Kita
masih berada dimasa mereka kuliah, tepatnya di tahun 1995. Do Jin, Yoon
dan Tae San berada di sebuah ruangan sempit menonton episode terakhir
drama The Sandglass. Sebuah drama yang pada saat itu menjadi drama yang
terkenal karena mampu meraup rating nasional sebesar 64,5% (wow!!!)
-----pemberitahuan aja nih ya, saya sampai sempet2in download n nonton episode terakhir The Sandglass dan memang bener2 daebak deh. Adegan dimana Park Tae Su menjelang dihukum mati bener2 bikin merinding sampai suara pistol bunyi-----
-----pemberitahuan aja nih ya, saya sampai sempet2in download n nonton episode terakhir The Sandglass dan memang bener2 daebak deh. Adegan dimana Park Tae Su menjelang dihukum mati bener2 bikin merinding sampai suara pistol bunyi-----
Do
Jin, Yoon dan Tae San menonton drama penuh penghayatan. Ketiganya
berlindung dibawah satu selimut menyaksikan adegan terakhir dimana Park
Tae Su, si pemeran utama akan menjalani hukuman mati.
Tae San bertanya dengan suara pelan
apa Tae Su benar-benar akan mati. Do Jin menyenggol memberi tanda agar
Tae San diam. Mereka bertiga tak tega melihat adegan dimana mata Tae Su
ditutup sebelum eksekusi. Dan akhirnya Tae Su pun menjalani eksekusi
hukuman matinya. Drama The Sandglass pun tamat, ketiganya
menyenandungkan suara musik pengiring dari drama tersebut.
Tae
San mematikan TV-nya. Ia mencoba menirukan adegan apa yang ada di drama
tadi. Kedua temannya berteriak huwaaaa.... Yoon juga tak kalah, ia ikut
mengucapkan apa yang dikatakan Tae Su di dialog akhirnya. Huwaaaa....
Ketika
ketiganya tengah asyik menirukan adegan terakhir drama Jung Rok datang
dan terheran-heran. Ia bertanya apa dramanya sudah tamat. Ia kesal
karena tak bisa menonton ditambah lagi ia tak melihat seorang pun
dijalan pasti semuanya lagi nonton. Ia ingin tahu ending dramanya apa
Tae Su meninggal. Do Jin menyarankan kalau Jung Rok ingin tahu lebih
baik nonton tayangan rerun-nya saja. Ketiganya tak mau mengatakan
bagaimana ending dramanya.
Jung
Rok sudah menebak ketiga temannya pasti seperti ini, ia pun akan
bertanya langsung pada ibunya. Ia mengeluarkan ponsel untuk menghubungi
ibunya, ketiga teman Jung Rok langsung terpukau melihat benda yang belum
semua orang memilikinya.
Wah... keren sekali......
Ini handphone ya....?
Wah model terbaru.....
Jung
Rok pun akan menghubungi ibunya menanyakan ending dari drama The
Sandglass. Ketiga temannya langsung menyahut kalau Tae Su meninggal. Dia
dihukum mati hanya begitu saja kata mereka. Mereka pun merebut ponsel
Jung Rok, “Apa ini asli?”
“Tentu saja asli!” jawab Jung
Rok. Ia memberi tahu ketika ia mengeluarkan ponselnya kemarin di kampus
semua mahasiswi terpesona satu persatu.
Do Jin menimbang-nimbang berat
ponsel Jung Rok. Jung Rok meminta temannya hati-hati memegang ponselnya
jangan di lembar-lempar seperti itu. Tae San mengamati ponsel Jung Rok
dan memuji kalau ini sangat bagus, “Tapi bukankah akan lebih bagus kalau
bentuknya lebih tipis dan ringan?”
Hei....... sahut Yoon dan Do Jin bersamaan karena menurutnya apa yang dikatakan Tae San itu omong kosong.
Jung
Rok : “Hei, dimana bisa kalian menemukan yang lebih tipis dan ringan
daripada ini? Kalau seperti itu sama saja dengan melepas semua
tombolnya. Dan membesarkan gambar seperti ini dengan jarimu,” (Jung Rok
memperagakan cara menggunakan model ponsel touchscreen)
Hei..... ketiga temannya bersamaan karena apa yang disampaikan Jung Rok itu omong kosong.
Do Jin : “Kau paling ahli kalau
bicara omong kosong. Kenapa tidak membuatnya saja supaya kau bisa
menonton TV, mendengarkan musik dan melihat satu sama lain sambil
berbicara.” (video call)
Hei....
Yoon : “Dengan ruangan yang
sekecil ini lebih baik TV nya berlayar datar dan ditempel di dinding dan
pendingin ruangan terpasang di langit-langit.”
Hei..... itu musatahil kata teman-temannya.
“Hei,
kau bahkan menginginkan komputermu jadi sekecil buku catatan. Seperti
ini” kata Tae San sambil membuka dan menutup buku, “Kau bilang akan
sangat bagus kalau jadinya seperti ini, iya kan? Dan akan dinamakan
Note...... book!”
Hei.....
Keempatnya terus membahas hal yang mereka anggap omong kosong ketika itu tapi semuanya benar-benar terjadi dan ada dimasa kini.
Suara Do Jin : “Lelucon itu
telah mengubah dunia. Imajinasi adalah awal dari inovasi. Kalau saja
kami mengetahuinya lebih awal kebersamaan kami mungkin akan jadi seperti
ini.”
Mereka
berempat berkumpul di Mango Six dengan dandanan ala Steve Jobs. Tae San
mengungkapkan pemikirannya, kalau satu putaran home run jauh lebih baik
daripada dua putaran home run.
Do
Jin mengatakan kalau teknologi semata-mata tidak akan memuaskan masa
depan manusia karena perasaan manusia juga harus dipertimbangkan.
Yoon menyampaikan dari apa yang
disampaikan teman-temannya ia menarik kesimpulan kalau kualitas itu
lebih penting dari pada kuantitas.
Keempatnya terus bertukar pikiran dengan gaya ala Steve Jobs.
Sinopsis A Gentleman’s Dignity Episode 14
Di
depan sekolah Yi Soo melihat mobil Do Jin tapi si pemilik mobil tak
ditempat. Ia celingukan mencarinya karena ia melihat di dalam mobil tas
Do Jin masih ada.
Tiba-tiba Do Jin datang membawa
dua minuman dan mengagetkan Yi Soo. Yi Soo bertanya kemana Do Jin pergi
barusan. Do Jin mengatakan kalau ia membeli kopi dan menyerahkan satu
kopi untuk Yi Soo.
“Apa kau menikmati makan siangmu, pacarku?” Tanya Do Jin.
“Apa kau pikir aku tak bisa makan siang tanpamu?”
“Apa yang kau makan, pacarku?”
Yi
Soo tersenyum, “Pacarmu ini makan nasi dengan cumi-cumi.” Yi Soo
memberi tahu kalau 20 menit lagi ia ada kelas jadi ia harus segera
kembali.
“Apa kau harus pergi dalam 20 menit? Kau tak cukup cantik untuk membuang 20 menit hidupku disini.”
Yi Soo menilai kalau Do Jin ini
orang yang tak bisa diduga. Do Jin berkata kalau Yi Soo jadi lebih jelek
setelah mengatakan itu. Ia menawarkan apa Yi Soo mau bersembunyi di
bawah tempat yang teduh karena kelihatan sekali Yi Soo jadi seperti ini
dibawah terik matahari.
Do
Jin melindungi wajah Yi Soo dari sengatan matahari dengan tangannya. Yi
Soo heran dan bertanya apa yang Do Jin lakukan. Do Jin mengatakan kalau
ia takut wajah Yi Soo akan berbintik-bintik karena sekarang saja Yi Soo
sudah cukup jelek.
Yi Soo ingin tahu apa Do Jin
akan pergi ke suatu tempat karena ia melihat ada tiket pesawat di mobil.
Do Jin memberi tahu kalau anak itu (Colin) mau pergi. Ia bergombal ria
mengatakan kalau ia tak mungkin pergi kemanapun meninggalkan Yi Soo
disini.
Yi Soo penasaran memangnya dia mau
pergi. Do Jin berkata kalau dia tetap harus pergi meskipun dia tak mau.
Dia masih muda dan mengkhawatirkan. Yi Soo tanya siapa yang
mengkhawatirkannya, apa cinta pertama Do Jin, Kim Eun Hee.
Do Jin : “Kau. Kau merasa terganggu, kan?”
Yi Soo tersenyum mengangguk
pelan. Do Jin berjanji kalau ia akan segera kembali setelah mengantar
Colin ke bandara jadi Yi Soo harus menunggunya karena nanti ia akan
mengajak Yi Soo makan malam. Yi Soo heran apa makan malamnya hari ini,
bukankah keduanya sudah bertemu. Do Jin bertanya berapa kali Yi Soo
makan dalam sehari. Yi Soo menjawab tiga kali.
Do Jin : “Kau makan 3 kali. Kenapa bertemu denganku tak bisa 2 kali dalam sehari?”
Yi Soo tertawa, logika seperti
apa itu. Do Jin mengatakan kalau ini alasan untuk membuat Yi Soo
tersenyum. Untuk menghiburmu kata Do Jin. Yi Soo kembali tertawa. Do Jin
pamit akan menjemput Colin di hotel perusahaan kemudian mengantarnya ke
bandara.
Do
Jin tak menemukan Colin di hotel perusahaan. Ia memberi tahu ketiga
temannya kalau Colin kabur. Dan mereka pun sudah sampai di Hongdae
tempat yang ditunjukan Meari dimana Colin mencari uang lewat mengamen.
Colin tersenyum menatap mereka
berempat secara bergantian, ia ingin menyampaikan hal yang perting
kepada keempatnya alasan kenapa ia datang ke Korea, “Kudengar salah
seorang dari kalian adalah ayahku, siapa itu?”
Mereka
berempat jelas terkejut. Tae San menilai kalau Colin ini bicara omong
kosong. Yoon khawatir apa Colin sakit karena tiba-tiba mengatakan itu.
Jung Rok lain lagi ia menebak apa jangan-jangan dirinya ayah Colin.
Ketiga temannya menatap. Jung Rok merasa kalau setiap ia mendengar hal
itu ia merasa bahwa itu adalah dirinya, Jung Rok mengatakan ini sambil
tertawa-tawa.
Do Jin menyarankan agar membawa
Colin pulang dulu dan akan dibicarakan lagi nanti. Ia melihat jam tangan
dan memberi tahu kalau pesawatnya sudah berangkat.
Colin
membawa sendiri barang-barangnya, ia berjalan di depan karena
keempatnya takut kalau pemuda ini akan kabur lagi. Jung Rok menyarankan
apa tak lebih baik kalau mereka membantu membawa barang-barang Colin.
Tae San berkata kalau Colin tak akan bisa lari cepat dengan barang
bawaan sebanyak itu jadi tak usah dibantu.
Sambil
berjalan menuju mobil, Tae San menebak apa itu Yoon. Yoon menyangkal
tak mungkin dirinya. Tae San berkata kalau ia berharap punya kesempatan
lagi bertemu dengan Eun Hee. Jung Rok menyahut bukankah Tae San bilang
turun salju ketika di luar jendela kedai. Tae San balik menuduh bukankah
Jung Rok bilang juga kapal terakhir sudah meninggalkan pulau. Jung Rok
berkata kalau yang ia ceritakan itu wanita lain.
“Kalau begitu kau,” Jung Rok menebak
Yoon, “Bukankah kalian naik kereta ke Chuncheon? Bahkan kalian
menyanyikan lagu atau apalah.” Yoon menyangkal karena waktu itu ia
bersama 40 orang peserta laki laki yang lain. Apa ketiganya berfikir
kalau ia sendiri yang bernyanyi.
Do Jin dari tadi diam
mendengarkan ocehan ketiganya yang saling menebak siapa ayah kandung
Colin. Tae San mengusulkan agar mengambil darah mereka untuk
mengetesnya. Tapi Jung Rok tak mau, kalau Min Suk tahu darahnya diambil
untuk tes ini Min Suk pasti akan langsung membunuhnya. Ini masalah hidup
dan mati untuknya.
Yoon bilang tak perlu melakukan
itu karena di zaman sekarang yang dibutuhkan hanya sehelai rambut dan
semuanya akan beres. Mendengar itu, Jung Rok dan Tae San berhenti
berjalan keduanya kabur untuk mencari perlindungan terhadap kepala
mereka.
Mereka
berlima naik mobil Do Jin. Do Jin dan Yoon di depan sementara Jung Rok
dan Tae San duduk mengapit Colin di belakang dan lihat keduanya
menggunakan topi untuk melindungi agar rambut mereka tak diambil untuk
tes DNA. Colin memperhatikan Do Jin yang dari tadi hanya diam saja.
Colin merasa tak nyaman duduk
diantara Tae San dan Jung Rok yang selalu ribut menuduh siapa ayahnya.
Keduanya saling berebut mendapatkan rambut. Colin risih berada diantara
keduanya. Do Jin dan Yoon hanya bisa geleng-geleng kepala melihat
tingkah kekanakan dua sahabatanya.
Mereka
berlima sampai di hotel perusahaan. Yoon berkata apa karena itu Colin
berfikir salah satu diantara mereka adalah ayah Colin. Colin mengangguk.
Jung Rok tanya menurut Colin siapa diantara mereka berempat yang ayah
Colin. Colin bilang kalau ia tak tahu. Tae San menyahut kalau Colin saja
tak tahu lalu siapa yang tahu.
Yoon bertanya apa karena hal
itu-kah Colin datang kesini. Colin bilang bukan seperti itu karena
pemikiran itu datang setelah ia tiba disini.
Do Jin juga bertanya kapan Colin
mengetahui tentang ayah kandung Colin. Colin mengingat-ingat, ia
mengatakan waktu itu ia berusia 10 tahun karena kata teman-temannya ia
tak mungkin anak kedua orang tuanya. Karena ayahnya orang asing dan
berambut pirang. Keempatnya terkejut, Tae San mengerti dan menyahut
pasti Colin sangat terpukul mengetahui kenyataan itu. Colin malah
berfikir yang lebih terpukul adalah mereka berempat.
Yoon
heran kenapa tak dari dulu Colin mencari mereka. Colin mengatakan kalau
saat itu ia belum membutuhkannya. Melahirkan adalah pilihan ibunya.
Kami (Colin dan ayah tirinya) juga menjalani kehidupan kami
masing-masing. Setiap minggu dia (ayah tiri Colin) menemaninya latihan
sepak bola. Setiap kali ia dimarahi ibu, dia ikut duduk dibangku hukuman
dengannya. Ayah yang sangat mengagumkan. Ia sendiri juga sibuk dengan
perkembangannya sendiri.
Tae San : “Apa ayah yang kau cari tak tahu tentang keberadaanmu?”
Colin menjawab ya. Yoon bertanya lalu kenapa sekarang Colin mencarinya.
Colin
: “Suatu hari ketika aku mencuci wajahku tiba-tiba aku menyadari betapa
tampannya diriku. Jadi aku ingin menemukannya. Dari mana kudapatkan
wajah yang tampan ini? Berapa banyak? Dimana? Bagaimana?”
Do Jin tersenyum menarik ujung
bibirnya sedikit. Jung Rok langsung berdiri karena sangat jelas sekali
yang dimaksud Colin itu dirinya, karena ia memang tampan. Tae San
menyuruh Jung Rok duduk.
Yoon ingin tahu apa yang
dikatakan Ibu Colin, apa Colin tak pernah bertanya pada ibu Colin
mengenai siapa ayah kandung Colin. Colin mengatakan kalau ia melakukan
itu ia tak akan menderita seperti ini.
Do Jin menatap tajam Colin, “Kau, bulan berapa kau lahir?”
Ketiga teman Do Jin heran dengan
pertanyaannya. Colin menoleh menatap Do Jin yang dari tadi menatapnya.
Do Jin meminta Colin memberikan paspor padanya. Akhirnya Colin pun
menunjukan paspornya. Ia memberikannya pada Do Jin.
Do
Jin memeriksanya dan disana tercantum Colin kelahiran 20 September
1994, bukan 1995. Deg, Do Jin langsung melamun terdiam mengingat-ingat
sesuatu. Jung Rok penasaran dan mengambil paspor itu dari tangan Do Jin.
Tapi Yoon buru-buru merebutnya.
Yoon : “Kau, apa kau lahir 1994?”
Tae San dan Jung Rok terkejut
karena pengakuan Colin yang sebelumnya Colin mengatakan kalau dia lahir
ditahun 1995. Colin menunduk diam. (Kilas balik sedikit ya, pertemuan
keempatnya dengan Eun Hee itu di tahun 1993, jadi besar kemungkinan
kalau salah satu dari keempatnya adalah ayah Collin)
“Sepertinya.... akulah ayahnya!” ucap Do Jin tiba-tiba membuat ketiga temannya terkejut bukan main.
Colin juga sama tak menyangka kalau Do Jin akan secepat itu mengaku kalau dia adalah ayahnya. Keduanya kembali berpandangan.
Yi
Soo membaca buku tentang benang merah. Ia melirik baju yang sudah ia
siapkan untuk makan malam bersama Do Jin. Ia melihat ponselnya sudah jam
7.50 ia merasa lapar tapi Do Jin tak kunjung datang ia menebak apa Do
Jin akan datang terlambat. Ia pun kembali membaca bukunya.
Do
Jin dan Colin masih saling berpandangan dalam diam. Ketiga teman Do Jin
jelas tak percaya. Tae San berkata kalau Do Jin ini selalu bertingkah
seolah-olah Do Jin dan Eun Hee mempunyai sejarah karena sejujurnya
ia-lah yang paling keren di kampus. (Tae San masih bisa bercanda ya!)
Jung Rok membenarkan hanya Eun
Hee yang tahu siapa yang benar-benar disukai. Karena akhir-akhir ini
hanya ia yang didekati oleh Eun Hee. Jadi kalau begitu bukankah yang
seharusnya ayah Colin adalah dirinya. Yoon heran, akhir-akhir ini? kapan
itu?
Jung
Rok sudah keceplosan bicara akhirnya ia pun mengakui kalau waktu Min
Suk menangkap basah dirinya di Rich ketika itu ia menemui Eun Hee. Jung
Rok memberi tahu kalau Eun Hee tak bisa menghubungi anaknya setelah
anaknya sampai di Korea. Eun Hee bahkan memintanya menghubungi kalau ia
melihat anaknya. Tapi Eun Hee memintanya merahasiakan pertemuan mereka.
Colin terkejut, “Apa ibuku kesini?”
Tae San kesal pada Jung Rok
kenapa tak memberi tahu mereka lebih awal. Yoon meminta tak perlu
membahas itu karena sekarang tak ada gunanya. Mata Do Jin tak pernah
lepas dari Colin.
Yoon meminta penjelasan dari Do
Jin, apa yang Do Jin katakan tadi ada dasarnya. Do Jin minta maaf tapi
bisakah ketiga temannya ini keluar dulu karena ada yang ingin ia
bicarakan dengan Colin.
Ketiganya pun keluar tapi penasaran dan mencoba menguping pembicaraan Do Jin dengan Colin.
Colin dan Do Jin masih saling menatap dalam diam. Kemudian Do Jin menyuruh Colin menelepon Ibu Colin sekarang.
“Apa paman benar-benar ayahku?” tanya Colin. Do Jin tak menjawab ia memberikan ponselnya agar Colin menghubungi Ibu Colin.
Yoon, Jung Rok dan Tae San
berusaha mencari tahu apa yang dibicarakan Do Jin dan Colin di dalam.
Tapi ketiganya tak mendengar apapun.
Ketiganya
langsung berdiri ketika Do Jin membuka pintu. Do Jin pamit ia harus
pergi dulu, langkahnya terasa berat. Ketiganya akan masuk ke kamar hotel
tapi Do Jin mengingatkan agar membiarkan Colin sendiri.
“Apa itu benar-benar kau?” tanya Yoon.
“Benarkah?” Tae San masih belum percaya.
“Kau akan kemana?” tanya Jung Rok.
“Biarkan aku sendiri juga!” sahut Do Jin berjalan lemas meninggalkan ketiga temannya.
Yi
Soo celingukan di depan rumah menunggu kedatangan Do Jin yang akan
janjian makan malam dengannya tapi Do Jin tak kunjung datang. Ia senang
melihat ada mobil yang datang tapi raut wajahnya kembali kecewa ketika
ia tahu kalau itu bukan mobil Do Jin.
Yi Soo menelepon Do Jin tapi tak
dijawab. Ternyata Do Jin sudah berada di dekat rumah Yi Soo di seberang
jalan. Tapi Yi Soo tak bisa melihatnya. Do Jin memegang ponsel yang
terus menampilkan panggilan dari Yi Soo. Ia menatap Yi Soo dari
kejauhan, tatapannya penuh rasa bersalah.
Ketika
Yi Soo celingukan mencari-cari Do Jin langsung menyembunyikan dirinya
agar tak terlihat oleh Yi Soo ia belum berani menunjukan dirinya di
depan Yi Soo.
Yi Soo kesal karena Do Jin tak
menjawab panggilan teleponnya, ia pun segera masuk ke dalam rumah. Do
Jin masih disana memandang penuh dengan tatapan rasa bersalah.
Yi
Soo mondar-mandir di kamar berulang kali melihat ponselnya dengan
gelisah. Do Jin di dalam mobilnya yang terparkir di depan rumah Yi Soo.
Ia menatap kamar Yi Soo yang lampunya masih menyala. Yi Soo terbaring di
ranjangnya dengan gelisah menunggu kabar dari Do Jin. Ia jelas tak bisa
tidur.
Ia heran bukankah seharusnya Do
Jin menghubunginya kalau Do Jin tak bisa datang karena ini membuat orang
menunggu. Dan lampu kamar Yi Soo pun mati, Do Jin menebak kalau Yi Soo
sudah tidur dan ia memutuskan untuk kembali ke rumahnya.
Do
Jin berdiam diri di kamar, tatapan matanya lemah. Ia memandang
ponselnya dan menghubungi seseorang, “Ini aku. Kim Do Jin.” Siapa yang
dihubungi Do Jin, Kim Eun Hee kah?
Yoon,
Tae San berada di bar Jung Rok. Jung Rok tanya apa Do Jin belum
menjawab telepon. Yoon menjawab ya dan untuk sementara ini ketiganya
harus menunggu saja dulu.
Jung Rok mengatakan kalau
sebenarnya ia sudah menyusun beberapa rencana untuk menghadapi situasi
ini. Tapi dia berkata ‘salah seorang diantara kalian adalah ayahku’ ia
jadi kehilangan kata-kata.
Tae San : “Kalau kau tak kehilangan kata-kata, memanganya apa yang mau kau katakan?”
“I’m your father!” sahut Jung Rok.
Kedua temannya kesal dan sedang
tak ingin bercanda. Tae San berkata kalau semuanya belum terlambat
kecuali pengakuan dari Do Pal tak ada bukti lain. Yoon tak ingin
mendengar hal konyol, ia minta Jung Rok mengambilkannya anggur. Jung Rok
pun mangambilkan pesanaan pelanggannya.
Tak jauh dari sana si Manajer bar, Lee Seong Taek memperhatikan ketiganya dan menghubungi seseorang.
Tae
San melihat sikap Do Jin merasa sepertinya Do Jin ini sangat yakin.
Yoon setuju pendapat Tae San kalau tak yakin Do Jin tak akan bicara
seperti itu. Tae San tak menyangka kalau selama ini Eun Hee marawat
colin sendirian. Yoon menyahut bukankah Colin memiliki ayah, dia tak
tumbuh sendirian ini sudah merupakan berkah. Tae San tak habis pikir
bagaimana Eun Hee bisa berfikiran mengasuh seorang anak sendirian.
Yoon : “20 tahun yang lalu, kalau
seseorang datang dan berkata ‘aku mengandung anakmu, aku akan
mempertahankannya’. Memangnya apa yang akan kau lakukan?”
Tae San : “Tentu saja aku akan bertanggung jawab.”
Tapi Yoon tak yakin, “Entahlah. Mungkin kita bisa mengatakan itu sekarang karena kita sudah 41 tahun.”
Min Suk menerima telapon dari seseorang. Ia terkejut mendengar apa yang disampaikan si penelepn, “Apa kau yakin?”
Di
jam istirahat Yi Soo duduk menyendiri sambil menatap ponselnya. Ia
merasa khawatir kenapa Do Jin tak menjawab panggilan teleponnya. Ia
berusaha kembali menghubungi Do Jin tapi kali ini ponsel Do Jin tak
aktif ia pun meninggalkan pesan.
“Seorang wanita selalu menjawab
teleponmu mengatakan bahwa pelanggannya tak bisa menerima telepon. Apa
kemarin kau berkencan dengannya? Kau bilang kau akan datang jadi aku
menunggumu, kau bahkan tak menghubungiku sama sekali. Tidak terjadi
apa-apa kan? Setelah kau mendengar ini, telepon aku. Aku khawatir.”
Setelah Yi Soo menutup
teleponnya tiba-tiba ada yang menghubunginya. Ia kaget dan berharap itu
dari Do Jin tapi bukan itu telepon dari Meari.
Min
Suk memanggil Yi Soo, Se Ra dan Meari untuk membicarakan sesuatu.
Ketiga wanita yang lebih muda dari Min Suk ini menatap heran kenapa
ketiganya dipanggil seperti ini.
Min Suk berkata kalau ketiganya
mungkin terkejut karena tiba-tiba ia meminta ketiganya untuk datang tapi
ia tak punya pilihan lain. “Alasanku meminta kalian datang kesini
adalah karena salah seorang diantara kita akan menghadapi cobaan besar
beberapa hari ke depan. Aku bermaksud memberi tahu kalian terlebih
dahulu. Empat wanita disini memiliki investasi terbesar atas Lee Jung
Rok, Kim Do Jin, Im Tae San dan Choi Yoon.”
Meari
khawatir apa terjadi sesuatu terhadap para Oppa ini. Se Ra menebak apa
Tae San bangkrut. Meari menyahut tentu saja bukan itu kalau hal itu
tentu ia akan mengetahuinya. Meari menebak apa ini masalah dengan
wanita. Min Suk menjawab kalau ini masalah pria. Yi Soo tak mengerti
sekaligus khawatir.
Se Ra meminta Min Suk mengatakan
yang sebenarnya jangan membuatnya khawatir seperti ini. Meari tersenyum
malu, apa Min Suk menganggapnya sebagai pacar Yoon karena ia
diikutsertakan dalam diskusi ini. Min Suk mengatakan kalau posisi Meari
disini sebagai adik dari Tae San. Meari langsung merengut terdiam.
Min
Suk berkata kalau ketiganya pasti sudah tahu tentang Kim Eun Hee,
“Cinta pertama mereka berempat. Tapi, putranya telah muncul. Kim Do Jin,
Im Tae San, Choi Yoon, Lee Jung Rok salah seorang diantara mereka
adalah ayahnya.”
Ketiga wanita ini jelas terkejut. Min
Suk mengatakan kalau saat ini ia belum yakin siapa ayahnya. “Tapi
sebagai istri dan pacar mereka berempat aku yakin kalau salah seorang
diantara kita akan sangat terpukul. Tentu saja setelah berita yang
mengagetkan ini kita mungkin tetap menjadi istri atau pacar mereka.”
Min Suk meminta pendapat ketiganya
siapa kira-kira ayah anak itu. Mereka harus mendapatkan kejelasan agar
bisa tidur nyenyak. Wajah Yi Soo jelas menampakan kecemasan karena
belakangan ini Do Jin sulit dihubungi.
Se
Ra yakin kalau Tae San bukan ayah anak itu. Meari tak percaya apa Se Ra
punya bukti. Se Ra malah bertanya apa Meari mau kalau pria yang
dimaksud adalah Tae San. Meari menyahut kalau lebih baik yang ayah anak
itu adalah kakaknya bukan Yoon. Orang tunya terus-menerus memaksa
kakaknya untuk segera menikah agar mempunyai cucu tapi kakaknya tak bisa
memenuhi itu sekarang, jadi kalau kakaknya adalah ayah anak itu
setidaknya orang tuanya sudah memiliki seorang cucu. Jelas disini Meari
menyindir Se Ra.
Se Ra berkata kalau Meari belum
mengetahuinya tapi kucing yang tenang biasanya lebih dulu mencapai
tempat yang tinggi (Maksudnya Yoon. Yoon kan kalem, tenang. Se Ra
menilai kalau yang tenang itu bisa saja berbuat kesalahan) Meari
menyahut kalau hal itu bisa terjadi pada kucing tapi Yoon bukanlah
kucing melainkan seekor harimau.
“Tapi Colin ini lebih terlihat sangat mirip dengan Kak Do Jin.” sahut Meari kemudian melirik ke arah Yi Soo.
Yi Soo jelas kaget ditambah
cemas. Ia mengatakan kalau ia pernah bertemu Colin tapi keduanya tak
mirip sama sekali. “Hanya karena wajahnya tampan bukan berarti dia
anaknya Do Jin, kan?”
Meari : “Kalau begitu
jangan-jangan anaknya Kak Rok? karena yang paling baik memperlakukan
Colin hanya Kak Rok. Dia terus menghubunginya dan menanyakan
keadaannya.”
Min Suk berkata kalau ia tak
pernah mengatakan bukan Jung Rok orangnya. Kalau memang salah satu
diantara mereka, maka peluangnya 25%. Jadi setidaknya kita harus 25%
curiga.
Setelah
berdiskusi dengan Min Suk. Yi Soo, Se Ra dan Meari kembali berdiskusi
di rumah Se Ra. Meari mengatakan kalau ia tahu Colin itu pasti akan
mendatangkan masalah yang besar. Menurutnya Colin itu benar-benar kasar.
“Kalau dia benar-benar anak Kak Yoon aku akan pingsan saat itu juga.
Aku baru 24 tahun bagaimana aku akan mengasuhnya? Sekarang bagaimana
cara meyakinkan kakakku?”
Se Ra heran kenapa Meari mengatakan
bagaimana mengasuhnya bukankah seharusnya mengatakan ‘bagaimana aku
putus’ baguslah kau masih muda kau tak tahu betapa beratnya hidup. Se Ra
yakin kalau ayah anak itu bukan Tae San. Meari berkata kakaknya atau
bukan kenapa Se Ra peduli, bukankah Se Ra sudah putus dengan kakaknya.
Bahkan sekarang kakaknya sudah memotong rambutnya.
Se Ra tak menanggapi omongan Meari. Ia
bertanya pada Yi Soo apa yang akan Yi Soo lakukan kalau ternyata dia
anaknya Do Jin. “Kalau anak itu memiliki kepribadian yang buruk bukankah
itu sangat mirip dengan Do Jin.”
Yi Soo masih diam, ini jelas
membingungkan dan juga mencemaskannya. Meari meminta gurunya jangan
khawatir karena ia sangat yakin kalau Colin itu anak Kakaknya.
Do
Jin masih menyendiri di kamarnya, ia mendengarkan pesan suara yang
ditinggalkan Yi Soo yang mengkhawatirkannya dan berharap agar Do Jin
segera menghubunginya. Tapi Do Jin belum bisa menghubungi Yi Soo.
Yi Soo mengunjungi apartemen Do
Jin, tapi ia ragu-ragu untuk mengetuk pintunya. Ia pun memutuskan untuk
kembali. Di jalan dekat apartemen Do Jin, ia berharap kalau Do Jin
menghubunginya tapi penantiannya sia-sia.
Keesokan
harinya, Colin datang ke sebuah restouran dan celingukan mencari
seseorang. Ia melihat Do Jin duduk sendirian melamun menatap jendela.
Colin pun duduk di depan Do Jin. Do Jin mengatakan kalau ia sudah
memesankan masakan Korea untuk Colin. Colin memberi tahu kalau ia bisa
makan apa saja.
Do
Jin mengambil sendoknya tapi tak segera memakan makannya, ia hanya
mengaduk-aduknya saja. “Apa tidurmu nyenyak?” tanya Do Jin.
“Ya. Tapi sepertinya Paman tidak,” Ucap Colin.
Do Jin menyendok makanannya
sesuap, Colin mengikuti memakan makanannya. Do Jin kembali mengaduk-aduk
makanannya. Colin melihat kegalauan hati pria yang mengaku sebagai
ayahnya ini.
Do Jin bertanya apa pekerjaan
ayah Colin. Colin menjawab kalau ayahnya seorang pilot dan dia sangat
mencintai dirinya dan ibunya. Do Jin memberi tahu kalau Ibu Colin akan
datang hari ini. Colin jelas kaget ibunya akan datang. Do Jin juga
memberitahu kalau ia akan menghubungi Colin lagi setelah menemui Ibu
Colin.
“Apa paman benar-benar ayah kandungku?”
Do Jin diam tak menjawab hanya menatap Colin.
Dan
inilah pertemuan Do Jin dan Eun Hee setelah sekian lama tak bertemu.
Keduanya saling menatap dalam diam. Eun Hee lebih dulu memulai
pembiacaraan mengatakan kalau mereka berdua sudah lama tak bertemu,
“Seorang pemuda sudah menjadi lelaki paruh baya selama itu. Kau lebih
tampan. Aku menyukai pria yang jadi lebih tampan seiring bertambahnya
usia.”
Do Jin tak ingin bicara ngelantur, ia
ingin tahu ada apa sebenarnya. Eun Hee mengatakan kalau Colin pergi dan
akhirnya menemukan mereka berempat. Ia bertanya apa Do Jin langsung
mengenali Colin begitu melihatnya. Do Jin menjawab tidak dan ini jelas
membuat Eun Hee terdiam kecewa.
Eun Hee mengatakan kalau ia tak pernah
memberi tahu siapa ayah kandungnya. Sekarang ia memberi Do Jin
kesempatan agar Do Jin bisa berpura-pura tak tahu. Bukankah lebih baik
tak mengakui kalau Do Jin itu ayahnya.
“Sebenarnya
apa yang terjadi?” Do Jin mengulang pertanyaannya. “Kau tiba-tiba
menghilang begitu saja dan membuat keputusan sendiri. Kau
mempermainkanku, setidaknya kau harus memberitahuku tentang segalanya.
Sebenarnya, apa yang terjadi?”
Eun Hee : “Tiba-tiba menghilang,
aku memutuskan untuk sembunyi. Aku ketakutan. Awalnya aku berencana
menggugurkannya tapi aku berubah pikiran. Kalau usiaku beberapa tahun
lebih tua mungkin aku tak akan melakukan apa yang kulakukan. Tapi
seperti itulah keadaannya.”
Do Jin : “Kalau seperti itu setidaknya kau harus memberitahuku.”
Eun Hee : “Kalau aku memberitahumu memangnya kau mau mengurusnya?”
Karena keadaannya jadi terlanjur
seperti ini Eun Hee minta maaf. Waktu itu ia masih terlalu muda dan
sedang jatuh cinta. Sekarang meskipun Do Jin sudah mengetahui keberadaan
Colin, hal itu tetap tak akan ada yang berubah. Ia tak mengharapkan
apapun dari Do Jin.
Do Jin tak tahu lagi harus bicara apa,
ia berdiri dan meminta Eun Hee untuk sementara tetap disini tinggal di
hotel perusahaannya sampai ia mengizinkan Eun Hee pergi. Ia mengatakan
kalau anak itu juga tinggal disana.
Eun
Hee ke kamar hotel perusahaan. Colin membukakan pintu dan mendapati
ibunya cemberut marah terhadapnya. Colin jadi tak enak hati atas apa
yang sudah dilakukannya.
“Anak
nakal,” kata Eun Hee memarahi putranya. Colin menanggapi ucapan ibunya
menggunakan bahasa Jepang, “Jadi itu kata pertama yang ibu ucapkan
setelah empat bulan berpisah. Agak kasar.”
“Kau bahkan tak menjawab teleponmu, dasar pelit.” kata Eun Hee.
“Ibu, kau lebih pelit daripada aku.” sahut Colin. “Kenapa kartu kreditku ibu blokir?”
Eun Hee memarahi putranya, apa
yang Colin lakukan, Colin tak pernah memberontak ketika masih kecil tapi
sekarang Colin melakukannya. Colin bertanya haruskah ada alasan untuk
pemberontakan seorang remaja. Eun Hee diam masih menatap marah putranya.
Colin berkata sepertinya ibunya ini benar-benar marah. “Bukankah sudah
terlihat jelas.” ucap Eun Hee.
“Aku
langsung bisa mengenalinya,” sahut Colin mengatakan kalau ia langsung
mengenali ayah kandungnya. Ia tahu begitu ia melihatnya. “Tapi aku tak
pernah mengira kalau dia adalah ayahku yang sebenarnya.”
Eun Hee menyahut kalau dia yang
paling tampan diantara mereka. Colin memberi tahu sepertinya dia belum
menikah. Tapi dia punya seorang pacar.
Eun Hee : “Lalu?”
Colin
bilang kalau ia hanya memberitahu. Seharusnya hari ini Ibunya bertemu
dengannya, apa sudah bertemu. Eun Hee berkata kalau Colin tak perlu
tahu. Colin tanya Kenapa tidak, bukankah ia terlibat langsung dalam hal
ini. Eun Hee mengatakan kalau hanya ia terlibat, “Kau hanya anakku. Tak
tahukah kau betapa ibumu ini sangat mencintai ayahmu (suami Eun Hee)”
“Aku tahu,” kata Colin pelan.
“Kau sudah tahu tapi masih melakukan ini. Apa kau tahu yang kau lakukan ini sama saja dengan mengkhianati ayahmu?”
“Aku tahu,” wajah Colin menunjukan rasa bersalah.
Eun
Hee tanya apa sekarang Colin bahagia. Colin mengatakan kalau ia bahagia
tapi ia mengkhawatirkan ibunya. Colin ingin bertanya sesuatu.
“Pernahkah ibu menyesal telah melahirkanku?”
“Ya. Hanya sekali.” Jawab Eun Hee.
“Kapan?”
“Hari ini,” jawab Eun Hee. Colin terdiam.
Meari
membongkar tumpukan foto yang disimpan kakaknya. Ia mencari foto Kim
Eun Hee dan ia pun menemukannya. 4 orang pria dan seorang wanita.
Sekolah
usai Yi Soo akan pulang. Langkahnya lemas dan ia pun melihat dirinya
dan Do Jin tengah bersama beberapa waktu lalu di depan sekolah. Saat itu
Do Jin berjanji akan segera kembali setelah mengantar Colin ke bandara
dan mengajaknya makan malam tapi sampai sekarang Do Jin tak memberi
kabar padanya.
Do
Jin sampai di rumah, ketiga temannya langsung menghampirinya. Yoon
bertanya apa Do Jin bertemu Eun Hee. Do Jin menjawab pendek ya. Tae San
penasaran apa Eun Hee sudah memastikannya Colin anak siapa. Do Jin
kembali menjawab ya. Jung Rok masih tak percaya jadi itu benar tanya
Jung Rok. Do Jin menjawab benar dengan suara pelan sambil meletakan
ponselnya di meja. Ketiga temannya terdiam.
Do
Jin menungkan air minum, ketiga temannya menatap kegalauan hati
sahabatnya. Do Jin menoleh ke arah ketiganya, “Kenapa? Aku punya tiga
orang penonton, haruskah aku menari?”
Ketiganya tak tertawa tahu kalau hati Do Jin sedang galau, “Kau tak apa-apa?” Tanya Tae San.
Do Jin : “Kalau aku pura-pura baik-baik saja, akankah aku baik-baik saja?”
Yoon
menawarkan apa yang Do Jin butuhkan. Kalau Do Jin membutuhkan hiburan
mereka bertiga bisa menghibur. Kalau Do Jin ingin bercanda mereka
bertiga akan melakukannya. Do Jin bilang tak usah sekarang, lain kali
saja. “Kita akan bicara nanti setelah aku bertemu dengan Guru Seo.”
Jung Rok memberi tahu kalau ia
mendengar Park Min Suk, Hong Pro, Meari dan Guru Seo mengadakan
pertemuan. Yoon menambahkan sepertinya mereka mempunyai firasat tapi
mereka belum tahu kalau Do Jin adalah orangnya. “Dia akan sangat
terkejut.” Sahut Do Jin.
Tiba-tiba
ada suara ponsel berdering. Ponsel Jung Rok panggilan dari istrinya,
ponsel Tae San panggilan dari Se Ra dan ponsel Yoon panggilan dari
Meari. Ketiga ponsel itu berdering bersamaan hanya ponsel Do Jin yang
tak berdering.
Ketiganya bingung bagaimana
menjawabnya. Ketiganya tak segera menjawab. Do Jin melihat kalau hanya
ponselnya yang tak berdering. Ketiga temannya merasa tak enak. Do Jin
mengatakan kalau ia tak apa-apa, “Beritahu saja pada mereka kalau
orangnya itu aku pada kesempatan pertama kalian bicara.” Do Jin masuk ke
kamarnya.
Meari
menemui Yoon di bar. Ia menanyakan apa Colin anak Yoon. Yoon mengatakan
kalau ini urusan orang dewasa tak ada hubungannya dengan Meari. Meari
jelas ingin tahu karena ini juga melibatkan Yoon, bagaimana mungkin ia
tak khawatir. “Dia anak Kakak atau bukan?”
“Kalau dia anakku.....”
“Bagaimana ini...?” Meari sedih menyela omongan Yoon. “Tak heran mata kalian sangat mirip.” Ucapnya.
Yoon menghela nafas, ia mengatakan kalau suasana hatinya sedang tak baik. Karena itu...
“Ok.
Aku mengerti.” Meari kembali menyela omongan Yoon. Ia berharap Yoon tak
perlu mengkhawatirkan masalah ini, “Aku akan mengasuhnya dengan baik.”
ucap Meari lemas. (Haha) “Jangan khawatir kak, jenjang pendidikannya
akan kulakukan yang terbaik untuk itu.”
“Aku benar-benar tak tahu apa yang harus kulakukan padamu,” Yoon pusing mendengar ocehan Meari yang tak masuk akal.
Jung
Rok menghampiri keduanya dan menyuruh Meari segera pulang. Kalau tidak
ia akan menghubungi Tae San. Meari langsung berdiri dan siap akan pergi.
Ia mengatakan kalau makanan di bar Jung Rok tidak enak. Meari kembali
berkata bahwa Yoon tak perlu khawatir. Jung Rok berpura-pura menelepon
Tae San dan membuat Meari langsung ngibrit pergi dari bar.
Yoon tersenyum-senyum dengan tingkah
Meari. Jung Rok menggodanya dengan menirukan apa yang diucapkan Meari.
Yoon sedang tak ingin bercanda, ia bertanya apa Jung Rok tak menemui Min
Suk. Jung Rok bilang kalau ia akan menemui istrinya. Tapi Yoon perlu
mempertimbangkannya dengan hati-hati.
Yoon tanya tentang apa. Jung Rok
mengatakan tentang Meari, “Cantik, muda, kaya. Tidak kelihatan, tapi dia
berpendidikan tinggi. Dia hanya menyukaimu dan bersedia mengasuh
anakmu. Hei... ini seperti memenangkan undian 10 kali.”
Jung Rok pamit akan menemui istrinya.
Setelah Jung Rok pergi Yoon bergumam karena itulah ia tak bisa melakukan
yang lebih daripada ini.
Tak jauh dari sana Manajer bar, Seong Taek mengamati Yoon dan yang lainnya dari tadi. Ia mengirim SMS pada seseorang.
‘Kebenaran sudah terungkap. Dia anaknya Yoon. Kata Meari dia bersedia mengasuh anaknya.’
Seong Taek mendapat SMS balasan, ‘Kenapa bos-mu mempekerjakanmu?’
Seong Taek berfikir. Ternyata dia sekarang menjadi mata-matanya Park Min Suk.
Min
Suk menanyakan perihal siapa ayah Colin pada Jung Rok. Jung Rok
meyakinkan kalau itu bukan dia. Min Suk tanya kalau begitu anak siapa
dia. Jung Rok seperti tak tega mengatakannya. Ia malah balik bertanya
tak cukupkah penjelasannya kalau Colin itu bukan anaknya.
Min Suk berkata itu karena sekarang ia
tak percaya pada Jung Rok. Kalau Jung Rok tak bisa membuktikannya,
yakinkan dirinya kalau dia bukan anak Jung Rok.
Jung
Rok meyakinkan istrinya kalau Colin memang bukan anaknya. Ia mengatakan
kalau anak itu sangat tampan. (berarti Jung Rok ngaku kalau dia ga
tampan dong haha) Wajahnya juga mungil dengan kelopak mata ganda.
Min Suk bilang cukup karena sekarang
kesalahpahaman sudah selesai. Jung Rok kaget ternyata penjelasan
singkatnya dianggap cukup. Ia heran cukup dibagian mananya.
Min Suk mengatakan bukankah dia
tinggal di hotel perusahaan. Kalau dia memang anak Jung Rok tak mungkin
Jung Rok akan membiarkan dia tinggal disana pasti Jung Rok akan
menyembunyikan anak itu darinya.
Min
Suk akan makan malam, ia menawarkan apa Jung Rok mau makan malam
bersamanya. Jung Rok tentu saja kaget dengan ajakan istrinya, jelas ia
tersenyum senang dan bertanya apa nanti tidur setelah makan malam atau
pergi setelah makan malam. Min Suk melirik ke arah suaminya, “Tidur
setelah makan malam,”
Yes... Jung Rok kegirangan. Ia
bergegas akan ganti baju dulu. Min Suk tersenyum, ia pun berandai-andai,
“Kalau kita punya anak apakah kau akan menjadi dewasa?”
Jung
Rok menemukan sesuatu di kamar, kunci mobil Se Ra. Ia pun bertanya apa
ini, punya siapa ini? Apa mungkin ini hadiah untuknya. Min Suk berkata
kalau itu bukan milik Jung Rok. Jung Rok heran kalau bukan miliknya lalu
milik siapa, “Jangan-jangan temanmu mau menjual mobil ini?”
Min Suk mengancam kalau Jung Rok
terus bertanya tentang itu lebih baik mereka pergi setelah makan malam
dan tak perlu tidur. Jung Rok berteriak kalau ia akan mengembalikan
kunci mobil ini. Tapi ia tak mengembalikannya, ia malah menyimpannya di
saku celana.
Jung
Rok penasaran dan langsung ke tempat parkir, “Dia tak membelinya untuk
laki-laki lain kan?” Jung Rok mencoba mencari mobil mana yang merespon
kunci yang ia pegang. Dan salah satu mobil pun merespon, mobil merah. Ia
senang melihat mobil merah yang mewah tapi tunggu ia menyadari sesuatu,
“Bukankah ini mobil Hong Pro.”
Se
Ra dan Tae San pun bertemu. Se Ra melihat kalau Tae San memotong
rambut. Tae San mengatakan kalau cuacanya panas. Se Ra memuji kalau itu
terlihat bagus.
Se Ra berkata kalau ia siap
untuk mendengar berita buruk. Ia mendengar kalau putra dari cinta
pertama Tae Sab muncul. Tae San tak mengubris ucapan Se Ra dan
mengingatkan bukankah keduanya sudah putus.
“Siapa ayahnya?” tanya Se Ra.
Tae San mengatakan kalau masalah ini
tak ada hubungannya dengan Se Ra jadi jangan buang-buang waktu. Se Ra
meminta Tae San menjawab pertanyaannya sebelum ia menjadi gila. Tae San
balik bertanya memangnya Se Ra masih bisa gila karena dirinya. Se Ra
terdiam.
Se Ra : “Aku tak tahu apa yang terjadi tapi kalau kau dalam kesulitan aku ingin berada di sisimu.”
Tae San : “Kenapa?”
Se
Ra : “Memangnya hanya ada cinta diantara kita? ada persahabatan... ada
loyalitas.. ada hal seperti itu. Sejujurnya, kupikir kau akan datang
kalau aku menggunakan alasan ini untuk bertemu denganmu. Dengan begitu
aku bisa bertemu denganmu. Itulah yang kupikirkan.”
Tae San : “Kau benar-benar pengecut. Kau tak mau menikah denganku tapi masih ingin melihatku.”
Se Ra mulai menitikan air matanya, ia mengaku kalau ia memang pengecut. “Tapi aku merindukanmu jadi apa yang bisa aku lakukan?”
Tae San emosi, “Apa kau tak pernah mempertimbangkan itu sebelum kau pergi?”
Se Ra : “Kita berpisah begitu tiba-tiba. Aku benar-benar terluka. Kumohon padamu, bisakah kita berpisah perlahan-lahan?”
“Kupikir orang masih bersahabat
dengan mantan pacarnya adalah orang yang paling tak berguna.” Tae San
meninggalkan Se Ra sendirian yang terus menangis.
Meari
menunjukan foto yang ia temukan kepada Yi Soo. Ia mengatakan kalau
wanita itu sangat cantik. Yi Soo setuju dia sangat cantik, “Cukup cantik
untuk membuat pacarku menyukainya.”
Meari menilai kalau pria memang sangat
simpel, bagaimana mungkin mereka langsung jatuh cinta hanya karena dia
cantik. Meari menanyakan apa gurunya ini belum bisa menghubungi Do Jin.
Dengan
suara lemah Yi Soo mengatakan, “Terkadang dalam sebuah kehidupan kau
akan menyadari bahwa kebahagiaan tak bisa diprediksi. Tapi
ketidakberuntungan bisa diprediksi dengan pasti. Yang namanya firasat
buruk tak pernah salah.”
Tiba-tiba ponsel Yi Soo berdering. Yi
Soo seolah bisa merasakannya kalau itu pasti dari Do Jin. Lama ia
terdiam tak segera mengambil ponsel yang ia letakan di meja. Yi Soo
perlahan melihat siapa yang menelepon dan benar saja itu dari Do Jin.
Do Jin : “Sekarang, bisakah kita bertemu sebentar? Aku akan ke rumahmu.”
Yi Soo : “Tidak. Aku yang akan menemuimu. Karena menunggumu selama ini rasanya seperti neraka. Kemana aku harus pergi?”
Yi
Soo mengendarai mobilnya menuju Hwa Dam untuk menemui Do Jin.
Pikirannya cemas, tegang dan gelisah semua campur aduk jadi satu. Ia
seperti tak konsentrasi menyetir. Hampir saja ia serempetan dengan mobil
lain. Yi Soo menarik nafas mencoba menenangkan pikirannya yang kacau.
Do Jin melamun menunggu kedatangan Yi Soo. Sepertinya ia merancang setiap kata yang akan ia ungkapkan pada Yi Soo.
Yi
Soo pun datang dan tersenyum padanya. Do Jin berusaha membalas senyum
itu tapi hatinya seakan menolak ia tak bisa tersenyum ceria.
Yi Soo berkata kalau ia melihat
wajah Do Jin lebih pucat sejak terakhir kali ia melihat Do Jin. Ia
menebak apa Do Jin belum makan. Do Jin mengangguk pelan dan meminta Yi
Soo duduk.
Keduanya
duduk berhadapan. Yi Soo bertanya kenapa Do Jin tak menghubunginya
sampai-sampai ia mengabaikan harga dirinya dan menghubungi Do Jin
berkali-kali.
“Maaf,” ucap Do Jin pendek dengan suara lemah. Yi Soo bilang tak apa-apa ia tahu kalau Do Jin sibuk.
“Bukan untuk itu,” sahut Do Jin.
Permintaan maafnya bukan karena ia tak jadi datang ketika janji makan
malam kemarin. “Untuk apa yang akan kusampaikan aku minta maaf.” Sambung
Do Jin. Yi Soo berusaha menampilkan wajah setenang mungkin.
Dengan
suara yang lemah dan berat Do Jin mulai mengungkapkan semuanya,
“Permintaanku untuk hidup bersama, kutarik kembali. Janji
membahagiakanmu juga kutarik kembali. Janji bahwa aku tak akan
meninggalkanmu sebelum kau yang meninggalkanku, aku juga tak bisa
memegangnya. Aku hanya seorang pria jahat. Jadi kalau kau bisa, lupakan
aku!”
Mata Yi Soo berkaca-kaca, dengan suara terbata-bata Yi Soo bertanya. “Kim Do Jin, apa dia anakmu?”
“Ya..” jawab Do Jin tak berani
menatap Yi Soo. Ia hanya bisa menunduk. “Bukannya aku tak percaya diri
untuk mencintai seorang wanita selama sisa hidupku. Tapi karena aku tak
pantas. Ini adalah hukuman karena aku tak cukup rendah hati. Membuat
orang lain menangis, menyakiti orang lain. Anak itu adalah hukuman
perbuatanku.”
“Apa dia benar-benar anakmu?” Yi Soo bertanya lagi untuk memastikan apa yang baru saja didengarnya.
Do Jin mengangkat wajahnya menatap Yi Soo, “Ya.” Jawab Do Jin pendek.
“Benarkah? Benarkah? Benarkah?” Yi Soo masih tak percaya.
“Maaf,”
ucap Do Jin. “Aku tak punya penjelasan yang masuk akal, yang ada hanya
hasil perbuatanku dimasa lalu. Karena itu lakukanlah apapun yang bisa
kau lakukan untuk melupakan bajingan sepertiku.”
“Lalu apa? Haruskah aku menemukan pria lain yang baik? Haruskah?” tanya Yi Soo.
“Kau harus melakukan itu.”
“Apa begitu saja? Apa tak ada hal lain yang ingin kau sampaikan padaku?”
Do Jin kembali menunduk, “Hati-hati di jalan. Pergilah!”
Yi Soo tak tahu lagi harus
bertanya apa. Ia sudah memberi kesempatan pada Do Jin untuk mengatakan
hal lain tapi Do Jin juga sepertinya tak tahu harus menjelaskan apalagi,
“Aku pergi. Selamat tinggal.”
Yi Soo keluar dari ruangan Do Jin.
Sesaat kemudian Do Jin menyadari sesuatu dan segera menghubungi petugas
keamanan. Do Jin memberi tahu kalau ada seorang wanita yang sedang
menangis sebentar lagi akan lewat. Ia berpesan agar jangan membiarkan
wanita itu menyetir.
Yi
Soo menangis keras meminta kunci mobil yang sekarang dipegang petugas
keamanan, “Tolong berikan padaku!” pinta Yi Soo. Petugas keamanan
mengatakan kalau Presdirnya tak mengizinkan Yi Soo menyetir.
“Berikan kucinya padaku, cepat ahjussi!” Pinta Yi Soo terus menangis.
“Anda tak boleh menyetir dalam keadaan seperti ini.”
“Berikan padaku, tolong!” Yi Soo terus memohon.
Do Jin datang dan berterimakasih karena sudah menahan Yi Soo. Petugas keamanan memberikan kunci mobil pada Do Jin.
“Pulanglah naik taksi aku akan memanggilkannya.” Perintah Do Jin.
“Berikan padaku!” pinta Yi Soo keras.
“Sekarang kau tak bisa menyetir.”
“Berikan padaku sekarang!” bentak Yi Soo sambil menangis.
“Naik taksi saja!”
“Berikan kuncinya padaku!” Yi Soo kembali membentak
“Kalau begitu akan kuantar!”
“Lupakan saja. Kubilang lupakan!” Yi Soo menepis tangan Do Jin. “Kenapa kau seperti ini?” bentak Yi Soo.
“Kau bisa terluka.”
“BIAR SAJA AKU TERLUKA, APA URUSANNYA DENGANMU?” bentak Yi Soo dengan suara semakin tinggi sambil menangis.
“Dengarkan aku!” Do Jin menarik Yi Soo masuk ke mobil. Ia mengantar Yi Soo pulang.
Di dalam perjalanan menuju rumah Yi Soo hanya bisa diam menangis, air matanya terus mengalir deras.
Sampai
di depan rumah Yi Soo langsung bergegas keluar dari mobil, Do Jin pun
ikut keluar dari mobil. Yi Soo akan langsung masuk ke rumah tapi
tiba-tiba ia berhenti, “Tiba-tiba aku merasakan seperti apa rasanya
kebahagiaan. Dan ini adalah kebalikannya.”
Yi
Soo berbalik menatap Do Jin, “Apa masih ada hal lain yang perlu
kuketahui? Apa tak ada lagi yang ingin kau ungkapkan tentang masa
lalumu? Apa kau yakin hanya dia satu-satunya anakmu?” Yi Soo kemudian
membentak, “Masih adakah anak kedua, dasar brengsek!”
Mata Do Jin berkaca-kaca
mendengar semua makian yang dituduhkan Yi Soo padanya, ia hanya bisa
terdiam menerima semua makian itu. Yi Soo segera masuk ke rumah dengan
tangis yang meluap.
Yi
Soo terduduk lemas bersandar pada pintu masih terus menangis, “Apa yang
harus kulakukan? Apa yang harus kulakukan?” Yi Soo terus mengulang
ucapannya sambil menangis meraung-ruang.
Do Jin berlajan lemas menuju kamarnya, ia pun tak kuasa menahan air matanya harus melepaskan wanita yang ia cintai.
keesokan
harinya, Di sekolah Yi Soo SMA JW (SMA Ju Won, namanya kayak nama
pemeran Secret Garden ya) Dong Hyub menemui Seong Jae. Seong Jae
mendesah kesal karena harus melihat Dong Hyub lagi. Dong Hyub
berbasa-basi menanyakan kabar Seong Jae. Seong Jae mengatakan kalau
salinan itu ia belum bisa menyelesaikannya. Dong Hyub bilang tak apa-apa
kembalikan saja buku itu padanya.
Seong Jae cemas karena tiba-tiba Dong
Hyub berubah pikiran seperti ini, ia takut kalau ia sudah berbuat salah
apa Dong Hyub menginginkannya melakukan yang lain. Dong Hyub bilang
bukan begitu karena mulai sekarang ia yang akan mengerjakannya sendiri.
Seong Jae cemas kesalahan apa lagi
yang sudah ia lakukan sampai Dong Hyub berubah sikap seperti ini. Dong
Hyub bilang kalau Seong Jae tak melakukan kesalahan apapun. Dong Hyub
mengambil sendiri 2 buku tugasnya di tas Seong Jae. Ia mengingatkan
Seong Jae jangan mengerjakan matematika pada jam pelajaran etika.
Terdengar suara seorang Ibu-ibu yang mencari Kim Dong Hyub, ia berteriak-teriak memanggil nama Dong Hyub.
Yi Soo melamun di ruang guru, tiba-tiba salah satu muridnya teman Dong Hyub melapor kalau Dong Hyub sekarang sedang dipukuli.
Plak,
si ibu itu menampar Dong Hyub di depan siswa lain. “Kudengar kau
memukuli anakku dan memaksanya mengerjakan salinan tugas. Apa kau sudah
gila?” Ternyata ibu ini ibunya Seong Jae.
Plak, ibu Seong Jae menampar
lagi. Dong Hyub diam tapi tangannya sudah mengepal siap melawan menatap
tajam wanita yang ada di depannya ini.
“Apa? Kenapa melihatku begitu? Kau pikir apa yang bisa kau lakukan? apa yang bisa kau lakukan?” bentak Ibu Seong Jae.
Ibu
Seong Jae akan memukul lagi tapi tepat saat itu Yi Soo datang
melerainya. “Apa yang anda lakukan, aku wali kelasnya. Apa yang anda
lakukan, ini di dalam kelas.”
Kini giliran Ibu Seong Jae
memarahi Yi Soo, “Jadi kau guru anak brandal ini. Kau datang tepat
waktu, bagaimana sebenarnya caramu mendidiknya? Dia sudah melakukan
tindak kekerasan di sekolah. Kau pikir anakku siapa? Membiarkan hama
seperti ini melakukan apapun yang diinginkannya.”
Yi Soo meminta Ibu Seong Jae
bicara di luar karena tak baik bicara seperti ini di depan para siswa.
Ibu Seong Jae tetap nyolot ia memang datang kesini agar semua orang bisa
melihat untuk mencegah Dong Hyub mengulangi perbuatannya.
Yi Soo : “Tolong hentikan, orang yang sedang melalukan kekerasan adalah anda,”
Seong Jae datang bersama Guru Park,
“Ibu, kau sangat memalukan.” seru Seong jae. Ia dan Guru Park membawa
Ibunya keluar dari kelas.
Ibu
Seong Jae masih mencak-mencak memarahi Dong Hyub, “Kau.. Urusanku
denganmu belum selesai. Dan kau juga!” kata Ibu Seong Jae menunjuk Yi
Soo.
Yi Soo menyuruh semua siswa yang
menonton agar menyiapkan pelajaran selanjutnya. Ia mengajak Dong Hyub
bicara sebentar dengannya. Tapi Dong Hyub sudah kadung emosi ia
mengambil tas-nya dan pergi begitu saja meninggalkan jam pelajaran. Tak
mempedulikan panggilan gurunya.
(ya ampun Bu Guru masalahmu begitu banyak)
Malam
hari Yi Soo duduk menyendiri di bangku penonton lapangan baseball
sambil meminum minuman kalengnya. Ternyata Tae San juga datang ke tempat
yang sama. Tae San berfikir kalau ini adalah tempat rahasianya tapi
sekarang sepertinya tidak lagi.
“Apa kau baik-baik saja?” tanya
Tae San yang sudah tahu suasana hati Yi Soo. Yi Soo berkata kalau ia tak
begitu baik, “Seorang muridku ditampar oleh ibu teman sekelasnya dan
Kim Do Jin mencampakkanku. Dia bahkan tak memberiku waktu untuk
mempertimbangkannya. Dia tak pernah meminta pendapatku. Hanya begitu
saja, dia itu punya akal atau tidak?”
Tae
San : “Kalau aku jadi Do Jin tentu aku juga akan melakukan hal yang
sama. Memberimu waktu untuk memikirkannya itu sama saja dengan memohon
padamu untuk tetap di sisinya. Dia pasti berfikir kalau melakukan itu
agak tak tahu malu.”
Yi Soo : “Kalau dia memberiku waktu, mungkin aku bisa memahaminya.”
Tae San : “Tapi mungkin juga kalian akan semakin terpisah jauh.”
Yi
Soo : “Kalau kita tak melewati base pertama, kedua, dan ketiga
bagaimana mungkin kita bisa mencapai home base? Setidaknya dia harus
memberikanku waktu itu.”
Tae San :
“Walaupun kita mencapai home base bagaimana kita bisa tahu apakah itu
‘safe’ atau ‘out’. Do Jin yang kukenal pasti memilih melindungimu.”
Yi Soo menyadari penjelasan Tae San ada benarnya, “Melindungi dari apa?”
Tae San : “Melindungi dari Do Jin yang berusia 22 tahun.”
Tae San mengatakan kalau Jung Rok
sudah menunggunya jadi ia harus pergi. “Sebenarnya aku kesini karena
kupikir kau akan ada disini. Aku hanya ingin ngobrol denganmu.”
Yi Soo tersenyum dan berterima kasih.
Ia mengatakan kalau ia benar-benar menyukai pria yang baik. Tae San
merasa terhormat Yi Soo mengatakan itu. Tae San pamit sedangkan Yi Soo
masih duduk menyendiri di bangku penonton.
Tae
San menemui Jung Rok di bar. Ia bertanya kenapa Jung Rok menyuruhnya
datang. Jung Rok malah balik bertanya memangnya ia harus menyuruh Hong
Pro yang datang. Tae San heran apa maksudnya.
Jung Rok memberi tahu kalau
mobil Hong Pro ada di garasinya dan kunci mobilnya di pegang oleh Min
Suk. Tae San jelas terkejut tak mengerti. Jung Rok bertanya apa Tae San
masih belum mengerti juga, ia menjelaskan kalau Hong Pro menjadikan
mobil itu sebagai jaminan. Jaminan? Tae San semakin tak mengerti.
Keesokan
harinya Tae San menemui Min Suk di galeri. Min Suk heran bagaimana Tae
San bisa mengetahuinya karena Se Ra tak ingin Tae San tahu hal ini. Tae
San ingin tahu berapa banyak uang yang dipinjam Se Ra, kenapa dia
membutuhkan uang sebesar itu. Min Suk tak tahu masalah itu, kalau itu
lebih baik Tae San tanyakan sendiri pada Se Ra karena ia sendiri tak
menanyakan penggunaan uang itu untuk apa. Min Suk menebak kalau jumlah
pinjaman Se Ra di bank sudah melewati batas maksimum pinjaman, “Ini
hanya sebagai referensi karena kau ingin mencari tahu.”
Min Suk : “Seperti yang kau ketahui
tentang harga diri Hong Pro, dia pasti sangat malu mendekatiku seperti
itu. Karena itulah aku menerima mobilnya. Karena dia memaksaku untuk
menerima jaminan. Tak bisakah kau berpura-pura tak tahu?
Tae San : “Itu harga dirinya dan aku ingin mengembalikan harga diriku. Aku akan mengembalikan uangmu.”
Di kamar Tae San menatap kunci mobil Se Ra. Ia berfikir kenapa Se Ra bisa sampai melakukan ini.
Yi
Soo tiduran melamun di kamarnya. Se Ra setia menemani sahabatnya. Se Ra
menanyakan bagaimana sakit kepala Yi Soo. Ia memeriksa dahi Yi Soo
siapa tahu terserang demam, tapi ia merasa Yi Soo tak bermasalah, tak
demam sama sekali. Ia bertanya apa badan Yi Soo sakit. “Apa kau khawatir
karena mungkin dia anak Kim Do Jin?” Yi Soo diam saja tak menjawab
pertanyaan Se Ra.
Se Ra berkata kalau ia berharap anak
itu anaknya Tae San. Tapi Yi Soo mengatakan kalau anak itu adalah anak
Kim Do Jin. Se Ra kaget, “Benarkah?”
Do
Jin dan Colin makan siang bersama. Colin heran kenapa Do Jin terus
mengajaknya makan bersama. Do Jin mengatakan itu karena ia sedang
berusaha untuk lebih dekat dengan Colin. Colin bilang kalau Do Jin tak
perlu melakukan itu.
Do Jin : “Walaupun begitu hanya
dua hal yang bisa kupikirkan sekarang. Aku mendapatakan seorang anak,
tapi aku kehilangan seseorang.”
Colin merasa bersalah, “Apa itu karena aku?”
Do Jin : “Itu karena aku.”
Colin meminta sehelai rambut Do
Jin. Do Jin menyahut apa sebesar itu kebencian Colin terhadapnya. Colin
malah bertanya, “Memangnya Paman menyukaiku?”
Colin
menemui Yoon di kantor pengacara. Yoon terkejut dengan niat yang akan
dilakukan Colin. Colin menyerahkan sehelai rambut yang ia terima dari Do
Jin. Colin menginginkn tes DNA. Yoon tanya dari mana Colin mendapatkan
rambut ini. Colin mengatakan kalau ia meminta dan Do Jin memberikannya.
Yoon : “Pernahkah terfikir olehmu kalau ini semua sudah dilakukan?”
Colin kaget, “Siapa yang melakukannya?”
“Aku.” jawab Yoon. “Karena aku pengacara perusahaan ayahmu, yang namanya menemukan kepastian selalu lebih baik.”
Yoon
menyerahkan berkas dokumen tes DNA dan hasilnya 99,9% sampel 1 dan
sampel 2 terbukti sebagai ayah dan anak kandung. Colin terpaku membaca
berkas yang diterimanya.
Yoon menghubungi Do Jin meminta segera datang ke kantornya. Ia meminta Do Jin datang bersama Eun Hee.
Yi
Soo tiduran melamun di sofa, terdengar suara teriakan dan ketukan pintu
yang keras dari Guru Park di luar. Guru Park tergesa-gesa dan bertanya
kenapa ponsel Yi Soo mati. Ia mengatakan kalau sekolah mereka akan masuk
koran. Yi Soo tanya karena apa.
Guru Park mengatakan kalau Ibu Seong
Jae ingin menuntut Dong Hyub. “Karena itulah aku memintamu untuk
men-skors Dong Hyub dan merendah sedikit. Dia bahkan menyewa pengacara.
Apa yang harus kita lakukan?” Guru Park panik.
Yi
Soo bergegas menuju kantor Yoon. Ia ingin meminta bantuan Yoon. Yi Soo
bertanya pada pegawai Yoon apa pengacara Choi ada kalau dia sibuk ia
bisa menunggu. Pegawai Yoon meminta Yi Soo menunggu sebentar ia akan
memberi tahu atasannya.
Yi Soo menunggu di luar ruangan Yoon.
Ia tampak cemas atas apa yang menimpa anak didiknya. Dan tepat saat itu
Do Jin datang ke kantor Yoon bersama Eun Hee. (ah...)
Yi
Soo tak menyangka akan bertemu Do Jin di kantor Yoon dan juga ada
seorang wanita di samping Do Jin. Ia sudah pernah melihat foto wanita
itu dan akhirnya sekarang ia bisa melihatnya secara langsung. Eun Hee
manatap bingung Do Jin dan Yi Soo secara bergantian.
Yi Soo : “Kim Do Jin, aku rasa putramu bukan satu-satunya yang hadir dalam hidupmu.”
Yi Soo akan meninggalkan kantor pengacara tapi tiba-tiba Do Jin menahan tangannya. Yi Soo menarik tangannya.
Do
Jin : “Izinkan aku memperkenalkan kalian satu sama lain. Ini mantan
pacarku, Kim Eun Hee. Dan ini Seo Yi Soo, aku baru saja kehilangan dia.”
Bersambung ke episode 15
Tidak ada komentar :
Posting Komentar