tak menjawab ia mengatakan
kalau ia ingin berbaring di kamar. Sebelum Yi Soo ke kemar Se Ra
bertanya seperti apa penampilan wanita itu, menurut Yi Soo kenapa Tae
San menyukai wanita itu. Yi Soo menuturkan kalau wanita itu cantik
sampai ke alisnya juga seperti sebuah gambar yang dilukis. Yi Soo ke
kamarnya. Bersamaan dengan itu Meari datang berkunjung.
Meari
menemui gurunya di kamar yang tengah tiduran lemah. Ia cemas apa
gurunya ini sakit, mana yang sakit. Yi Soo menjawab kalau seluruh
tubuhnya sakit. Meari menawarkan apa mau ia belikan obat. Yi Soo
menggelang tak usah. Meari heran dan bertanya kenapa, apa obat tak akan
mempan karena gurunya sudah tua.
Yi
Soo tersenyum mendengar candaan Meari. Meari juga senang melihat tawa
gurunya. Meari berkata kalau ia mendengar Yi Soo melihat wanita itu (Eun
Hee) ia ingin tahu bagaimana orangnya.
Yi Soo berkata kalau ini pertama
kalinya ia cemburu pada wanita yang lebih tua darinya. Meari tersenyum
bukankah gurunya juga pernah cemburu pada wanita tua yang lain. Yi Soo
tersenyum meralat kalau ini yang kedua.
Meari menawarkan apa gurunya
ingin tahu password rumah Do Jin. Yi Soo tanya untuk apa. Meari bilang
itu untuk menangkap basah mereka, dia mungkin sedang bersama wanita itu.
“Guru ingin jadi kaki tangan atau dalangnya. Aku akan ikut denganmu.
Kalau guru minta, aku bahkan mau mengambil gambarnya.”
Yi Soo kembali tersenyum haruskah ia
melakukan itu. Meari tersenyum sedih melihat gurunya seperti sudah tak
memiliki semangat hidup.
Jung
Rok kaget bukan main mendengar penjelasan Yoon kalau hasil tes DNA
menunjukkan bahwa 99,9% Colin adalah anak kandung Do Jin. Karena
menurutnya 99,9% itu lebih meyakinkah daripada 100%. “Seperti 99,9% anti
bakteri, seperti itu.” ucapnya.
Yoon kesal kenapa Jung Rok
membandingkannya dengan anti bakteri. Tepat saat itu Tae San datang dan
bertanya kenapa nada suara kedua temannya ini tinggi sekali. Ia bertanya
apa yang sudah dilakukan Jung Pal.
Jung
Rok menuduh Yoon yang membuat keributan, “Apa salahnya dengan anti
bakteri itu semua benar. Bukankah iklannya ada dimana-mana.” Yoon
menahan kesal karena Jung Rok bicara ngelantur kemana-mana.
Jung Rok tanya mana Do Jin. Tae San
bilang kalau Do Jin ada di kantor. Ia sengaja datang untuk menemui Yoon
dan Jung Rok. Ia berbohong pada Do Jin kalau ia ada janji di luar. Yoon
tanya ada apa. Tae San berkata kalau ini bukan sesuatu yang serius, “Kim
Do Pal sedang mengalami pukulan yang besar jadi sebagai pamannya
setidaknya kita harus membelikan Colin baju baru kan?”
Yoon membenarkan ucapan Tae San ia
sama sekali tak memikirkan hal itu. Jung Rok tanya patungan atau beli
sendiri-sendiri. Kedua tamannya ini kesal apa itu penting. Jung Rok
bilang tentu saja penting yang namanya penampilan sangat penting bagi
orang yang berumur 19 tahun. Dengan selera kedua temannya ini pasti tak
akan ada kesempatan.
Yoon menyela memangnya Colin itu Jung
Rok. Jung Rok membenarkan tapi ia bertanya-tanya kenapa ia terus merasa
kalau Colin itu mirip dengannya. “Kalau tidak, apakah aku mengharapkan
perbedaan 0.1% itu?”
Yoon meminta Jung Rok diam dan
berpesan agar Jung Rok bersikap layaknya orang dewasa. “Memangnya kau
mau bertingkah seperti itu di depan anak itu juga? Seorang teman ayahnya
yang sudah berumur 41 tahun.”
Jung Rok menilai bukankah sekarang
sudah terlambat kalau mau merubah gayanya. Jadi jangan khawatir.
Menurutnya mungkin ini sulit dipercaya tapi ia berfikir kalau ia akan
menjadi paman terbaik dari yang pernah ada. Tae San jelas tak yakin,
“Percaya padaku kau tak akan pernah menjadi paman yang baik.”
Yoon mengingatkan jangan pernah Jung
Rok mendekati Colin kecuali Jung Rok bersama dengannya dan Tae San. Yoon
menyuruh Jung Rok menghubungi Colin sekarang. Tapi ia bingung kira-kira
dimana mereka akan janjian dengan Colin. Tae San juga bingung kira-kira
anak remaja zaman sekarang biasanya nongkrong dimana.
Dimanakah ketiganya mengajak Colin ketemuan.
Di
sebuah tempat makan di pusat perbelanjaan. Colin tak menyangaka kalau
ia akan diajak ke tempat seperti ini. Ia melihat ke tiga ahujssi ini
duduk santai di kursi goyang yang diperuntukkan buat anak kecil.
Ketiganya melambaikan tangan padanya.
Liat ekspresi Colin lucu hehe.
Ketiga
ahjussi memesankan es krim untuk Colin dan minuman anak-anak lain.
Colin melihat sekeliling tempat ini benar-benar tak sesuai seleranya.
Kursi goyang, bunga, dan boneka Minnie Mouse.
Yoon : “Memangnya remaja benar-benar menyukai tempat ini?”
Jung Rok : “Tentu saja. Kalau begitu haruskah aku menyewa ruangan dan mendatangkan gadis cantik?” (haha)
Tae
San menendang kaki Jung Rok. Ia pun memulai percakapan dengan Colin,
“Kau putra Do Jin kan? Selamat datang.” Tae San memberikan bingkisan
untuk Colin dan mengatakan kalau itu hadiah dari mereka bertiga. Colin
jelas terkejut dengan perhatian yang tiba-tiba ini. Colin menundukkan
kepala memberi hormat sebagai ungkapan terima kasih.
Yoon mengatakan untuk saat ini Colin
lebih baik tinggal di hotel perusahaan, “Do Jin... bukan...” Yoon
langsung meralat, “Ayahmu harus mempersiapkan diri menjadi orang
dewasa.”
Jung Rok ingin tahu perasaan Colin,
apa Colin bahagia bisa menemukan ayah kandung Colin. Colin malah baik
bertanya apa ahjussi Jung Rok senang. Jung Rok ingin tahu kapan ulang
tahun Colin, Colin menjawab 20 September.
Jung
Rok langsung menebak kalau zodiak Colin ini Virgo. Ia ingin tahu
golongan darah Colin. Colin menjawab AB. Warna kesukaan. Colin mulai
malas menjawab kenapa ia ditanyai seperti itu.
Jung Rok : “Kau seorang virgo dengan golongan darah AB, kau itu mengharapkan banyak perhatian, kepedulian, dan cinta!”
Colin jijik melihat tingkah Jung Rok yang sok imut. Hehe.
“Haruskah
kami memperkenalkan diri kami lagi seperti seorang pria?” Jung Rok
mengulurkan tangannya, “Aku saudara ayahmu. Pria capucino, Rok.”
“Kau sudah lama mengenal kami
tapi aku Im Tae San. Rekan bisnis ayahmu. Walaupun sahamku yang
terbesar,” Tae San juga mengulurkan tangannya pada Colin.
Yoon juga mengulurkan tangannya, “Aku Choi Yoon. Aku tinggal serumah dengan ayahmu dan juga pengacara perusahaan mereka.”
Colin menatap ketiga tangan yang terarah padanya. Ia menatap ketiganya satu persatu.
Kelas
Yi Soo usai, ia bertanya siapa yang mendapat giliran piket kelas hari
ini. Beberapa siswa ngacung. Yi Soo menyuruh siswa tersebut untuk
membersihkan jendela.
Yi Soo melihat kursi tempat
duduk Dong Hyub kosong. Ia bertanya pada teman sebangku Dong Hyub apa
Dong Hyub tidak masuk lagi. Semua siswa diam tak ada yang tahu.
Yi Soo menyuruh Choi Chang Hyun,
teman sebangku Dong Hyub untuk mencari tahu keberadaan Dong Hyub
sebelum waktu istirahat. Tapi Chang Hyun tak tahu dimana keberadaan Dong
Hyub. Yi Soo memerintahkan Chang Hyun untuk menemukan keberadaan Dong
Hyub. Chang Hyun mendesah tak tahu harus mencari Dong Hyub kemana.
Yi Soo pun menemukan dimana Dong Hyub berada, dia sedang bekerja. Yi Soo menghampiri ke tempat kerja Dong Hyub.
Yi Soo menanyakan kenapa Dong Hyub
bolos sekolah. Dong Hyub berkata kalau ia malu. Yi Soo bertanya lagi apa
Dong Hyub benar-benar memukul Seong Jae. Dong Hyub menjawab ya. Yi Soo
bertanya lagi apa Dong Hyub juga menyuruh Seong Jae menyalin tugas Dong
Hyub. Dong Hyub menunduk mengakui semua kesalahannya.
Yi Soo ingin tahu kapan jam kerja Dong
Hyub selesai. Dong Hyub bilang kalau ia baru saja mulai masuk. Yi Soo
akan menunggu Dong Hyub sampai selesai bekerja. Dong Hyub tanya untuk
apa.
Yi Soo : “Kau bilang kau memukul dan
menyuruhnya menyalin tugas. Kau harus minta maaf padanya dan meminta
mereka minta maaf karena sudah memukulmu.”
Dong Hyub bilang tak usah toh
hitungannya satu sama. Ia memukul dan ia dipukul. Yi Soo meralat tidak
satu sama. Orang dewasa tak seharusnya memukul seorang anak ketika
mereka marah padanya, melainkan menasehatinya. “Kau harus minta maaf
karena memukul seseorang dan mereka meminta maaf karena memukulmu. Itu
baru adil.”
Dong Hyub : “Dibandingkan dengan adil atau apapun itu, mendapatkan uang lebih penting untukku.”
Yi Soo : “Apa kau benar-benar ingin putus sekolah? Seorang pria setidaknya harus lulus SMA.”
Dong Hyub mengatakan kalau ia
melakukan ini juga agar bisa melanjutkan sekolah, yaitu dengan kerja.
Pergi ke sekolah memerlukan ongkos bus, uang sekolah, sepatu olahraga
dan juga makan di kantin bersama teman sekelasnya. Kalau ia tak bekerja
bagaimana ia bisa sekolah. Yi Soo terdiam mendengarkan kondisi ekonomi
anak didiknya. Dong Hyub permisi ia harus melanjutkan pekerjaannya.
Ada yang menelepon Yi Soo, nomor baru yang tak dikenalnya. Yi Soo menjawabnya. “Kau bilang... kau siapa?” Yi Soo kaget.
Yi
Soo dan Eun Hee janjian bertemu (wow...) Eun Hee menebak kalau Yi Soo
pasti terkejut menerima telepon darinya. Ia mangatakan kalau sifatnya
itu tidak sabaran jadi ia tak bisa bersikap cuek. Yi Soo tanya tentang
hal apa.
Eun Hee : “Apa kalian berdua putus?”
Yi Soo menabak apa mungkinkah Kim Do
Jin yang menyuruh Eun Hee menemuinya. Eun Hee memberi tahu kalau Do Jin
tak tahu ia menemui Yi Soo, “Karena Colin hidup Do Jin berubah total dan
sekarang Do Jin jadi tak bersemangat. Tentang aku dan Do Jin. Dan
tentang anak Do Jin, kau pasti memiliki jutaan pertanyaan. Kau bahkan
tak sempat menanyakannya pada Do Jin. Apa kau sangat mencintai Do Jin?”
Yi Soo : “Apa hanya itu... yang ingin kau ketahui?”
Eun Hee : “Karena itu hal yang penting, bukankah cinta selalu begitu?”
Yi Soo : “Apakah aku mencintainya atau tidak, aku tak tahu kenapa itu penting untukmu.”
Eun Hee : “Karena sekarang kau
sedang berdiri di luar pintu. Aku pernah menghadapi situasi yang sama
sebelumnya. Dulu aku juga pernah mencoba membuka pintu itu. Pintu yang
mengarahkanmu pada dunia yang luar biasa. Tak peduli betapa besar
cintamu pada Do Jin, tapi dengan adanya Colin sungguh ini akan menjadi
masalah yang rumit dan membebani. Karena sebagai ibunya, aku juga
merasakan hal yang sama.
Aku tak tahu bagaimana Do Jin, tapi 20
tahun yang lalu aku hanya seseorang yang jatuh cinta pada seorang pria
bernama Kim Do Jin. Hamil, menderita, dan sangat ketakutan. Karena
itulah aku melarikan diri. Semua alasan itu karena dulu aku masih sangat
muda. Do Jin benar-benar tak tahu apa-apa.
Tak masalah kalau kau terganggu karena
Colin, tapi kuharap bukan karena aku. Karena inilah aku ingin bertemu
denganmu. Seperti yang kau lihat aku belum terlalu tua. Aku sangat
bahagia dengan peranku sebagai istri. Itulah yang ingin kukatakan.”
Setelah
bicara panjang lebar Eun Hee akan permisi. Tapi sebelum Eun Hee pergi
Yi Soo bertanya seberapa besar keberanian yang harus Eun Hee kerahkan
untuk membuka pintu itu. Eun Hee mangatakan kalau ia tak punya pilihan
karena ia seorang ibu.
Yi Soo : “Kim Do Jin saat berusia 22 tahun juga sangat mencintaimu. Hal itu aku sudah mengetahuinya.”
Eun Hee tersenyum, “Untuk Colin itu berita baik.”
Malam
hari Do Jin melamun sambil tiduran. Matanya jelas memancarkan kesedihan
dan tak ada semangat lagi. Ia mengingat hari ketika ia membelai rambut
Yi Soo dan ia ingin membelainya terus sampai tenaganya habis.
Di kamar Yi Soo pun demikian, ia
lemah. Keduanya mengingat ketika Yi Soo mengajukan permintaan. “Jangan
berhenti mencintaiku sebelum aku berhenti mencintaimu.”
Ya
ampun ini scene bikin ngenes, posisi tiduran mereka saling
membelakangi. Di tempat yang berbeda. Tapi pinternya lagi scene ini
seolah mereka tiduran membelakangi dalam satu ranjang. Mana posisi
tangan dan kakinya sama.
Keesokan
harinya, Yoon menyiapkan sarapan untuk Do Jin. Ia mendorong dan memaksa
Do Jin ke meja makan. Do Jin tak nafsu makan. Ia menyahut dengan nada
lemas kalau tindakan Yoon ini kasar.
Terdengar suara rice cooker
mengatakan kalau nasinya sudah matang (rice cooker-nya pinter bisa
ngomong hehe) Do Jin melirik dan mengumpat ricecooker-nya, “Omong
kosong.”
Yoon mengambilkan nasi dan
bertanya kenapa Do Jin mengumpat rice cooker. Do Jin bilang kalau
suaranya terlalu riang. “Tak bisakah kau makan hanya dengannya?” (makan
sama ricecooker? Haha) Yoon bilang tidak. Ia juga mengambilkan sup untuk
Do Jin.
Yoon melihat wajah Do Jin yang lemas tak ada semangat, “Apa kau tak bisa tidur nyenyak?”
Do Jin : “Aku ingat untuk melihat matahari terbit.” (jadi Do Jin ga bisa tidur donk ya mukanya juga pucat banget)
“Ketika kita SMA, apa kau masih
ingat perkataan wali kelas kita? ‘jangan bolos hanya karena kau
terlambat kau hanya harus menahan rasa sakit beberapa pukulan batang
tebu’” Yoon menirukan logat guru SMA-nya. Yoon memberi Do Jin semangat,
“Kita sudah paruh baya dan akan semakin menua. Mumpung kita masih punya
waktu sudah saatnya untuk memperbaiki kehidupan kita.”
Yoon,
Tae San dan Jung Rok bertemu untuk membahas masalah yang dialami Do
Jin. Yoon mengatakan kalau hari ini Do Jin masih tertidur sambil melihat
matahari terbit dan itu sudah terjadi selama beberapa hari ini. (tidur
melihat matahari terbit sama saja dengan ga tidur ya)
Tae San berkata kalau kita masih
bersyukur karena Yoon tinggal bersama dengan Do Jin. Ia tak tahu apa
yang harus dilakukan Do Pal karena pasangan itu baru saja memulai
berkencan. “Bukannya mereka tak melihat satu sama lain, tapi mereka tak
bisa melihat satu sama lain.”
Jung Rok : “Walaupun Do Jin memiliki alasan sendiri. Tapi bagaimana dengan Guru Seo? Dia pelanggan tetapku.”
Hei... Tae San dan Yoon kesal
bersamaan karena Jung Rok hanya memikirkan bisnis. Jung Rok mengatakan
kalau ia juga merasa frustasi. Tae San merasa dalam keadaan seperti ini
walaupun mereka berteman pasti nantinya akan menjadi canggung.
Jung Rok : “Bahkan bagiku
situasinya cukup rumit. Setelah 19 tahun tiba-tiba muncul seorang anak,
apa lagi yang bisa kukatakan? Haruskah aku mengucapkan selamat padanya?
Atau haruskah kukatakan ‘karena kau sudah punya anak kenapa tak
mengadakan pesta ulang tahun?’”
Kau ini... kedua teman Jung Rok kesal karena Jung Rok bicara omong kosong.
Jung
Rok : “Kenapa kalian terus mengumpatku? Bukan anakku, dia anak Do Pal.
Dan juga apa masalahnya kalau mereka tidak bisa melihat satu sama lain?
Tak bisakah kita membuat mereka bertemu?”
Tae San : “Kau pikir kami tidak tahu?
Tapi yang jadi masalah sekarang mereka bukan marahan karena ada
pertengkaran yang terkait hubungan mereka. Yang satu punya anak dan yang
satunya lelah secara mental dan fisik karena anak itu.”
Jung Rok : “Karena itulah kubilang
kita harus menolong mereka. Pertama, kita berada pada posisi yang
menguntungkan. Mereka hanya berdua, sedangkan kita bertiga.”
Yoon : “Apa hubungannya dengan itu?”
“Bagaimanapun
juga jumlah yang lebih banyak selalu lebih menguntungkan.” Jung Rok
menyuruh Tae San mengurus Yi Soo dan Yoon mengurus Do Jin. “Kalian harus
membawa mereka ke kafeku.”
Tae San kesal, “Masalahnya sudah cukup parah kenapa kau masih mementingkan bisnis?”
Jung Rok memberi tahu kalau kafenya
itu tempat mereka pertama kali bertemu, “Belum lama ini mereka berciuman
di depan kafeku sangat bergairah. Pegawaiku melihatnya, bahkan
memberitahuku lewat telepon. Tanyakan padaku apakah kita harus membuat
laporan ke polisi.” Jung Rok menyemangati kedua rekannya agar segera
melaksanakan misi mereka.
Tae
San mengajak Yi Soo ke Mango Six. Keduanya duduk berhadapan di dekat
jendela. Yi Soo terus memandang Tae San yang terlihat kikuk dan berulang
kali menarik nafas sambil melihat sekeliling.
Tae San berkata kalau sudah
hampir musim hujan, cuacanya benar-benar bagus. Yi Soo menyahut kalau
ketika musim hujan datang pasti cuacanya mendung tak mungkin bagus. Tae
San menyadari kesalahan ucapannya ia pun berusaha memikirkan kata-kata
apa lagi sambil menunggu Yoon dan Do Jin. Tae San tertawa dan mengatakan
kalau cuacanya benar-benar aneh.
Tae San terus celingukan tak tahu
harus bicara apa. Sementara Yi Soo terus menatapnya curiga. “Kim Do Jin,
apa dia akan datang?” Tanya Yi Soo tiba tiba. Tae San mengelak menjawab
tidak. Tapi Yi Soo terus menatapnya seolah tahu apa yang sudah
direncanakannya.
Melihat Yi Soo menatapnya seperti ini,
akhirnya Tae San pun mengaku. Yi Soo tak menyangka kalau kisah cintanya
ini cukup menggemparkan. Tae San sadar kalau ia sudah terlalu ikut
campur tapi ia merasa pertemuan seperti ini cukup penting. Yi Soo
berterima kasih atas usaha Tae San, “Karena aku.... benar-benar
merindukannya.”
Yoon
dan Do Jin tiba di Mango Six. Yoon melihat kalau Tae San dan Yi Soo
sudah ada di sana. Ia pura-pura narik Do Jin untuk duduk di dekat
jendela. Do Jin belum menyadari kalau disana ada Yi Soo.
“Oh kalian ada disini?” Ucap
Yoon pura-pura terkejut melihat Tae San dan Yi Soo. “Apa kabar Yi Soo?
Sepertinya kau baik. Aku ingin duduk di dekat jendela. Oh ternyata
disini juga dekat jendela.”
Yi Soo yang sudah tahu rencana
keduanya diam saja. Do Jin tak menyangka kalau ia akan bertemu dengan Yi
Soo disini dan ini atas usaha teman-temannya.
“Bolehkah
kami duduk bersama?” Yoon masih belum tahu kalau rencananya sudah
diketahui Yi Soo. Tae San mendesah pelan meminta Yoon berhenti
berpura-pura karena mereka sudah ketahuan. Yoon kaget rencananya
ketahuan. “Ah jadi kita sudah ketahuan ya?”
“Kalau begitu, karena kami sudah
ketahuan kalian berdua ngobrol saja,” Yoon menarik Do Jin agar duduk di
depan Yi Soo. Tae San membenarkan dan anggap saja bertemu secara
kebetulan. Kemudian Tae San dan Yoon segera pergi dari sana.
Ketemuannya kayak anak SMA pacaran yang lagi marahan ya. Diketemuin sama teman-temannya hehe.
Yi
Soo dan Do Jin duduk diam lama. Do Jin terus memandang wanita yang ada
di depannya ini. “Seharusnya kau tak perlu datang.” ucap Do Jin
mengawali pembicaraan.
“Yang
ingin disampaikan Tae San adalah tentang Kim Do Jin. Aku sudah
mengetahuinya.” Ucap Yi Soo tanpa memandang ke arah Do Jin. Yi Soo
mengatakan kalau ia memiliki janji penting yang lain. Ia pamit pergi
labih dulu. Do Jin jelas kecewa Yi Soo pergi begitu saja.
Yi
Soo mengajak Dong Hyub ke aparteman Ibu Seong Jae. Di depan gedung
apartemen Yi Soo memohon agar Ibu Seong Jae mau keluar dan menemui
mereka agar bisa bicara karena Dong Hyub datang untuk meminta maaf. Tapi
Ibu Seong Jae tak mau menemui keduanya, bukankah ia sudah mengatakan
pada Yi Soo berkali-kali. Kalau ingin bicara dengannya bicara saja lewat
pengacaranya. Ia tak ingin melihat wajah Dong Hyub lagi. Tepat saat itu
Park Min Suk datang dan heran melihat Yi Soo ada disana.
Yi Soo minta maaf dan berkata kalau
seorang anak datang untuk minta maaf seharusnya orang dewasa
menerimanya. Dong Hyub meminta gurunya tak perlu merendah seperti itu.
Yi Soo menyuruh Dong Hyub diam. Yi Soo kembali melanjutkan kata-katanya,
“Dan juga Nyonya anda harus meminta maaf karena sudah menampar Dong
Hyub.”
Ibu Seong Jae jelas menolaknya Dong
Hyub itu seorang gangster bagaimana mungkin dia bisa menjadi anak
sekolah. Ibu Seong Jae mangancam akan memanggilkan polisi kalau Yi Soo
masih membuat keributan. Yi Soo terus berusaha agar Ibu Seong Jae keluar
menemui mereka tapi Ibu Seong Jae tak mau lagi mendengar ocehan Yi Soo.
“Guru
Seo!” sapa Min Suk. Yi Soo menoleh dan terkejut melihat Min Suk. Min
Suk senang ternyata ia tak salah mengenali orang. Ia pun menekan bel
pintu memanggil ibu Seong Jae.
Ibu Seong Jae mengira kalau itu
Yi Soo, ia marah-marah. Min Suk mengatakan kalau itu dirinya ia ingin
bertemu dengan Ibu Seong Jae. Suara Ibu Seong Jae langsung berubah sopan
dan bertanya ada masalah apa. Min Suk berkata kalau ia akan mengatakan
masalahnya kalau Ibu Seong Jae keluar.
Yi Soo bertanya apa Min Suk
tinggal disini. Min Suk mengatakan kalau hanya ada beberapa tempat
dimana orang-orang kaya tinggal di Cheongdam-dong.
Ibu
Seong Jae tak menyangka kalau Yi Soo dan Dong Hyub datang bersama
dengan Min Suk. Min Suk mempersilakan Yi Soo melanjutkan ucapan yang
ingin Yi Soo sampaikan pada ibu Seong Jae. Ibu Seong Jae penasaran apa
Yi Soo dan Min Suk saling mengenal. Min Suk berkata kalau ibu Seong Jae
silakan bicara setelah mendengarkan apa yang akan disampaikan Yi Soo.
Ibu Seong Jae langsung nurut diam.
Yi Soo : “Pertama, tentang kejadian
yang kurang menyenangkan yang dialami Seong Jae kami bermaksud meminta
maaf pada anda. Dong Hyub juga sudah melakukan introspeksi diri.”
Ibu Seong Jae diam saja sambil
menatap sebal ke arah Dong Hyub. Dong Hyub juga malas melihat Nyonya
galak ini, ia membuang mukanya.
Min
Suk melihat tingkah Dong Hyub yang diam saja dan Plak... Min Suk
menggaplok kepala Dong Hyub, “Apa kau tak mau minta maaf, keponakan?”
“Keponakan?” Ibu Seong Jae kaget mendengar Min Suk menyebut Dong Hyub sebagai keponakan.
“Keponakan yang entah siapapun
namamu.” Ucap Min Suk. Dong Hyub mengatakan namanya. Kemudian ia
menunduk tanda minta maaf. Ibu Seong Jae masih tak percaya apa Dong Hyub
benar-benar keponakan Min Suk.
Min Suk : “Kalau tidak, memangnya akan merubah keadaan?”
“Tidak.” kata Ibu Seong Jae. Ia pun menerima permintaan maaf Dong Hyub, “Apa sudah cukup?”
Yi Soo : “Ketika anda menampar muridku, menurutku anda juga harus minta maaf padanya.”
Ibu Seong Jae jelas ogah minta maaf pada Dong Hyub tapi ia juga jelas tak mau dicap buruk di depan Min Suk.
Min Suk menoleh ke arah Yi Soo,
“Kenapa kau tak memberitahuku? Dengan begitu pengacaraku bisa
mengurusnya. Kenapa membiarkan PNS mengurusi hal seperti ini? Itu
membuat pembayar pajak seperti kami merasa sangat sedih.”
Min Suk menunggu permintaan maaf dari
Ibu Seong Jae. Ibu Seong Jae pun akhirnya minta maaf pada Dong Hyub,
“Ini hanyalah masalah anak-anak kita lupakan soal tuntutan, aku minta
maaf karena sudah menamparmu.” Dong Hyub memberi hormat tanda keduanya
saling memaafkan. Yi Soo berterima kasih karena masalah ini sudah beres.
Ibu Seong Jae pun kembali masuk ke apartemannya.
Yi
Soo sangat berterima kasih atas bantuan Min Suk. Min Suk bilang kalau
ia tak membantu tapi melunasi hutang. Apa Yi Soo masih ingat kejadian di
hotel perusahaan katika ia salah menuduh Yi Soo sebagai selingkuhan
suaminya. Ia mengatakan kalau ia biasanya membayar hutang dengan bunga
yang lebih banyak.
Yi Soo penasaran apa Min Suk mengenal
ibu Seong Jae dengan baik. Min Suk menilai seharusnya ibu Seong Jae yang
mengenalnya dengan baik. “Orang kaya tak pernah menjalin hubungan
dengan tulus, mereka menjalinnya dengan uang.” Dong Hyub yang diam saja
mendengarkan sambil mencerna apa yang dikatakan ahjumma kaya raya ini.
Min
Suk beralih menatap Dong Hyub, “Keponakanku ini benar-benar bertampang
pemberontak. Apa kau sudah melihat tadi? Yang kau lihat tadi adalah
dunia yang akan kau hadapi di masa depan. Itu pula yang menjadi alasan
orang miskin harus belajar. Apa kau mengerti keponakan?”
Dong Hyub terdiam mendengar penjelasan
Min Suk. Min Suk menyuruh Dong Hyub lebih baik pulang dan karena
mumpung ia bertemu Yi Soo, ia mengajak Yi Soo minum teh dengannya.
Keduanya
duduk berhadapan, Min Suk berkata kalau ia sudah mendengar tentang Do
Jin. Ia bertanya apa Yi Soo baik-baik saja karena ia melihat wajah Yi
Soo tampak sedih. Yi Soo bilang kalau ia baik-baik saja walaupun jalinan
cintanya ini singkat ia bahkan menerima tawaran untuk tinggal bersama.
Yi Soo : “Dalam hal ini tak ada
yang melakukan kesalahan dan semua mengetahuinya. Tinggal bersama
seorang ayah dari anak orang lain apakah aku benar-benar bisa bahagia?
Kadang-kadang aku berfikir aku bisa, tapi pada saat yang lain aku
berfikir kalau aku tak bisa. Entah apapun jalannya aku bahkan tak bisa
melangkahkan kakiku.”
Min Suk : “Kau tak bisa bergerak ke depan juga tak bisa mundur ke belakang. Lalu?”
Yi Soo : “Apa?”
Min Suk : “Karena di wajahmu tertulis ‘meskipun begitu tidak masalah’.”
Yi Soo mengucap ulang apa yang dikatakan Min Suk ‘meskipun begitu tidak masalah’. Yi Soo tampak memikirkan sesuatu.
Malam hari Yi Soo berdiri di halte bis seorang diri. Ia pun membatin, “Aku masih mencintai orang itu,”
Kemudian terdengar lagu dari
speaker kios yang berada di belakangnya sebuah lagu yang pernah ia dan
Do Jin dengar ketika seorang pemuda dengan nada fals menyanyikannya.
Kini ia mendengar kembali lagu itu dan terdiam terpaku bahkan ia sampai
tak jadi naik bis yang baru saja tiba. Ia mengingat ketika ia dan Do Jin
mendengar lagu itu, keduanya tertawa riang bersama. Bis pun berlalu Yi
Soo masih berdiri terpaku dengan wajah sedih.
Do
Jin memarkir mobilnya dan ia pun mendengar lagu dari radio mobilnya
lagu yang sama seperti yang didengar Yi Soo. Ia terdiam sejenak di
mobilnya untuk mendengarkan lagu itu dengan perasaan pilu. Do Jin naik
lift menuju apartemennya, di dalam lift tanpa terasa air matanya pun
menetes.
Sampai
di kamar, ia kembali terdiam sedih bersandar pada dinding kamar. Air
matanya semakin menetes deras, isak tangisnya semakin membuat dadanya
sesak.
Meari
menemui Yoon di kantor. Keduanya diam. Meari heran kenapa Yoon tak
mengatatakan apapun, seperti ‘aku sangat sibuk’ ‘kenapa kau kesini’
‘pergi sekarang’
Yoon mengatakan kalau ia tak
sibuk dan ia juga tahu kenapa Meari menemuinya. Meskipun ia menyuruh
Meari pergi, Meari pasti tak akan pergi. Meari meminta Yoon berhenti
membuatnya tak nyaman dan jangan bersikap seperti ini. “Kenapa aku
merasa lebih baik ketika kakak marah?”
Yoon
mengatakan kalau ia akan pulang. Meari meminta Yoon menunggu sebentar.
“Pinjami tanganmu, tak akan lama.” pinta Meari. Meari mengeluarkan
sesuatu dan memakaikannya di tangan Yoon, sebuah gelang. “Apa ini?”
tanya Yoon.
“Kupikir cantik waktu aku
melihatnya, ketika belanja jadi aku membelinya. Jangan merasa terbebani.
Kalau begitu aku pergi dulu!” Meari tersenyum sumringah setelah
memakaikan gelang itu ke tangan Yoon.
“Kau...
kesini!” perintah Yoon. Meari mendekat, Yoon memeriksa tangan Meari dan
disana ada gelang yang sama dengan warna berbeda gelang kembar hehe.
“Hei Im Meari!”
“Wow ternyata sama dengan
punyaku.” sahut Meari pura-pura kaget kalau gelangnya sama. “Maksudku
kenapa aku memilih ini begitu aku melihatnya? Selera orang
benar-benar... bisa tetap sama kan?”
Yoon melepas gelang dan
menyerahkannya kembali pada Meari. Meari menolak bagaimanapun ia sudah
membelinya jadi bisakah Yoon tetap memakainya. Meari kemudian cemberut
kalau begitu ia juga tak akan memakainya lagi. Meari akan melepas gelang
yang ia pakai.
Yoon
: “Dibandingkan seluruh hidupmu, aku bergaul dengan Tae San lebih lama
daripada itu. Kami berempat harus memperhatikan dengan siapa kami akan
menghabiskan hidup kami. Sekarang keinginan yang ada di hatimu, apa yang
kau harapkan dariku akan merusak semuanya. Karena itu, ini tak boleh
dibiarkan. Kau mengerti apa maksudku?”
Meari mendesah kesal dan
meninggikan suaranya, “Memangnya gelang ini membelenggu? Ini hanya
perhiasan. Kak Do Jin dan Kak Jung Rok juga memakainya. Memangnya aku
menyuruh Kakak untuk melepas cincin pernikahan kakak? Atau aku meminta
Kakak membelikan cincin pernikahan untukku? Aku hanya berharap diantara
barang-barang yang kakak pakai ada satu yang merupakan hadiah dariku.
Hanya itu yang kupikirkan.”
“Aku mengerti, tak usah dipakai. Buang saja!” Meari merebut gelang dari tangan Yoon dan membuangnya ke tempat sampah.
“Ada satu hal lagi.” ucap Yoon.
“Apa?” Tanya Meari galak.
“Jangan lagi bicara tak formal seperti yang kau lakukan sekarang. Perbedaan usia kita 17 tahun.” Jelas Yoon.
Meari
meninggalkan kantor Yoon dengan kekesalannya. Yoon melirik gelang yang
di buang Meari kemudian beralih menatap cincin pernikahan yang masih
melingkar di jarinya.
Untuk melampiaskan kekesalan dan kesedihannya Meari menyanyi di karaoke sendirian. Ia menyanyi sambil sesenggukan menangis.
Tae
San menyusul adiknya dan mematikan musiknya. Ia marah bahkan sekarang
Meari minum-minum di siang hari. “Pernahkah kau melakukan hal yang
benar? Bagaimana mungkin seorang gadis minum-minum di siang dan malam?”
Meari : “Bukankah sudah kubilang
jangan datang kalau kakak marah? Memangnya hanya aku yang minum-minum?
Hong Se Ra juga selalu minum-minum siang dan malam.”
Tae San makin marah karena Meari
berani menyahut ucapannya. Ia mengambil tas dan meminta adiknya cepat
memakai sepatu lalu pulang. Meari dengan sikap ogah-ogahan memakai
sepatunya tapi kemudian ia menangis keras.
Tae
San tak tahan lagi melihatnya, ia pun menelepon Yoon dan marah-marah,
“Hei Choi Yoon gara-gara kau yang dilakukan Meari sepanjang hari hanya
minum-minum dan menangis. Bahkan tidur di depan rumah kakaknya. Dia
bahkan menolak kuminta melanjutkan pendidikan pasca sarjananya. Dia
bekerja di kafe hanya untuk melihatmu. Aku sangat sedih. Aku ingin mati
saja kalau dia terus seperti ini.”
Meari
jelas kaget kakaknya langsung menghubungi Yoon. Ia berusaha merebut
ponsel kakaknya supaya tak bicara lebih jauh lagi. “Kakak apa yang kau
lakukan? kenapa mengatakan semuanya pada Kak Yoon?”
Tae San masih marah-marah, “Choi Yoon
apa kau benar-benar merencanakan ini terhadapku? Kalau begini terus tak
peduli persahabatan omong-kosong itu, aku tak mau melihatmu lagi.”
Meari
ketakutan, “Kakak tolong tutup teleponnya. Aku yang salah.” Meari
merebut ponsel kakaknya dan ternyata ponsel itu tak terhubung pada Yoon.
Tae San hanya menggertak Meari. “Apa ini? Kakak membuatku takut.”
bentak Meari.
Tae San : “Bukankah sudah kukatakan
sebelumnya jangan pernah membuatku mengirimmu ke tempat yang jauh lagi.
Kalau kau melakukan hal seperti ini sekai lagi aku akan benar-benar
menelepon seperti tadi. Akan kukatakan semuanya pada Yoon sama seperti
tadi.”
Keduanya
sampai di rumah. Meari heran melihat mobil merah Se Ra terparkir di
depan rumahnya. Ia bertanya apa Se Ra datang ke rumah. Tae San menjawab
tidak. Meari kembali bertanya lalu kenapa mobil Se Ra ada di depan
rumahnya. Tae San menjawab kalau itu bukan urusan Meari.
Meari menebak apa kakaknya mau
membelikan mobil baru untuk Se Ra. Tak San tak menjawab. Meari
meraung-raung kesal. “Kalau begitu aku boleh memakai ini?” (Memakai
mobil Se Ra) Tae San jelas melarang.
Yi
Soo duduk menyendiri di depan gedung apartemen Do Jin. Ia sudah
memutuskan sesuatu dan menghubungi Do Jin, “Aku di depan apartemenmu,
ayo bertemu sekarang!”
Keduanya berdiri berhadapan. Do Jin menatap Yi Soo tapi tidak demikian dengan Yi Soo. Ia mengalihkan matanya ke arah lain.
Yi Soo berkata kalau ia sudah
memikirkannya. Ia merasa diperlakukan secara tidak adil. Kemudian Yi Soo
memandang Do Jin, “Semuanya kau yang memutuskan dari pengakuan sampai
putus. Kau hanya tahu caranya berbohong. Bukankah kau yang mengatakan
bahwa kau tidak akan berhenti mencintaiku sebelum aku berhenti
mencintaimu? ‘Hari ini dan besok, lusa dan hari berikutnya selama
sebulan jadi kau bisa tenang selama sebulan ini. Jadi selama sebulan aku
akan mencintai Seo Yi Soo’
Kau
sendiri yang mengatakan itu padaku. Aku tahu kau baru mengalami
kejadian yang besar dalam hidupmu. Tapi aku sama sekali tak
mengkhawatirkanmu, tidak sedikitpun. Apa baiknya pria sepertimu? Aku
harus mengkhawatirkan diriku sendiri yang merindukanmu puluhan kali
dalam sehari. Jadi perpisahan ini, aku ingin melakukannya dengan caraku.
Mulai saat ini begitu aku meneleponmu
tinggalkan semuanya dan datang padaku. ‘jangan berhenti mencintaiku
sebelum aku berhenti mencintaimu’ janji itu ‘selama sebulan aku akan
mencintaimu Seo Yi Soo’ janji itu tolong tepati. Sampai aku tak
merindukanmu lagi, sampai aku tak mengingatmu lagi. Sampai kita bisa
berpisah, tolong tunggu aku, di sisiku.”
“Akan kulakukan.” Do Jin menyanggupi permintaan yang panjang lebar dari Yi Soo. “Sesuai dengan cara Seo Yi Soo.”
Hari
hujan Yi Soo berdiri di tepi jalan memakai payung bersama kerumunan
orang yang akan menyebrang. Ia mengirim SMS pada Do Jin.
‘Aku ada di perempatan jalan di Gangnam di depan perbatasan. Keluarlah sebentar.’
Do
Jin pun sudah berada di seberang jalan. Orang-orang berlalu lalang
menyebrang tapi Do Jin dan Yi Soo tetap berdiri di tempatnya hanya
saling memandang saja.
Setelah
dirasa cukup melihat Do Jin, Yi Soo pun berbalik pergi meninggalkan
tempatnya. Do Jin menatap kepergian Yi Soo dengan hati pilu.
SMS Yi Soo, ‘aku ingin pergi ke toko buku’
Do
Jin pun menemani Yi Soo ke toko buku. Tapi ia hanya bisa memandang
sambil mengawasi sementara Yi Soo membolak-balikan buku yang sedang
dibaca. Tanpa bicara sepatah katapun. Yi Soo membaca buku tentang benang
merah, di sana tertulis ‘aku berharap ketika aku bertemu orang itu
lagi’
‘Aku sedang menunggu’
‘Menunggu orang itu menjawab ya’
SMS Yi Soo, ‘aku ingin nonton film di bioskop’
Keduanya
pun nonton di bioskop dengan tempat duduk terpisah. Sebuah film komedi
penonton tertawa tapi kedua orang ini diam tak tertawa sedikitpun. Do
Jin melirik ke arah Yi Soo. Film pun usai.
Yi
Soo berdiri dan akan keluar Do Jin berjalan di belakangnya. Ada orang
yang terburu-buru keluar dan menyenggol Yi Soo hingga terjatuh tapi
tepat saat itu Do Jin menangkap dan memeganginya. “Lepaskan. Kau
mendorongku lebih keras daripada yang dilakukannya.”
Do Jin pun melepas Yi Soo dan membiarkannya berjalan lebih dulu keluar dari gedung bioskop.
Kemudian
muncul dalam ingatan Do Jin ketika Yi Soo menangkap basa dirinya tengah
bersama Eun Jae dan ketika itu ia mengatakan hal yang tak pantas
dikatakannya. Perasaan Yi Soo jelas marah apalagi Do Jin menutup pintu
begitu saja.
Kemudian
muncul Do Jin yang sekarang membuka pintu. Yi Soo berbalik menatapnya.
“Ketika kita bahagia aku tak menyadarinya. Saat ini aku terluka. Telah
membuatmu mendengar kata-kata yang buruk telah membuatmu begitu terluka,
aku benar-benar minta maaf. Telah membiarkanmu berjalan pulang
sendirian, aku benar-benar minta maaf.” Ucap Do Jin penuh penyesalan.
Kemudian
kita beralih ke scene dimana mereka makan bersama tim Blue Cat dan tim
lain. Ketika itu Do Jin meminta Yi Soo untuk mendekat dan membisikan
sesuatu, ‘Berhenti menggangguku kecuali kau bersedia tidur denganku.’
Yi
Soo jelas kecewa mendengarnya, tiba-tiba ada tangan yang menyentuhnya
dari belakang. Do Jin yang sekarang. “Aku benar-benar jahat. Karena tak
ingin kau mengetahui perasaanku yang sebenarnya aku mengucapkan
kata-kata yang tak pantas itu. Seharusnya aku jujur padamu bahwa aku
merindukanmu. Aku merasa seperti orang bodoh. Aku selalu merasa masih
ada kesempatan. Karena harga diriku yang tak berguna sebagai pria, kau
pasti menderita. Aku minta maaf.”
Dan kita kembali ke Do Jin yang masih berdiri di gedung bioskop sedirian berdiri terpaku.
Se
Ra berdiri di depan Mango six menerima telepon dari seseorang. Ia kaget
melihat mobil merahnya tiba-tiba berhenti di depan Mango six. Ia pun
menutup teleponnya dan yang lebih membuatnya terkejut lagi Meari yang
keluar dari sana.
Meari kaget setengah mati melihat Se
Ra. Se Ra bertanya apa yang terjadi kenapa Meari mengambil dan menyetir
mobilnya. Meari bilang ia tak selalu menyetirnya ini pertama kali ia
menyetir mobil Se Ra jadi jangan beritahu kakaknya.
Se Ra : “Apa kau bilang? Mobil ini apa ada pada Tae San?”
Meari : “Bukankah karena kakak ingin membelikanmu mobil yang baru?”
Se Ra berfikir kenapa mobilnya bisa berada di tangan Tae San.
Se
Ra pun menemui Min Suk. Ia jelas kecewa karena mobilnya sekarang ada di
tangan Tae San. Min Suk membenarkan karena Tae San yang membawanya
pergi. Se Ra tanya kenapa mobilnya apa pada Tae San.
Min Suk mengatakan kalau
mengembalikan jaminan pada seseorang yang membayar hutang adalah hal
yang harus dilakukannya. Se Ra jelas terkejut tak percaya Tae San
membayar uang yang ia pinjam. Min Suk mengatakan kecuali untuk itu
memangnya ada alasan lain ia memberikan mobil itu pada Tae San.
Se Ra mengingatkan bukankah Min
Suk tahu persis bagaimana perasaannya ketika ia mengajukan hutang pada
Min Suk. Bagaimana mungkin Min Suk tetap memberitahu Tae San tentang hal
ini. Min Suk berkata kalau ia tak pernah memberi tahu Tae San. Se Ra
emosi kalau bukan Min Suk yang memberi tahu dari mana Tae San
mengetahuinya.
Min
Suk : “Memangnya untuk apa aku memberitahunya? Apakah aku akan
kelaparan tanpa uang itu? akankah aku tidak tidur di malam hari karena
mengkhawatirkan uang itu? tidak, tidak akan. Kau harus mengerti itu.”
Se Ra : “Kalau begitu setidaknya ketika Tae San mengatakan akan membayarkan seharusnya kakak jangan menerimanya.”
Min Suk membela diri kalau ia
sudah mengatakannya tapi Tae San mengatakan kalau ini demi harga diri
Tae San jadi ia harus menerimanya. “Diantara harga dirinya dan harga
dirimu adakah alasan kenapa aku tak boleh memilih harga dirinya? Dia
sahabat suamiku.”
Do Jin ke hotel perusahaan. Eun Hee mangatakan kalau Colin sedang keluar. Ia merasa kalau Colin sangat menyukai Seoul.
Eun Hee melihat wajah Do Jin
yang kusut. Ia mengatakan kalau ia akan segera pulang ke Jepang. Ia
sudah membeli tiket pesawat malam. “Kupikir aku sudah melakukan apa yang
bisa kulakukan. Dan juga aku merindukan suamiku.”
“Anak itu, apa dia ikut pulang juga?” tanya Do Jin.
Eun Hee mengatakan kalau Colin
ingin tinggal di Seoul. Tapi ia ingin membawa putranya pulang. “Aku
tidak menghabiskan masa mudaku dengan mengasuh anak hanya untuk
membuatnya menjadi sumber masalah.”
Dengan
suara lemah Do Jin minta maaf untuk masa 19 tahun terakhir. Tak peduli
apakah Eun Hee tahu atau tidak, telah membuat Eun Hee mengasuh anak itu
sendirian ia minta maaf.
Do Jin ingin mengungkapkan
alasan kenapa ia tak menemui Eun Hee 8 tahun yang lalu. Tapi Eun Hee
menyela dan mengatakan kalau ia sudah mendengar tetang penyakit Do Jin
dari Jung Rok. Tapi di sisi lain ia merasa beruntung, ia berharap ia
hanya menjadi cinta pertama bagi Do Jin dan bukan sebagai ibu dari
seseorang.
“Anak
itu biarkan dia tinggal disini!” pinta Do Jin. “Nama Korea-nya aku akan
memberitahumu setelah aku memberinya. Jangan mengkhawatirkan anak itu.
Kuharap kau bisa bahagia.”
Eun Hee tersenyum dan berterima
kasih. Do Jin mengatakan kalau ia tak bisa mengantar Eun Hee ke bandara.
Eun Hee tak masalah ia mengerti. Keduanya saling mengucap selamat
tinggal.
Do
Jin mengendarai mobilnya di jalan raya. Ponselnya berdering, Yi Soo
yang meneleponnya. Kemana lagi Do Jin akan menemani Yi Soo. “Kau ada
dimana?” tanya Do Jin.
Ternyata
Yi Soo ingin Do Jin menemaninya makan siang di restouran. Tak ada
obrolan yang keluar dari mulut keduanya. Yi Soo makan cepat. Do Jin
memperhatikan cara makan Yi Soo yang cepat, belum habis di mulut sudah
menyuap yang lain. Sebagai bentuk perhatian Do Jin mendekatkan air
mineral ke arah Yi Soo, tapi Yi Soo mengabaikannya. Ia malah mengambil
makanan lain dan mengunyahnya.
“Pelan-pelan makannya!” Ucap Do Jin pelan mengingatkan.
“Aku
tak bilang kau boleh bicara padaku!” Yi Soo mengingatkan agar Do Jin
jangan bicara padanya. Do Jin langsung diam memperhatikan Yi Soo.
Ponsel
Yi Soo berdering, ia melihat siapa yang meneleponnya. Setelah tahu itu
dari siapa ia tak segera menjawabnya. Malah meletakkan posel itu begitu
saja. Do Jin penasaran telepon dari siapa sampai Yi Soo tak mau
menjawabnya.
“Hari ini kau boleh pergi sekarang!” Yi Soo menyuruh Do Jin pergi karena ia merasa cukup melihat dan bersama Do Jin.
“Siapa yang menelepon?” Tanya Do Jin.
“Bukankah sudah kubilang jangan bicara padaku?”
Yi Soo mengambil tasnya dan akan pergi lebih dulu. Tapi Do Jin menarik tangan Yi Soo dan menahannya. “Siapa itu?” tanya Do Jin.
Yi Soo menatap Do Jin, “Kalau kau tahu apa yang bisa kau lakukan?”
“Siapa?” tanya Do Jin lagi.
“Ibuku.”
jawab Yi Soo. “Ah, ibuku meninggalkan anaknya dan mengasuh anak orang
lain selama lebih dari 20 tahun. Apa kau mau ikut dan mempelajari
rahasia keibuannya? Kalu kau tak mau, tolong lepaskan tanganku!”
Keduanya saling menatap.
Bersambung ke episode 16














































































































Tidak ada komentar :
Posting Komentar