Mereka
berempat berada di mobil Yoon menyusuri jalan raya. Keempatnya
mengagumi kalau hari ini sangat cerah. Yoon menawarkan bagaimana kalau
mereka mencari makanan. Jung Rok setuju. Tae San menyahut kalau naik
Betty pasti mereka dilarang makan apapun, tapi karena ini naik mobilnya
yoon jadi it’s ok lah hehe...
Mobil berhenti di lampu merah.
Keempatnya bernyanyi-nyanyi. Tapi tiba-tiba brak... ada yang menabrak
mobil Yoon dari belakang. Keempatnya langsung terdiam kaget. “Apa itu?
Apa kita baru saja mengalami kecelakaan?” tanya Yoon.
Do
Jin menoleh ke belakang, “Mobil sedan besar pengendaranya pria berusia
20-an. Pasti mobil ayahnya. Tak usah bersikap lunak padanya!”
“Semuanya, leher!” ucap Tae San.
Keempatnya
keluar dari mobil sambil memegangi leher masing-masing, pura-pura
terluka padahal mereka tak apa-apa. (busyet Yoon yang seorang pengacara
aja mau ngelakuin hal kekanakan kayak gini hahaha) Pemuda pengendara
mobil yang menabrak juga ikut keluar.
“Aduh pinggangku!” ucap Yoon sambil memegangi leher dan pinggangnya.
“Ouch tulang belakang ketigaku!” rintih Tae San memegangi lehernya.
“Aduh gigiku!” kata Jung Rok sambil memegangi lehernya heheh.
“Aduh lututku!” Do Jin meringis memegang lututnya. Hahaha.
Jung Rok memarahi pemuda itu,
apa pemuda itu tahu siapa mereka. Mereka adalah orang yang bisa
mengguncang pondasi Republik Korea. Tae San mengeluhkan akan jadi
seperti apa negara ini karena kecelakaan terjadi didalam negara yang
diatur oleh hukum. Pemuda itu meminta keempatnya menunggu sebentar, ia
minta izin mau menelepon. Keempatnya tertawa dan mereka juga
mengeluarkan ponsel masing-masing akan menelepon seseorang sebagai
ancaman terhadap pemuda itu.
Yoon
langsung menelepon hakim dan mengatakan kalau ia mengalami kecelakaan
lalu lintas. Tae San menelepon kantor polisi ingin bicara dengan kepala
polisi. Jung Rok menghubungi istrinya dan meminta istrinya menghubungi
koneksi istrinya di kantor pemerintahan.
Do Jin siapakah yang dia
hubungi. N.I.S.I (sebuah institute negeri di Korea untuk investigasi
ilmiah) ia ingin bicara dengan Dr Yoon Ji Hun. Lha kok nelepon tim
peneliti ilmiah.
Keempatnya terus menelepon orang
yang mereka tuju tapi sebenarnya tak terhubung sama sekali niat
keempatnya hanya ingin menggertak pemuda ini.
Yoon mengaku kalau ia tak terluka
parah hanya.... Tae San berkata kalau leher belakangnya sedikit kaku
tapi menurutnya yang namanya efek kecelakaan tidak akan langsung
terlihat setelah kecelakaan terjadi.
Do Jin lebih mengagetkan, “Apa
Dr Yoon Ji Hun meninggal?” Ketiga temannya heran menatap Do Jin kenapa
menghubungi orang seperti itu untuk mengancam.
Pemuda
itu mengeluarkan sebuah kartu nama dan menghubungi seseorang, ternyata
ia menghubungi perusahaan asuransi. Ia mengatakan kalau ia mengalami
kecelakaan dan menabrak bagian belakang sebuah mobil. Ia mengakui itu
kesalahannya. Keempatnya kaget karena pemuda itu menghubungi perusahaan
asuransi. Keempatnya tahu kalau berurusan dengan perusahaan asuransi
proses menunggunya akan lama.
Pemuda itu minta maaf dan mengatakan
kalau seseorang dari perusahaan asuransi akan datang dalam waktu 10
menit, “Apa kalian terluka parah?” Keempatnya langsung bersikap normal
seolah tak terjadi apa-apa.
Mereka
pun menunggu lama tapi seseorang dari perusahaan asuransi itu pun tak
kunjung datang. “Kepala polisi?” Gumam Yoon “Memangnya kau tahu seperti
apa wajah kepala polisi itu?”
Tae San balik menanyakan
bagaimana dengan Yoon sendiri. Ia beralih ke Jung Rok kenapa menelepon
Min Suk. Jung Rok berkata karena untuknya istrinya adalah pemilik
kedudukan tertinggi. Ia pun bertanya-tanya Apa N.I.S.I? Do Jin berkata
kalau ia hanya ingin menemukan seseorang dari bidang yang berbeda. Ia
mengeluh kenapa lama sekali seseorang dari perusahaan asuransinya.
Keempatnya lelah dan bosan menunggu lama.
Suara Do Jin : “Menelepon perusahaan
asuransi setelah mengalami kecelakaan bukanlah hal yang tak kami
ketahui. Tapi hari itu kami menggunakan trik kotor orang dewasa yang
sangat kami benci ketika kami masih berusia 20-an. Kalau kau mempersulit
masalah sederhana yang bisa diselesaikan dengan mudah atau berbohong
demi mendapat keuntungan materi. Sayangnya, kau mungkin saja akan
menjadi salah satu diantara ahjussi atau orang tua yang dibenci.”
Sinopsis A Gentleman’s Dignity Episode 18
Yoon
melamun di kantor. Sambil memandang gelang hitamnya ia
menimbang-nimbang apa yang harus dilakukannya dan keputusan apa yang
harus ia ambil.
Do
Jin dan Yi Soo masuk ke ruangannya. Ia segera menutup gelangnya dengan
buku. Do Jin menanyakan kenapa ponsel Yoon mati, ia menyampaikan kalau
Meari pergi dan dia sudah berada di bandara. Yi Soo menambahkan kalau
Meari hanya mengirim SMS padanya, handphone-nya juga sudah dimatikan.
Yoon diam saja. Do Jin bertanya apa Yoon akan membiarkan Meari pergi
begitu saja.
Jung
Rok masuk ke ruangan Yoon tergesa-gesa dan mengataan Meari pergi ke
Amerika dan berangkat hari ini. Melihat disana juga ada Do Jin dan Yi
Soo, ia menebak kalau mereka semua pasti sudah tahu perihal kepergian
Meari. Yoon masih terdiam.
Do Jin melihat jam tangannya dan
berkata Yoon masih bisa melihat Meari kalau berangkat sekarang dengan
menginjak pedal gas mobil. Jung Rok menambahkan mungkin saja Meari masih
di loket tiket karena dia tak terlalu bersemangat. Yi Soo mengatakan
kemungkinan lain yang terjadi, menurutnya mungkin saja Meari sibuk
berbelanja dan ketinggalan pesawat. Do Jin mengatakan kemungkinan yang
lain, obat-obatan terlarang atau senjata api mungkin ditemukan di
tas-nya.
Jung Rok : “Seorang pria asing
mungkin membawa tas yang sama persis dengannya dan tas mereka tertukar
lalu mereka saling jatuh cinta!” (drama banget om hahaha)
Do Jin dan Yi Soo langsung menatap
kesal ke arah Jung Rok. Sadar kalau ucapannya tak masuk akal Jung Rok
langsung terdiam dan meralat kalau Meari mungkin sekarang sedang
menunggu Yoon.
Yoon
meminta ketiganya lebih baik sekarang pergi karena besok ia ada sidang
gugatan. Do Jin mengumpat dasar bodoh, sidang gugatannya besok tapi
Meari pergi sekarang. Yoon kembali terdiam.
Setelah
ketiga temannya pergi Yoon merenung. Haruskah ia membiarkan Meari pergi
lagi, haruskah ia terus memungkiri perasaannya. Yoon mengambil
keputusan ia mengambil kunci mobil dan bergegas menyusul Meari ke
bandara.
Seperti
yang kita tahu Yoon menarik Meari keluar dari bandara. Meari cemas
bagaimana kalau kakaknya tahu tentang hal ini. Yoon langsung menarik
Meari ke pelukannya, Meari jelas terkejut dengan perlakukan Yoon yang
tiba-tiba. Yoon memeluknya sangat erat seolah tak ingin melepaskannya.
“Aku mencintaimu, Im Meari!”
Ucap Yoon penuh perasaan. Meari terkejut campur rasa haru mendengar Yoon
mengungkapkan perasaan terhadapnya. “Telah membuatmu menderita
sendirian aku minta maaf. Karena terlambat mengungkapkan perasaanku, aku
minta maaf.” Air mata Meari perlahan menetes. Yoon melepas pelukannya.
“Jangan
pergi kemanapun juga. Aku tak akan pernah melepaskanmu lagi.” Yoon
mengusap lembut air mata Meari yang menetes. “Aku datang kesini bukan
untuk mencegahmu pergi ke Amerika tapi untuk membuatmu tetap di sisiku.
Mulai sekarang aku akan menunjukan perasaanku dengan berani. Mulai
sekarang ikuti saja aku, aku yang akan mengurus semuanya. Walaupun jalan
yang kita lalui mungkin akan sulit dan meresahkan tapi aku tak akan
pernah melepaskanmu lagi. Aku tak akan membiarkanmu sendirian lagi.”
Meari mengangguk dengan air mata yang terus berlinang. Yoon kembali memeluknya erat.
Min
Suk berada di parkiran kafe. Ia menghubungi seseorang dan akan menunggu
di parkiran. Ia melihat mobilnya sangat kotor dan heran kenapa Jung Rok
tak mencuci mobil.
Ia
melihat ada yang aneh dengan kotoran di mobilnya. Ia mengamati bagian
atas mobil yang seperti terkena sapuan benda yang biasa dilalui ketika
sebuah mobil masuk ke parkiran hotel. Min Suk mencurigai suaminya pergi
ke hotel bersama wanita lain.
Tae
San sampai di rumah setelah melakukan perjalanan bisnisnya. Ia melepas
lelah di kursi. Kemudian terdengar suara bel rumah, ia melihat kalau
yang datang itu Yoon seorang diri, Tae San membukakan pintunya.
Tae San langsung berbalik
setelah membuka pintu dan bertanya apa Yoon sudah makan bagaimana kalau
keduanya makan malam bersama. Tapi langkah Tae San terhenti karena ia
mendengar suara lain. Ia pun menoleh dan terkejut melihat Yoon membawa
tas Meari.
Bersamaan dengan itu Meari masuk
ke rumahnya dengan wajah tertunduk. Tae San jelas shock melihat semua
ini, ia berusaha menguasai dirinya atas keterkejutan yang baru saja ia
lihat. Yoon berkata kalau ia menjemput Meari, ia akan mengantar Meari
masuk, Yoon menggandeng tangan Meari. Tae San masih tak percaya kenapa
semua ini terjadi.
Tae San terbata-bata, “Kau... bagaimana mungkin? Choi Yoon Pal, kenapa kau tega?”
Yoon menyadari kesalahannya, “Aku minta maaf, kalau aku membiarkannya pergi sekarang aku akan kehilangan dia selama-lamanya.”
Tae San berkata kalau Yoon lebih
baik kehilangan Meari selamanya. Apa yang harus ia lakukan sekarang.
“Meminta maaf seperti ini padaku, katakan padaku apa yang harus
kulakukan?”
Tae San beralih menatap adiknya yang menangis, “Im Maeari apa kau tak mau berhenti?”
Yoon meminta Tae San lebih baik menyalahkannya, apapun itu ia akan menanggungnya. Ia akan menanggung semua konsekuensinya.
“Aku sudah mempertimbangkannya
seribu kali dan seribu kali kujawab ‘tidak’, aku sudah melakukan yang
terbaik untuk menahannya tapi ketika kudengar Meari akan pergi lagi
duniaku terasa runtuh. Saat itu juga aku menyadari bahwa masalah ini
tidak bisa diselesaikan dengan bersembunyi, seharusnya aku mengakui
perasaanku sejak awal.
Maaf, karena selama ini sudah
membuat Meari menangis. Aku akan menyayanginya. Aku akan menyayangi
Meari sepanjang sisa hidupku. Tae San, ini permintaanku yang pertama dan
terakhir. Tolong maafkan aku sekali ini saja.”
Tae San : “Kau... apa sudah siap kehilangan aku? Im Meari, apa kebahagiaan seperti ini yang kau inginkan?”
Air mata Meari semakin menetes, “Kakak tolong maafkan aku kali ini saja.”
Tae San : “Bukankah sudah
berkali-kali aku memaafkanmu? Aku menyesal sekarang. Aku tak pernah
menyangka kalian berdua tega melakukan ini padaku. Akulah yang bodoh,
akulah yang gila!”
Meari : Kakak?
Tae
San : “Mulai sekarang aku sudah kehilangan kalian berdua. Im Meari, kau
keluar dari rumah ini. Ini bukan rumahmu lagi dan aku bukan kakakmu
lagi!”
Tae San segera naik ke kamarnya. Meari menangis histeris, “Kakak.. kakak.. kakak.. kakak..!”
Yi
Soo, Do Jin dan Jung Rok berada di Mango Six. Jung Rok menilai kalau
gadis bodoh itu (Meari) sebalumnya dia selalu melawan sepanjang hidupnya
tapi sekarang kenapa dia patuh. Kalau dia sepatuh ini kenapa dia tak
pernah mendengar kata-katanya.
Do
Jin mengeluarkan lotion dari tas-nya. Ia mengatakan kalau Meari itu
cerdas. Yi Soo bertanya-tanya apa mereka berdua sudah bertemu. Jung Rok
malah balik bertanya apa menurut Yi Soo, Meari akan benar-benar pergi.
“Dia pergi 1 tiket, mereka
beretmu 2 tiket!” sahut Do Jin sambil mengoleskan lotion ke tangan Yi
Soo. Yi Soo tanya kenapa bisa seperti itu. Do Jin berkata kalau ia
adalah contoh pria yang pernah kehilangan seseorang dan menemukannya
kembali, perasaan bahwa dunia akan kiamat ia sudah pernah menjalaninya.
Yi Soo risih Do Jin mengoleskan
lotion ke tangannya, ia merasa tak enak karena terus dilihat Jung Rok.
Tapi Do Jin tak peduli ia terus mengoleskannya. Tapi sesaat kemudian Yi
Soo pun tersenyum menikmatinya. Jung Rok jelas risih melihat kemesraan
keduanya, “Walaupun kau jatuh cinta memakaikan lotion ke tangannya itu
sudah berlebihan. Berlebihan.”
Do
Jin heran apa Jung Rok tak pernah melakukan ini ketika Jung Rok pacaran
dengan Min Suk. Ingin melakukan sesuatu untuknya, mengkhawatirkan
ketika dia sendirian. “Aku akan marah sekali kalau wanita ini makan
sendirian. Bukan, kalau aku tak menyuapinya bisakah dia melakukannya
sendiri?” (wekekeke)
Yi
Soo tertawa, Jung Rok mual mendengar gombalan Do Jin, “Aih.. gw
tiba-tiba pengen muntah!” katanya. Jung Rok kesal melihatnya, “Kalau ini
dibiarkan terus kalian mungkin akan menciumi jendela lagi. Manusia
normal menciumi jendela orang lain tanpa alasan sama sekali.” Yi Soo
terkejut bagaimana Jung rok bisa tahu, tepat saat itu ponsel Yi Soo
berdering. Yoon yang meneleponnya. Yoon meminta bertemu dengan Yi Soo.
Yi
Soo dan Yoon duduk di bangku taman. Yi Soo menebak pasti keputusan yang
Yoon ambil itu sangat sulit. Yoon minta maaf karena sudah membuat Yi
Soo menemuinya disaat situasi seperti ini. Yi Soo tak masalah ia sudah
lama mengenal Yoon tapi apa yang Yoon lakukan sekarang menurutnya adalah
yang paling keren. Yoon menyangkal apa kerennya pria seperti itu yang
sudah membebani temannya sendiri.
Yi Soo : “Sebagai seseorang yang
sudah mengalami hal seperti ini sebelumnya maka nasihatku untukmu
adalah pada awalnya beban itu terasa sangat berat untukku sampai aku tak
bisa melangkah setapak pun. Tapi tiba-tiba aku menyadari ‘ah.. beban
ini adalah berat hati’ seberapa besar cinta dan kebahagaiaan dapat
diukur dengan seberapa besar beban yang kau miliki. Aku menyadari bahwa
aku benar-benar... mencintainya...”
Yoon setuju dan akan sangat baik
kalau Tae San bisa memahami itu. Yi Soo yakin kalau Tae San akan
memahaminya, jadi Yoon tak perlu khawatir.
Ada
sesuatu yang ingin Yi Soo sampaikan pada Yoon. Ia tahu kalau ini agak
terlambat mengatakannya tapi ia ingin berterima kasih. Yoon tanya untuk
apa. Yi Soo bilang kalau ia sudah tahu orang yang menolongnya di kafe,
orang yang menolongnya menyelesaikan perselisihan itu adalah oppa-oppa.
Yi Soo tahu pasti kalau mereka (anak tiri ibunya) mungkin akan
menghubungi Yoon. Ia berpesan kalau mereka menghubungi Yoon tolong
beritahu padanya. Ia tak ingin membebani mereka berempat.
Yoon berjanji akan menghubungi
Yi Soo begitu mereka menghubunginya, karena sekarang ia sudah menjadi
penasehat hukum Yi Soo. Yi Soo sudah mengurus Meari setidaknya inilah
yang bisa ia lakukan untuk membalasnya.
Yoon penasaran bagaimana Yi Soo
tahu kalau mereka berempat ada disana. Yi Soo mengatakan kalau kalian
berempat memecahkan gelas dan pergi tanpa membayar ganti rugi. Yoon
ingat itu ia jadi tak enak hati. Yi Soo berkata kalau menolong adalah
menolong, uang adalah uang. Ia berencana mengumpulkan setiap sen-nya dan
kalau Tae San tak merestui hubungan Yoon dengan Meari haruskah ia
membuat Tae San yang membayar semuanya. keduanya tertawa tapi tawa Yoon
lebih mengarah ke tertawa pahit.
Se
Ra terkejut mengetahui kalau yang mencegah kepergian Meari adalah Yoon.
Meari mengangguk pelan. Se Ra cemas apa kakak Meari mengatahui ini.
Dengan perasaan sedih Meari mengatakan kalau setelah ia pulang ke rumah
dengan Yoon kakaknya mengusir dirinya dan Yoon. “Katanya dia tak punya
adik seperti aku.”
Se Ra tak menyangka apa Meari pergi
karena Tae San menyuruh pergi. Meari bilang apa yang bisa ia lakukan
kakaknya marah sekali. Se Ra heran kenapa Meari tetap melakukannya,
meninggalkan Tae San sendirian. Ia tanya apa tak apa-apa kalau Meari ia
tinggal sendirian. Ia berpesan agar Meari Tidur yang nyenyak.
Meari berterima kasih, Se Ra bilang
kalau ia tak butuh terima kasih dari Meari, “Kau urus pacarmu, aku akan
mengurus pacarku. Aku akan memberitahunya kalau kau ada disini dia pasti
sangat mengkhawatirkanmu.”
Tae
San berdiam diri di rumah. Ia membiarkan rumahnya dalam keadaan gelap.
Hanya ada lampu kecil yang menerangi ruang tamu. Ia mendengar kalau ada
seseorang menekan password rumahnya, terdengar suara Se Ra bertanya
dimana dirinya.
Tae
San langsung duduk lemas. Se Ra heran kenapa Tae San tak menyalakan
lampu. Se Ra melihat kalau wajah Tae San benar-benar murung, ia mengerti
perasaannya dan berusaha menghibur Tae San, “Apa kau tak apa-apa?” Tae
San diam saja.
Se
Ra memberi tahu kalau sekarang Meari ada di rumahnya. Tae San tetap
diam. Se Ra memeluknya memberi semangat, Tae San langung menitikan air
mata. Se Ra berkata kalau semuanya akan baik-baik saja.
“Gadis nakal itu menyakiti hati
kakaknya seperti ini. Im Meari, dia pasti akan mendapat balasan dariku.
Beraninya dia membuat pacarku menangis. Aku akan membuat perhitungan
dengannya!” Se Ra menemani Tae San yang tengah dirundung kesedihan, ia
terus berusaha menghiburnya.
Min
Suk di rumah menahan kesal. Tepat saat itu Jung Rok pulang, ia heran
kenapa tak bisa menghubungi istrinya seharian ini, istrinya juga tak ada
di parkiran (oh jadi Min Suk diparkiran tadi nungguin Jung Rok) Min Suk
diam menahan marah.
Jung Rok akan menceritakan
perihal Yoon dan Meari, tapi Min Suk menyela dan bertanya apa Jung Rok
pergi ke motel. Jung Rok heran, “Motel? Apa bahkan mereka pergi ke
motel? Kapan?”
Min
Suk makin kesal apa Jung Rok pikir sekarang ini ia sedang bercanda
bukan mereka tapi Jung Rok yang pergi ke motel. Jung Rok makin heran,
“Aku? Ke motel? Motel apa?”
Jung Rok kemudian ingat dan
membenarkan, ia mengatakan kalau Tae San buru-buru pergi ke Chuncheon
untuk melakukan perjalanan bisnis jadi ia membawakan bajunya ke sana.
Min Suk jelas tak menyangka bahkan sekarang Jung Rok tanpa ragu-ragu
lagi mengatakannya, ternyata banyak latihan sudah membuat Jung Rok
terlihat lancar.
Jung Rok sekarang paham istrinya sudah
menuduh yang bukan-bukan bahkan kemarin Min Suk juga melakukannya di
pesta. Ia mengatakan kalau ia jujur, tanyakan saja pada Tae San kalau
Min Suk tak percaya. Min Suk jelas tak percaya karena suaminya ini
selalu bersekongkol dengan mereka, berlagak seolah-olah tak berbuat
kesalahan.
Jung Rok mulai kesal, apa maksud
istrinya ia bersekongkol. Ia bisa gila kalau dituduh macam-macam seperti
ini. Ia mengerti kenapa Min Suk bersikap seperti ini, itu terjadi
karena ia sering melakukan kesalahan tapi kali ini ia memang tak
melakukannya. Kalau Min Suk tetap tak percaya tanya saja pada Meari
karena dia yang meminta dirinya menolong Meari.
Min Suk menilai kalau Jung Rok sedang
menggunakan taktik tarik mengulur-ulur waktu. Ia meninggikan suaranya
kalau Meari sedang dalam perjalanan ke Amerika bagaimana mungkin ia bisa
meneleponnya sekarang. Suara Jung Rok ikut meninggi dan berkata kalau
Meari tak jadi pergi karena Yoon mencegahnya. Ia sadar kalau apapun
penjelasannya Min Suk tak akan percaya, jadi ia menyarankan istrinya
lebih baik menghubungi Meari sekarang juga.
“Apa
kau pikir aku tak berani melakukannya?” Min Suk segera menghubungi
Meari. Jung Rok tak menyangka apa Min Suk benar-benar akan melakukannya,
ia berharap istrinya ini tak mempermalukan diri di depan Meari. Min Suk
tak peduli kenapa kalau ia malu.
Min Suk pun langsung menanyakan ke Meari, “Kata bos-mu kau meminta dia pergi ke Chuncheon apa benar?”
Meari
: “Benar, aku bertengkar dengan kakakku jadi aku meminta Kak Rok untuk
pergi. Memangnya kenapa? Apa Kak Rok belum sampai di rumah?”
Min
Suk bilang tak apa-apa, ia mengerti. Jung Rok tanya Meari bilang apa,
bukankah yang dikatakannya tadi benar. Min Suk diam saja, Jung Rok
bertanya lagi apa Meari menyangkal semuanya. Min Suk berkata dengan nada
lemah dan menangis kalau yang dikatakan Jung Rok semuanya benar. Jung
Rok heran kalau memang benar lalu kenapa Min Suk menangis, apa Min Suk
merasa bersalah.
Min Suk : “Aku tak bisa melanjutkan ini. Aku benar-benar tak bisa melanjutkannya lagi. Kita bercerai saja.”
“Lagi! kau selalu minta cerai.
Aigoo.. minta maaf saja kalau kau merasa bersalah. Kenapa kita harus
bercerai? Sekali lagi kau mengatakan itu, aku akan marah padamu.” Kata
Jung Rok sambil memeluk istrinya kemudian ke kamar karena ia ingin
istirahat.
Min Suk masih berdiri menitikan air
mata, ia tak bisa melepaskan rasa berfikiran negatif terhadap suaminya.
Ia ingin menghilangkan perasaan seperti itu dan menurutnya bercarai
adalah jalannnya.
Colin
memainkan gitar di kamarnya (hmm irama lagu My Love nih) Do Jin masuk
ke kamar putranya dan melihat permainan gitar Colin. Ia mengetuk rak
buku memberi tanda kalau ia ada disana.
Do
Jin duduk di kursi orange dan bertanya tentang sekolah colin. Apa
menarik, apa menyenangkan. Colin berkata sejak kapan sekolah
menyenangkan. Do Jin mendesah pelan dan kembali bertanya apa Colin sudah
memiliki banyak teman. Colin berkata kalau ia memiliki satu, apa satu
bisa dianggap banyak. Do Jin ingin tahu siapa nama teman Colin ini.
Colin memberi tahu kalau nama temannya itu Kim Dong Hyub (what haha ini
kan anak yang terlibat perkelahian dengan Do Jin di episode 1)
Do Jin menebak apa Kim Dong Hyub itu
orangnya tangguh dan jantan. Colin menambahkan kalau Dong Hyub ini juga
malas belajar. Do Jin jelas tak suka Colin bergaul dan berteman dengan
orang yang seperti itu. Colin balik menyerang, memangnya paman Jung Rok
rajin belajar. Wekeke.
Do Jin ingin tahu kapan saat-saat yang
menjadi favorit Colin, tentu saja tidak termasuk jam makan siang dan
istrahat. Colin berkata kalau satu menit sebelum makan siang, satu menit
sebelum waktu istirahat itu saat yang paling ia sukai.
Do Jin : “Satu menit sebelum bertemu ayah kandungmu, masuk hitungan tidak?”
Colin tak menjawab, ia beralasan kalau ia ngantuk dan mengucapkan selamat malam pada ayahnya.
Do
Jin keluar dari kamar putranya dan berpapasan dengan Yoon yang baru
saja sampai di rumah. Do Jin langsung bertanya apa Yoon memasrahkan
pacar Yoon pada pacarnya. Dengan nada lemas Yoon menjawab ya dan
mengatakan kalau Tae San sudah mengusirnya.
Do Jin terkejut, “Benarkah?
Melihat mulusnya wajahmu sepertinya Tae San tidak memukulimu!” Yoon
bilang kalau hari ini kacau sekali.
Keduanya
duduk di kursi. Yoon bertanya apa Do Jin masih ingat ketika Meari masih
di SD seorang anak laki-laki memukulnya dan Tae San sangat murka.
Ketika dia sampai di rumah anak itu, dia menanyai anak itu apakah dia
tahu anak seperti apa Meari. ‘dia akan menjadi Miss korea, apa yang akan
kau lakukan?’
Do Jin ingat itu karena ketika
itu ia menemani Tae San. Bukan karena Meari terluka tapi karena tubuhnya
terlalu pendek untuk menjadi Miss Korea. Kenapa Yoon mengungkit hal
itu.
Yoon
: “Dia marah karena itu dan aku sudah mencuri hidup Meari. Dari sudut
pandang Tae San ini adalah sebuah penghianatan. Dia tak akan pernah
memaafkanku.”
Do Jin : “Cinta jahat ini, kenapa rasanya seperti perang? Apa yang bisa kubantu?”
Yoon bilang kalau ia tak
apa-apa, berilah dukungan pada Tae San. Ia harus (pantas) menderita
mengingat betapa pentingnya Meari bagi Tae San.
Yoon
dikamarnya, ia mengeluarkan kotak kecil dari dalam laci mejanya. Ia
memandang cincin pernikahannya, dengan tekad bulat dan penuh keyakinan
ia melepas cincinnya dan menyimpannya.
Di
Hwa Dam Do JIn menyuruh pegawainya agar menyampaikan pada Manajer Choi
untuk menyiapkan presentasi tentang proyek desa loteng, ia ingin
melihatnya segera dalam waktu 10 menit. Do Jin mengeluarkan kamera dan
melihat beberapa bangunan hasil fotonya. Tae San dengan wajah lemasnya
datang ke kantor dan minta maaf karena ia sudah terlambat datang.
Do Jin melihat kalau tampang Tae San sangat lusuh ia menebak sepertinya Tae San belum tidur, “Apa kau tak apa-apa?”
Tae San mengeluarkan sesuatu
dari saku celana dan menaruhnya dimeja, “Bukankah kau yang bilang? Kalau
kau berpura-pura baik-baik saja mungkin akan baik-baik saja. Apa yang
terjadi, benar-benar terjadi.” Tae San bertanya apa sekarang Yoon masuk
kerja.
Do
Jin : “’Apa Tae San sekarang masuk kerja?’ Yoon mengirim SMS seperti
itu padaku. Apa kau ingin kukirimi SMS-nya agar bisa membalasnya?”
Tae San mendesah kesal, Do Jin
mengatakan kalau tingkah Tae San ini tak akan menyelesaikan masalah dan
tentang masalah Meari ia pasti berada di pihak Tae San. Tae San heran
dan bertanya kenapa. Do Jin mengatakan kalau Yoon memintanya supaya
memihak Tae San. Katanya dia tak memerlukannya dan jangan mengganggunya.
Tae San makin kesal dan tak percaya.
Do Jin : “Aigoo, apa kau tak
mempercayaiku? Apa kau mau aku menggunakan kesempatan ini untuk
menendang Yoon? dan meminta pacarku untuk menendang Meari juga? Baiklah
kalau begitu aku akan melakukannya. Tendang dua orang itu ke jalanan
agar mereka....”
Tae San menyela, “Kenapa? Lebih baik kau belikan rumah saja untuk mereka.”
Do
Jin berkata kalau presentasinya sudah mau dimulai. Tae San berkata
kalau ia akan kesana. Tae San keluar kantor akan menghadiri presentasi
Manajer Choi. Do Jin menyusulnya tapi langkahnya terhenti di depan meja
Tae San, ia melihat sebungkus rokok dan koreknya. Ternyata masalah Meari
ini benar-benar membuat Tae San stres sampai melampiaskannya ke rokok
padahal mereka berempat sudah berhenti merokok.
Manajer
Choi memaparkan presentasi tentang desain desa loteng. Tae San melamun,
ia seperti tak mendengarkan apa yang disampaikan Manajer Choi. Do Jin
memperhatikan Tae San yang dari tadi diam melamun. Bahkan seluruh staf
desain juga memperhatikan presdirnya. Manajer Choi bertanya apa
presentasinya ini perlu diulangi.
Tae San tersadar dari
lamunannya. Do Jin menyuruh Manajer Choi tak usah menghiraukan Tae San
karena dia sedang menghadapi masalah keluarga. Tae San berkata kalau ia
mendengarkan semuanya, “Rumah dengan hembusan angin, ruangan yang
terbuka itu tak buruk.” Kata Tae San membuat staf desain tertawa,
ternyata benar Tae San mendengarkan hehe. Tae San heran kenapa staf-nya
tertawa. Ia mengancam kalau sekali lagi membuat keributan apa staf-nya
ini mau gajinya dipotong hahaha.. stafnya langsung diam melanjutkan
pekerjaan mereka.
Do
Jin menambahkan kalau secara umum konsep itu sudah baik tapi terkesan
membosankan karena kurang memiliki humor, “Apa itu humor?” tanya Do Jin
pada staf desainnya.
“Menyampaikan pendapatmu dengan sopan setelah evaluasi secara keseluruhan!” sahut staf desain bersamaan.
Tae San memberi saran sebaiknya
staf-nya ini melakukan sedikit revisi. Pemanas dan pendinginan, keamanan
dan aspek-aspek teknis ini adalah kerancuan yang umumnya terjadi pada
klien yang tinggal di apartemen. Sebagai referensi pendingin ruangan
pada proyek ini ia menyarankan lebih baik menggunakan sistem koding.
Stafnya mengerti dan segera melakukan apa yang disarankan Tae San tadi.
Do
Jin menopang wajahnya tersenyum imut menatap Tae San, “Ah Presdir Im
kami, dia kelihatan tak memperhatikan tapi ternyata penuh perhatian. Kau
mau makan apa? Aku yang traktir.”
Tae
San menyuruh Do Jin makan lebih dulu karena ia ada janji. Do Jin
merengut Tae San mengabaikannya begitu saja. Ia sewot, “Dengan siapa?”
Ternyata Tae San makan siang dengan Yoon. Tae San melihat kalau Yoon sudah tak mengenakan cincin pernikahannnya lagi. “Kau....”
Yoon sadar kalau Tae San memperhatikannya, “Cincin pernikahanku... aku melepasnya!”
Tae
San menarik nafas lemah dan berkata kalau ia akan menyederhanakan
masalah ini. “Seandainya suatu hari kau membawa pulang gadis berusia 24
tahun maka aku pasti akan mengatakan ini. ‘Hei pencuri’ tapi gadis 24
tahun itu adalah adikku, bagaimana mungkin aku bisa memahaminya? Tentang
Jung Ah, sebagai sahabat aku ikut merasakan kesedihan yang mendalam.
Tapi sebagai Kakak Meari, sangat berat bagiku untuk menerima masa
lalumu. Pikirkanlah dari sudut pandangku. Kalau kau jadi aku apa kau
akan setuju?”
Yoon berkata kalau ia memahami reaksi Tae San yang seperti ini karena reaksi ini sangat logis.
Tae San : “Tapi meskipun kau memahaminya, kenapa kau masih melakukan ini dan kenapa membuatku mengatakan hal itu? kenapa?”
Yoon : “Karena aku tak bisa menyerah. Aku tahu, aku pria jahat yang tak tahu malu. Aku juga tahu kalau kau merasa dirampok,”
Tae San : “Kau tahu tapi kau masih saja melakukannya? Meskipun aku tak mempercayai Meari tapi aku mempercayaimu.”
Yoon
: “Maafkan aku. Tapi Tae San, Meari sudah banyak menangis karena aku.
Aku sangat membenci itu. Jadi, aku tak akan membiarkannya menangis
lagi.”
Tae San : “Lalu bagaimana
dengan impiannya? Masa depannya. Sebenarnya, tentang keinginan Meari
untuk menjadi desainer tas sejujurnya aku tak menyukainya. Tapi itulah
impiannya. Aku ingin dia lebih banyak belajar dan berlatih agar dia bisa
meraih impiannya.”
Yoon : “Aku
pun tak menginginkan Meari kehilangan impiannya. Tae San, Meari juga
impianku. Aku tak peduli dia menjadi desainer atau yang lainnya, aku
akan memberikan segalanya untuk mendukung impianku.”
Tae San kecewa dengan sikap yang diambil Yoon, dengan perasaan kesal ia meninggalkan tempat makan siangnya.
Meari
tertunduk lemah di kamar Yi Soo, ia tak bersemangat. Yi Soo mengatakan
kalau ia akan keluar mencari rumah baru apa Meari mau ikut dengannya.
Meari tahu kalau gurunya ini akan pergi dengan Do Jin jadi ia tak mau
mengganggu kebersamaan mereka. Walaupun ia sekarang tak berdaya tapi ia
tetaplah Meari yang selalu menyemangati gurunya.
Yi Soo sedikit cemas apa Meari
tak apa-apa di rumah bersama Se Ra yang selalu judes pada Meari. Meari
berkata kalau ia tak menyangka Se Ra begitu menyukai kakaknya. Yi Soo
mengatakan kalau dalam kehidupan Se Ra hanya ada musuh dan sekutu tak
ada yang lainnya. Ia mengingatkan kalau Meari dalam masalah. Meari
tersenyum dan berpesan gurunya hati-hati.
Yi
Soo dan Do Jin melihat-lihat apartemen. Petugas mengantar keduanya
melihat-lihat dan bertanya apa keduanya akan tinggal disini. Do Jin
berkata bukankah sudah terlihat seperti itu. Yi Soo meralat kalau yang
akan tinggal disini 2 orang wanita. Ia mengatakan pada Do Jin kalau ia
dan Se Ra akan tingggal bersama tapi kali ini ia-lah pemilik rumahnya.
Do Jin menilai kalau untuknya ini kabar buruk.
Petugas mengatakan kalau harga sewanya
sangat wajar karena lokasi ini sangat populer jadi kalau benar-benar Yi
Soo menyukainya segera saja tanda tangani kontrak sebelum orang lain
mengambilnya. Ia meninggalkan keduanya agar berfikir.
Do
Jin menatap manja, “Bukankah kita terlihat seperti pengantin baru!”
(hihi) Yi Soo merasa kalau Do Jin sedang bermimpi indah di siang bolong.
Ia lebih merasa kalau mereka berdua mirip pasangan yang menikah lagi.
Do Jin : “Apa kau mengungkit kekuranganku karena aku sudah punya anak?”
Yi
Soo : “Maksudku kita sudah melewati usia yang pantas untuk menikah. Aku
tak menyngka ternyata kau memiliki rasa rendah diri juga.”
Do
Jin mengatakan kalau pesona kekanak-kanakan seperti ini juga
diperlukan. “Kalau kau merasa pesonaku terlalu menyilaukan, jadilah
seperti tokoh utama dalam drama.”
Do
Jin menyarankan lebih baik Yi Soo mengambil rumah ini. Sebagai seorang
yang ahli menurutnya rumah ini yang terbaik diantara beberapa rumah yang
sudah mereka lihat. Yi Soo ingin tahu apa pendapat sang ahli mengenai
rumah ini. Do Jin memeluk Yi Soo dari belakang dan berkata kalau rumah
ini adalah yang paling dekat dengan rumahnya. Yi Soo tersenyum dan
bertanya sebelumnya bagaimana cara Do Jin menahan semuanya. Do Jin
mengatakan kalau selama ini sangat sulit untuk menahannya (menahan apa
ya haha)
Tiba-tiba terdengar pintu
terbuka, petugas yang tadi datang lagi. Do Jin panik dan langsung
melepas pelukannya dan bersikap wajar dengan mengatakan kalau mereka
harus melakukan pengecatan pada dindingnya. Yi Soo tersenyum-senyum
melihat Do Jin yang salah tingkah hihi.
Yi
Soo berharap Do Jin nanti yang mengecatnya. Do Jin bertanya haruskah
orang yang ahli turun tangan langsung. Tiba-tiba pandangan Do Jin
tertuju ke lantai dan berseru kaget kalau disana ada lebah. Do Jin
langsung lompat ketakutan.
Plok... Yi Soo langsung memukul lebah itu dengan koran yang dibawanya. Yi Soo jelas tak takut apapun. Hehe.
Yi
Soo langsung tersadar kalau seharusnya wanita juga ada sisi ngeri
terhadap hewan kecil, Do Jin menatapnya aneh. Yi Soo langsung terduduk
mundur dan berteriak ketakutan. Hahaha.
“Yi Soo Oppa is the best!” Do Jin memberikan jempolnya karena melihat keberanian Yi Soo.
“Kau bilang apa?”
“Apa kau tak tahu? Kau adalah seorang kakak kalau kau bisa membunuh serangga.” Ucap Do Jin.
Yi
Soo langsung berdiri dan mengatakan pada petugas kalau ia akan
mengambil rumah ini. Ia minta izin akan datang untuk membersihkan dan
mengecat sendiri rumahnya.
Waktunya
mengecat rumah. Keren banget scene ini mereka berdua mengecat bersama.
mulai dari mencampur cat, mengaduk sampai proses mengecatnya pun mereka
lakukan berdua. Do Jin sebagai orang yang ahli memberi instruksi pada Yi
Soo.
Ketika Yi Soo tak bisa menjangkau bagian yang tinggi Do Jin mengambil kesempatan menggendongnya. Keduanya tampak riang.
Lha ini kok Yi Soo yang menggendong.
Kalau seperti itu jadinya mereka jatuh bersamaan hahaha.
Mengecat
dinding pun selesai. Do Jin mengeluh seluruh badannya pegal. Ia
berbaring di lantai yang sudah dialasi dengan kardus. Yi Soo berbaring
di sampingnya menggunakan lengan Do Jin sebagai bantal.
Yi Soo mengeluhkan kalau
pekerjaan ini tak mudah. Do Jin menyombongkan diri kalau tanpa dirinya
pekerjaan ini tak akan pernah selesai. Yi Soo malah merasa kalau tanpa
Do Jin pekerjaan ini mungkin akan lebih cepat selesai. “Kenapa kau harus
menggendongku padahal ada tangga yang lebih kuat?”
Do Jin : “Aku tak menyangka kau
langsung melompat naik ketika ditawari. Aku mempertaruhkan hidupku untuk
menolongmu. Pinggangku hampir copot. Jadi kesimpulannya semua adalah
kesalahan Seo Yi Soo!”
“Ah
dasar!” Yi Soo menabok Do Jin. Do Jin mengaduh dan mengatakan kalau yang
dilakukan Yi Soo barusan adalah pelecehan seksual. Namanya pelecehan
seksual ketika korbanya merasa tak bahagia.
Yi Soo : “Apa seperti itu ekspresi tak bahagia?”
Do Jin : “Ini adalah ekspresi yang menyedihkan.”
Yi Soo : “Ah dasar aku sungguh tak tahu harus berkata apa.”
Cup..
dengan cepat Do Jin mencium Yi Soo dan meminta lebih baik melakukan
yang lain saja. Yi Soo dengan cepat membalas ciuman Do Jin. Apa Do Jin
pikir hanya Do Jin yang tak bisa menahan.
Do Jin merasa kalau wanita ini
memang pembuat masalah. Ia terus menatap Yi Soo tapi Yi Soo menyuruhnya
untuk kembali berbaring. Do Jin menyahut kalau kali ini ia akan
melepaskan Yi Soo, ia pun kembali berbaring di samping Yi Soo.
Yi Soo menanyakan keadaan Tae
San dan memberi tahu kalau keadaan Meari tak terlalu buruk. Do Jin
berkata kalau Tae San tak meninggalkan celah sama sekali, kalau
berkaitan dengan Meari dia tak akan mau berkompromi. Yi Soo menilai
kalau Meari sangat berani, Do Jin malah menilai kalau yang Yi Soo hadapi
juga bukan hal yang mudah.
Do Jin berjanji kelak ia akan
membangun rumah yang indah untuk Yi Soo. Sebuah rumah yang besar dan
indah dengan pencahayaan yang baik, ventilasi yang baik. Sebuah rumah
yang siapapun tak ingin meninggalkannya.
Yi
Soo kemudian menanyakan tentang keluarga Do Jin, “Orang tuamu tinggal
di Kanada bagian mana?” Do Jin mengatakan kalau mereka tinggal di
Toronto. Tempat yang selalu dingin meskipun sedang puncaknya musim
panas. Yi Soo ingin tahu sampai kapan Do Jin hidup dengan mereka.
Do Jin mengatakan begitu ia
masuk kuliah mereka tak sabar ingin pergi. Sebenarnya ia ingin mengulang
masa SMA-nya, masa dimana ia berkumpul dengan orang tuanya. Tapi ketika
itu ibunya bilang, ‘Dengan pencapaianmu sebenarnya sudah cukup baik.
Kami ingin pergi ke Kanada. Kau kuliah saja’
Do Jin merasa kalau ia mirip
ibunya. Yi Soo menilai kalau keluarga seperti itu sangat harmonis. Do
Jin mengungkapkan walaupun keluarganya bukan keluarga kaya tapi yang
mereka miliki sudah lebih dari cukup untuk mereka. Orang tuanya sangat
dekat, ia selalu dianggap sebagai penghalang kemesraan orang tuanya.
Waktu itu ia sangat sedih tapi kemudian ia menyadari kalau waktu itu
adalah anugrah.
Yi
Soo menebak apa berawal dari sana sikap Do Jin yang santai dan sifat
rasa percaya diri itu muncul. Ia merasa ia juga cukup percaya diri tapi
ia berbeda dengan Do Jin. Ia mendapatkan semuanya dengan bekerja keras
sedangkan rasa percaya diri Do Jin muncul secara alami. Pekerja keras
seperti dirinya akan langsung mengenali kepercayaan diri Do Jin yang
alami itu tapi terkadang itu membuatnya frustasi. Yi Soo mengungkapkan
kalau masa kecilnya tak bahagia dan juga keadaan keluarganya tak pantas
untuk dibanggakan.
Do
Jin bangkit dan menatap Yi Soo lekat-lekat meminta Yi Soo menatapnya.
Ia menggenggam tangan Yi Soo. “Apa kau tahu? Kebahagiaan Seo Yi Soo akan
mulai mekar pada musim ketiga diusiamu yang ke 36. Dan sekarang sudah
dimulai.” Yi Soo tertawa mendengarnya.
Do
Jin terus menatap Yi Soo dengan tatapan lebih dalam dan mulai
mendekatkan wajahnya untuk mencium wanita yang ada di depannya ini penuh
perasaan. Tangannya semakin erat menggenggam tangan Yi Soo. (entah dari
sekian kali keduanya kissu yang ini bikin saya deg-degan apalagi
backsound-nya You are My everywhere)
Do
Jin : “Janji kau akan bahagia, bolehkah kumulai lagi? mulai hari ini
sampai besok, dari besok sampai lusa. Kau akan semakin dan semakin
bahagia. Aku janji.”
Do Jin kembali menggenggam erat
tangan Yi Soo. Yi Soo tersenyum dan berkata kalau untuk kali ini ia juga
mempercayai Do Jin. Do Jin berjanji kalau kali ini ia akan menjaganya
mati-matian.
And then keduanya pun kissu lagi.
Se
Ra keluar dari tempat latihan golf-nya sambil menelepon supir taksi
untuk mengantar pulang. Tapi Ia terkejut mobil merahnya tiba-tiba datang
dan di dalam mobilnya Tae San tersenyum memandangnya.
Tae San bertanya apa Se Ra naik
taksi karena tas yang Se Ra bawa. Se Ra mengatakan kalau ia sesekali
naik taksi karena ia ingin pergi sendirian. Tae San membawakan tas
perlengkapan golf dan memasukannya ke bagasi mobil.
Tae San memberi tahu kalau
mobilnya sudah di servis bahkan ia sudah menyiapkan ban cadangan. Ia
memilihkan yang kualitasnya bagus. Ia memberikan kunci mobil pada Se Ra.
Ia meminta Se Ra yang menyetir dan mengantarnya pulang.
Di
rumah Tae San. Ia menanyakan kapan Se Ra pindah. Se Ra mengatakan kalau
ia sudah menghubungi jasa pindahan rumah jadi Tae San tak perlu
khawatir. Tapi Tae San merasa sebagai pacar Se Ra setidaknya ia harus
membantu. Se Ra berkata kalau yang pindahan ini bukan mahasiswi, lagi
pula disana ada Meari. Bukankah Tae San tak mau melihatnya.
Tae San ingin tahu dimana Meari tidur.
Se Ra mengatakan kalau Meari kadang-kadang tidur di sofa sambil nonton
TV terkadang juga tidur di kamar Yi Soo. Tae San teringat bukankah Se Ra
dan Yi Soo ini jarang memasak bagaimana dengan makannya. Se Ra meminta
Tae San tak perlu mengkhawatirkan itu, dari semua brosur makanan siap
antar ada lebih dari 30 jenis masakan dari mulai masakan ala Korea
sampai masakan ala Meksiko.
Se Ra penasaran dan ingin tahu apa Tae
San sudah bicara dengan Yoon. Tae San mengangguk dan berkata kalau ia
sudah mengatakan sikapnya pada Yoon.
Se Ra : “Sejujurnya, melihat
kehidupan Meari ada peluang Meari kebahagiaan. Aku baru bertemu pria
yang kusukai saat usiaku 36 tahun. Sedangkan dia bertemu pria yang
disukainya saat usianya baru 24 tahun. Dia lebih bahagia daripada aku 12
tahun lebih awal.”
Tae San memandang kesal dan
mengingatkan Se Ra jangan pernah berada dipihak Meari. Ia akan tetap
merasa kasihan meskipun usia Meari 34 tahun tapi dia sekarang masih 24
tahun.
Se
Ra berkata kalau ia sudah memarahi Meari berkali-kali, apa ia harus
bicara dengan Yoon juga. Apa yang harus ia lakukan untuk membantu Tae
San. Lagi pula ia ini seorang sarjana olah raga dan mereka akan mati di
tangannya, kata Se Ra sambil mengepalkan tangannya. Tae San tersenyum
mendengarnya, ia berkata kalau Do Jin pasti ada disana untuk membantu
pindahan dan ia akan meminta Jung Rok untuk ikut membantu.
Se Ra kembali meminta Tae San tak usah khawatir, ia memeluk Tae San dan menyandarkan kepalanya ke bahu Tae San.
Saatnya
beres-beres rumah baru. Do Jin dan Jung Rok sampai disana. Jung Rok
langsung ngomel-ngomel ke Meari, burung saja tahu bagaimana berterima
kasih tapi Meari bahkan tidak berterima kasih sebelum kabur ke Amerika.
Meari bilang bukankah pada akhirnya ia tak jadi pergi. Meari memanggil
gurunya memberi tahu kalau Do Jin sudah ada disini.
Yi
Soo keluar dan lihat baju apa yang ia kenakan. Dia memakai mini dress
seksi hihi... Mereka semua heran dengan pakaian yang dikenakan Yi Soo,
bukankah mereka akan beres-beres rumah tapi pakaian Yi Soo tak
menandakan kalau baju itu untuk beres-beres rumah seperti baju ingin
kencan hihi.
Se Ra heran kenapa Yi Soo
berganti pakaian. Bukankah kalau memakai gaun akan tak nyaman. Yi Soo
bilang tidak dan mengatakan kalau bajunya yang tadi kotor. Meari merasa
gurunya ini luar biasa, “Kalau kita tak pindah rumah apa guru berencana
mengenakan bikini?”
Se Ra merengut Yi Soo sudah
mendapat bantuan Do Jin disini dan karena seseorang Tae San jadi tak
datang untuk menemuinya. Meari langsung diam dan permisi akan menyusun
pakaian.
Yi Soo berkata kalau hanya
pakaian ini yang biasanya ia kenakan. Do Jin menanyakan kenapa Yi Soo
tak memakai pakaian bepergian saja. Yi Soo cemberut dan meminta Do Jin
ikut dengannya membereskan buku-buku di kamar. Jung Rok menanyakan apa
yang harus dilakukannya disini.
Jung
Rok (ngapain ya ini) pokoknya memecahkan plastik pembungkus. Dia
menemani beberapa petugas yang mengurusi pindahan mereka. Mereka
tertawa-tawa.
Do
Jin dan Yi Soo membereskan buku-buku ke rak. Do Jin mengambilkannya
dari kardus sementara Yi Soo yang menyusunnya di rak. Do Jin menatap
penasaran pakaian yang dikenakan Yi Soo sangat mini. Naluri laki-lakinya
pun muncul. Ketika Yi soo sedikit jongkok dan pahanya terlihat ia pun
berusaha untuk mengintip. Hahaha. Tapi ketika Yi Soo berbalik badan Do
Jin berpura-pura bersikap wajar.
Do
Jin tak kehilangan akal untuk mengintip ia melemparkan buku tepat
didekat kaki Yi Soo dan berujar oh kenapa bukunya ada disini. Do Jin
akan mengambil buku yang sengaja ia lemparkan tadi guna menjadi
alasannya untuk mengintip hihi.
Tapi
Yi Soo tahu sifat Do Jin, ia langsung berbalik jongkok menatap tajam.
Do Jin jelas kaget karena perubahan posisi Yi Soo yang tiba-tiba.
“Ah dasar, ganti posisi!” Yi Soo paham betul apa yang akan Do Jin lakukan.
“Siapa
yang menyuruhmu memakai pakaian itu?” Do Jin ngomel. “Kau ini hanya
pembunuh serangga apa kau pikir model baju ini sesuai denganmu?”
“Omo
ada lebah!” seru Yi Soo menakuti Do Jin. Do Jin panik dan langsung
berdiri. Yi Soo pun sudah jongkok di depan kardus berganti posisi agar
Do Jin yang membereskan buku di rak.
“Aish.. nomor berapa?” tanya Do Jin ingin tahu sekaligus penasaran.
“Apa?” Yi Soo belum paham.
“Nomor 1, 2, 3, 4, 5, yang mana? Apa nomor 3 yang kusuka?” Do Jin menebak pakaian dalam yang dikenakan Yi Soo.
“Pergilah ke neraka dengan nomor 3 mu!” Yi Soo membentak kesal. Tapi kemudian ia tersenyum, “Nomor 2?”
“Ah.. nomor 2. Bagaimana kemarin?”
“Kemarin yang gambar kucing.” Ucap Yi Soo.
“Aha....” Do Jin tersenyum-senyum. Keduanya tersenyum-senyum membicarakan pakaian dalam... wakakakakaka.
Setelah
beres-beres rumah ketiga wanita ini langsung memanjakan diri men-cat
kuku-kuku mereka. Yi Soo tersenyum-senyum mengingat obrolannya dengan Do
Jin tadi. Se Ra dan Meari menatapnya aneh. Yi Soo langsung bersikap
biasa-biasa saja dan mengatakan kalau ia sedang memikirkan hal lain.
Meari tanya jam berapa mereka akan
makan karena ia sudah lapar setelah bekerja keras seharian. Se Ra
mengatakan kalau Tae San bilang dia tak lapar. Katanya dia tak nafsu
makan.
Meari
tahu kalau Se Ra menyindirnya, ia berkata kalau ia juga gelisah. Tapi
ia tak mau menunjukannya. Se Ra meminta lebih baik tunjukan saja karena
ia benar-benar tak bisa melihatnya.
Yi Soo bertanya pada Meari apa
sudah bertemu dengan Yoon sejak tarakhir kali keduanya bertemu. Meari
mengatakan kalau Yoon menelepon setiap hari dan juga dia datang beberapa
hari yang lalu. Kita hanya bisa menunggu sampai kemarahan kakaknya
mereda.
Yi Soo ingat bukankah Se Ra sudah
bertemu dengan Tae San, bagaimana kabarnya. Se Ra malah menatap marah ke
Meari. Meari paham itu berarti kakaknya masih marah padanya.
Malam
hari Tae San latihan baseball sendirian. Ia melatih pukulannya. Do Jin
dan Jung Rok datang melihat latihannya. “Presdir Im, pukulan bagus!”
teriak Do Jin dan Jung Rok bersamaan sambil memberikan tepuk tangan.
Tae San heran kenapa keduanya
datang kesini. Do Jin memberi tahu kalau pindahannya sudah selesai. Ia
mengatakan kalau rumahnya agak kecil, rumah yang seharusnya cukup untuk 2
orang wanita. Ia juga mengatakan kalau Meari betah disana dan sudah
seperti di rumah sendiri. “Meari sangat mengkhawatirkanmu!” Jung Rok
bingung dan berbisik pada Do Jin, “Kapan?” Do Jin menyenggol Jung Rok
meminta temannya diam.
Jung Rok menunjukan kalau ia
membawakan koyo herbal untuk Tae San. Ia menawarkan apa mau dipasangkan.
Do Jin juga menawarkan apa Tae San ingin pergi ke sauna dan disana
keduanya akan membantu menggosok punggung Tae San.
“Kami
akan selalu mendukungmu, kau tahu kan?” Kata Jung Rok. Ia dan Do Jin
pun membuat tanda love sambil tersenyum. Tae San terkekeh melihatnya.
Tapi sesaat kemudian ia menyuruh keduanya pergi.
Sementara Tae San latihan memukul bola, Yoon latihan melempar bola. Ia juga latihan sendirian untuk melampiaskan kegalauan.
Do Jin dan Jung Rok sampai
ditempat Yoon latihan melempar. “Pengacara Choi, nice pitching (lemparan
yang bagus)!” seru keduanya bersamaan.
Yoon
bertanya kenapa keduanya ada disini ada perlu apa. Seperti yang
dikatakan pada Tae San, Do Jin juga mengatakan pada Yoon kalau
pindahannya sudah selesai dan Meari sudah seperti berada di rumah
sendiri. “Meari sangat mengkhawatirkanmu!”
“Apa kalian tak menemui Tae San?” tanya Yoon.
Do Jin dan Jung Rok bertatapan
sebentar untuk menyamakan jawaban tapi jawaban keduanya berbeda. Yang
satu menjawab ya, yang satu menjawab tidak. Keduanya saling mengumpat.
“Kalau kalian ingin berbohong rencanakan terlebih dahulu.” Kata Yoon.
Keduanya kembali menjawab dengan
jawaban yang tak sama. Yang satu menjawab kalau keduanya baru saja
pergi menemui Tae San, yang satunya menjawab kalau keduanya akan pergi
nanti. Keduanya kembali saling mengumpat karena jawabannya tak sama.
Yoon paham dan bertanya bagaimana keadaan Tae San.
Do Jin : “Kau melakukan pitching (melempar) dia melakukan batting (memukul) begitulah.”
Jung Rok menunjukan koyo herbal
yang tadi ia tunjukan ke Tae San. “Kau ingin yang ditempel atau yang
disemprot?” Do Jin juga menawarkan seperti apa yang ia tawarkan pada Tae
San. Apa Yoon ingin pergi ke sauna, mereka berdua akan membantu
menggosok punggung Yoon.
“Kami
akan selalu mendukungmu, kau tahu kan?” Ucap Jung Rok dan keduanya
kembali memperagakan tanda love untuk Yoon seperti yang keduanya
tunjukan pada Tae San. Yoon tahu pasti dan menebak kalau hal yang sama
sudah Do Jin dan Jung Rok lakukan pada Tae San. Do Jin bergumam, “Tapi
kami sangat menggemaskan kan?” (hihi) Yoon tak menghiraukannya, ia terus
melempar bola. Jung Rok dan Do Jin pun pergi dari sana membiarkan Yoon
menyendiri.
Meari
tersenyum malu-malu menunggu kedatangan Yoon. keduanya janjian kencan
hihi. Ketika Yoon datang, Meari gugup campur gelisah (hihi tak seperti
biasanya yang selalu ceplas-ceplos) ia terus menunduk tak berani menatap
Yoon.
Yoon menanyakan kenapa Meari
datang lebih awal bukankah ia sudah bilang kalau ia yang akan menunggu
Meari. Dengan tatapan mata yang masih tertunduk malu Meari mengatakan
kalau itu tak apa-apa, bagaimanapun ia sudah berada disini.
Yoon : “Tapi kenapa kau tak melihatku?”
Meari tersenyum dan berkata kalau ia tak berani menatap Yoon.
Yoon : “Tapi aku ingin melihatmu, Angkat wajahmu!” (huwaaaaaaaaa)
Meari mengangkat sedikit wajahnya tapi kemudian ia tertunduk lagi dan tersenyum malu. (greget sama pasangan ini)
Yoon menanyakan konsep apa lagi
yang sedang Meari mainkan sekarang. Meari bilang kalau ini bukan konsep
ia hanya merasa sangat cemas. Kenapa marasa cemas, ia sendiri pun tak
tahu. (saya ikutan gugup berasa saya yang berangkat kencan hihi)
Meari
melihat tas yang dibawa Yoon itu tas buatannya. Ia kaget karena ia
mengira kalau tas itu sudah dibuang oleh Yoon. Yoon bilang bagaimana
mungkin ia membuanganya bukankah tas ini Meari sendiri yang membuatnya.
Meari kembali tertunduk tersenyum malu.
Yoon
meraih tangan Meari dan menggandengnya. Terlihat gelang keduanya
dipakai di tangan masing-masing. Yoon mengajak Meari makan bersama.
Min
Suk tertunduk melamun, Jung Rok memberi tahu apa saja yang ia lakukan
bersama Do Jin terhadap Tae San dan Yoon tadi. Jadi ia tak bisa menjawab
telepon istrinya. Ia juga mengatakan kalau Tae San dan Yoon sedang
berjuang antara hidup dan mati, jadi ia tak mungkin menjawab telepon
istrinya dengan mengatakan ‘halo sayang’ sementara sahabatnya tengah
dirundung kegalauan.
Min
Suk menatap Jung Rok. Jung Rok aneh melihatnya dan bertanya kenapa, apa
istrinya ini tak percaya apa yang ia katakan barusan. Ia menyarankan
Min Suk menelepon Do Jin kalau masih tak percaya padanya. Min Suk tetap
diam menatap suaminya. Jung Rok sadar kalau menelepon Do Jin akan sama
saja Min Suk pasti tak akan mempercayainya. Ia kemudian menyarankan
untuk menanyakannya pada Yoon, tapi menurutnya Yoon juga sama istrinya
tak akan percaya. Ia ingat dan istrinya bisa mencari tahu lewat toko
obat karena ia pergi kesana untuk membeli koyo herbal untuk Tae San dan
Yoon.
Min Suk tetap diam. Jung Rok
menanyakan apa istrinya ini benar-benar tak mempercayainya. Min Suk
menjawab ya, ia tak lagi mempercayai Jung Rok. Meskipun Jung Rok
mempunyai CCTV ia tetap tak akan mempercayai suaminya ini. Jung Rok
heran kenapa istrinya tiba-tiba seperti ini.
Min Suk mulai menitikan air mata,
“Semua orang berkata kalau aku mempunyai segalanya. Tidak. Aku memang
mempunyai segalanya. Tapi aku, aku terus memperlakukanmu sebagai
milikku.”
Jung Rok : “Kenapa kau menangis lagi?”
Min
Suk memandang cincinnya, “Mengenai memakai cincin pernikahan ini,
karena suami dan istri tidak bisa selalu bersama-sama. Cincin untuk
menghubungkan suami dan istri di dalam hati ketika mereka saling
berjauhan. Tapi sekarang cincin ini, aku ingin melepasnya. Benar.
Sekarang, meskipun kau memberitahuku 1 ditambah 1 sama dengan 2, aku
tidak bisa lagi mempercayaimu. Apa yang kau dan wanita itu bicarakan?
Telepon dari wanita atau pria? Kau benar-benar tertawa atau hanya
pura-pura? setiap hari aku selalu berjalan diantara surga dan neraka.”
“Aku minta maaf.” Jung Rok berkata
dengan suara lemah karena selama ini sikapnya sudah membuat istrinya
menjadi seperti ini. “Aku tahu semuanya salahku. Tapi istriku, mulai
sekarang aku tak akan pernah melepas cincin ini lagi. Sungguh. Aku
benar-benar tak ingin melakukannya lagi.”
Air mata Min Suk terus mengalir dengan
suara yang makin gemetaran, “Sekarang akulah yang ingin melepasnya.
Meskipun kau tak ingin, aku akan tetap melepasnya. Kumohon, kita
bercerai saja! Karena aku berfikir kalau aku terlalu menyedihkan. Kurasa
aku akan gila mencurigaimu seperti itu setiap saat. Aku dengan tulus
memohon padamu!”
Min Suk melepas cincinnya, “Lepaskan
aku. Kumohon kita bercerai saja. Kumohon padamu untuk membiarkanku
menjalani kehidupan yang normal.”
Tangis
Min Suk semakin keras dan air mata yang terus mengalir deras. Jung Rok
terduduk lemas ia tak pernah melihat sikap istrinya yang begitu ingin
bercerai darinya sampai-sampai Min Suk memohon sambil menangis agar ia
melepasnya.
Do
Jin membuat rancangan rumah yang terbuat dari benang merah baju Yi Soo.
Sebuah rancangan rumah indah yang sesuai dengan harapan Yi Soo. Rumah
yang siapaun tak ingin meninggalkannya.
Do
Jin tersenyum puas dengan hasil rancangannya. Ia melirik ke arah
kalender dimana ia menempelkan memo dengan tulisan nomor telepon Guru
Park. Ia pun menghubungi salah satu guru SMA Ju Won ini.
Do
Jin dan Yi Soo mengajak beberapa guru SMA Ju Won makan malam bersama.
Yi Soo memandang tak mengerti apa maksud Do Jin mengajak rekan-rekan
gurunya makan bersama. Do Jin berkata kalau ia tak tahu apakah hidangan
ini sesuai dengan selera ibu-ibu guru ini. Guru Park mengatakan kalau ia
juga sering datang ke restouran ini untuk makan bersama suaminya. Jadi
ia menyukai tempat ini. Guru Park mengambil air minum se-elegan mungkin.
Hihi.
Guru Park : “Tapi memangnya apa kami boleh menerima jamuan dari orang tua siswa?”
Do Jin : “Hari ini aku tak mentraktir anda semua makan malam sebagai orang tua murid, tapi sebagai pacar dari Guru Seo!”
Do Jin tak tahu apakah ibu-ibu
guru ini menyukai anggur merah. Guru Park berseru antusias bagaimana Do
Jin tahu kalau ia hanya minum anggur merah, ia bertanya pada Yi Soo apa
Yi Soo yang memberi tahu Do Jin. Do Jin mengatakan kalau itu semua
tertulis di wajah Guru Park yang terlihat terhormat dan elegan.
Guru yang lain menyahut bukankah
harga anggur merah itu cukup mahal. Guru Park tak tahu itu, benarkah
(lha katanya suka kok ga tahu harganya hahaha) Do Jin meminta kalau
begitu pilih saja yang paling mahal. Ibu-ibu guru ini jelas senang
ditraktir makanan dan minuman mahal. Semuanya bersulang meminum anggur
merah. Kelihatannya mereka sudah hampir mabuk. Guru yang duduk di
sebelah Guru Park berkata kalau Yi Soo sangat beruntung karena memiliki
pacar yang mirip dengan bintang film. Yi Soo tersenyum mendengarnya.
Guru
Park ikutan menyahut kalau suaminya juga tak jelek, bahkan kata
orang-orang suaminya itu sangat mirip dengan Jang Dong Gun
(buwahahahaha) Do Jin langsung pasang tampang muka bete oh ya dan
berkata itu karena Guru Park sangat cantik wakakaka. Guru Park tertawa
dan berkata sepertinya semua pria tampan memiliki selera yang sama.
“Guru Seo kau benar-benar telah menemukan pria yang baik!”
Yi Soo tersenyum kemudian
menyodorkan gelas kosongnya pada Do Jin. Do Jin paham dan menuangkan
minuman untuk Yi Soo. Do Jin menyahut kalau Yi Soo minum agak berlebihan
hari ini. Yi Soo berkata itu karena ia sangat bahagia. Semuanya
bersulang.
Do Jin berharap ibu-ibu guru yang ada
disini bisa memperlakukan Yi Soo dengan baik walaupun dia agak kikuk dan
ceroboh. Guru Park berkata kalau ia selalu mengganggap Guru Seo sebagai
adiknya. Do Jin menuangkan minuman untuk semua ibu guru yang ia traktir
makan. “Semua pasti sudah mendengar, dengan menyesal akulah orang yang
telah merusak kehidupan wanita ini.” Kata Do Jin.
Guru Park : “Kerusakan apa yang
kau bicarakan, tak seorang pun dari kami yang menganggapmu begitu (wuih
padahal kemarin kan sempat menggunjingkan Yi Soo yang pacaran sama pria
beranak satu)”
Do
Jin bersyukur kalau meraka semua menganggapnya seperti itu. Ia berharap
Guru Seo tetap melakukan pekerjaan yang dia sukai dan selalu bahagia.
Karena itulah ia berharap rekan kerja Yi Soo ini bisa membantu Yi Soo.
Dengan sopan Do Jin memberi hormat pada mereka semua. Guru Park merasa
tak enak dan berkata kalau mereka semua selalu mendukung Guru Seo.
Mereka bersulang lagi. Do Jin
menuangkan anggur merah sambil melirik ke arah Yi Soo. Keduanya saling
memandang dan tersenyum. Do Jin mengedipkan matanya pada Yi Soo.
Usai
mentraktir ibu-ibu guru. Do Jin dan Yi Soo berada di dalam mobil tak
langsung pulang. Do Jin bertanya apa Yi Soo baik-baik saja. Yi Soo
bilang kalau ia tak apa-apa ia tak terlalu banyak minum. Yi Soo
berterima kasih karena Do Jin sudah bekerja keras. Do Jin mengatakan
kalau kerja keras ini ia lakukan dengan senang hati. Ia ingin agar
keduanya duduk dulu seperti ini sebelum pergi. Yi Soo setuju.
Keduanya
saling memandang penuh cinta (kagak nahan liat tatapan Do Jin bikin
deg-degan) tak ada yang memulai pembicaraan keduanya diam saling
memandang.
Yi Soo merasa gugup dan memulai
pembicaraan apa radio-nya mau dinyalakan. Do Jin juga gugup dan
menyalakan radio. Tapi lagu yang dilantunkan di radio benar-benar
membuat mereka malu. Do Jin mengganti saluran radio-nya tapi tetap saja
lagu-lagu itu menggambarkan suasana hati mereka.
Dari
mulai lagu tentang cium, peluk, panas, dan lagu tertakhir lagunya Big
Bang yang Don’t Go Home hehe. Keduanya berusaha menahan tawa. Tapi pada
akhirnya keduanya tak tahan dan tertawa keras. Yi Soo merasa kalau
lagunya sesuai dengan suasana hati mereka. “Kenapa semua lagu isinya
tentang lagu seksi. Lain kali ketika kita mendengar lagu ini kita pasti
akan mengingat hari ini.”
Do
Jin : “Aku bisa membuat kenangan ini sedikit lebih dalam. Malam ini apa
yang akan kau lakukan kalau aku tak membiarkanmu pulang? Malam ini aku
tak ingin melepaskanmu!”
Keduanya saling memandang.
Kira-kira apa yang ada dipikiran keduanya, dua orang dewasa yang saling
memandang penuh cinta dan apa yang akan mereka lakukan.
Picture preview A Gentleman's Dignity Episode 19
Bersambung ke episode 19
Tidak ada komentar :
Posting Komentar