Mereka berempat berkumpul di Mango Six, wajah mereka terlihat sangat tertekan.
Suara
Do Jin : “Pada suatu hari 3 tahun yang lalu. Walaupun kami bukan wanita
hamil atau anak kecil. Sebagai upaya untuk menjadi manusia dewasa yang
lebih baik kami menyetujui usulan Yoon untuk berhenti merokok. Kami
bertekad untuk berhenti merokok.”
Mereka
berempat mengerluarkan rokok dan korek dari saku mereka. Tapi Do Jin,
Yoon dan Jung Rok menatap curiga Tae San. Akhirnya Tae San pun
mengeluarkan semua rokok yang masih ada di sakunya.
Tae
San mengeluarkan plastik yang akan digunakan untuk membungkus semua
rokok itu. Satu persatu rokok masuk ke kantong plastik. Wajah mereka
berempat terlihat sungguh mengenaskan seperti meninggalkan sesuatu milik
mereka yang sangat berharga.
Dan
hari dimana mereka tak merokok pun dimulai, sungguh sulit mereka lalui.
Gelisah, tegang, emosional, panik semua campur aduk jadi satu. Mereka
berusaha menghilangkan rasa keinginan untuk merokok dengan meminum jus.
Jung Rok kesal apa yang harus
mereka makan ia meminta temannya cepat memutuskan. Tae San juga kesal
makan apa saja. Do Jin meningggikan suaranya memarahi Tae San, “Kenapa
kau marah? Kenapa makan apa saja?”
“Cepat putuskan!” Yoon tak kalah
galak. Ia menyenggol kaki Jung Rok supaya memesan makanan sekarang.
Jung Rok ikutan marah, “Memangnya aku harus cepat-cepat hanya kerena kau
menyuruhku untuk cepat. Apa kau pamer hanya karena kau pengacara?”
Keempatnya terus beradu mulut melampiaskan emosi mereka.
Suara
Do Jin : “Berpisah dengan rokok, sama seperti ketika seorang wanita
mengalami menopouse. Kami menjadi super sensitif karena itulah kami
mencari cara pertahanan diri masing-masing untuk melampiaskannya.”
Tae
San memilih berolah raga. Ia melakukan fitnes. Ada seorang pria di
sebelahnya, ia mencium bau sesuatu dari tubuh pria yang baru datang. Ia
menciumi aromanya. Ternyata itu aroma rokok. Si Pria itu tentu saja
terkejut ia takut Tae San berbuat tak senonoh padanya. Tae San terus
menciumi aroma tubuh dari pria itu.
Yoon,
dia memilih makan cemilan. Di meja kerja Yoon tergeletak berbagai macam
cemilan, mulai dari snack sampai permen. Yoon memegang pena dan
tangannya gemetaran seperti memegang rokok. Ia mengambil lolipop dan
langsung mengemutnya tapi tangannya tetap saja gemetaran.
Yoon ganti memakan snack tapi
cara dia memegangnya sudah seperti memegang rokok dan ia lupa kalau itu
bukan rokok melainkan snack. Ia menghisap seolah ia betul-betul
menghisap rokok.
Jung
Rok, ia berada di kamar bersama istrinya. Ia bertanya Min Suk tak
lelah. Ia mengajak istrinya tidur. Min Suk kesal dan menyuruh suaminya
lebih baik merokok saja. Tapi jung Rok tak mau ia menarik istrinya ke
balik selimut. Jung Rok memilih kegiatan yang dilarang untuk ditonton
anak dibawah umur.
“Dan aku? Aku mulai bercocok tanam.” Do Jin tersenyum membersihkan tiap helai daun yang ia rawat.
Tapi
tiba-tiba tatapannya menjadi garang, ia menggunduli semua tanamannya.
Menumbuk daun dan menghisap gulungan kertas seolah itu adalah rokok.
“Walaupun prosesnya sangat lamban pada akhirnya kami berhasil.”
Sinopsis A Gentleman’s Dignity Episode 12
Yi
Soo sampai di depan lift apartemen Do Jin. Ada yang akan masuk lift
bersama dengannya, Colin. Yi Soo kaget melihat pemuda yang sebelumnya
pernah ia temui. Colin juga tak menyangka akan bertemu lagi dengan Yi
Soo. Yi Soo bertanya apa Colin tinggal di apartemen ini. Colin malah
balik bertanya apa ia harus tinggal disini. Keduanya masuk lift bersama.
Yi Soo ingat kalau Colin ini anak
sekolahan tapi pernah berada di klub malam. Colin tak menanggapi ia
malah bertanya lantai berapa. Yi Soo menjawab lantai tujuh. Ternyata
tujuan keduanya sama. Colin menyahut kalau mengenai masalah klub malam
batas waktu pelaporannya sudah berakhir jadi lupakan saja.
Keduanya
sampai di lantai 7. Yi Soo mengingatkan kalau Colin pergi ke tempat
seperti itu lagi ia akan memberi tahu orang tua Colin. Yi Soo menyuruh
Colin pergi. Ia pun segera ke apartemen Do Jin.
Yi Soo akan menekan bel tapi ia
kembali terkejut Colin ada di sampingnya. Yi Soo mengira Colin
mengikutinya. Colin berkata kalau ia juga ke rumah ini. Colin menekan
bel rumah. Yi Soo bingung ada urusan apa Colin dengan pemilik rumah ini.
Mereka
berempat mendengar ada seseorang yang menekan bel. Do Jin tanya siapa
itu. Tae San juga bertanya apa Do Jin sedang menunggu seseorang, Do Jin
menjawab tidak. Do Jin bertanya apa ada yang memesan makanan temannya
bilang tidak.
Do Jin membuka pintu dan ia
melihat Yi Soo tersenyum malu-malu datang ke rumahnya. Do Jin jelas tak
menyangka. Ketiga temannya menyambut kedatangan Yi Soo.
Ternyata
ada tamu lain selain Yi Soo, Colin. Do Jin tak mengenalnya, ia baru
pertama kali ini bertatap muka dengan pemuda itu. Jung Rok dan Yoon yang
sudah pernah bertemu merasa heran kenapa Colin datang ke rumah Do Jin.
Do Jin pun bertanya siapa Colin.
Colin memperkenalkan dirinya, “Aku kesini untuk menemui kalian berempat. Senang bertemu dengan kalian. Aku putra Kim Eun Hee.”
Oh God, keempatnya jelas sangat
terkejut putra cinta pertama mereka hadir menemui mereka. Jung Rok tak
menyangka kalau putra Eun Hee itu Colin yang sudah pernah ia temui
sebelumnya. Begitu juga dengan Yoon, karena beberapa waktu yang lalu
Colin pernah berkonsultasi dengannya.
Do
Jin wow... Entah apa yang ada dipikirannya yang pasti ia jelas
terkejut. Ia terus menatap pemuda yang baru ia temui ini. Colin juga
menatap Do Jin.
Jung
Rok masih belum yakin apa benar Colin putra Kim Eun Hee. Yoon juga
masih belum percaya. Ia menyahut bukankah Colin datang ke kantornya dan
mengunjung kafe tempat Meari kerja (Yoon tak mengatakan maksud
kedatangan Colin menemuinya) Tae San kaget Colin kenal juga dengan
Meari. Jung Rok berbasa-basi kalau Colin mirip dengan Eun Hee jadi
persilakan masuk dulu katanya.
Do Jin terus memandang Colin, Yi Soo
menatap Do Jin dan Colin bergantian dengan tatapan tak mengerti apa
sebenarnya yang terjadi. Do Jin menyuruh Colin masuk. Colin memberi
salam selamat tinggal pada Yi Soo.
Do Jin keluar, Yi Soo mengerti
dan mengikutinya. Colin disambut hangat oleh Yoon, Tae San dan Jung Rok.
“Kau cukup tampan. Siapa namamu? Kalian sangat mirip.”
Do
Jin berjalan lebih dulu menuju lift, Yi Soo mengikutinya. Di depan lift
Do Jin minta maaf Yi Soo terpaksa pulang lebih dulu karena ada tamu
yang tak diduga. Yi Soo ingin tahu siapa dia. Do Jin belum bisa
mengatakannya ia akan memberi tahu Yi Soo lain waktu.
Yi
Soo keluar dari lift, wajahnya masih memancarkan rasa penasaran dan
was-was. Ia ingin tahu semuanya, ia berbalik menatap Do Jin yang berada
di dalam lift. Do Jin mengingatkan jangan lupa meneleponnya, pintu lift
pun tertutup. Tapi sesaat kemudian terbuka lagi.
Do Jin tersenyum, “Sepatu itu
sangat cantik cuaca hari ini juga cerah. Sampai bertemu lagi.” Dan pintu
lift pun kembali tertutup.
Tae
San masih tak percaya apa Colin benar-benar putra Kim Eun Hee, ia ingin
tahu berapa usia Colin. Colin mengatakan kalau ia lahir tahun 1995. Do
Jin yang berdiri sambil menyedu suplemennya terkejut.
Yoon
ingat kalau pertemuan pertama dengan Eun Hee ketika itu Daejeon Expo
diselenggarakan tahun 1993. Tae San menyahut kalau saat itu Eun Hee
pergi dan menghilang dan pasti dia bertemu dengan ayah Colin setelah
itu. Colin mengatakan kalau ia hanya mendengar ibunya mengatakan tentang
cinta yang menggebu. Do Jin tak ikut bicara ia hanya mendengarkan apa
yang disampaikan Colin.
Tae San penasaran bagaimana
Colin bisa kenal dengan Meari. Colin memberi tahu kalau ia bertemu
dengan Meari di pesawat dari Jepang ke Korea. Tae San menebak apa
sekarang Eun Hee berada di Jepang. Colin membenarkan. Yoon tanya lalu
kenapa Colin berada di Korea. Jung Rok menyahut kalau Colin kabur dari
rumah. Colin menyangkal ia mengatakan kalau ia melakukan perjalanan.
Yoon mengira-ngira kalau Colin
lahir tahun 1995 berarti masih SMA ia heran kenapa Colin tak sekolah
malah bepergian. Colin mengatakan kalau di Jepang SMA itu tak wajib.
Jung Rok juga bertanya kenapa Colin mencari mereka berempat. Colin
mengatakan kalau uangnya sudah habis dan tak punya tempat tinggal di
Korea. Ia bermaksud merepotkan mereka berempat selama beberapa hari.
Tae San ingin tahu apa Eun Hee yang
menyuruh Colin menemui mereka berempat. Colin mengatakan kalau ibunya
tak tahu ia ada disini. Tapi ibunya sering membicarakan mereka berempat.
“Siapa? Siapa diantara kami berempat?” Tae San bersemangat ingin tahu. Jung Rok menebak pasti ia yang sering disebut Ibu Colin.
Do
Jin menyela apa teman-temannya tak lelah. Ia mengucapkan selamat datang
pada Colin. “Karena kau putra Kim Eun Hee kau boleh bersandar
sepenuhnya pada kami. Kau boleh tinggal selama beberapa hari.” Do Jin
menyarankan Colin tinggal di hotel perusahaan.
Colin : “Apa Paman menginginkanku tinggal di hotel?”
Do Jin : “Kenapa? Apa kau mau uang tunai?”
Colin menjawab bukan itu,
sebenarnya ia ingin tinggal di rumah paman ini katanya sambil menunjuk
Tae San. Karena ketika ibunya melihat foto mereka berempat dia terus
menyebut paman ini.
Tae
San jelas saja senang ia tak menyangka Eun Hee menyebut namanya di
depan Colin. Jung Rok tak percaya pasti Colin salah dengar. Tae San
dengan sombongnya bilang kalau yang disebut itu dirinya. “Apa? Kereta
api ke Chuncheon? Tertinggal kapal terakhir? Bagaimana mungkin kau
membiarkan anak ini tinggal di hotel?”
Tae San mengajak Colin ke
rumahnya. Jung Rok melambai mengucapkan selamat jalan sambil duduk manis
menopang kakinya. Do Jin bertanya kenapa Jung Rok tak ikut pergi. Jung
Rok mengatakan kalau tubuhnya ini juga membutuhkan tempat tinggal (dia
kan masih ribut sama istrinya)
Yi
Soo masih belum jauh, langkahnya untuk pulang terasa berat karena rasa
ingin tahunya yang tinggi. Ia menatap gedung apartemen Do Jin.
Yi Soo sampai di rumah dan Meari sudah ada disana. Yi Soo bertanya pada Meari tentang Kim Eun Hee.
Meari : “Apa penulis naskah drama Ghost? Oh... So Gan Ji.” (julukan So Ji Sub hihihi)
Yi Soo bilang bukan dia, ia
kembali bertanya diantara orang-orang yang Meari kenal apa ada nama Kim
Eun Hee. Meari mengingat-ingat, “Apa mungkin itu cinta pertama kakakku?”
Meari
menjelaskan kalau mereka bertemu dengan Eun Hee ketika kencan buta
sewaktu masih kuliah, mereka semua terpesona olehnya. Tapi suatu hari
dia pergi ke Amerika tanpa mengucapkan kata-kata perpisahan sama sekali.
Karena itulah mereka berempat tak bisa melupakannya. Meari mendesah
seharusnya trik seperti itulah yang harus ia pelajari. Mereka berempat
bisa berkelahi hanya gara-gara menyebutkan namanya. Ia menilai mereka
berempat sangat kekanak-kanakan. Kini Yi Soo paham ternyata Kim Eun Hee
itu cinta pertama mereka berempat.
Meari
ingat sikapnya tempo hari, ia benar-benar minta maaf karena waktu itu
ia meluapkan amarahnya seperti anak kecil. Ia tulus mendukung hubungan
gurunya dengan Do Jin.
Yi Soo terus berfikir kalau
memang wanita itu cinta pertama mereka berempat dan sekarang putranya
muncul. Meari jelas kaget putra Kim Eun Hee muncul.
Se
Ra akan memesan makanan dan menawarkan apa Meari mau makan malam. Meari
menolak ia sudah mau pergi. Se Ra melihat wajah Yi Soo yang murung,
bukankah Yi Soo bilang padanya ada kencan tapi kenapa Yi Soo sudah
pulang tanpa makan malam dulu. Yi Soo tak menjawab ia malah bertanya apa
Tae San pernah menceritakan pada Se Ra tentang cinta pertama Tae San.
Se Ra : “Kenapa? Apa cinta
bertepuk sebelah tangannya belum cukup? Apa sekarang aku juga harus tahu
tentang cinta pertamanya? Kenapa? Apa Im Tae San bertemu cinta
pertamanya?”
Yi Soo menjawab tidak tapi ia
mendengar kalau cinta pertama mereka berempat adalah orang yang sama. Se
Ra tak mengerti apa lagi ini, bagaimana mungkin cinta pertama empat
orang pria adalah orang yang sama. Meari menyahut mungkin dia wanita
yang sangat cantik. Se Ra mendelik, Meari langsung bersikap cuek.
Ada
yang menelepon Yi Soo, ibunya. Yi Soo tak menjawabnya. Se Ra tanya dari
siapa. Yi Soo menjawab itu dari ibunya. Se Ra sepertinya mengerti
kondisi keluarga Yi Soo ia bertanya apa dia baik-baik saja. Yi Soo tak
menjawab ia pamit akan ke kamar dan berpesan Meari hati-hati di jalan,
ia minta maaf karena tak bisa mengantar sampai di pintu. Yi Soo ke kamar
meninggalkan ponselnya.
Meari penasaran ia pun bertanya
pada Se Ra kenapa dengan gurunya, apa hubungan gurunya dengan ibunya tak
baik. Se Ra mendelik memangnya kenapa kalau tak baik. Meari merengut
dan berkata kalau ia hanya tanya saja, apa tak boleh.
Se Ra berbasa-basi bertanya
bagaimana kabar Kakak Meari. Meari menjawab keadaan kakaknya seperti
sebelumnya kenapa Se Ra menanyakannya. Se Ra balas menjawab kalau ia
hanya tanya saja, apa tak boleh. Ia berpesan Meari hati-hati di jalan.
Meari
sendirian di ruang tamu, ia melihat ponsel Yi Soo yang tergeletak di
kursi. Rasa keingintahuannya sangat besar. Ia mengumpat dirinya sendiri.
Pelan-pelan ia mengambil ponsel Yi Soo dan membaca SMS dari ibu Yi Soo,
‘Ayo bicara’
Tae
San sampai di rumah, ia menunjukan letak setiap bagian rumahnya pada
Colin. Ia meminta Colin menganggap rumahnya seperti rumah sendiri. Colin
juga bisa membaca buku-buku yang ada disana.
Meari sampai di rumah, Tae San
kesal adiknya tak bisa pulang cepat. Meari kaget Colin ada di rumahnya.
“Ada apa denganmu kenapa kau ada disini?”
Tae San ingat kalau Meari dan
Colin sudah pernah bertemu sebelumnya. Ia mengatakan kalau Colin anak
temannya. Dia sedang bepergian di Korea jadi dia akan menginap beberapa
hari disini.
Meari : “Oppa, Jadi dia anak cinta pertamamu?”
Tae San kaget dari mana Meari tahu.
Colin bersikap sopan pada Meari, “Salam hormat Noona?”
Meari
: “Salam hormat apa? Kita bahkan sudah makan bersama beberapa kali. Dan
juga kau tak pernah menggunakan bahasa formal sebelumnya. Apa-apaan
ini sekarang? Noona? Oppa orang ini benar-benar aneh.”
Tae san menyampaikan pada Colin kalau
Meari tak sama seperti dirinya, dia tak selembut dirinya. Sifatnya
seperti keluarga dari pihak ibunya. Ia membolehkan Colin tinggal di
rumahnya beberapa hari anggap seperti rumah sendiri dan Colin bisa
melakukan apapun di rumah ini.
Colin kembali berkata sopan pada Meari, “Meskipun begitu Noona juga ada disini. Jadi lebih baik aku sedikit sadar diri,”
Tae San tak menyangka Colin
memiliki sifat yang santun. Ia sudah menduga kalau Eun Hee pasti
mengajarkan sopan santun pada anaknya. Tae San menunjukan kamar mana
yang akan dipakai Colin.
Colin kembali menyapa Meari, “Kalau begitu senang bertemu denganmu, Noona.”
Meari jelas kaget dengan sikap
Colin yang berubah total di depan kakaknya. Ia menilai kalau Colin ini
sesosok orang yang bermuka dua.
Tae
San mendekat kearah Meari dan berbicara pelan. Ia ingin tahu dari mana
saja Meari apa dari rumah Yi Soo. Meari balik bertanya sebenarnya apa
yang ingin kakaknya ketahui karena Se Ra juga menanyakan tentang
kakaknya.
Tae San penasaran lalu apa yang Meari
katakan pada Sera. Meari tak mau mengatakannya dan bergegas ke kamar.
Tae San ingin tahu Se Ra bertanya apa lagi apa hanya itu saja, ia
mengikuti adiknya ke kamar.
Se
Ra melapiaskan semua emosinya dengan berlatih golf. Ia mengingat
pembicaraannya dengan Tae San tentang pernikahan dan pembicaraan itu
berakhir dengan keributan diantara keduanya.
Junior Se Ra menyapanya, ia
mengingatkan kalau Se Ra berlatih seperti itu bahu Se Ra bisa terluka.
Se Ra tak ingin menanggapinya, “Lebih baik lakukan saja apa yang kau
lakukan. Jangan bicara padaku kecuali aku yang mengajakmu bicara.”
Junior Se Ra berlatih di belakang Se
Ra, ia merasa Se Ra lebih baik bermain baseball saja daripada bermain
golf karena karir pemain baseball lebih panjang. Se Ra kesal mendengar
ocehan juniornya. Ia menyuruhnya diam bagaimanapun juga ia tetap senior.
“Memangnya kau pernah memperhatikanku? Senior seperti apa itu?”
“Apa kau bilang?”
“Tapi
memangnya kenapa kalau prestasiku lebih baik? Tapi bayarannya lebih
banyak daripada aku. Kontrak iklan, poster, bahkan bermain golf dengan
bos besar. Mungkin saja dia sampai tidur dengan mereka. Aku penasaran
berapa tarifnya semalam.” Kata Junior Se Ra menyindir.
Hati
Se Ra yang sedang emosi tambah mendidih mendengar ocehan juniornya. Ia
mendorong juniornya dengan stik golf yang ia pegang. Juniornya tak
terima tapi Se Ra melakukannya lagi bahkan lebih keras.
Se
Ra habis kesabaran ia menjatuhkan stik golfnya, menjambak dan mendorong
juniornya hingga terjatuh. Si Junior tak terima keduanya beradu otot.
“Apa karena usiamu lebih muda kau mau membandingkan kemampuanmu? Apa kau
tahu karena ulahmu orang menyebutmu bodoh?” bentak Se Ra.
Dan buk... si junior menghantamkan kepalanya ke wajah Se Ra. Se Ra mengaduh memegangi mata kanannya.
Si
junior mencengkeram baju Se Ra tapi tepat saat itu ada seseorang yang
datang dan menahan kelakuan si junior, Park Min Suk. Min Suk memegang
tangan si junior keras, “Apa ini pertarungan antara senior dan junior
yang berbakat? Cukup menarik!”
Si Junior meronta meminta dilepaskan, “Ahjumma siapa kau?”
Min Suk : “Apa kau ingin tahu? Sebentar lagi kau akan tahu.”
Min Suk berteriak memanggil
pemilik tempat latihan, Presdir Kim. “Apa seperti ini caramu mengelola
tempat latihanmu.” Ia juga meminta kerumunan orang-orang agar
membubarkan diri.
Min
Suk mengantar Se Ra periksa ke dokter. Dokter mangatakan kalau bagian
putih mata Se Ra sedikit memar dan terjadi pendarahan di rongga mata. Ia
menyarankan agar Se Ra memakai penutup mata selama seminggu dan minum
obat sesuai dengan yang diresepkan. Dokter juga menyarankan agar Se Ra
menghindari aktifitas yang berat dan juga jangan terlalu sering
menggerakan kepala.
Se Ra menyahut bagaimana dengan air
mata (maksudnya menangis kali ya) Dokter tak mengerti maksud Se R. Se Ra
tak mau membahasnya lebih lanjut dan bilang tak ada apa-apa.
Min
Suk menemani Se Ra menunggu obat yang diresepkan dokter. Mata kanan Se
Ra ditutup perban. Se Ra bertanya kenapa Min Suk menolongnya. Min Suk
malah balik bertanya apa ia harus menolong orang asing.
Ponsel Min Suk berdering, Se Ra
melihat sepertinya Min Suk sibuk ia menyarankan agar Min Suk pergi saja.
Min Suk bilang kalau suara ponselnya bukan karena ada yang menelepon
tapi itu bunyi alarm karena sekarang saatnya ia meminum tonik. Min Suk
pamit dan berpesan agar Se Ra hati-hati di jalan, “Lagi pula hubungan
kita tak cukup dekat untuk saling mengantarkan.” Ucap Min Suk.
Jung
Rok mengendap-endap di rumahnya. Ia mengambil beberapa pakaian miliknya
sambil melihat apakah situasinya aman, apakah istrinya ada di rumah.
Ternyata Min Suk belum sampai di rumah.
Jung
Rok membuka kulkas dan mengambil tonik miliknya, ternyata sudah hampir
habis. Ia mengambil tonik milik istrinya yang ternyata masih penuh. Min
Suk sepertinya jarang meminum toniknya. Ia heran kenapa istrinya tak
meminumnya. Ia pun menaruh tonik milik istrinya di kulkas.
Jung Rok memasukkan semua
toniknya ke tas dan siap akan pergi lagi. Tapi perutnya kosong ia pun
membuka satu bungkus tonik untuk mengisi perutnya yang kosong.
Tiba-tiba
terdengar seseorang menekan password pintu rumah, Min Suk datang. Jung
Rok panik. Ia harus bersembunyi, ia berputar-putar mencari tempat
persembunyian tapi tempat ia bersembunyi dirasa kurang aman, ia pun
hanya berputar-putar saja.
Dan Min Suk pun datang menatapnya marah, “Apa yang kau lakukan di rumah orang lain?”
Min Suk akan melanjutkan
kata-katanya tapi Jung Rok menyela dan mengerti kalau yang akan Min Suk
katakan adalah menyuruhnya pergi. Jadi ia akan segera pergi ia datang
untuk mengambil beberapa pakaiannya.
Min Suk melihat disana ada tas
dan juga kardus tempat tonik. Ia juga melihat kalau Jung Rok sedang
meminum toniknya. Ia tertawa sinis ternyata Jung Rok tak lupa menjaga
kesehatan tubuh walaupun keluyuran diluar sana. Ia melihat kalau tonik
milik Jung Rok sudah hampir habis dan meminumnya dengan teratur.
“Memangnya kau tahu apa manfaatnya?” Jung Rok menyahut bukankah ini baik
untuk kesehatan tubuh.
Min Suk : “Jadi kau pulang hanya untuk mengambilnya? Apa kau takut tubuhmu tak sehat lagi?”
Jung Rok : “Tentu saja aku harus meminumnya dengan teratur. Hanya dengan begitu kita bisa punya anak.”
Min Suk jelas tak paham, Jung
Rok bertanya bukankah tonik ini untuk membantu kesuburan karena itulah
ia terus meminumnya. Ia melihat kalau istrinya belum meminumnya
sedikitpun ia menawarkan apa mau ia membukakannya.
Min
Suk terdiam dan mengalihkan pandangannya ia jelas terlihat sangat
sedih. Ia berkata bukankah Jung Rok sudah mau pergi. Jung Rok mengerti
Min Suk masih marah padanya, ia meletakkan tonik yang belum
dihabiskannya di tepi meja. Jung Rok sadar dan tahu diri kapan saatnya
harus pergi dan saat ia tak diinginkan. Ia berpesan agar Min Suk menjaga
diri.
Sepeninggal
Jung Rok, Min Suk hanya bisa menangis diam. Air matanya semakin lama
semakin deras mengalir. Tonik yang ada di atas meja pun jatuh dan
cairannya membasahi lantai dan mengalir ke kakinya.
Di
Hwa Dam, Do Jin melamun mengingat pertemuan pertamanya dengan Eun Hee
ketika ia dan ketiga temannya melakukan kencan buta. Ketika itu ia jelas
terpesona dan langsung jatuh cinta pada Eun Hee sejak pandangan
pertama.
Tiba-tiba
Tae San datang dan menyahut kalau dia sangat cantik. Lamunan Do Jin pun
buyar. Tae San menebak Do Jin pasti sedang memikirkn Eun Hee. Ia
berbangga diri kalau ia sudah menyelamatkan banyak pria yang ingin mati
demi Eun Hee termasuk Jung Rok.
Do Jin menyahut bukankah Tae San
sendiri yang selalu mengatakan ingin mati di sungai Han. Tae San
tertawa kalau mengingat masa lalu itu, ia menilai kalau perasaan ini tak
mengenakan karena mereka berempat sangat menyukai Eun Hee. Ia heran
kenapa Eun Hee pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun. Ia penasaran
seperti apa pria yang menikahi Eun Hee.
Do Jin bertanya bagaimana
kabarnya. Tae San langsung paham yang dimaksud Do Jin pasti Colin. Ia
mengatakan kalau Colin baik-baik saja dan sepertinya pemuda itu betah di
rumahnya. “Tapi kalau dia benar-benar kabur dari rumah apa yang harus
kita lakukan?”
Do Jin : “Kalau kau kabur dari rumah akankah kau tinggal di rumah teman ibumu?”
Tae San merasa kalau mungkin
saja Colin seperti Eun Hee yang suka kesana kemari. Ia Ia merasa mereka
seharusnya menghubungi Eun Hee. Ia ingat beberapa tahun yang lalu Eun
Hee masih berhubungan dengan Jung Rok jadi menurutnya Jung Rok pasti
tahu atau punya nomor kontak Eun Hee. Do Jin ingat bukankah mereka
bertiga sudah mengembalikan ponsel Jung Rok ke settingan awal jadi
banyak nomor yang sudah terhapus. Tae San ingat itu, tapi bagaimanapun
juga waktu sudah berlalu dan Eun hee sudah menjadi seorang ibu.
Do Jin merasa kalau Tae San iri, ia
menyarankan lebih baik Tae San punya anak sendiri. Tae San kesal karena
itu bukan tugas perseorangan, wanita itu bahkan tak ingin menikah. Ia
pamit akan ke lokasi proyek sekarang.
Do Jin memberi tahu kalau ia
akan pergi ke lokasi proyek di Chuncheon minggu depan. Tae San jelas
senang karena akhir pekan ia tak harus meninjau lokasi proyek. Ia minta
Do Jin berjanji. Do Jin melihat ponselnya siapa tahu ada kabar dari Yi
Soo tapi tak ada. Ia menilai walaupun Yi Soo penasaran tapi Yi Soo
termasuk wanita yang sangat sabar. Do Jin pun melanjutkan pekerjannya.
Yi
Soo sampai di ruang guru setelah ia mengajar. Ia memeriksa ponselnya
siapa tahu ada kabar dari Do Jin tapi tak ada. Ia jelas kecewa dan
meletakan kembali ponselnya di meja.
Dong Hyub datang menemuinya dan
memberikan buku yang ia terima dari Yi Soo sebagai tugas menyalin. Dong
Hyub mengatakan kalau buku itu hadiah darinya. Yi Soo mengatakan
bukankah ia memberikan buku ini untuk dicatat oleh Dong Hyub kenapa
sekarang bisa jadi hadiah.
Dong Hyub memberi tahu kalau ini buku
yang baru dan buku milik gurunya ia simpan. Tapi walaupun begitu Yi Soo
tetap meminta Dong Hyub untuk mencatatnya. Dong hyub mengatakan kalau ia
hanya akan membacanya saja. Yi Soo tak percaya, ia bertanya apa gaji
Dong Hyub sudah dibayar.
Dong Hyub menyahut bukankah
seharusnya ia lebih mengkhawatirkan tubuhnya daripada uang. Yi Soo tahu
itu tapi tubuh Dong Hyub jadi seperti itu karena uang itu. Jadi tentu
saja Dong Hyub harus mengkhawatirkan uangnya lebih dulu. Dong hyub
tertawa dan mengatakan kalau uangnya sudah dibayar jadi karena itulah ia
membeli buku yang baru dan memberikannya pada Yi Soo sebagai hadiah.
Yi Soo menerima hadiahnya dan
berterima kasih. Ia pun mengingatkan sekarang Dong Hyub harus mulai
berfikir tentang hal yang telah Dong Hyub janjikan padanya, tentang apa
yang akan Dong Hyub lakukan untuknya.
“Apa pacar?” Dong Hyub menggoda gurunya hehe.
Yi
Soo kesal apa Dong Hyub masih belum sadar juga. Apa Dong Hyub ingin
bahunya patah dulu baru kemudian sadar. Dong Hyub tersenyum-senyum. Yi
Soo juga mengingatkan kalau sekarang ia sudah punya pacar. Yah raut
wajah Dong Hyub pun berubah muram. Yi Soo tanya apa Dong Hyub belum
mendengar gosip tentangnya. Dong Hyub tak menjawab, ia berkata kalau ia
akan memikirkannya lagi tentang janjinya pada Yi Soo. Yi Soo
menyambutnya senang, ia akan menggunakan perwaliannya untuk mengawasi
Dong Hyub. Dong Hyub setuju dan mohon diri.
Malam
hari Yi Soo tak bisa tidur ia hanya membolak-balikan tubuhnya di
ranjang. Pikirannya jelas gelisah ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi
tapi Do Jin tak segera menghubunginya. Ia bolak-balik melihat ponselnya
siapa tahu ada pesan atau panggilan dari Do Jin.
Ia bangkit dari tempat tidur dan
menyalakan lampu kamar, ia terus menatap layar ponselnya berharap Do
Jin segera menghubunginya. Yi Soo mondar-mandir gelisah di kamarnya. Ia
pun meletakan ponselnya di meja. Tak lama setelah itu ada SMS masuk. Yi
Soo segera membacanya, SMS dari Do Jin.
‘Tak bisa tidur kan? Aku sudah
disini tanpa pemberitahuan. Jangan terlalu berdebar-debar. Keluarlah
sekarang! Aku ada di depan rumahmu.’
Yi
Soo keluar dan melihat Do Jin berdiri menunggu di depan rumah. Yi Soo
merengut kesal kenapa Do Jin tak meneleponnya. Do Jin malah balik
bertanya memangnya siapa yang mengirim pesan yang baru saja Yi Soo
terima. Yi Soo bilang maksudnya seharian ini Do Jin tak memberi kabar
padanya.
Do Jin : “Apa kau merindukanku? Karena tak ada telepon sama sekali kau jadi terluka dan gelisah. Apa kau membenciku?”
Yi Soo mendelik kesal dan bilang
tentu saja. Do Jin merasa kalau Yi Soo juga tahu kalau Yi Soo keras
kepala. Tapi walaupun begitu apa Yi Soo tak pernah berfikir untuk
meneleponnya lebih dulu. Yi Soo berkata apa sekarang Do Jin mau balas
dendam padanya bukankah seharusnya orang yang bersalah dulu yang harus
menelepon.
Do Jin menawarkan apa Yi Soo mau
jalan-jalan. Yi Soo kembali mendelik kesal. Do Jin bilang kalau Yi Soo
menolak berarti mereka akan bepergian. Yi Soo tambah kesal dan menyahut
kalau Do Jin sangat keterlaluan.
Do
Jin berjalan lebih dulu dan menunggu Yi Soo di depan pagar, tangannya
ia keluarkan dari saku celana siap menyambut Yi Soo. Yi Soo diam saja,
tapi tak lama kemudian ia pun menghampiri Do Jin dan menyambut tangan Do
Jin. Keduanya bergandengan tangan. (alamak hihi...)
Keduanya
menyusuri jalanan malam sambil bergandengan tangan. Do Jin menebak
pasti Yi Soo ingin tahu mengenai Eun Hee. Yi Soo jelas saja ingin tahu
karena mereka berempat terkejut pada saat yang bersamaan.
Do Jin memberi tahu karena
tergila-gila pada Eun Hee persahabatannya hampir saja berakhir. Yi Soo
penasaran apa benar Eun Hee itu cinta pertama Do Jin.
Do Jin pun mulai bercerita kalau
20 tahun yang lalu ia benar-benar menyukai seseorang. Sangat
mencintainya dan pemuda kemarin adalah putranya. Kalau tentang itu Yi
Soo sudah tahu. Do Jin tanya apa hanya itu saja yang ingin Yi Soo
ketahui. Yi Soo tentu saja ingin tahu semuanya bagaimana mungkin kalau
hanya segitu.
Do Jin bertanya apa lagi yang
ingin Yi Soo ketahui. Yi Soo ingin tahu apa Do Jin tak bisa
melupakannya. Do Jin tentu saja tak bisa melupakknya, bagaimana bisa ia
melupakannya tapi ia tak memikirkannya setiap hari.
Yi
Soo berjalan terdiam Do Jin memperhatikan raut wajah Yi Soo yang tampak
bingung bukankah Do Jin memiliki memory yang kadang terlupakan. Do Jin
mulai bercerita lagi mulai dari teman yang mengkhianatinya ketika
memulai usaha, para karyawan yang meninggalkannya ketika itu, Guru
SMA-nya yang tinggal serumah, bos perempuan yang mengizinkan mereka
hutang alkohol saat masih kuliah, cuaca dihari ketika Betty tiba, ia
ingat semuanya.
“Sama seperti dengan wanita yang
benang bajunya terurai setelah tersangkut di tasku.” Do Jin berhenti
berjalan dan menatap Yi Soo, “20 tahun kemudian walaupun kau tak berada
di sampingku aku akan tetap mengingat semuanya.”
Yi Soo berandai-andai ia memikirkan
dengan cara seperti itu. Do Jin merengut kecewa, “Apa ini? Kau sudah tak
cemburu sama sekali? Demi kau, aku bahkan menabrakan mobilku.”
Yi Soo tersenyum apa gunanya cemburu,
bagaimana mungkin ia menandingi cinta pertama dalam ingatan seorang
pria. Yang harus ia lakukan adalah bagaimana memikirkan cara agar
kenangan itu tak terlalu sering muncul. “Diantara semua orang yang tak
bisa kau lupakan hanya aku... yang ada saat ini.”
Do Jin bertanya kenapa Yi Soo tak
mencoba hadir di masa depannya. Yi Soo mengatakan kalau untuk satu menit
ke depan ia bisa melakukannya, kalau hanya segitu ia bisa berjanji.
Yi Soo tanya dimana anak itu sekarang.
Do Jin mengatakan kalau anak itu berada di rumah Tae San karena dia
ingin tinggal disana. Ia menduga mungkin orang yang benar-benar disukai
Eun Hee adalah Tae San. Waktu itu ia benar-benar tak menanggapinya
dengan serius.
Yi Soo : “Bukankah sudah kubilang, untuk kami para wanita Tae San itu sangat atraktif...”
Do Jin sewot tak suka Yi Soo memuji Tae San. Yi Soo tertawa dan menutup mulutnya ia sudah keceplosan bicara.
Tiba-tiba
cup... Yi Soo mencium pipi Do Jin kemudian secepat mungkin berjalan
mendahului Do Jin. Do Jin tanya yang tadi itu apa. Yi Soo menjawab kalau
yang tadi dilakukannya hanya sedikit kasih sayang. Do Jin mengejar Yi
Soo dan mengancam kalau Yi Soo tertangkap ia tak akan melepaskan Yi Soo.
hahaha.
Yi
Soo tiduran di ranjang kamarnya, Do Jin duduk di sebelahnya mengusap
lembut kepala Yi Soo. Dengan suara pelan Yi Soo menyuruh Do Jin pergi,
bagaimana kalau Se Ra bangun dan melihat mereka berdua. Do Jin malah
menyahut siapa suruh Yi Soo begitu licik dan berani menciumnya. Ia ingin
menyentuh rambut Yi Soo sampai tenaganya habis. Yi Soo menyahut kalau
nanti kepalanya akan jadi botak.
Do Jin berkata kalau benar begitu ia
akan meninggalkan Yi Soo. Tapi menurut Yi Soo Do Jin tak akan bisa
meninggalkannya. Walapun perutnya berlemak Do Jin akan tetap
menyukainya.
Do
Jin membetulkan letak posisi tidur Yi Soo dan ia pun berbaring di
samping Yi Soo. Yi Soo tanya apa yang Do Jin lakukan bagaimana kalau Se
Ra bangun. Do Jin menyuruh Yi Soo diam, asalkan Yi Soo tak berisik Se Ra
tak akan bangun. Do Jin semakin mendekatkan dirinya pada Yi Soo.
Yi Soo mendorong Do Jin, “Cepatlah...!”
“Cepat apa? Seperti ini?” Do Jin menggoda dengan memeluk Yi Soo.
Yi Soo bangun dan menyuruh Do
Jin cepat bangun. Tapi Do Jin kembali mengatakan apa Yi Soo ingin
bepergian dengannya. Yi Soo kesal Do Jin sudah keterlaluan ia akan
memukul Do Jin dengan bantal, tapi Do Jin menarik Yi Soo cepat. Dan
keduanya kembali berbaring bersama.
Do Jin menyuruh Yi Soo tidur, ia akan
pergi begitu Yi Soo tertidur. Do Jin mendorong kepala Yi Soo dengan
jarinya agar kepala Yi Soo bersandar pada bantal.
Keduanya saling menatap. Do Jin mulai menepuk bahu Yi Soo. Tatapan mata Yi Soo benar-benar memancarkan kenyamanan di hatinya.
Do Jin : “Kenapa jantungmu berdegup kencang sekali.” (alamak cewek mana yang ga deg-degan)
Yi Soo menyangkal itu bukan
detak jantungnya. Do Jin tak masalah. Yi Soo mengaku sepertinya memang
suara detak jantungnya. Do Jin berkata kalau ia menyukai Yi Soo yang
belum berpengalaman seperti ini. Yi Soo menyahut apa Do Jin tak pernah
berfikir kalau ia pura-pura polos. Do Jin berkata walaupun begitu ia
tetap menyukainya.
Mata
mereka terus bertemu, Yi Soo pun mengungkapkan sebuah permintaan.
“Jangan berhenti mencintaiku sebelum aku berhenti mencintaimu.” Do Jin
menyanggupinya. Tapi Yi Soo masih belum yakin Sungguhkah Do Jin akan
menyanggupinya.
Do Jin : “Kenapa semua wanita selalu merasa tak aman?”
Yi
Soo : “Karena pria selalu mengatakan satu hal pada satu waktu dan
mengatakan sebaliknya pada lain waktu. Tapi kedua-duanya mereka lakukan
dengan sungguh-sungguh. Itulah masalahnya.”
Do Jin menyampaikan kalau yang
dikatakannya hari ini, besok juga sama. Begitu juga lusa dan hari
setelahnya. Dalam sebulan akan tetap sama. Jadi Yi Soo bisa merasa aman
dalam sebulan. Haruskah ia mengatakan begitu agar Yi Soo tenang. Yi Soo
tersenyum dan berkata itu sedikit lebih baik.
Do Jin : “Baiklah, kalau begitu selama sebulan aku akan mencintai Seo Yi Soo. Aku akan memberitahumu tentang rencana selanjutnya setelah satu bulan.”
Yi
Soo tertawa kalau begitu ia akan menjadi masa depan Do Jin selama satu
bulan. Ia menyuruh Do Jin pergi karena ia sendiri sudah mengantuk. Ia
sangat sensitif, ia bisa terbangun walau hanya mendengar suara sedikit
saja. Do Jin meminta Yi Soo tidur saja. Do Jin terus menepuk Yi Soo. Yi
Soo memejamkan matanya makin lama makin terlelap Yi Soo pun tidur
nyenyak.
Do Jin : “Sensitif? Kau bahkan bisa tidur nyenyak meskipun aku ada di sampingmu.”
Do Jin perlahan menarik tangannya yang dari tadi digunakan sebagai bantal. Ia juga menyelimuti tubuh Yi Soo dengan selimut.
Do
Jin mengambil jaket dan tasnya. Ia melihat di sebelah meja ada tas yang
isinya baju rajutan Yi Soo yang benangnya terurai. Do Jin pun mengambil
gulungan benang dan membawanya pulang.
Se
Ra di kamarnya ternyata ia belum tidur. Ia mengusap lembut matanya yang
terluka. Ia menerima panggilan telepon dari Tae San. Se Ra pun
menjawabnya.
Tae
San ternyata ada di depan rumah Se Ra, ia bertanya dimana Se Ra. Ia
mengajak Se Ra bertemu. Se Ra mengatakan kalau hari ini ia tak bisa
karena ada sesuatu yang terjadi. Tae San tanya sesuatu apa jangan
mencoba mencari alasan untuk sembunyi darinya karena itu bukan karakter
Se Ra.
Se Ra berkata karena itulah ia
membenci Tae San, apa lagi yang harus ia sembunyikan karena Tae San tahu
segalanya tentang dirinya. Ia tak peduli Tae San mau berfikir kalau ia
berbohong atau tidak. Ia kesal dan menutup teleponnya.
Do
Jin keluar membuka pintu pelan-pelan. Tae San kaget melihat Do Jin
keluar dari dalam rumah. Do Jin juga sama ia terkejutnya melihat ada Tae
San disana.
Tae San heran ada apa dengan Do
Jin kenapa keluar dari sana. Do Jin mengatakan kalau ia sedang pacaran
dengan salah seorang penghuni rumah ini apa secepat itu Tae San lupa. Ia
juga bertanya kenapa Tae San ada disini. Tae San mengatakan kalau ia
sedang perang dingin dengan salah seorang penghuni rumah ini.
Do
Jin mengatakan kalau wanita yang tinggal di rumah ini memang tak mudah
ditangani. Keduanya menatap rumah yang ditinggali oleh dua wanita yang
mereka cintai.
Meari
keluar dari kamarnya dan melihat Colin duduk santai dengan kaki yang
satu nangkring di meja sambil memainkan laptop. Meari tak menyangka
Colin benar-benar bersikap seperti berada di rumah sendiri. Colin
menyahut kalau Kakak Meari yang menyuruhnya begitu. Colin kembali
menggunakan bahasa tidak formal di depan Meari. Meari heran bukankah
Colin sudah setuju untuk menggunakan bahasa formal dengannya. Colin
berkata kalau Kakak Meari sekarang sedang tak ada.
Meari
kesal bukan main, ia seakan ingin memukul Colin yang selalu bermuka dua
di depan kakaknya. “Harus kuapakan anak ini? Apa yang harus kulakukan?”
Meari merebut laptopnya. Ia
meminta Colin bicara jujur apa sebenarnya yang sudah Colin lakukan pada
kakaknya, dengan galaknya ia bertanya apa tujuan Colin mendekati
keluarganya. Colin menyahut siapa yang pertama kali mengajak bicara di
pesawat dan siapa yang terperangkap di toilet klub waktu itu. Meari
menebak apa Colin merencakan semua ini. Colin tertawa ia mengira Meari
pasti berfikir kalau Meari itu anak presiden.
Meari
makin emosi, melihat tingkah Colin darah tingginya seakan tiba-tiba
naik. Colin mengingatkan Meari jangan terlalu marah karena Meari nanti
bisa memiliki perasaan padanya. Meari jelas kesal ternyata ada orang
seperti Colin di dunia ini.
Ponsel
Meari berdering, Yoon meneleponnya. Meari tentu saja senang dan
menjawabnya dengan suara lembut nan mesra. Colin berguman ternyata dalam
sekejap saja sikap Meari sudah berubah.
Ternyata Yoon menelepon Meari
karena dia ingin bicara dengan Colin. Meari jelas bete. Ia pun
memberikan ponselnya pada Colin agar bisa bicara dengan Yoon.
Yoon
menyampaikan kalau ada beberapa hal yang harus ia bicarakan dengan
Colin, ia mengajak bertemu. Colin setuju dan bertanya Yoon ada dimana
karena ia akan kesana. Tapi Yoon akan datang ke rumah menemui Colin. Ia
mengatakan kalau ia sudah dekat (padahal masih di kantor) Setelah
menutup telepon Yoon pun bergegas buru-buru ke rumah Meari.
Yoon
datang disambut oleh Meari dan Colin. Meari tersenyum sumringah dengan
dandanan cantiknya. Colin menyindir bukankah Yoon tadi bilang sudah
dekat dari sini tapi ternyata cukup lama. Yoon beralasan kalau ia masih
ada janji jadi agak lama.
Yoon mengajak Colin bicara empat
mata di kamar Tae San. Meari menawarkan Yoon mau minum teh apa. Yoon
bilang tak usah dan mengingatkan Meari jangan mendengarkan apa yang ia
bicarakan dengan Colin. Meari cukup menunggu disini saja.
Yoon
membahas hal yang terakhir kali Colin bicarakan dengannya di kantor.
Colin menyahut memangnya pengacara di Korea masih melakukan konsultasi
secara pribadi. Yoon tak mau mendengar apapun lebih baik Colin jawab
saja pertanyaannya.
“Im
Meari, turun!” teriak Yoon yang tahu kalau Meari naik ke kamar Tae San
untuk menguping. Meari sadar kalau ia sudah ketahuan dan turun perlahan.
Hehe.
Yoon melanjutkan kembali pertanyannya, “Ayah kandung yang kau ketahui beberapa waktu lalu apa ada hubungannya dengan kami?”
Colin menilai sepertinya Yoon
benar-benar menyukai ibunya. Yoon meminta Colin menunjukan paspor tapi
Colin menolak karena itu melanggar privasinya. Yoon tak yakin apa Colin
benar-benar lahir tahun 1995.
Colin malah bertanya apa mungkin
Yoon ini ayah kandungnya. Yoon mengatakan kalau kedatangannya bukan
untuk bermain-main dengan Colin jadi jangan mengganti topik pembicaraan.
Colin menyampaikan kalau nanti ia butuh uang ia akan memberi tahu Yoon,
jadi sebelum itu ia minta Yoon merahasiakan apapun yang Yoon temukan
dan jangan membocorkannya.
Yoon tanya berapa lama Colin berancana
tinggal di Korea. Colin menjawab kalau itu terserah pada kalian para
ahjussi. Ia datang kesini hanya untuk mendatangkan masalah bagi kalian
berempat.
Yoon berpesan agar meminta nomor
ponselnya pada Meari. Ia minta Colin segera menghubunginya begitu ada
yang ingin Colin sampaikan. (wow inilah kelebihan Yoon ia sudah merasa
ada gelagat yang aneh dari si Colin... ah Colin menyebalkan tapi juga
menggemaskan hahaha)
Yoon ingat sesuatu ia pun bertanya apa
Colin akan tinggal di rumah seharian. Colin mengatakan kalau sepertinya
begitu karena ia tak ada janji. Colin bingung apa maksud pertanyaan
Yoon yang terakhir ini.
Keduanya
sampai di lantai bawah dan berpapasan dengan Meari yang akan ke kamar
kakaknya membawakan minuman. Ia heran apa pembiacaraannya sudah selesai
kenapa cepat sakali. Yoon tak menanggapinya ia malah bertanya jam berapa
Meari bekerja. Meari mengatakan kalau ia berancana berangkat setelah
makan siang (itu tandanya Meari akan di rumah dulu yang artinya akan
berdua dengan Colin)
Yoon mengatakan kalau lalu lintas hari
ini macet sekali lebih baik Meari berangkat lebih awal. Karena ia
melewati jalan yang sama dengan tempat kerja Meari maka ia akan
menurunkan Meari......
Belum sempat Yoon menyelesaikan
kata-katanya Meari langsung menyodorkan nampan minuman ke Colin dan
segera masuk ke kamarnya mengambil tas siap berangkat bersama Yoon. Ia
jelas saja tersenyum senang karena bisa bersama-sama dengan Yoon. Colin
hanya bisa menarik nafas. (Tuh kan Yoon ga mau Meari deket-deket sama
Colin hihi cembokur dia)
Meari
satu mobil dengan Yoon, ia tersenyum ceria menatap jalanan yang ramai.
Ia bergumam kalau ini jalan yang ia lalui setiap hari tapi kenapa
sekarang jalan ini tampak diwarnai pelangi.
Yoon tak menanggapinya ia malah
bertanya mengenai hal yang ia katakan pada Meari tempo hari, apa sudah
Meari pikirkan. Meari kesal karena ia baru saja berfikir kenapa Yoon tak
mengungkit tentang hal itu tapi ternyata Yoon mengungkitnya juga. Tentu
saja ia memikirkannya karena ia memikirkan Yoon setiap hari.
Yoon
berkata kalau begitu seharusnya Meari sudah memiliki kesimpulan. Meari
mengatakan tentu saja sudah, “‘Jadi seperti ini ekspresi Kakak ketika
dia mengatakan sesuatu yang kejam, jadi seperti ini suara yang dia
gunakan khusus untuk membuatku terluka’”
Yoon ingin meluruskan maksudnya tapi
Meari menyela dan berkata kalau ia tahu, “Singkatnya kakak memintaku
jangan main-main dan segera menghilang, jadi aku memikirkannya. Orang
akan selalu mengingat siapa yang menyakiti mereka. Jadi kalau aku ingin
tak terlupakan aku hanya perlu menyakiti mereka.”
Yoon : “Hei gadis ini, bukan itu yang kumaksud.”
“Apa
kakak pikir aku tak mengerti maksud kakak? Memangnya dia masih muda?
Dia tak pernah menjalin hubungan dimasa lalu? Dia juga tak setampan Kak
Do Jin. Dari mana rasa percaya dirinya datang? Pasti aku sudah buta. Apa
yang bisa disukai dari ahjussi seperti ini? Benar-benar tak masuk
akal.” kata Meari sinis pada Yoon.
Yoon tak habis pikir Meari
membandingkan dirinya dengan Do Jin dan juga mengeluarkan semua
kata-kata seperti itu. Ia cuma bisa bengong. Meari menyahut kalau tempat
kerjanya sudah dekat jadi hentikan mobilnya.
Sebelum
Meari keluar dari mobil ia menggoda Yoon, “Bagaimana? Apa kakak merasa
terluka? Kakak akan memikirkanku terus menerus kan?”
Meari keluar dari mobil, “Semoga
hari anda menyenangkan ahjussi!” kata Meari sambil menjulurkan
lidahnya. Yoon tersenyum-senyum melihat tingkah Meari. Haha.
Meari
kaget melihat Colin datang ke Mango Six. Ia mengira kalau Colin
mengikutinya. Tapi ternyata Colin ada janji bertemu dengan Jung Rok.
Meari
menyuguhkan minuman untuk Jung Rok dan Colin. Jung Rok bertanya apa
menyenangkan tinggal di rumah Tae San. Colin mengatakan kalau ia bukan
termasuk orang yang pilih-pilih tempat tingggal. Jung Rok mengatakan
kalau ia juga sama, ia bisa tidur nyenyak dimana saja bahkan sekarang ia
tinggal di rumah Do Jin (yah itu kan karena diusir sama Min Suk)
“BTW
apa disana ada pemilik rumah yang sependek ini? Kalau dia memarahimu
beritahu aku. Walaupun aku tak bisa melukainya tapi aku bisa melawannya
bersamamu.” kata Jung Rok dan jelas yang dimaksud adalah Meari.
Meari
masih berada di belakang keduanya mendengar setiap pembicaraan yang
keduanya bicarakan. Meari mendesis kesal dan seakan-akan ingin memukul.
Meari pun meninggalkan keduanya.
Jung
Rok masih penasaran apa benar Tae San satu-satunya orang yang paling
banyak diceritakan oleh Ibu Colin, bukan dirinya. Ia minta Colin
mengingat-ingat apa Ibu Colin pernah menyebutnya. Colin memberi tahu
kalau hanya ada satu alamat yaitu alamat ahjussi Jung Rok. Jung Rok
tentu saja senang. Sejak kapan ia menjadi pria yang tak terlupakan.
Jung Rok meminta nomor telepon
Ibu Colin karena nomor telepon yang ia simpan sudah dihapus
teman-temannya. Tapi Colin menolak memberikan nomor telepon ibunya. Jung
Rok merasa kalau sifat Colin ini sangat mirip dengan Eun Hee. Ia
mengatakan kalau Ibu colin pasti khawatir jadi cepat katakan nomor
teleponnya. Colin mengancam, “Kalau Paman ingin mendapatkan nomor ponsel
ibuku kita tak usah bertemu lagi.” Colin meninggalkan Mango Six dan
berterima kasih atas pemberian minumannya. Meari memperhatikan segala
tingkah Colin.
Yi
Soo mencari gulungan benang merah bajunya. Ia membolak-balik bajunya
mencari gulungan benang tapi tak ketemu juga (ya iyalah kan diambil Do
Jin) ia heran karena seingatnya ia menaruhnya disana. Yi Soo menerima
SMS dari Meari,
‘Kelihatannya para Oppa tidak pernah berhubungan dengan ibunya, dia hanya anak yang tak tahu malu.’
Yi Soo tersenyum membacanya tapi
tetap saja hatinya was-was, ia mengingat bagaimana raut wajah
keterkejutan Do Jin ketika mengetahui kalau pemuda itu putra dari Kim
Eun Hee.
Yi
Soo kembali mencari gulungan benang rajutannya di kolong meja. Tapi
sial ketika ia akan berdiri ia malah kejedot. Se Ra tergesa-gesa masuk
ke kamarnya meminta tolong padanya.
Yi
Soo berdiri dan terkejut melihat kondisi mata Se Ra. Se Ra tak punya
waktu untuk menjelaskannya. Ia mengatakan kalau di luar ada Tae San, ia
ingin Yi Soo keluar mengatakan pada Tae San kalau ia tak ada di rumah.
Terdengar dari luar suara teriakan Tae
San yang meminta Se Ra keluar. Se Ra memohon bantuan Yi Soo agar
membuat alasan karena ia tadi sudah mengatakan pada Tae San kalau ia tak
ada di rumah. Tae San kembali berteriak sambil menggedor pintu, ia
bilang kalau ia tahu Se Ra ada di rumah karena ia melihat mobil dan
lampu kamar Se Ra menyala bahkan ia melihat kalau Se Ra baru saja masuk.
Se Ra pun akhirnya mau keluar menemui
Tae San. Ia melepas perban mata dan menggantinya menggunakan kacamata
hitam. Yi Soo khawtair kapan terjadinya mata Se Ra sampai terluka
seperti itu.
Tae
San heran melihat Se Ra malam-malam menggunakan kacamata hitam. Ia
menebak apa Se Ra baru saja melakukan operasi plastik. Se Ra mengatakan
kalau wanita biasanya memakai kacamata hitam setelah operasi plastik
tapi mereka juga akan memakainya kalau keadaan mereka seperti ini kata
Se Ra sambil melepas kacamatanya.
Tae
San tentu saja terkejut dan khawatir. Ia ingin tahu siapa yang
melakukannya, si brengsek mana yang melakukan ini pada Se Ra. Tapi Se Ra
tak mau Tae San menyentuh luka di matanya. Tae San mengingatkan kalau
sampai sekarang Se Ra masih miliknya, tak peduli apakah 5 menit atau 5
detik. Se Ra memberi tahu kalau luka yang didapatnya ini terjadi karena
ia bertengkar dengan juniornya. Se Ra mengajak Tae San bicara di tempat
lain.
Keduanya
berada di dalam mobil di tepi jalan. Se Ra mengatakan kalau beberapa
hari ini ia sudah memikirkannya dengan serius, bukan dengan sikap
emosional tapi dengan rasional jadi Tae San jangan salah paham padanya.
Kalau Tae San ingin menikah lebih baik mereka putus saja.
Tae San menjelaskan kalau ia
sebelumnya sudah mengatakan bahwa ia akan tetap mendukung karir Se Ra,
ia mengizinkan Se Ra bermain golf seumur hidup. Apa sesulit itu untuk
menikah.
Se Ra : “Walaupun golf bukan sumber penghasilanku, aku tak bermain golf untuk bertahan hidup.”
Tae San meminta Se Ra jangan merubah
topik pembicaraan, ia akan bertanya pada Se Ra untuk yang terakhir
kalinya ia berharap Se Ra menjawabnya dengan berhati-hati, “Apa kau tak
ingin menikah denganku?”
Dengan sikap teguh Se Ra minta maaf.
Tae San sudah menduganya ia tak habis pikir apa semua wanita seperti ini
atau hanya Se Ra seorang yang begitu membingungkannya. Se Ra mengatakan
kalau ia berjuang untuk meraih posisinya saat ini jadi ia tak ingin
mundur dari posisinya.
Tae San meninggikan suaranya, “Siapa yang menyuruhmu mundur? Memangnya karir pemain golf profesional berakhir ketika menikah?”
“Akulah yang tak percaya diri,”
suara Se Ra tak kalah tinggi dan juga sedih. Ia mengatakan kalau
kemampuannya hanya sampai disini.
Tae San bertanya apa yang harus
dilakukannya, apa yang harus ia lakukan untuk Se Ra. Apa hubungan
keduanya benar-benar sampai disini saja. Se Ra diam. Tae San berjanji
kalau kali ini ia tak akan pernah kembali pada Se Ra, tak akan pernah
lagi. Bukankah Se Ra tahu kepribadiannya, ia sangat serius dengan
keputusannya.
Se Ra sudah hampir menitikan air mata
tapi ia terus menahannya. Ia memakai kaca matanya kembali dan segera
keluar dari mobil Tae San. Tae San memasang sabuk pengaman menyalakan
mesin mobil dan langsung tancap gas meninggalkan Se Ra sendirian di
jalanan malam. Se Ra mengangis di jalanan malam.
Pagi hari Do Jin tampak senang, ia pun bercukur agar tampil lebih muda. Saking senangnya ia melakukannya sambil joget-joget.
Tak
hanya berjoget di kamar mandi, ketika berada di luar pun ia tetap
berjoget bergoyang-goyang sambil bertepuk tangan mengikuti irama musik.
Yoon heran melihatnya karena tak seperti biasanya Do Jin sesenang ini.
Yoon bahkan sempat ikut bergoyang hahaha.
Yoon
penasaran ada apa dengan Do Jin kenapa senang sekali. Do Jin mengatakan
kalau ia akan pergi ke lokasi proyek. Yoon makin heran apa sesenang ini
pergi kerja. Do Jin kembali mengatakan kalau lokasinya berada di
Chuncheon yang jaraknya jauh dari Seoul, asing, malam yang panjang, dan
malam yang asing di pedesaan yang membuat seseorang berdebar-debar.
Yoon tanya apa Do Jin malam ini tak pulang ke rumah. Do Jin menyahut kalau besok pun ia tak ingin pulang.
Do
Jin menjemput Yi Soo. Di depan rumah Yi Soo sudah menunggunya. Keduanya
saling melempar senyum. Yi Soo segera masuk ke mobil dan menyapa Betty.
Do Jin jelas heran dengan sapaan Yi Soo pada Betty, “Apa yang baru saja
kau lakukan?”
Yi Soo tanya kenapa. Do Jin tak
mengerti kenapa Yi Soo memperlakukan Betty dengan baik. Yi Soo
mengatakan walaupun nanti ia putus dengan Do Jin tapi ia akan
berhubungan dengan Betty.
Do Jin : “Jadi kau ingin merampasnya?”
Yi Soo : “Kalau begitu aku juga harus bergaul dengan rumahmu.”
Yi Soo ingin tahu Do Jin akan mengajaknya kemana. Do Jin tak mengatakannya Yi Soo akan tahu sendiri setelah sampai disana.
Keduanya
menyusuri jalanan ramai yang panjang. Yi Soo heran kenapa sampai keluar
kota seperti ini. Ia pun bertanya sebenarnya mau kemana. Do Jin
menjawab bepergian, kalau Yi Soo tak suka bepergian anggap saja Yi Soo
sedang menjadi teman perjalanannnya.
Yi Soo kesal Do Jin tak memberitahunya
lebih dulu. Do Jin mengatakan bukankah ia sudah beberapa kali mengajak
Yi Soo bepergian. Yi Soo menyela kalau ia tak pernah mananggapinya
dengan menjawab ‘oke’. Yi Soosekali lagi bertanya kemana mereka akan
pergi.
“Chuncheon!” jawab Do Jin. Yi
Soo bertanya apa perjalanan seharian. Do Jin balik bertanya apa Yi Soo
pikir ia orang yang seperti itu.
“Betty stop!” teriak Yi Soo.
“Betty fighting! Tambah kecepatan!” Do Jin semangat.
Kim Do Jin-ssi!” bentak Yi Soo kesal.
“Betty fighting! Tambah kecepatan!” Do Jin semangat.
Kim Do Jin-ssi!” bentak Yi Soo kesal.
Keduanya
sampai di Chuncehon di lokasi proyek yang sedang dikerjakan Do Jin. Do
Jin menamani kliennya melihat lokasi yang berada di tepi danau.
Klien Do Jin menunjukan letak
dimana ia ingin membangun sekolah perhotelan. Do Jin penasaran apa
kliennya ini juga berencana membangun sekolah, ia merasa kalau ia harus
menjaga performa kerjanya.
Klien
mengatakan tunggu saja sampai resort ini dibangun dan setelah seseorang
menyelesaikan pendidikannya disana maka dia bisa langsung bekerja
disini. Karena pendidikan akan menjadi bagian dari produktivitas usaha.
Klien juga mengatakan kalau ia sudah membuat persetujuan kerjasama
dengan sekolah perhotelan terbaik di Switzerland, ia merasa kalau
akhir-akhir ini sangat bahagia.
Do Jin memberi tahu kalau ia juga
sedang menyelesaikan Pusat Pameran di Samseong-dong ia mengucapkan
sampai bertemu di Pembukaan Pusat Pameran. Klien mengatakan kalau
resort-nya sudah tak membutuhkan yang lain lagi. Hiburan, keselamatan,
dan gaya. Ia hanya membutuhkan tiga hal itu. Tapi Do Jin menilai kalau
ketiga hal itu sama dengan menginginkan segalanya karena itulah ia
merasa sekarat. Keduanya tertawa lebar.
Yi Soo memandang Do Jin dari dalam mobil dan tersenyum bangga.
Setelah
menamani kliennya. Do Jin mengajak Yi Soo jalan-jalan menyusuri tempat
itu. Tempat yang masih kosong yang ada hanya hamparan lahan luas yang
dipenuhi dengan rumput semak belukar dan dikelilingi pegunungan.
Do Jin : “Satu-satunya taman
dengan tema terunik di dunia dengan luas area 655rb meter persegi. Apa
kau pernah melihat sebelumnya? Dengan kapal pesiar dan vila taman.
Tempat kau bisa berenang dan bermain ski pada waktu yang bersamaan.”
Yi Soo menyindir apa Do Jin mau pamer
kalau Do Jin sudah pernah ke tempat seperti itu sebelumnya. Do Jin
mengatakan kalau ia juga belum pernah ke tempat seperti itu karena saat
ini tempat itu belum ada dan ini adalah lokasi pembangunannya. “Pulau
yang sedang kita jalani sekarang akan menjadi tempat berdirinya resort
dan taman dengan tema itu.”
Do Jin meminta Yi Soo menebak siapa
yang membuat desain keren ini. Yi Soo tersenyum dan sudah pasti ia
menebak kalau Do Jin lah yang mendesainnya, “Kalau kau sangat keren
kenapa kau masih melajang?”
Do Jin : “Itu karena aku sibuk mengalami kegagalan dan keberhasilan yang lebih besar daripada orang lain.”
Yi
Soo : “Walaupun hubunganmu yang rumit dengan wanita bisa dianggap
sebagai kelemahan tapi kalau aku tahu lebih awal kalau kau sangat keren
aku pasti akan terjerat lebih awal.”
Do Jin merangkul Yi Soo. Yi Soo
merengut meminta Do Jin menurunkan tangannya. Tapi Do Jin tak mau (tak
bisa) melakukannya. Yi Soo berkata bukankah sudah sangat jelas kalau Do
Jin datang kesini untuk bekerja tapi masih saja bilang padanya
bepergian, ia cemberut Do Jin sudah berbohong.
Do Jin menggoda apa Yi Soo merasa
kecewa. Yi Soo bilang tidak. Do Jin menyahut kalau tidak apa Yi Soo
benar-benar mau bepergian dengannya. Yi Soo mendorong Do Jin dan berkata
kalau Do Jin sudah keterlaluan. Do Jin merangkul lagi dan keduanya pun
menikmati keindahan pemandangan disana.
Yi
Soo dan Do Jin makan di restouran sebuah hotel. Do Jin ingin tahu kalau
Yi Soo membangun sebuah rumah, rumah seperti apa yang Yi Soo inginkan.
Yi Soo terdiam sejenak mendengar pertanyaan Do Jin, raut wajahnya
berubah sedih begitu ia mendengar kata rumah. Ia bertanya kenapa Do Jin
menanyakan itu. Do Jin mengatakan kalau ia ingin tahu jenis rumah yang
ingin ditinggali seseorang dan ia akan bisa memahaminya lebih baik lagi.
Do
Jin melihat wajah Yi Soo yang berubah sendu, ia menyadari sepertinya ia
sudah mengucapkan sesuatu yang membuat Yi Soo sedih. Yi Soo mengatakan
kalau ia ingin sebuah rumah yang tidak ingin ditinggalkan siapapun,
“Walaupun dia pergi untuk sementara tapi pada akhirnya rumah itu adalah
tempat dia ingin kembali.” Yi Soo mengatakan kalau ia ingin rumah
seperti itu.
Do Jin mengajak Yi Soo membangun rumah
itu di lahan yang harganya mahal, jadi tak ada yang ingin
meninggalkannya karena mereka takut harga rumah itu akan naik.
Do
Jin menyarankan selesai makan ia akan mengajak Yi Soo pergi. Yi Soo
tanya kemana apa ke ruang santai. Dengan tatapan nakal Do Jin mengatakan
kalau mereka akan ke kamar.
Yi Soo : Apa?
Do
Jin : “Memangnya hotel ini dibangun untuk tempat makan? Tempat yang
dibangun untuk makan namanya restouran. Bar untuk minum-minum. Apotik
untuk membeli obat dan hotel untuk tidur.
Yi Soo : “Apa kau sudah merencanakan semuanya sebelum membawaku kesini?”
Do Jin : “Kalau kau baru menyadarinya sekarang apa yang harus kulakukan?”
Yi
Soo teringat ketika di rumah tadi sebelum pergi ia memakai pakaian
dalam yang mana. Ia memakai pakaian dalam yang biasa. Tiba-tiba ia
terkejut dan berkata tidak, tidak boleh. Pokoknya tidak boleh kata Yi
Soo panik. Do Jin terus menggoda, “Lalu kapan bolehnya?”
Yi Soo bilang pokoknya bukan hari ini,
benar-benar tak boleh. Do Jin menyarankan besok. Yi Soo bilang kalau
besok perlu dibicarakan lagi nanti. Ia melihat kalau sekarang sudah jam 6
lebih dan ia seorang PNS. Do Jin menyela bukankah ini akhir pekan. Do
Jin melemparkan kunci mobilnya, ia ingin Yi Soo yang menyetir pulang. Yi
Soo heran kenapa ia yang menyetir.
Do Jin : “Apa masih menginginkanku
menyetir setelah membuatku putus asa seperti ini? Anggap saja ini
kesempatan untuk lebih dekat dengan Betty.”
Keduanya
sampai di depan rumah Se Ra. Yi Soo melihat Do Jin tertidur di
sampingnya. Yi Soo berusaha membangunkan dengan cara memanggilnya
mengatakan kalau mereka sudah sampai. Tapi Do Jin saja masih memejamkan
mata, Yi Soo pun keluar dari mobil.
Ketika membuka pintu pun Yi Soo
melirik ke arah Do Jin, siapa tahu suara pintu mobil terbuka akan
membangunkan Do Jin. Tapi Do Jin tetap terlelap. Yi Soo menebak kalau Do
Jin benar-benar tidur.
Yi
Soo berdiri di luar mobil memandang Do Jin yang tertidur. Dengan penuh
senyuman Yi Soo memandangnya. Ia mendekatkan wajahnya agar bisa melihat
lebih dekat wajah Do Jin yang tertidur. Tapi tiba-tiba ia terkejut
karena kaca mobil tiba-tiba turun, Do Jin membuka matanya.
Yi
Soo merengut kesal dan berkata rupanya Do Jin tadi pura-pura tidur. Do
Jin bilang kalau ia baru saja bangun. Do Jin melepas sabuk pengamannya
dan menopang kepalanya dengan kedua tangan bersandar pada pintu mobil.
Do Jin menatap Yi Soo dengan tatapan sungguh-sungguh, “Seo Yi Soo, tinggalah denganku!”
Yi Soo tak mengerti, “Apa?”
Do Jin : “Ayo tinggal bersama.”
Yi Soo masih tak mengerti, “Apa yang baru saja kau katakan?”
Do
Jin : “Di kehidupanmu selanjutnya aku tak peduli dengan siapa kau
hidup. Tapi di kehidupan sekarang hiduplah denganku. Kau akan bahagia.
Aku berjanji.”
Yi Soo terdiam mendengar ajakan hidup bersama dari Do Jin.
Bersambung ke episode 13
Tidak ada komentar :
Posting Komentar