Mereka
berempat tengah bermain game. Saking serunya karena ingin menang, Jung
Rok dan Tae San mengabaikan telepon dari Min Suk dan Sera. Ketegangan
dan kepanikan terjadi, mereka berempat tak ingin kalah. Keempatnya
bekerja sama.
Ada telepon dari Kafe. Do Jin meminta
Jung Rok menjawabnya. Ia takut Jung Rok akan menyesal kalau kafe
bermasalah gara-gara game ini. Jung Rok menjawab telepon sambil terus
melanjutkan geme-nya.
Manajer kafe memberi tahu kalau artis terkenal Jun Ji hyeon sekarang berada di kafe Mango Six.
“Apa Jun Ji Hyun ada di kafe
kita?” Teriak Jung Rok kaget membuat ketiga temannya juga menghentikan
game karena kaget juga. Jung Rok menyuruh manajer kafe agar memberikan
beberapa voucher untuk si artis. Mereka berempat buru-buru menyelesaikan
gamenya.
Do Jin : “Jun Ji Hyun yang cantik itu,”
Tae San panik, “Walapun sudah menikah dia tetap cantik.”
Yoon gelisah, “Walaupun sudah nenek-nenek dia pasti tetap cantik.”
Tae San panik, “Walapun sudah menikah dia tetap cantik.”
Yoon gelisah, “Walaupun sudah nenek-nenek dia pasti tetap cantik.”
Ada telepon dari kafe lagi. Jung Rok
menjawabnya. Manajer kafe memberi tahu kalau Jun Ji Hyeon datang bersama
dengan Im Yo Hwan seorang gamer terkenal di Korea.
“Apa? Im Yo Hwan ada disana? di kafe kita?” Jung Rok berdiri karena saking kagetnya. Ketiga temannya juga ikut berdiri terkejut.
Keempatnya langsung buru-buru cabut meninggalkan permainan game mereka.
“Panggil taksi!”
“Hanya lima menit jalan kaki,”
“Naik taksi hanya semenit, bagaimana kalau dia keburu pergi?”
“Aku akan menyuruh karyawanku untuk menahannya!”
Mereka membayar ke kasir terburu-buru dan membiarkan kembaliannya tak diambil.
“Hanya lima menit jalan kaki,”
“Naik taksi hanya semenit, bagaimana kalau dia keburu pergi?”
“Aku akan menyuruh karyawanku untuk menahannya!”
Mereka membayar ke kasir terburu-buru dan membiarkan kembaliannya tak diambil.
A Gentleman’s Dignity Episode 10
Meari sendirian di bar Jung Rok. Ia memeriksa ponselnya siapa tahu ada SMS dari Yoon tapi tak ada. Ia mendesah kecewa.
Jung Rok melihatnya dan bertanya apa
Meari sedang menunggu seseorang. Meari malas bicara dengan Oppa yang
satu ini dan berkata kalau Jung Rok tak perlu tahu. Jung Rok melihat
kalau sangat jelas Meari sudah diabaikan dan menebak apa Meari sedang
menunggu Yoon. Meari membenarkan. Jung Rok menilai karena itulah Meari
diabaikan, Seharusnya Meari memesan sesuatu yang mahal sambil menunggu
seseorang dan itu akan terlihat keren.
Jung Rok memberi tahu kalau Guru Meari
saja kalau sedang menunggu seseorang selalu memesan minuman yang untuk
orang berumur 19 tahun. Apa yang sebenarnya Meari pelajari dari dia.
Meari bilang tak ada, ia ingin minumannya diisi lagi.
Tapi Jung Rok berkata lain pada Sung
Tak (Manajer bar) kalau pelanggan mereka yang satu ini sudah mau pergi.
Meari mendesah kesal.
Pesta makan dan minum pemain baseball.
Yi
Soo duduk di depan Do Jin berusaha mencari kesempatan agar bisa bicara
berdua tapi Do Jin menyibukkan diri berbincang dengan seseorang di
sebelahnya.
Yi Soo mencoba memberikan perhatian
ketika Do Jin akan mengambil makanan. Yi Soo mendekatkan mangkuk makanan
itu. Tapi yang dilakukan Yi Soo membuat Do Jin kesal dan tak jadi
memakannya. Yoon memperhatikan keduanya dengan tatapan heran, ia menebak
pasti ada masalah dengan keduanya.
Ponsel
Yoon berdering ia keluar menerima panggilan telapon. Ternyata yang
menelpon itu Jung Rok memberi tahu kalau Meari sendirian di bar-nya.
Jung Rok mengatakan kalau sepertinya Meari sedang menunggu kedatangan
seseorang tapi ia merasa kalau Meari sedang menunggu Yoon.
Yoon tanya lalu kenapa. Jung Rok
mengatakan tahu kalau ia harus pergi ke suatu tempat tapi ia tak tahu
apa tak apa-apa ia membiarkan Meari tetap di bar-nya. Yoon berkata
bukankah Meari pelanggan bar Jung Rok kenapa bertanya padanya urus saja
sendiri. Jung Rok menilai kalau pelanggan yang tak memesan anggur import
itu bukanlah pelanggannya.
Yoon menyarankan lebih baik Jung Rok
menelpon tae san saja. Setelah menyudahi percakapannya dengan Jung Rok,
Yoon membaca SMS yang dikirim Meari.
‘Pertandingan hari ini sangat mengagumkan, apakah Kakak senang disana? Aku hanya ingin tahu.’
Yoon teringat percakapannya dengan Tae
San beberapa waktu lalu. Tae San mengatakan kalau ia mempercayai Yoon.
Yoon pun meminta Tae San tak perlu khawatir karena ia yakin hal seperti
itu tak akan terjadi. Ia akan melakukan yang terbaik.
Yi
Soo ingin mengatakan sesuatu pada Do Jin, tapi ia tak memiliki
kesempatan bicara. Ia pun mengirim SMS, tapi Do Jin mengabaikannya tak
membuka SMS yang masuk. Yi Soo berusaha mengirim SMS lagi, ‘Jelas masalah terbesarku sekarang adalah kau, Kim Do Jin. Tolong beri aku kesempatan untuk minta maaf.’
Do Jin kembali mengabaikan SMS yang
masuk dan terus berbincang dengan orang di sebelahnya. Yi Soo
memberanikan diri menyapa Do Jin dengan mengatakan kalau ada SMS masuk.
Do Jin menatapnya tajam, keduanya bertatapan lama. Kemudian Do Jin
memeberi kode agar Yi Soo mendekat ke arahnya.
Yi
Soo mendekat untuk mengetahui apa yang akan dikatakan Do Jin. Do Jin
berbisik ke telinga Yi Soo, “Berhentilah menggangguku kecuali kau
bersedia tidur denganku.”
Yi
Soo jelas terkejut sekaligus kecewa mendengarnya. Ia berusaha
melampiaskan kekecewannya dengan minum sebanyak-banyaknya. Bahkan ia
mengambil minuman dari gelas lain. Do Jin memberikan botol minuman, Yi
Soo meminta Do Jin menuangkan minuman untuknya. Yi Soo beberapa kali
meneguk minuman untuk menghilangkan rasa kesalnya.
Yi Soo mengajak Do Jin keluar
sebentar, tapi Do Jin menolal lebih baik Yi Soo menelponnya saja begitu
Yi Soo memiliki keberanian. Kecuali tentang yang ia sebutkan tadi lebih
baik tak saling menghubungi.
Do
Jin meninggalkan tempat makannya. Yi Soo jelas tak menyangka dengan
sikap Do Jin yang seperti ini. Tae San memandangnya heran, kenapa Do Jin
pergi begitu saja. Yi Soo pun bergegas menyusul Do Jin. Tae San tambah
heran dengan sikap keduanya.
Di
luar Yi Soo memanggil Do Jin. Do Jin tak menyangka kalau Yi Soo akan
secepat ini keluar, itu diluar perkiraannya. Ia bertanya apa Yi Soo
sudah mengumpulkan keberanian atau ada masalah lain. Yi Soo berkata
kalau ia tak akan tidur dengan Do Jin, tak akan pernah. Do Jin sudah
menduganya, ia mengerti dan menyuruh Yi Soo pergi. Yi Soo tahu benar
kalau saat ini Do Jin marah padanya, tapi kenapa Do Jin bisa menjadi
seseorang yang tak masuk akal seperti ini.
Do Jin : “Bagaimana mungkin ketulusan
seorang pria dianggap tak masuk akal? Perasanku padamu, apa kau pikir
itu karena jiwa, hati, dan kepribadianmu? Kalau tak ada lagi yang ingin
kau katakan...”
Yi Soo menyela ucapan Do Jin. Ia
memberitahu kalau banyak sekali yang ingin ia katakan. Ia minta Do Jin
mendengarnya baik-baik, jangan memotong ucapannya.
Yi
Soo : “Pertama, kau harus mendengarkan permintaan maafku. Sepatu yang
kau berikan padaku, karena sudah memakainya pada saat yang tak tepat
sampai melukai perasaanmu, aku minta maaf. Itu karena aku terburu-buru.
Karena dua kali mengungkapkan perasaan
tanpa ketulusan padamu, aku minta maaf. Tapi, kenapa aku bertindak
terburu-buru tidakkah kau berfikir kalau aku memiliki alasan yang kuat
dibalik itu? Tapi, apa yang kau katakan? Jangan menghubungimu kalau aku
tak berencana tidur denganmu. Dalam situasi seperti ini seharusnya aku
menamparmu, kemudian berbalik dan pergi dengan kepala tegak. Tapi aku
benar-benar sudah tak tahan.
Kalau saja, sejak awal kau mengatakan
bahwa kau hanya ingin tidur denganku mungkin situasinya tak akan serumit
ini. Semuanya akan berakhir begitu saja setelah hubungan seks semalam.
Dengan begitu, kita tak perlu membuang waktu kita yang berharga hanya
untuk mengurusi perasaan kita.”
Do Jin : “Apa pantas seorang Guru Etika mengucapkan kata-kata seperti itu?”
Yi Soo meninggikan suaranya dan
berkata kalau ini semua karena ia sudah muak. Walaupun ia sangat ingin
menggigit lidahnya sampai ia mati. Do Jin tersenyum mendengar semua yang
Yi Soo ucapkan. Yi Soo semakin emosi melihat senyum itu.
Do
Jin : “Bahkan pada saat seperti ini, menurutku kau tetap cantik dan
membuatku semakin gelisah. Aku sudah 41 tahun, semua kenangan denganmu
akan menjadi cahaya mudaku dimasa depan. Pada akhirnya, kemarin aku
lebih muda daripada hari ini. Itulah kenapa orang lebih ramah kemarin
daripada hari ini. Hari sebelumnya lebih tenang daripada hari kemarin.
Aku benar-benar tulus sejak pertama
bertemu denganmu. Ketika aku melihatmu memakai sepatu itu, aku
benar-benar tak bisa menahan diri karena aku sangat marah. Tapi pada
saat itu juga, aku menemukan sebuah kenyataan penting. ‘Ah, wanita ini
tak pernah merasakan perasaan yang sama denganku’. Mengekspresikan
perasaanku padanya selama ini sia-sia belaka. Perasaanku hanya
membuatnya terluka. Karena itulah aku harus melepaskannya.”
Deg... Yi Soo terdiam mendengar pengakuan tulus Do Jin. Ia tak tahu harus berkata apa.
Do
Jin meminta maaf tentang perbuatannya selama ini. Itu terjadi karena ia
bukanlah seorang pria sejati. “Aku sungguh-sungguh. Aku, kemarin jika
dibandingkan dengan hari sebelumnya, hari ini dibandingkan kemarin, aku
sudah menjadi semakin dewasa.”
Do Jin mengajak Yi Soo mengakhiri
pembicaraan mereka yang panjang lebar. Kedamaian yang sangat Yi Soo
inginkan harus menyertakan ia di dalamnya. Yi Soo masih terdiam setelah
mendengar ucapan tulus Do Jin.
Do
Jin masuk ke mobilnya. Hati Yi Soo semakin pedih setelah mendengar
pengakuan Do Jin. Sekarang ia benar-benar kehilangan pria yang tulus
mencintainya. Tanpa terasa air matanya pun menetes.
Do
Jin melirik kaca spion memandang Yi Soo yang masih berdiri tapi
perlahan Yi Soo berbalik berlalu dari sana. Do Jin menelepon supir
pengganti agar datang ke persimpangan daerah Cheongdam.
Ia
masih menatap Yi Soo melalui kaca spionnya. Ketika Yi Soo tak terlihat
ia mengarahkan kaca spionnya dimana Yi Soo berlalu, ia terus
melakukannya sampai Yi Soo benar-benar berlalu tak terlihat dari
jangkauan pandangnya.
Do
Jin sampai di depan gedung apartemennya membawa seplastik minuman
kaleng. Sapaan Yoon mengagetkannya. Yoon bilang kalau Do Jin datang
tepat waktu karena minuman kalengnya sudah habis. Keduanya pun duduk
bersama.
Yoon bertanya apa Do Jin menyelinap
keluar dari pesta makan. Do Jin berkata kalau ia melihat Yoon melarikan
diri lebih dulu. Yoon beralasan kalau ia ingin menghirup udara segar. Ia
marasa kalau sekarang benar-benar musim panas, ia menilai waktu cepat
sekali berlalu dan mereka akan segera menua.
Do Jin : “Bukankah kita memang ahjussi yang berumur 40 tahun?”
Yoon
: “Tapi kita kurang memiliki keberanian. Memaklumi diri sendiri,
mengajukan 100 alasan karena tidak konsisten dan demi merasionalkan
segala hal.”
Do Jin : “Kita bahkan menganggap diri kita sudah dewasa. Kita sedang jenuh ya?”
Yoon menebak jangan-jangan orang
yang menyadarkan Do JIn adalah Guru Seo. Do Jin tak menjawab. Yoon
menebak apa Do Jin dan Yi Soo sedang bertengkar, “Memangnya kau anak
kecil? Kenapa kau bertengkar dengan seorang wanita?”
“Karena
kau berkencan dengan anak muda aku yakin kalian tak bertengkar.” sindir
Do Jin membuat Yoon tersedak dan memuntahkan minumannya. Yoon kesal.
Do Jin melihat Yoon selalu panik
setiap kali mendengar kata ‘anak’ tapi Yoon masih saja pura-pura cuek.
Lain dengan dirinya kalau ia sering tak bisa tidur tapi ia pura-pura
baik baik saja. Yoon menyahut kalau mereka berempat ini memang pria-pria
yang membosankan. Keduanya bersulang.
Yi
Soo menangis di kamarnya. Se Ra bertanya apa makan bersamanya lancar.
Ia ingin tahu ada masalah apa sampai Yi Soo menangis seperti ini. Yi Soo
tak menjawab ia hanya menangis dan terus menangis.
Se Ra bingung tak tahu harus
bagaimana. Ia harus tahu apa masalahnya supaya ia bisa menutuskan apakah
ia akan menghibur atau memberi solusi. Ia ingin tahu kenapa Yi Soo
menangis.
“Seseorang
benar-benar telah meninggalkanku dan aku juga akan melupakannya.
Melupakannya dan melanjutkan hidupku. Aku akan benar-benar melupakan
segalanya,” ucap Yi Soo masih menangis.
“Siapa seseorang itu? apa Kim Do Jin,” tebak Se Ra. Yi Soo tak menjawab ia hanya bisa menangis.
Di
sekolah Yi Soo keluar dari kelas ia mengajar. Seorang murid berkaca
mata yang bernama Seong Jae menyapa dengan sikap angkuhnya. Seong Jae
tak menyukai mata pelajaran Yi Soo.
Yi Soo bertanya apa Seong Jae
mau minta maaf. Seong Jae tak melakukannya ia malah merasa kalau
sebenarnya bukan ia yang seharusnya minta maaf. Ia menilai kalau mata
pelajaran Etika tak akan diujikan untuk ujian masuk perguruan tinggi
jadi kenapa ia tak boleh mengerjakan Matematika selama pelajaran Etika.
Yi Soo mengatakan karena saat itu jam
pelajarannya, lagi pula sudah ia katakan kalau mengerjakan pelajarana
lain di jamnya itu tak diperbolehkan. Seong Jae masih protes kenapa tak
diperbolehkan karena menurutnya pelajaran lain lebih penting daripada
pelajaran Etika. Kalau ia gagal di ujian masuk karena matematikanya
jatuh apa Yi Soo mau bertanggung jawab.
Yi Soo : “Gagal dalam ujian masuk
karena kau belajar Etika selama kelas Etika, apakah menurutmu itu benar?
Itu namanya ironi. Lalu melarang seorang murid menggunakan jam
pelajaran Etika untuk belajar Matematika, apa itu pantas? Atau pura-pura
tidak tahu ada murid yang mempelajari bahan ujian masuk perguruan
tinggi mereka selama pelajaran Etika apakah itu yang lebih pantas? Itu
disebut dilema. Sekolah bukan hanya mengajarkan mata pelajaran yang
termasuk dalam ujian masuk perguruan tinggi. Etika menjadi bagian dari
kurikulum, itu ada alasannya.”
Seong Jae kesal mendengar
ceramah panjang lebar gurunya. Ia mengancam akan melaporkan hal ini pada
ibunya. Seong Jae masuk ke kelas sambil menendang pintu meluapkan
kekesalannya. Melihat tingkah salah satu muridnya ini Yi Soo meninggikan
suaranya kalau ia akan memberi nilai jelek kalau Seong Jae terus
berbuat ulah. Seong Jae semakin kesal dan membanting kursi.
Dong Hyub memandang dari kejauhan kegalauan hati gurunya.
Seong Jae mengirim SMS pada Ibunya.
‘Aku benar-benar benci $%@&*#% Guru Etika gila ini. Ibu seharusnya kau...”
Dong Hyub datang menemui Seong
Jae. Seong Jae jelas terkejut sekaligus takut. Dong Hyub menyapa sopan
dan bertanya bagaimana dengan pelajaran Seong Jae. Seong Jae berusaha
memberanikan diri dan bertanya balik apa urusan pelajarannya dengan Dong
Hyub.
Dong Hyub tertawa dan mengelus
kepala Seong Jae. Nyali Seong Jae jadi ciut. Dong Hyub berkata kalau
sepertinya temannya yang satu ini sangat menyukai matematika.
Mengerjakan matematika dalam kelas Etika. Seong Jae bilang kalau itu
bukan urusan Dong Hyub.
Dong
Hyub menyarankan lebih baik kerjakan saja matematika pada jam pelajaran
Bahasa Inggris atau ketika kepala sekolah yang mengajar. Seong Jae
kembali bersikap berani, apa sebenarnya maksud Dong Hyub. Dong Hyub
ingin minta tolong pada Seong Jae. Ia menyerahkan dua buku yang diterima
dari Yi Soo sebagai tugas mencatatnya. Ia menyuruh Seong Jae yang
menyalin dua buku itu.
Seong Jae mengeluh kenapa ia
yang harus melakukannya. Dong Hyub menepuk-pundak seong jae dan berkata
ia tak punya pilihan lain. Ia mengingatkan agar Seong Jae jangan meminta
bantuan orang lain karena ia sudah mencobanya dan itu ketahuan.
Dong
Hyub membaca nama dibaju Seong Jae, Yoo Seong Jae. Seong Jae menutupi
namanya. Dong Hyub kembali mengingatkan kalau Seong Jae tak menyalin
dengan benar maka itu akan menjadi 4 buku, 6 buku, 16 buku dan akan
semakin buruk. Dong Hyub ingat kalau Seong Jae sangat menyukai
Matematika. “Pangkat dua dari 2 adalah 4. Kalau begitu apa jadinya
pangkat dua dari peringatan?”
Seong Jae katakutan. Dong Hyub
berkata kalau ia sudah memberi Seong Jae peringatan kedua, “Jangan lagi
membuat marah Guru Etika kita.” Dong Hyub keluar dari kelas Seong Jae.
Teman Dong Hyub menepuk Seong Jae keras dan itu membuat Seong Jae kaget
setengah mati.
Do
Jin, Yoon dan Jung Rok makan siang bersama di sebuah restouran. Jung
Rok sepertinya sedang bicara dengan istrinya di telepon. Ia berbicara
mesra nan imut. Ia mengatakan kalau ia tengah makan bersama Yoon dan Do
Jin. Kedua temannya merasa risih dengan sikap Jung Rok. Min Suk menutup
teleponnnya. Dua temannya ini terus memelototi Jung Rok.
Do Jin heran kenpa tiba-tiba
Jung Rok jadi seperti ini. Apa temannya ini sudah gila. Jung Rok berkata
kalau pernikahan adalah awal dari kegilaan. Ia tanya dimana bihun-nya,
Yoon menunjukan tempatnya.
Jung
Rok berdiri, bersamaan dengan itu wanita muda yang duduk di belakangnya
juga berdiri. Jung Rok kesal tapi ketika melihat si wanita muda
tampangnya berubah jadi manis. Wanita itu minta maaf.
Jung Rok tersenyum manis nan
sopan, “Maaf apa? akulah yang tak bertindak layaknya pria sejati.
Seharusnya aku berhati-hati ketika aku berdiri.”
Jung
Rok kembali duduk dan ia pepetkan kursi itu lebih mepet ke meja dan
bertanya pada si wanita apa sekarang sudah lebih baik. Do Jin dan Yoon
kesal dengan tingkah playboy Jung Rok. keduanya seolah ingin sekali
menjitak Jung Rok. wanita itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih.
Jung Rok kembali dengan rayuan
gombalnya, “Jangan memasang wajah cantik itu di depanku atau kau akan
menjadi orang yang spesial untukku.”
Wanita itu pergi, Jung Rok mengambil
bihun. Yoon menilai kalau Jung Rok sungguh berbakat dari mana dia
mendapatkan dialog seperti itu. Do Jin mengirim SMS pada seseorang, ia
menduga pasti banyak tekstur marmer di lipatan otak Jung Rok.
Jung Rok menerima SMS, ‘Kau pilih-pilih makanan sayang’
Jung Rok terkejut dan menebak itu SMS
dari Min Suk. Ia celingukan apa ada Min Suk disekitar sana. Ia segera
kembali ke tempat duduknya memberi tahu Do Jin dan Yoon agar bersikap
santai ketika makan. Yoon tanya ada apa. Jung rok memberi tahu kalau
disekitar sini apa Spy (mata-mata) Do Jin santai saja tak menanggapi
karena memang SMS yang diterima Jung Rok tadi ia yang mengirimnya.
Untuk memastikan Jung Rok menghubungi
istrinya. Ia berbasa-basi bertanya Min Suk ada dimana. Ia terkejut
mendengar Min Suk sedang berada di luar rumah. Ia celingukan takut
kalau-kalau istrinya ada disekitar ia makan. Ia mengatakan kalau
sebentar lagi akan pulang. Ia menebak apa istrinya ada di Samseong-dong.
Tapi Min Suk sepertinya tak mengatakan dirinya ada dimana. Jung Rok
bergegas pergi dari sana.
Yoon
heran ada apa lagi dengan Jung Rok. Do Jin menunjukan ponselnya, “Aku
menakut-nakutinya. Demi kedamaian semua orang dan ....”
Do Jin berhenti melanjutkan
kata-katanya. Yoon tanya kenapa berhenti bicara ditengah-tengah kalimat.
Do Jin sadar kalau ia menyebutkan kata ‘damai’ lagi dan itu
mengingatkan ia pada Yi Soo.
Yoon ingin tahu kenapa Tae San tak
makan bersama mereka. Do Jin memberi tahu kalau hari ini Tae San tak
layak makan dengan laki laki dan sedang bekencan dengan Se Ra.
Tae
San dan Se Ra kencan di kawasan Hongdae. Dimana ada tempat tersendiri
untuk pengamen dan pemusik jalanan. Banyak muda-mudi pasangan disana.
Mereka melihat aksi musik para pemusik.
Se Ra juga menikamatinya. Tae San
bergumam kalau ia merasa lelah dan bertanya-tanya kenapa ia bisa selelah
ini. Se Ra diam saja tak menanggapi. Tae San bertanya tanya kenapa
orang-orang itu menatap mereka berdua. Se Ra menyahut itu karena ia
terlalu cantik.
Tae
San memperhatikan beberapa pasangan muda-mudi yang ada disana, “Diusia
mereka, yang mereka inginkan hanyalah bertambah tua dengan cepat. Aku
pasti yang tertua disini.”
Se Ra tak bisa menyangkalnya.
Karena itulah Tae San perlu bergaul dengan orang yang lebih muda, lebih
banyak ngobrol dengan mereka. Kalau tidak Tae San benar-benar akan
ketinggalan zaman.
Se Ra melihat beberapa anak muda
dan menilai kalau pakaian yang mereka kenakan itu sebuah karya seni. Ia
melihat beberapa anak muda memakai celana ketat. Tapi Tae San menilai
kalau itu bukan celana melainkan stoking. Se Ra menyahut kalau Tae San
juga boleh mencoba memakainya, jangan hanya memakai celana katun
terus-menerus bukankah tubuh Tae San tak jelek.
Tae San menilai Se Ra tak bersyukur.
Ia bahkan tak memakai cream wajah tapi Se Ra malah menginginkannya
mamakai Skinny Jeans. Se Ra menyahut kalau Tae San sangat kuno. Tae San
tak percaya Se Ra menyebutnya kuno. Seumur hidupnya baru kali ini ia
mendengar seseorang menyebutnya kuno. Memakai pakaian seperti itu tak
baik untuk pria.
“Sepatu hak tinggi juga tak baik untuk wanita. Tapi kau menyukai wanita yang memakai sepatu hak tinggi kan?” sambung Se Ra.
Tae
San tak mau lagi membahas tentang fashion dan melirik kalau ia
benar-benar lelah. Bukankah Se Ra sudah melihat bar rumah. Ia yang
mendesian dan menyiapkan bahan-bahannya. “Ah aku benar-benar lelah,
kenapa aku merasa lelah sejak proyek itu?”
Se Ra tersenyum geli mengerti maksud
Tae San. Tae San berandai-andai kalau saja ia bisa menemukan tempat lain
untuk beristirahat. “Kenapa tiba-tiba aku merasa selelah ini?” Se Ra
mengajak Tae San berdiri. Tae San menyambut senang tapi ia kemudian
ngomel-ngomel karena Se Ra ada janji.
Yi
Soo membungkus semua benda yang mengingatkannya pada Do Jin mulai dari
sepatu merah sampai laptop ke dalam plastik. Se Ra sampai di rumah dan
merasa heran melihat Yi Soo beres-beres, apa Yi Soo berencana melarikan
diri tengah malam. Yi Soo mengatakan kalau ia hanya ingin membuang
beberapa barang miliknya.
Yi Soo menanyakan apa Caddy itu
bersedia bekerja dengan Se Ra. Se Ra menjawab tidak karena semuanya
sudah berantakan dan sepertinya Caddy itu sangat membencinya.
“Sesulit apa menahan kebencian? Labih sulit kalau kau menyukai mereka.” Kata Yi Soo.
Se Ra menebak apa yang dimaksud
YI Soo itu Tae San. Yi Soo menjawab bukan, itu laki-laki lain. Ia merasa
tiba-tiba hidupnya jadi terbalik. Se Ra tertawa apa karena itu Yi Soo
membereskan barang-barang.
Se
Ra melihat barang apa saja yang akan dibuang Yi Soo. Ia terkejut kerena
didalam plastik itu ada sepatu dan laptop. Ia merasa kalau semuanya
masih baru, kesalahan apa yang mereka lakukan sampai harus dibuang.
Yi Soo membenarkan laptop ini ganti
rugi laptopnya yang rusak ia tak jadi membuang laptopnya. Yi Soo
menitipkan laptopnya pada Se Ra, ia akan keluar sebentar untuk membuang
semuanya.
Se
Ra masih tak percaya apa Yi Soo benar-benar akan membuang sepatu yang
cantik itu. Yi Soo diam saja dan segera keluar. Se Ra tak bisa berbuat
banyak sangat disayangkan sepatu itu dibuang begitu saja.
Yi
Soo meletakan bungkusan di samping tempat sampah. Ia sudah menguatkan
hatinya untuk membunag beberapa barang yang bisa membuatnya teringat
pada Do Jin.
Yi Soo mengingat perkataan Do
Jin semalam yang merasa kecewa kalau perasaan Yi Soo tak sama dengannya
dan ia harus melepas Yi Soo.
Di
Hwa Dam, Do Jin dan staf-nya sibuk merancang proyek mereka. Do Jin
bertanya berapa hari lagi yang mereka perlukan untuk menyelesaikan semua
ini. Staf-nya bilang kalau mereka mengerjakannya terus-menerus hari
kamis akan bisa mereka selesaikan. Do Jin meminta staf-nya agar
menyelesaikan semuanya sebelum hari selasa dan adakan pertemuan dengan
klien hari rabu. Staf-nya menjawab ya dengan nada lemas. Hehe.
Do
Jin kembali bertanya apa material yang digunakan untuk pembangunan
rumah sakit di Seocho-dong sudah diputuskan. Staf-nya menjawab kalau
mereka masih mempertimbangkan salah satu diantara batu kapur, granit,
dan beton.
Tiba-tiba
pandangan Do Jin terhenti ketika ia membuka lembar kertasnya. Ia
melihat sesuatu disana. Staf-nya merasa heran karena Presdir mereka
tiba-tiba terdiam.
Do Jin melihat gambar Yi Soo
diantara gambar rancangannya. Gambar Yi soo yang ia buat ketika ia
pertama kali melihat Yi Soo di depan Mango Six.
Ia
pun teringat pertemuan pertamanya yang singkat dengan Yi Soo. waktu itu
tak ada sapaan hanya tatapan. Ia juga mengingat ketika Yi Soo
menempelkan memo di kaca jendela.
‘Kuharap aku akan menjadi janjimu yang selanjutnya. Aku akan menunggu teleponmu.’
Staf-nya bingung harus
bagaimana. Salah satu dari mereka mengatakan tentang material yang akan
dipakai untuk rumah sakit tapi Do Jin tetap diam saja.
Presdir? panggil salah satu dari
mereka. Do Jin menyahut kalau ia mendengar apa yang disampaikan
staf-nya. Ia menyuruh mereka semuanya untuk mempelajari lagi ketiga
material karena ketiganya mirip. Do Jin meninggalkan tempat kerja,
staf-nya mendesah lemas, tambahan kerja lagi deh hehe...
Yi
Soo sampai di rumah setelah ia membuang semua barang-barangnya. Ia
melihat Se Ra tertawa terpingkal-pingkal membuka laptopnya. Se Ra
menanyakan gambar apa di laptop Yi Soo.
Yi Soo panik Se Ra membuka
laptopnya. Ia kesal kenapa Se Ra menyalakannya. Se Ra beralasan ia ingin
memakai internet, ia pun kembali bertanya gambar background apa ini. Yi
Soo segera merebut laptopnya, ia akan menghapus background itu. Ia
membawa laptopnya ke kamar. Se Ra beretriak bertanya tempat tidur siapa
itu, apa tempat tidur Kim Do Jin.
“Dasar
maniak, cabul, buaya darat.” Yi Soo mengumpat kesal. Ia akan menghapus
background tempat tidur dengan fotonya yang berbikini. Tapi ia menemukan
sebuah folder.
‘Rahasia kehidupan pribadi Kim Do Jin’
Ternyata folder yang dimaksud Do Jin
benar-benar ada. Yi Soo membukanya, ternyata isinya ada 4 file rekaman.
Yi Soo mencoba mendengarkan.
File rekaman yang pertama,
“Oh hujan. Aku tak membawa payung.” Terdengar suara seorang pria. (Yi Soo tak paham)
“Tebak siapa?” Terdengar suara seorang wanita.
“Tanganmu terlalu panas.” Itu suara Do Jin.
“Apa seseorang yang kau kenal?” tanya wanita itu.
Ini rekaman ketika Do Jin pertama kali melihat Yi Soo di depan Mango Six.
Rekaman ke dua.
Terdengar langkah kaki, “Maaf.” itu suara Yi Soo. (Yi Soo heran kenapa ada rekaman suaranya)
“Lebih baik kau tangani ini dulu,” suara Do Jin.
“Apa yang terjadi? Apa yang terjadi pada bajuku?” Suara Yi Soo panik.
“Kau menyembunyikannya dariku tapi kau menunjukannya pada mereka.” Suara Do Jin.
Kalau ini rekaman pertemuan kedua Do Jin dan Yi Soo pada saat baju rajutan Yi Soo terurai.
Rekaman ketiga.
“Kau sedang memikirkan apa?” Suara Yoon.
Suara
Do Jin : “Tahun lalu, aku bertemu dua orang wanita yang membuat hatiku
berdebar. Wanita yang berlindung dari hujan di kafe Jung Rok dan juga
seorang wanita berbaju merah yang benangnya terkait di tasku. Tapi hari
ini secara kebetulan aku bertemu salah seorang dari mereka. Dan
tiba-tiba aku menyadari satu hal setelahnya. Mereka adalah orang yang
sama. Mereka sebenarnya adalah orang yang sama.”
Ya ini rekaman ketika Do Jin dan Yoon selesai bertanding baseball dan Yi Soo jadi wasitnya.
Yi Soo tertegun mendengar rekaman Do Jin. Ia pun membuka file rekaman yang terakhir.
Suara Do Jin : “Ah.. wanita ini benar-benar membuatku stres.”
Ya ini rekaman ketika Yi Soo ke
rumah Do Jin untuk memastikan pena recorder. Pada saat itu Do Jin
menyuruh Yi Soo cepat pergi karena jalanan akan macet.
“Tentu saja aku bohong. Ah aku memang tak ingin membiarkanmu pergi.” kata Do Jin setelah Yi Soo tak ada.
Yi Soo berulang kali memutar bagian
terkahir dari rekaman yang ke empat. Yi Soo teringat barang-barang yang
ia buang tadi, ia pun bergegas keluar untuk mengambilnya lagi. Yi Soo
berubah pikiran ia tak mau melupakan Do Jin.
Di
bar Lee Jung Rok. Tae San melihat beberapa pemuda datang dengan fashion
celana ketat. Ia bertanya pada kedua temannya kenapa begitu heboh
membicarakan itu memangnya itu kelihatan bagus. Do Jin berkata kalau ia
bisa meminjamkannya pada Tae San karena minggu lalu ia memakainya dan ia
terlihat tampan ketika memakainya.
Tae San jelas tak mau, apa Do Jin
benar-benar minta dipukuli menyarankan dirinya memakai fashion seperti
itu. Yoon kesal apa salahnya celana jeans ketat, kenapa Tae San
mengkritik mereka. Kalau itu aneh Tae San tak usah memakainya, gitu aja
kok repot. Tae San menyampaikan kalau Se Ra menyukai fashion yang
seperti itu. Ia menilai kalau wanita itu sulit dan cinta lebih sulit
lagi.
Do Jin : “Berapa usiamu masih membicarakan soal cinta.”
Yoon : “Apa? Apa seperti itu pernyataan pria paruh baya yang rupawan?”
Do
Jin : “Pria lajang itu menemukan cinta setelah menjalin hubungan. Untuk
membuat orang yang kekasihnya direbut menderita. Membosankan, sia sia,
dan percuma. Kenapa cinta begitu berlebihan?”
Yoon menatap Do Jin sambil bertanya pada Tae San, “Apa apa dengannya? Apa sudah terjadi sesuatu?”
Tae San : “Kalau kau yang istrinya saja tak tahu, apa lagi aku?”
Hahaha....
Do
Jin merasakan ada ponsel yang bergetar, ia memeriksa ponsel miliknya
tapi bukan. Yoon juga bilang bukan miliknya, sementara Tae San tak
mengaktifkan getar.
Ketiganya menebak pasti ponsel
Jung Rok dan pria ini tak ada di tempat. Do Jin mengambil ponsel yang
ada di jas Jung Rok dan benar saja apa yang mereka takutkan terjadi. Min
Suk menelpon. Ketiganya mengumpat karena Jung Rok tak ada bersama
mereka ketika Min Suk menelepon dan Jung Rok tak membawa ponselnya.
Mereka bertiga langsung cabut ke tempat tongkrongan mereka yang lain, Rich.
Ketika
membuka pintu salah satu ruangan Rich yang mereka pesan ternyata disana
sudah ada Park Min Suk tengah duduk manis menanti kedatangan mereka.
Tentu saja ketiganya kaget setengah mati. Tak tahu harus berkata apa. Do
Jin mendorong Yoon supaya bicara (hahaha tumbalnya selalu saja Yoon)
Min Suk : “Anggurnya dibuat seolah-olah sudah diminum sebelumnya. Cemilannya seperti sudah dimakan.”
Ketiganya kaget bukan main
karena rahasia rencana mereka sudah terbongkar. Min Suk tersenyum
menatap ketiganya dan bertanya apa ia datang terlalu awal. Ketiganya tak
tahu harus mencari alasan apa.
Yoon bergumam pelan kesal, “Jung Rok sialan.”
“Tenanglah kita sudah pernah mengalami situasi yang lebih buruk dari ini iya kan?” sambung Do Jin pelan.
“Dalam
situasi seperti ini, jujur adalah hal yang paling bijaksana,” sahut Tae
San pelan. “Lari....” kata Tae San akan kabur tapi Do Jin dan Yoon
menahannya kemudian menjatuhkannya ke kursi agar tak kabur.
Ketiganya
duduk serapi mungkin. Yoon bersikap sopan dan berkata kalau situasinya
sedikit rumit. Ia berbasa-basi bertanya apa Min Suk sudah makan. Min Suk
bilang ia sudah makan sedikit cemilan sambil menunggu mereka bertiga.
Gantian
Do Jin yang berusaha bersikap baik, ia tak tahu apa yang harus
dikatakannya agar Min Suk mengerti, “Apapun yang kami katakan kau tak
akan mempercayai kami. Kau benar-benar cantik hari ini.” (what
hahaha) Yoon dan Tae San mendelik ke arah Do Jin, maksudnya mungkin
jangan bicara seperti itu situasinya lagi gawat hahaha. “Aku sudah
melakukan yang terbaik,” Do Jin membela diri.
Min Suk meminum anggur. Tae San menyampaikan kalau cara minum seperti itu tak baik bagi tubuh.
Min Suk : “Apa lebih mematikan dari pada Jung Rok?”
Kini giliran Tae San yang kena damprat teman-temannya. Tae San bingung apa ia salah bicara.
Min
Suk berdiri dan ketiganya ikut berdiri. Min Suk berkata kalau lebih
baik tak membuang buang waktu. Tae San menyahut kalau selalu ada cara
untuk membicarakan masalah ini.
Min Suk : “Kuberi kalian waktu
dua bulan. Kantor perusahaan Arsitektur Hwa Dam dan Biro Hukum Myung Yu.
Pindah dari jalan milikku.”
Ketiganya lemas.
Tepat
saat itu Jung Rok datang dan terkejut melihat istrinya sudah ada
disana. Jung Rok melihat ketiga kawannya berdiri dengan wajah yang
mengenaskan hehe.. Ia bertanya ada apa istrinya datang ia beralasan
kalau ia dari toilet dan bertemu teman sekolahnya disana.
“Diam..” bentak Do Jin, Yoon dan Tae San bersamaan.
Jung Rok menyadari kalau ia sudah tertangkap basah, “Sayang, kenapa hari ini kau sangat cantik?”
“Aku sudah mengatakannya,” sahut Do Jin. Jung Rok tak tahu lagi harus merayu istrinya bagaimana.
Min Suk mengingatkan ketiga
penyewa gedungnya kalau mereka akan bertemu lagi di kantor dalam
beberapa hari ke depan dan jangan lupa bawa stempel. Min Suk pun pergi
dari Rich.
Jung
Rok dimarahi oleh ketiga temannya. Tapi ia membela diri karena ia sama
sekali tak bermaksud seperti itu. Kali ini ia benar benar tak bersalah.
Jung Rok pun di sidang ketiga temannya. Ia duduk berlutut di atas meja sambil mendengarkan interogasi teman-temannya.
Yoon meminta Jung Rok mengatakan
yang sebanarnya siapa yang Jung Rok temui sampai mereka mengalami hal
buruk ini. Tae San menebak apa Jung Rok menemui Baek Hae Joo atau
menemui salah satu model yang waktu itu datang pada saat ulang tahun
Yoon.
Jung
Rok masih membela diri kalau ia tak bersalah dan yang ia lakukan
benar-benar bukan seperti yang teman-temannya pikirkan. Ketiganya tak
percaya, kalau Jung Rok diposisi mereka apa Jung Rok akan percaya.
Jung Rok meminta ketiga temannya
percaya, kecuali pada saat pesta waktu itu ia tak memiliki alibi yang
lain. Ia tetap pada pendiriannya tak akan pernah memberi tahu temannya
kemana ia pergi tadi. Ia harus melindungi wanita ini.
“Siapa wanita itu?” bentak mereka bertiga bersamaan.
Jung Rok tetap bungkam dan mengingat pertemuannya dengan wanita itu. Siapa dia?
Kim Eun Hee (what?)
“Benar-benar
sudah lama tak bertemu. Apa kabarmu baik?” Eun Hee tersenyum pada Jung
Rok. Jung Rok masih tak percaya kalau ia bertemu lagi dengan Eun Hee.
“Tunggu biar aku bernafas dulu.” Jung Rok mengambil nafas dalam-dalam,
Eun Hee tertawa melihatnya.
“Apa kau benar-benar Eun Hee?” Jung Rok masih tak percaya. Eun Hee mengangguk tersenyum.
Jung
Rok tetap bungkam tak mengatakan apapun tentang pertemuannya dengan Eun
Hee. Yoon kesal apa Jung Rok benar-benar tak akan memberi tahu mereka,
apa Jung Rok tetap akan bungkam.
Jung Rok masih membela diri ia
sadar seharusnya tak mengatakan ini. Tapi kali ini ketiga temannya harus
percaya padanya. Bukankah akhir-kahir ini ia begitu perhatian pada
istrinya. Ia benar-benar tak melakukan kesalahan apapun.
Do Jin menyuruh Jung Rok angkat
tangan. Jung Rok bingung tapi ia menuruti apa yang diminta Do Jin. Do
Jin langsung mengambil ponsel Jung Rok. Jung Rok ngomel-ngomel apa yang
akan temannya lakukan pada ponselnya.
Yoon mengancam kalau Jung Rok
tak ingin datang ke kantornya untuk bercerai lebih baik Jung Rok diam.
Nyali Jung Rok langsung ciut.
Do
Jin menyarankan lebih baik settingan ponselnya diformat ulang ke
settingan awal daro pabrik. Jung Rok marah-marah bagaimana mungkin
temannya melakukan ini karena disana banyak kontak rekan bisnisnya.
Mulai dari tisu, susu, para karyawan semuanya ada disana. Kalau terhapus
bagaimana ia menjalankan bisnisnya. “Kalian sudah menghambat bisnisku.”
“Itu lebih baik daripada bisnis kami yang ditutup.” kata Yoon (hahaha)
Tae San memeriksa nama kontak
yang ada di ponsel Jung Rok. “Kapten Kim, Kapten Lee, Prajurit Choi,
Prajurit Lee, Prajurit Kang. Memangnya kau ini mata-mata? Apa kau
menjual informasi intelejen?”
Do Jin heran kalau Jung Rok
menyimpannya seperti ini bagaimana cara Jung Rok membedakannya. Jung Rok
tersenyum tentu saja ia tahu.
Di kontak juga ada grup kontak
perguruan tinggi dan bisnis. Untuk yang perguruan tinggi ada Profesor
Choi, Prof Park, Prof Jang dll. Untuk bisnis ada Presdir Kang, Presdir
Yoon, Presdir Jung dll.
Tae San menyarankan lebih baik Jung
Rok mencalonkan diri menjadi pejabat saja karena memiliki jaringan luas
seperti ini. Ia benar-benar akan memformat ulang ponsel Jung Rok tapi
Jung Rok melarang ia masih harus menjalankan bisnisnya. Ia memohon
kontak bisnisnya jangan dihapus.
Ketiga
temannya ternyata masih punya hati ia memberikan ponsel itu. Jung Rok
melihat sebuah nomor penting ia berusaha menghafalnya. Ketiga temannya
curiga dan mengendap-endap berusaha mencari tahu apa yang sedang
dilakukan Jung Rok.
Do
Jin langsung merebutnya, Jung Rok menggumamkan nomor ponsel yang tadi
ia hafalkan. Yoon meminta biarkan saja Jung Rok mengingat satu nomor.
Lagi pula kita masih temannya.
Jung
Rok terkesan dan berkata kalau Yoon memang pria yang hangat. Tapi
kemudian ia lupa nomor yang tadi ia hafalkan. Yoon mendesah bagaimana
mungkin Jung Rok bisa berselingkuh kalau tingkat kecerdasannya hanya
segitu.
Jung Rok lupa sesuatu nomor
telepon istrinya. Do Jin menyahut bagaimana mungkin Jung Rok tak tahu
nomor telepon istri sendiri. Jung Rok tanya memangnya ketiga temannya
ini tahu.
“Dasar... 0105379....” jawab ketiganya
bersamaan. Jung rok kembali terkesan ketiga temannya ini hafal nomor
telepon istrinya. Hahaa.
Jung
Rok di bar-nya, ia mendesah kesal sambil memeriksa kontak nama di
ponselnya. Hampir semuanya sudah dihapus ketiga temannya. Hanya
menyisakan beberapa nomor orang terdekat saja. Manajer bar bertanya,
“Presdir kau tahu nomorku tidak?”
“Apa memangnya aku perlu tahu?
Memangnya kita dekat? Dan kau, bukankah aku menyuruhmu untuk memanggilku
Kakak? Aku bisa ketahuan kalau kau terus memanggilku Presdir.”
Manaje bar bertanya apa tak
apa-apa kalau ia mengurangi bahasa formalnya pada Jung Rok. Jung Rok
bilang tak apa-apa tapi selanjutnya akan diikuti dengan penurunan gaji.
Manajer bar diam saja. Ia kemudian melihat ada seseorang yang datang, Yi
Soo.
Yi
Soo celingukan mencari seseorang (nyari Do Jin nih) Jung Rok heran dan
bertanya Yi Soo mencari siapa, apa mencari teman Yi Soo. Yi Soo bilang
bukan dan minta maaf ia akan datang lagi lain waktu. Yi Soo pergi, Jung
Rok menatapnya penuh tanda tanya.
Manajer bar heran dan menebak
apa Yi Soo bermaksud meminta kita untuk menghubungi Do Jin. Jung Rok
bilang kalau tadi Yi Soo pergi tanpa meninggalkan pesan apapun jadi tak
usah memberi tahu Do Jin.
Yi
Soo berusaha menemui Do Jin, ia menunggu di depan kantor Hwa Dam. Tapi
yang muncul malah dua staf Do Jin. Yi Soo bertanya apa Presdir Kim Do
Jin ada di kantor. Staf Do Jin memberi tahu kalau Presdir mereka sedang
di lokasi proyek dan mereka berdua akan kesana, apa ada pesan yang ingin
disampaikan untuk Presdirnya. Yi Soo bilang tak ada, ia menebak pasti
Do Jin sibuk dan ia akan menelepon Do Jin nanti.
Di
kantor Myung Yu, Yoon kedatangan kliennya yang dulu kasusnya ia tangani
dan sekarang menemui Yoon lagi karena ada kasus yang lain. Ternyata
klien wanita ini dituntut dalam kasus pencurian.
Klien wanita ini menjelaskan
kalau minggu lalu ia datang ke rumah mantan suaminya untuk mengambil
beberapa barangnya. Tapi ia menemukan sesuatu yang luar biasa. Sesuatu
yang merupakan milik mantan pacar suaminya. Sebuah kalung berlian. Ia
melihat kalaung berlian itu persis semeprti hadiah yang ia terima.
Yoon : “Jadi kau mengambilnya karena kau mengira itu adalah milikmu?”
klien wanita tertawa dan bilang
tentu saja. Yoon bertanya apa kliennya ini benar-benar mengira kalau itu
kalungnya. Klien balik bertanya bagaimana kalau ia tahu itu milik pacar
mantan suaminya apakah ia bisa dikenakan pasal yang lebih berat lagi.
Yoon tak menyangka ia harus menghadapi klien yang seperti ini.
Ponsel Yoon berdering Yi Soo yang meneleponnya memberi tahu kalau ia sudah ada di rumah Yoon (apartemen Do Jin)
Yoon
sudah sampai di rumah dan menyiapkan minuman untuk Yi Soo. Ia mengamati
gerak-gerik Yi Soo yang celingukan. Ia paham Yi Soo mencari Do Jin.
Yoon
mengatakan kalau Do Jin belum pulang. Yi Soo mengelak kalau
kedatangannya bukan untuk bertemu Do Jin. Ia memberi tahu kalau tadi ia
ke toko buku kemudian teringat Yoon jadi ia membelikan Yoon buku. Yoon
menerimanya dan berterima kasih ia bahkan tak ingat kapan terkahir kali
ia masuk ke toko buku.
Yi Soo melirik kesana sini. Yoon
mengerti kalau Yi Soo mencari Do Jin, ia menawarkan apa Yi Soo mau ia
menelepon Do Jin untuk mengatakan kalau Yi Soo ada di rumahnya. Yi Soo
kembali mengelak bukankah ia sudah bilang kalau kedatangannya bukan
untuk menemui Do Jin.
Yoon bisa menebaknya itu
terlihat sangat jelas kalau Yi Soo datang untuk bertemu Do Jin. Yi Soo
pun akhirnya mengaku dan bertanya dimana Do Jin sekarang. Yoon memberi
tahu kalau sebentar lagi Do Jin akan sampai.
Yi Soo sadar kalau ia terlihat seperti
memanfaatkan tapi ia memang berniat memberikan buku ini untuk Yoon.
Yoon tahu itu walaupun ini membuatnya kaget. Yi Soo tanya kenapa. Yoon
beralasan kalau akhir-akhir ini ia selalu diserang oleh suara ponselnya.
Yi Soo paham dan mengatakan kalau akhir-akhir ini Meari sering
menangis. Dia tetap menunggu tapi Yoon tak pernah datang.
Yoon membuka tiap halaman buku yang ia terima dari Yi Soo. Ia membaca daftar isinya. Tertulis salah satu judul bab ‘Aku akan datang padamu’
Di
saat bersamaan Do Jin sampai di rumah. Do Jin diam saja melihat Yi Soo
datang ke rumahnya. Yoon memandang keduanya bergantian. Ia mempersilakan
keduanya bicara, ia akan keluar sebentar dan beralasan akan membeli
buah-buahan.
Yi
Soo menyampaikan kalau ada yang ingin ia bicarakan. Do Jin bertanya apa
lagi yang harus dibicarakan antara mereka berdua. “Kalau kau merasa tak
nyaman karena kau tak menamparku lakukan lalu pergilah. Karena kupikir
aku pantas menerimanya.”
Yi Soo diam saja. Do Jin menebak sepertinya bukan karena itu Yi Soo datang, “Oh apa kau datang untuk tidur denganku?”
Yi Soo kesal dan akan mengambil tasnya.
“Kalau begitu hati-hati di
jalan,” ucap Do Jin tahu kalau Yi Soo akan segera pergi. Ia pun masuk ke
kamarnya. Yi Soo berdiri mematung di tempatnya.
Tentu
saja Yoon tak membeli buah-buahan. Ia duduk di depan gedung apartemen
sambil memeriksa ponselnya dan membaca SMS dari Meari.
‘Aku hanya ingin mengatakan bahwa hari ini aku akan menunggu sampai Kakak datang.’
Yoon bingung apa yang harus dilakukannya.
Yi
Soo berjalan mendekat ke arah kamar Do Jin. Ia berdiri di depan kamar
Do Jin. Ia ingin mengetuk pintu kamar tapi ia berat melakukannya.
Sementara dibalik pintu tepatnya
didalam kamar, Do Jin pun berdiri di samping pintu kamarnya. Ia seakan
ingin keluar untuk menemui Yi Soo. keduanya berdiri di masing-masing
sisi pintu kamar.
Yi
Soo pun memutuskan untuk pulang. Di dalam kamar Do Jin mendengar suara
pintu di tutup. Ia menebak kalau Yi Soo sudah pulang, ia pun keluar dari
kamarnya. Tapi Yi Soo belum pulang. Yi Soo masih berdiri menunggu di
pintu.
Yi
Soo tersenyum karena akhirnya Do Jin keluar dari kamar, “Sepertinya kau
benar-benar tak bersedia mendengarkan kata-kataku. Maaf kalau aku
kurang sopan.” Yi Soo pamit dan segera pergi dari rumah Do Jin.
Diluar
gedung apartemen Yi Soo berjalan pelan dan berulang kali menengok ke
belakang berharap Do Jin mengejarnya. Tapi harapannya hanya sia-sia, Do
Jin tak keluar mengejarnya. Ia pun kecewa.
Meari
sendirian di jalanan menunggu Yoon yang tak kunjung datang. Ia
bolak-balik membuka ponselnya siapa tahu ada SMS dari Yoon walaupun itu
sekedar penolakan datang dari Yoon. Meari pun berusaha menelepon tapi
ponsel Yoon sibuk. Ia kesal sedang bicara dengan siapa Yoon sampai sibuk
seperti ini. Bahkan SMS-nya pun tak dibalas. Meari menitikan air mata
kecewanya.
Meari memutuskan uantuk pulang, ia
menyetop taksi tapi berulang kali taksi lewat tak ada yang berhenti
untuk membawanya. Meari kembali menangis, “Bahkan taksi-pun tak mau
berhenti untukku.”
Tiba-tiba
ada taksi yang berhenti tepat di depan meari, “Apa kau penumpang 1101,”
kata supir taksi. Meari menjawab bukan dengan nada lemah. Tapi kemudian
ia terkejut karena itu nomor ponsel Yoon, ia pun segera masuk ke dalam
taksi.
Meari meminta ponsel si supir untuk
memastikannya dan ternyata benar itu nomor ponsel Yoon. Ia menyuruh
supir taksi untuk menelepon nomor pria ini. Meari beralasan kalau pria
ini berselingkuh anggap saja pak supir sudah menyelamatkan orang. Supir
taksi heran ternyata masih ada orang jahat seperti ini. Ia pun menuruti
apa yang diperintahkan Meari.
Meari menyuruh supir taksi untuk
mengatakan kalau si supir tak menemukan keberadaannya dan tanya dimana
pria ini. Si supir mengerti dan mengatakan apa yang diperintahkan Meari.
“Aku sudah melihat seseorang masuk ke
dalam taksi,” sahut Yoon. Supir taksi menyampaikan pada Meari kalau pria
ini bilang dia sudah melihat seseorang naik. Meari tahu kalau Yoon ada
disekitar sana, ia memberikan ongkos taksi tapi tak jadi naik. Ia
berterima kasih dan segera keluar dari taksi.
Ternyata
Yoon ada di seberang jalan. Bersembunyi dari jangkauan pandang Meari.
Meari celingukan mencari keberadaan Yoon, ia melihat Yoon berdiri di
seberang jalan. Ia senang bukan main.
“Oppa..” teriak Meari. Tanpa pikir
panjang Meari menyebrang jalan akan menghampiri Yoon tapi jalanan
terlalu ramai ia hampir tertabrak mobil. Banyak mobil yang ngerem
mendadak karena Meari menyebrang sembarangan.
Yoon kaget dengan tingkah nekat meari. Ia cemas sekaligus panik, “hey... Im Meari apa yang kau lakukan?”
Meari tetap akan menyebrang jalan dan membuat mobil lain berhenti mendadak. Meari terkejut ia hampir tertabrak.
“Tidak. Kau akan meninggalkanku kan?” Meari terus lari dan ada mobil ngerem mendadak lagi.
Yoon makin panik melihatnya,
“Hei anak nakal apa yang kau lakuakn? Sudah kubilang itu berbahaya.”
Yoon berlari melompati pagar pembatas ke arah Meari. “Kau diam disana.
Aku akan datang padamu,” teriak Yoon panik.
Meari terkejut Yoon berlari ke arahnya. Ia pun mundur beberapa langkah tak menyangka Yoon membahayakan diri untuknya.
Yoon meraih tangan Meari dan menariknya ke tepi jalan.
Meari
masih shock melihat apa yang dilakukan Yoon. Yoon marah sebenarnya
berapa usia Meari, memangnya Meari masih TK atau SD. Bisa-bisanya
berlari-lari di tengah jalan raya seperti itu. “Bisa-bisanya kau membuat
pengacara menyebrang jalan tanpa memperhatikan lalu lintas? Apa kau
sudah gila?”
Meari
bilang kalau ia tak begitu Yoon akan pergi meninggalkannya begitu saja.
Yoon berkata kalau ia memiliki alasan untuk melakukannya, “Karena kau
sekarang sudah dewasa bersikaplah layaknya orang dewasa dan jangan
menelepon atau mengirim SMS lagi. Apa kau terluka atau dalam bahaya tak
ada hubungannya denganku. Walimu bukan aku tapi Tae San.”
Meari menangis, “Lalu kenapa kakak datang hari ini? Bukankah karena kakak mengkhawatirkan aku.”
Yoon
: “Itu karena aku mengkhawatirkan diri sendiri, takut aku mungkin akan
mengkhawatirkanmu. Tapi mulai sekarang aku tak akan datang lagi.”
Yoon
menyetopkan taksi untuk Meari. Meari bertanya apa Yoon tak akan
mengantarnya pulang. Yoon minta Meari berhenti mengeluh. Ia menarik
Meari masuk ke taksi. Yoon sendiri pulang jalan kaki meninggalkan Meari
yang terus menangis.
Jam
sekolah usai, Yi Soo pulang dengan langkah lemas. Guru Park
menghampirinya. Guru Park celingukan. Ia bertanya-tanya kenapa ia tak
melihat pria yang datang menjemput Yi Soo waktu itu. Ia menebak apa Yi
Soo putus dengan pria itu. Yi Soo menyangkal kalau ia tak memiliki
hubungan yang seperti itu.
Guru Park menebak kalau Yi Soo
pasti dicampakkan. Ia sadar betul bagaimana mungkin pria seperti dia
menyukai wanita tua karena ia sendiri pernah berkencan dengan pria
seperti itu ketika maish lajang. Pria seperti itu sangat teliti dengan
penampilan wanita, usia dan lainnya. Ia menawarkan bagaimana kalau Yi
Soo berkencan dengan adik iparnya. Dia tampan, bukankah Yi Soo sudah
bertemu dengan suaminya karena adik iparnya ini mirip dengan suaminya.
Yi Soo menolak tak usah.
Yi Soo menerima telepon dari Meari. Guru Park melihat siapa yang menelepon. Ia menawarkan apa ia boleh menjawab teleponnya.
Yi Soo menemui Meari di Mango Six. Ia memilih duduk di dekat jendela, tempat duduk Do Jin dulu ketika awal bertemu dengannya.
Meari heran karena Gurunya ini
selalu menatap ke luar siapa yang sedang ditunggu gurunya. Yi Soo tak
menjawab ia malah bertanya sampai pukul berapa kafe ini buka. Meari
tanya kenapa.
Manajer
kafe memanggil Meari karena ponsel Meari berdering. Tae san menelepon
adiknya. Tae San meminta Meari mendengarkan apa yang ia katakan.
“Ini barang terbaru yang
diimport langsung dari Hongkong.” Ternyata Tae San tengah berada
disebuah toko pakaian. Ia berniat membeli pakaain dengan fashion yang
disukai Se Ra. Ia menelepon untuk meminta pendapat adiknya.
Tae San bertanya kalau pacar
Meari memakai jeans seperti yang ia sebutkan cirinya apa dia akan
terlihat tampan. Meari menjawab tentu saja akan terlihat tampan. Meari
ingat kalau jeans tipe itu termasuk jeans ketat. Tae San menutup
teleponnya.
Tae
San pun mencoba beberapa pakaian dengan jeans ketat. Yoon tak habis
pikir apa Tae San benar-benar akan memakai pakaian seperti itu.
Tae San meminta pendapat Yoon,
apa ia terlihat lebih muda. Karena menurutnya ia terlihat lebih muda
sepuluh tahun. Tapi menurut Yoon Tae San terlihat seperti orang bodoh.
Apa Tae San pikir Tae San itu G-Dragon. Ia meragukan apa Se Ra
benar-benar menginginkan Tae San memakai ini.
Tae San tak peduli ia tetap
membelinya. Karena ia itu tipe orang yang akan memakai apa yang Se Ra
ingin ia pakai. Ia menilai Yoon tak akan mengerti, yang namanya kejutan
itu sangat diperlukan diantara sepasang kekasih. Kebanyakan pria mungkin
akan menyalakan lilin, menabur bunga, dan meniup balon tapi inilah
kejutan darinya untuk Se Ra. Kalau ia bisa membuat Se Ra tertawa dengan
memakai pakaian ini, ia akan sangat puas.
Yoon
menghela nafas, “Di kehidupan selanjutnya aku berencana menjadi
pacarmu. Tae San-ssi.” Ucap Yoon dengan logat dan gaya mirip wanita.
Tae San pun keluar dari Toko pakaian sambil menari dan menyanyikan lagu ‘Pretty woman’
Tae
San dan Se Ra janjian bertemu. Se Ra celingukan mencari keberadaan Tae
San. Tae San muncul dengan gaya sok gaul ala anak muda jaman sekarang,
ia melambaikan tangan pada Se Ra.
Sera tertawa terpingkal-pingkal
melihat penampilan Tae San. Tae San menari-nari tak karuan ala anak
muda. Semua orang memandang Se Ra yang tertawa tanpa henti melihat
penampilan Tae San. Ia pun bejalan menjauh.
Tae
San heran dan mengejar Se Ra. Se Ra tak mau deket-deket Tae San dengan
dandanan seperti itu. Ia minta Tae San pura-pura tak mengenalnya karena
ini sangat memalukan. Tae San heran bukankah Se Ra bilang kalau pria
yang memakai jeans ketat itu akan terlihat tampan.
“Itu kalau mereka masih muda,” kata Se
Ra. “Memangnya pahamu yang besar itu cocok memkai jeans ketat?” Tapi
menurut Tae San paling tidak penampilannya itu lucu dan targetnya
tercapai, membuat Se Ra tertawa.
Se Ra menggandeng lengan Tae San dan
bertanya mereka akan pergi kemana. Tae San berkata kalau ia merasa lelah
sekali. Se Ra mengerti dan mengajak Tae San pergi. Tae San girang bukan
main.
Ada
yang datang ke rumah Do Jin, Jung Rok. Jung Rok membawa dua koper
besar. Do Jin paham dan langsung menolak. Ia tak mau kalau ada laki-laki
lain yang tinggal di rumahnya.
Yoon mendesah kesal apa Jung Rok
benar-benar ingin diceraikan oleh Min Suk. Kalau Min Suk membawa stempel
cerai ke kantornya besok apa yang akan Jung Rok lakukan.
Jung Rok : “Kenapa kau membicarakan masalah sepenting itu di depan pintu?”
Jung Rok ingin duduk tapi Do Jin
dan Yoon menahan dan mendorong Jung Rok. Jung Rok kesal kalau begitu
apa yang harus dilakukannya, ia tak bisa pergi ke rumah Tae San karena
disana ada Park Min Suk kecil (Meari)
Yoon : “Kalau begitu kenapa kau membuat banyak masalah?”
Jung Rok kembali meyakinkan
kalau kali ini ia benar-benar tak bersalah. Walaupun ia sudah mengakui
semua yang tak pernah ia perbuat sebelumnya, pernahkah temannya ini
melihat ia menyangkalnya. Do Jin menyindir kalau Jung Rok sangat hebat,
ia tak mau tahu ia ingin keluar.
Yoon menatap tajam Jung Rok, “Kau tidur di sofa, kalau kau berani masuk ke kamarku kau mati.”
Jung Rok berbasa-basi mengucapkan terima kasih karena sudah menyambutnya. Ia pun langsung membaringkan tubuhnya ke sofa.
Jung
Rok melihat di meja ada ponsel milik Do Jin, ia celingukan melihat
sekeliling. Ia pun penasaran dan mengutak-atik ponsel Do Jin. Ia mencari
nama mantan pacar Do Jin yang ia ketahui tapi semuanya tak ada. Do Jin
sudah tak menyimpannya, mulai dari So Yeon, Yeo Jin, sampai yang
terakhir Eun Jae.
(wow Do Jin memang benar-benar sudah berubah ya)
Tiba-tiba ponsel Do Jin berdering ada SMS masuk. Dari Yi Soo. Jung Rok ingin tahu dan membacanya.
‘Tae San-ssi kalau dia tahu aku menunggunya... apakah dia akan datang?’
Jung Rok bingung bukankah ini
ponsel Do Jin tapi kenapa Yi Soo menyebut Tae San. Ia menebak Yi Soo
salah mengirim SMS dan mengirimkan pesan itu ke nomor Tae San
menggunakan ponsel Do Jin.
Ponsel
Tae San mendapat kiriman SMS yang dikirim Jung Rok menggunakan ponsel
Do Jin. Tapi Tae San mengabaikan SMS yang masuk karena ia sendiri sedang
bergulat dnegan Se Ra di balik selimut hahaha.
Do Jin berjalan melamun sendirian. Yi Soo berada di Mango Six duduk di tepi jendela memandang keluar.
‘Tae
San-ssi aku sekarang ada di kafe tempat Kim Do Jin dan aku pertama kali
bertemu. Kalau dia tahu aku menunggunya. Apakah dia akan datang?’
Itu SMS lengkap yang dikirim Yi Soo ke Do Jin dan dibaca oleh Jung Rok tadi. Ia terus menunggu dan berharap Do Jin datang.
Sementara Do Jin mengingat ketika ia berjalan beriringan dengan Yi Soo tapi saat itu Yi Soo tak menyadari kehadirannya.
Do
Jin kembali ke rumah dan melihat Jung Rok duduk santai menonton
tayangan balapan (kayaknya) dengan cemilan dan minuman di meja. Melihat
kedatangan Do Jin, Jung Rok langsung bersikap sopan.
Do Jin tanya dimana Yoon. Jung
Rok mengatakan kalau Yoon kemungkinan sudah tidur. Do Jin kembali
bertanya kenapa Jung Rok belum tidur, “Matikan lampunya boros listrik,”
sahut Do Jin. Jung Rok mengerti dan segera mematikannya karena ia juga
mau tidur.
Ponsel
Do Jin berdering ada telepon dari Tae San. Tae San tanya SMS apa yang
dikirim Do Jin ke nomornya. Do Jin bingung SMS apa karena memang ia tak
mengirim SMS ke Tae San. Tae San menyampaikan bunyi SMS yang ia terima.
Do Jin makin bingung apa yang dibicarakan Tae San siapa yang mengirim
SMS seperti itu.
Jung
Rok yang mendengar Do Jin membicarakan SMS dengan Tae San langsung
berseru kalau ia yang mengirim SMS itu pada Tae San, “Baru saja Guru Seo
mengirim SMS ke ponselmu yang ditujukan untuk Tae San jadi aku hanya
meneruskannya pada Tae San. Kelihatannya dia sedang berkonsultasi pada
Tae San mengenai masalah hubungan kalian. Aku takut dia malu kalau
mengetahui dia salah kirim SMS.”
Do Jin yang paham SMS sapaan dengan
nama Tae San kaget dan segera menutup teleponnya. Ia membentak Jung Rok
kenapa tak bilang dari tadi. Jung Rok yang tak tahu apa-apa jadi
bingung. Do Jin tanya sudah berapa lama Yi Soo mengirim SMS itu. Jung
Rok mengira-ngira waktunya, “Satu jam, Satu setengah jam yang lalu.”
Do Jin melihat SMS yang dikirim Yi Soo
dan mencocokan dengan jam tangannya, “1 jam 42 menit.” Do Jin sangat
kesal pada Jung Rok dan bergegas mengambil kunci mobilnya. Jung Rok
makin bingung karena ia berfikir apa yang dilakukannya sudah benar.
Yi
Soo masih menunggu Do Jin, berharap pria ini segera datang menemuinya.
Suasana kafe sudah sepi, tak ada pengunjung satu pun. Yi Soo sedikit
tersenyum karena ia sangat yakin kalau Do Jin akan datang.
Do Jin memacu mobilnya cepat menuju Mango Six, ia berharap Yi Soo masih berada di sana menunggunya.
Do
Jin sampai di Mango Six, ia celingukan tapi tak menemukan Yi Soo
dimanapun. Ia melihat di dekat jendela ada minuman bekas pelanggan, ia
yakin kalau tadi Yi Soo ada disana. Ia pun duduk di tempat Yi Soo duduk
tadi.
Do
Jin duduk sambil menatap minuman yang ditinggalkan Yi Soo. Kemudian
pandangannya tertuju keluar dan disana ia melihat Yi Soo berdiri di luar
kafe menatapnya. Keduanya bertatapan lama.
Do Jin mengambil pena dan menuliskan sesuatu di tisu lalu menempelkannya ke jendela agar Yi Soo bisa membacanya.
‘Janji pertama hari ini adalah Seo Yi Soo’
Keduanya
tersenyum, Yi Soo berjalan mendekat ke arah jendela dan perlahan sambil
memejamkan mata Yi Soo mencium jendela tepat tulisan Do Jin tadi
menempel.
Bersambung ke episode 11
Tidak ada komentar :
Posting Komentar