Polisi
telah membawa Seung-hee, produser Lee dan juga rekan perempuan yang satunya ke
kantor polisi. Pak polisi memperingatkan mereka untuk jangan asal mengambil
barang dari perusahaan yang tak membayar mereka gaji. Karena barang yang ada di
perusahaan adalah milik peminjaman. Seung-hee membela diri karena bahkan saat
ia menjual barang-barang itu, tak ada setengah pun dari gajinya.
Polisi
tetap tak memperbolehkan itu, bahkan ketika mereka mengambil sampo dari kamar
mandi saja sudah termasuk kejahatan pencurian. Produser Lee tanya apakah dia
bisa keluar dengan mengembalikan semua yang ia bawa. Pak Polisi tanya, benarkah
kalian akan mengembalikannya?
Produser
Lee melirik pada Seung-hee yang masih diam, Seung-hee menunduk dan mengatakan
kalau dia tak bisa mengembalikan barang-barang uang dibawanya. Rekan wanitanya
tanya apa Seung-hee menjual semua barang itu. Seung-hee mengangguk, pak polisi
mengerti dan menyuruh Seung-hee untuk lebih sabar.
Presiden
Lee bingung siapa yang telah melaporkan masalah ini pada polisi, Tak mungkin
presiden Lee pulang dan melaporkan masalah ini. Pak Polisi menjelaskan kalau
yang melapor adalah si pemilik bangunan itu sendiri. Sedang President Kim hanya
meminjam. “Jadi jangan asal mengambil barang tanpa tahu siapa pemilik
sebenarnya.”
Produser
Lee, Seung-hee dan rekan wanita hanya
bisa tertunduk.
~~~
Seung-hee
pergi ke toko rekan kerjanya kerja part time, dia memberikan Seung-hee makanan
karena ia yakin pasti Seung-hee belum makan dari tadi. Seung-hee tau akan
keadaan rekannya yang sama-sama gak punya uang, aku janji akan menggantinya.
Tapi rekannya menolak, toh itu makanan sudah dua jam kadaluwarsa jadi dia
memisahkannya. “Tapi kau jangan takut, itu ku tarus di kulkas jadi tak bahaya.”
hahahaha
Seung-hee
tadinya ragu untuk memakannya tapi kayaknya gak enak buat nolak. Rekannya
mengatakan kalau gajinya sedikit, ia juga kerja di restauran dan program TV.
Seung-hee tenya bagaimana pekerjaan menulis rekannya kalau begitu. Rekannya
merengut, ya memang itulah masalahnya.
“Tapi
kau sedikitnya memiliki 4 asuransi, jadi kau pasti mendapat tunjangan
pengangguran.” Rekannya merasa Seung-hee lebih beruntung. Seung-hee baru sadar
kalau dia bisa mendapatkan tunjangan itu karena dia baru pertama kalinya.
Rekannya sedih, kita dalam situasi yang berbeda. Seung-hee mencoba menghibur,
aku akan datang ke restauran kalau aku sudah mendapatkan tunjangannya.
Seung-hee berniat pergi, rekannya mengatakan dia akan memberikan Seung-hee
makanan.
~~~
Seung-hee
pulang dengan menenteng kantong kresek berisi makanan kadaluwarsa dari
rekannya. Seung-hee melihat seorang pria tengah berdiri didepan gedung
apartemen, itu Wan-ha. “ Apa yang kau lakukan disini?”
Wan-ha
segera mendekati Seung-hee lalu menarik tangannya dan mengajak pergi. Seung-hee
heran dengan apa yang akan Wan-ha lakukan.
“Aku
menemukannya.”
“Apa?”
Seung-hee bingung.
“Mobilmu.
Aku menemukan dimana keberadaannya.” Wan-ha memberitahu, Seung-hee terkejut
sekaligus senang. “Benarkah?”
Seung-hee
dan Wan-ha sudah di parkiran, Wan-ha memberitahu kalau mobil Seung-hee ada di
tempat penyewaan mobil di provinsi Gangwon. Seung-hee tanya apa dia bisa
mendapatkannya kembali. Maka dari itu, Wan-ha mengajak untuk bergegas. Dia menyuruh
Seung-hee untuk jangan hanya diam saja ketika di tuduh mencuri. Seung-hee tak
menyangka kalau Wan-ha juga tahu, Wan-ha menjelaskan kalau saat polisi datang
dia juga ada di apartemen Seung-hee jadi dia tahu. “Jadi kalau ada sesuatu
seperti ini datang, kau seharusnya membuat laporan untuk presiden.”
Seung-hee
menunduk sekaligus malu.
~~~
“Kami
tidak mempunyainya. Aku tak tau kalau kami telah menjualnya ataukah kami tak
memilikinya dari awal, tapi kami tak pernah melihat mobil seperti itu.” Elak si
pemilik penyewaan mobil. Wan-ha tak mungkin tertipu begitu saja karena dia
memang sudah mengecek sebelum mencarinya kesana. Wan-ha mengancam akan
melaporkan pemilik itu kalau mereka telah menjual barang curian. Jelas si
pemilik penyewaan langsung takut, Wan-ha meminta jawaban yang sebenarnya.
“Apa
kau tau pria ini?” Tanya Wan-ha sambil menunjukkan foto Presiden Kim.
“Aku
tak tau kalau ini pencurian.”
“Apa
kau tau dimana?”
“Mana
aku tahu. Tapi bisa di pastikan kalau seseorang yang kehilangan segalanya
karena casino tak akan mudah untuk meninggalkannya. Dia pasti ada di sauna atau
mungkin berkeliaran di sekitar lingkungan itu.” Tebak si pemilik penyewaan.
Dengan
berbekal analisa si pemilik penyewaan, Seung-hee dan Wan-ha mencoba mencari
kedaerah sekitar tempat casino. Namun kerja mereka belum membuahkan hasil.
Mereka mencoba bertanya ke sebuah tempat casino, tapi tak ada yang mengenalnya.
Padahal
tepat saat itu pula Presiden juga ada diluar tampat casino itu sambil menatap
satu coin mainnya. Namun bagaimana pun, dia mencoba mengurungkan hasratnya
untuk bermain casino.
Wan-ha
membawa mobilnya ke pengisian bahan bakar, Seung-hee melihat kresek yang
dibawanya, sepertinya ini sudah buruk. Seung-hee izin untuk membuang makanan
itu, daan tepat saat itu pula presiden Kim keluar dari WC. Jelas keduanya
sama-sama terkejut, Presiden Kim segera berlari meninggalkan Seung-hee.
Seung-hee tak ingin kalah mengejar, Wan-ha yang melihat mereka berniat mengejar
tapi mobilnya tak bisa ditinggal. Akhirnya terjadilah kejar-kejaran dua orang
itu, Seung-hee dan Presiden Kim.
Seung-hee
sudah kelelahan menyuruh Presiden Kim untuk berhenti. Presiden menyuruh
Seung-hee untuk tak mengatakan kata-kata tak sopan apapun itu alasanya.
Seung-hee
mencoba mengejar lagi tapi tak bisa, Presiden menertawakan Seung-hee. Seung-hee
punya akal dan mengambil makanan kadaluwarsanya dan melemparkan pada Presiden.
Presiden malah tak marah, dia menganggap Seung-hee sudah gila karena telah
membuang makanan.
Seung-hee
tak peduli lalu melemparkan satu bungkus susu kotak, dan tepat mengenai kepala
presiden hingga ia pingsan. Seung-hee langsung bersorak senang.
President
Kim makan makanan yang tadi dilemparkan oleh Seung-hee padanya. Dia berjanji
akan membayar Seung-hee kembali,Seung-hee menanggapi dengan ketus, apakah kau
akan membayarku dari hasil judi?
Seung-hee
menyuruh untuk kembali memulai usaha dari awal lagi tapi Presiden Kim sendiri
tak yakin karena yang bisa merubah nasibnya saat ini hanyalah judi. Seung-hee
kesal bagaimana dia bisa begitu, Presiden Kim mengeluh karena dalam usahanya
saat ini, dia bahkan hanya mendapatkan keuntungan 10 won. Seung-hee kesal, dia
berteriak. “apa kau ingin mendapatkan pukulan dari wanita yang lebih muda
darimu?”
Seung-hee
pun memukuli presiden Kim dan menyita sepatu Presiden Kim.
Seung-hee
sudah bersama dengan Wan-ha dan tak ketinggalan juga Presiden Kim yang ada
bersama mereka, Presiden Kim mengeluh karena ingin kencing. Dia ijin untuk
keluar tapi Seung-hee tak percaya dengan apa yang dikatakan Presiden Kim.
Presiden Kim terus memelas, Wan-ha yang berhati lembut pun luluh dan
menyuruhnya untuk keluar.
Seung-hee
masih ragu, hingga dia menyuruh Presiden Kim untuk melepas sepatunya sebelum
keluar.
Seung-hee
tak ingin mengambil resiko terus melihat Presiden Kim tapi Wan-ha merasa yang
dilakukan Seung-hee tak seharusnya dan menyuruh untuk jangan melihat. Ternyata
hal itu malah di gunakan oleh presiden Kim untuk kabur, Wan-ha segera mencoba
mengejar.
Sedang
Seung-hee berteriak kesal, “PRESIDEN KIM!!!”
Wan-ha
tak enak hati melihat Seung-hee duduk terpekur, meminta maaf karena dia telah
membuat Presiden Kim kabur. Seung-hee tak masalah, dia yakin kalau Presiden Kim
tak akan lama kabur tanpa alas kaki, jadi Seung-hee akan menunggu. Seung-hee
menyuruh Wan-ha untuk pulang saja, Wan-ha menolak dan mengajak untuk menunggu
bersama.
Seung-hee
tanya kenapa Wan-ha begitu baik padanya, dan tentang Jong-dae apakah Seung-hee
terlihat begitu menyedihkan. Wan-ha tak merasa begitu, karena saat dia melihat
Seung-hee dia tak pernah menghubung-hubungkannya dengan Jong-dae. Lagipula, dia
juga pertama melihat Seung-hee bukanlah sebagai pacar Jong-dae tapi sebagai
seorang apoteker.
FLASHBACK
Setelah
Wan-ha melihat Seung-hee dan terpesona akannya, Wan-ha sering datang ke apotek
hanya sekedar untuk membeli plester. Seung-hee bahkan sampai hafal.
Wan-ha
itu terlihat sangat gugup dan juga di tas’nya telah tersimpan sebuah bunga,
Wan-ha memasuki apotek tapi Seung-hee tak ada disana, ini membuat Wan-ha
sedikit berkeliling. Seung-hee keluar, dengan senyum ramah Seung-hee bertanya
apakah Wan-ha akan membelikan ‘itu’ untuk pacarnya? Atau... adikmu?
Wan-ha
bingung, sampai dia terkejut karena dia sedang memegangi pembalut di rak.
FLASHBACK
END
Seung-hee
baru mengingatnya, dia bertanya apakah Wan-ha baik padanya karena telah
mengenal sebelumnya.
“hanya
ada satu alasan kenapa seseorang membantu orang lain. Sebuah
ketertarikan...pada orang tersebuat. Aku tertarik padamu Seung-hee.”
Wan-ha
pun berdiri sedang Seung-hee masih dia terpaku, Wan-ha mengulurkan tangannya
pada Seung-hee. Seung-hee ragu meski akhirnya menerima uluran tangan itu.
Mereka berdua saling menatap satu sama lain.
Seung-hee
: “Hidup selalu mengalir tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah
itu sesuatu yang baik ataupun buruk. Itulah kenapa hidup sangatlah berharga.”
~~~
Seung-hee sudah kembali kerumahnya dan
menatap lembaran foto dirinya dan Jong-dae dimasa lalu. Seung-hee tersenyum
tipis melihat foto-foto itu, namun akhirnya dia menutup kotak fotonya dan
membuangnya ke tong sampah.
Seung-hee
sedang menelfon dengan Wan-ha, Seung-hee sedang menuju ke tempat tunjangan
pengangguran. Seung-hee duduk manis menunggu giliranya. No sudah sampai di no
73, Seung-hee melihat kartunya dan segera menuju ke tempat pengambilan.
Petugas
memeriksa nama Seung-hee, dia terlihat terkejut melihat nama itu dan segera
menatap Seung-hee, dia Jong-dae. Seung-hee juga melihat Jong-dae. Mereka
sama-sama dalam keterkejutan mereka.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar