Seung-hee
bergegas menuju kekantor, dia langsung bertanya pada rekan kerja perempuannya,
apa yang terjadi, apa kau tak melakukan shooting? Bagaimana dengan produser?
Rekan
perempuan itu terlihat pasrah karena memang perusahaan sudah mau bangkrut, dan
gajinya pun ada yang belum dibayar. Seung-hee bertanya apa rencana temannya
itu, dia mengatakan kalau dia akan mengumpulkan barang dan meminta izin untuk membawa laptop president.
Seung-hee ikut celingukan mencari barang yang bisa dibawanya, ada dispenser.
Tapi segera diperingatkan rekannya kalau dispensernya terhubung dengan air
ledeng jadi tak akan bisa dibawa.
Joo-young,
si anak unni menegur Seung-hee. Seung-hee meminta maaf dan janji akan
mengantarkan joo-young segera. Namun dengan pengertiannya joo-young menyuruh
untuk jangan memikirkannya dulu, pikirkan diri bibi dulu. Seung-hee tersenyum
kecut, makasih.
Seung-hee,
joo-young dan rekan satunya duduk terpekur memikirkan nasib mereka masing-masing.
“Apa
yang harus kita lakukan? Kita benar-benar hancur” keluh rekan Seung-hee.
“apa
maksudmu dengan hancur? Kita memulainya dari awal dengan waktu yang sudah tak
bisa dihitung. Kalau ini terselesaikan, kita akan berjalan lagi.” Seung-hee
mencoba memberi semangat. Rekan Seung-hee ragu akan hal itu,
Seung-hee
mencoba menghubungi presiden Kim namun sayang telfonnya tak aktiv, Seung-hee
kesal dan mengiriminya pesan.
“Presiden,
ini terlihat seperti kau bersembunyi karena membawa kabur uang. Tapi uang tak
akan datang kalau kau terus bersembunyi. Aku tak tau kau dimana, tapi cepat
kembali dan selesaikan ini.Atau aku akan melaporkanmu kepolisi”
Melihat
pesan Seung-hee, rekannya terkejut. Apakau kau benar akan melaporkannya?
Seung-hee
putus asa, karena kalau dia malapor berarti presiden tak akan bisa membayar
semuanya. Seung-hee bertanya apakah rekannya jadi membawa laptop president.
Teman Seung-hee bingung juga tapi dia akan menunggu sedikit lebih lama seperti
apa kata Seung-hee. Seung-hee perlahan bertanya, apakah bisa laptop itu
untukku?
Seketika
teman Seung-hee melirik dengan kesal.
Seung-hee
mencoba mengalihan dan bertanya pada Joo-young, seberapa dekat ibumu kesini
sekarang?
~~~
Si
sumber masalah, Presiden Kim berjalan lontang-lantung gak jelas. Beberapa kali
dia mencoba menghentikan mobil dijalan tapi tak ada yang perduli.
Presiden
Kim duduk disebuah toko dengan lelah, dia mendengar seorang pekerja yang
mengatakan kalau dia akan segera mengirim kiriman ke Seoul.
Presiden
mendekati orang itu yang berjalan menuju mobil bak’nya, Presiden Kim meminta
untuk ikut menumpang. Pekerja itu membolehkan asal Presiden Kim untuk duduk
dibelakang tapi jangan sampai ketahuan karena mereka bisa saja kena tilang
polisi. Presiden mengerti,
Presiden
Kim senang bisa mendapat tumpakan, dia bahkan menyiapkan tempat untuk tidur
dengan bantal karung semen. Namun ternyata, Presiden Kim tak akan sendiri dalam
perjalanan itu, dia akan bersama ayam. Presiden Kim langsung terkejut, sopir
pengantar minta maaf karena memang dia akan mengirim ayam. Presiden Kim tanya
bukannya tadi dia tak mengatakan itu, sopir malah sebel. Kalau memang tak mau
kau bisa turun.
Ayam
pun datang, Presiden Kim duduk dengan terdesak karena sana-sini isinya kotak
ayam. Nelangsa lah.
Mobil
mulai melaju, presiden Kim menatap ayam-ayam itu dengan takut.
Tak
sengaja karena mobil mengerem, kunci kandang ayamnya terbuka. Ayam mulai
berjalan keluar, berjubel. Bertebangan. Presiden ngeri melihat ayam-ayam itu.
Dengan gerakan slow motion, presiden mencoba menangkap dan memasukkannya lagi
kekandang.
~~~
Seung-hee
mengantar Joo-young ke Unninya, Kyung-hee. Dengan senang, Joo-young membawa
mainan yang dibelikan oleh Seung-hee. Sebelum dia masuk ke mobil, ia memberi
semangat pada Seung-hee, bibi semangat!
Kyung-hee
merasa Seung-hee tak perlu membelikan Joo-young mainan. Kyung-hee kemudian
menyuruh Seung-hee untuk berhenti menjadi penulis. Seung-hee jelas gak mau
melepas pekerjaan yang sudah diimpikannya itu, eonni!!
“jika
ini tak berjalan baik ketika kau sudah berusaha, ini bukan takdirmu.”
Seung-hee
kesal kenapa eonninya harus mengatakan hal itu. Kyung-hee mengajak Seung-hee
untuk jadi intruktor saja, menjadi guru. Seung-hee menolak keras ajakan itu,
Kyung-hee sama kesalnya dan menyuruh Seung-hee untuk pulang saja.
“Eonni,
apa kau sedang menendang saudaramu yang kesusahan?” Seung-hee frustasi.
“aku
tak menendangmu, hanya saja aku memikirkanmu!” Kyung-hee marah dan pergi
meninggalkan Seung-hee.
Meskipun
kesal, Seung-hee mendekati mobil Kyung-hee dan mengetok kacanya untuk
menyerahkan uang, ini untuk membeli bensin. Kyung-hee tersenyum kecil tapi
kemudian dia bertanya apakah Seung-hee mendapat gaji banyak. Seung-hee menyuruh
eonninya untuk jangan memikirkan itu. Kyung-hee pun pergi.
Seung-hee
berjalan untuk pulang, ponselnya berdering. Seung-hee mengecek, dengan tangan
bergetar Seung-hee mengangkat panggilan itu. “Presiden!!” bentak Seung-hee.
~~~
Presiden
makan mie dengan lahapnya, sedangkan Seung-hee menatap dengan heran. “apa yang
terjadi padamu?”
Seung-hee
tambah heran melihat baju Presiden Kim penuh dengan bulu ayam. “Apa yang
sebenarnya terjadi? Kemarin ada dua orang aneh datang kerumahku”
Presiden
Kim merasa kalau orang itu hanya membuat keributan, itu bukanlah masalah besar.
Seung-hee balik tanya bagaimana masalah itu bukan masalah besar, hanya melihat
mereka saja kakiku sudah bergetar. Seung-hee bertanya dengan hati-hati, “apa
orang itu penagih hutang?”
Presiden
menyuruh untuk anggap mereka itu adalah sistem bank pribadi. Seung-hee merasa
kalau sekarang bukan waktunya untuk bercanda. Presiden mengatakan kalau dia
sedang dalam membuat rencana dan desain drama, dalam hal ini dia tak menyangka
dalam pembuatan sebuah drama membutuhkan biaya besar. Seung-hee heran,
bagaimana dia bisa mendesain sebuah drama dengan fashion acak-acakan.
“kalau
seorang aktor membuat diri mereka masuk kedalam peran, aku bisa dikatakan
memasukkan diriku seorang produser yang masuk kedalam projeknya. Tunggulah, aku
akan membuat projek yang mengagumkan.” Jelas Presiden dengan sok bijak.
Seung-hee tak berfikiran sama, karena jika mereka melakukan itu maka bisa saja mereka kehilangan projek yang
dilakukan sekarang. “jadi, apakah kau akan mencari uang dari sekarang?”
Presiden
menatap Seung-hee penuh harap, “Penulis Im, ada yang ingin aku katakan....
bisakah aku meminjam mobilmu?”
“Terimakasih
penulis Im” Presiden Kim tersenyum senang karena sekarang sudah ada di mobil
Seung-hee. Seung-hee hanya menatap khawatir, kapan kau akan mengembalikan
mobilku.Presiden mengatakan kalau dia akan mengembalikan kalau sudah bertemu
dengan produser. “itu memakan waktu berapa lama?” Seung-hee masih gak tenang.
“Aku
harus mengambil mobilku dulu di bengkel. Jadi... tiga hari” Presiden Kim
beralasan, dan melirik reaksi Seung-hee. Seung-hee berfikir kemudian langsung
memegang mobilnya. Presiden Kim memohon, lagian tak ada diindustri ini yang
menghargai Seung-hee. Seung-hee agak luluh, jadi kau sudah memiliki rencana?
Presiden
Kim mengatakan kalau dia hanya harus menemui Presiden dari Piramid Production.
“Kau
harus mengembalikannya secepat mungkin, ini mobil yang sangat berguna. Aku baru
memakainya beberapa kali setelah dibeli. Jadi, ini seperti mobil baru bagiku”
Seung-hee menatap mobilnya. Presiden Kim mengerti dan melepas pegangan
Seung-hee pada mobilnya.
“Berapapun
produser yang menolakmu, kau tetaplah penulis. Ok. Penulis Im?” Presiden Kim
pergi meninggalkan Seung-hee. Seung-hee menatap mobilnya dengan agak tidak ikhlas.
~~~
Seung-hee
pulang dengan lelah, Seon-joo yang sedang menulis ceritanya mengatakan pada Seung-hee
kalau pemilik apartemen datang. Apa kau belum membayar sewanya?
Seung-hee
meminta maaf.
“aku
tahu kau pasti sibuk. Tapi apa kau tak sempat hanya ke bank internet. Bayarlah
besok” Seon-joo tetap mengetik, dia benar-benar gak peduli dengan kondisi orang
disekitarnya.
Seung-hee
ke WC, dia membuka amplop uangnya dengan penuh kekhawatiran. Dia bingung
bagaimana harus memenuhi bayarannya.
“Presiden,
bawalah uang. Aku mohon. Aku mohon.”
~~~
“Jangan
takut penulis Im, dengan mobil yang kau pinjamkan padaku. aku akan pergi ke
casino dan mendapatkan 100, 1000 kali. Aku mempunyai firasat baik kali ini.”
Presiden Kim semangat. Ckckck.
Dia
hanya menuju ke neraka sekarang, dan perlahan lorong yang dilewati presiden Kim
berubah menyeramkan.
~~~
Satu Minggu Kemudian
Ibu-ibu
bergosip seperti biasa, sekarang Seung-hee lah yang digosipkan.
“Ini
sangat aneh ketika dia mengatakan kalau anaknya ada di pinggiran kota karena
eczema. Harusnya dia membesarkan anaknya sendiri, kenapa harus ditinggal
bersama mertuanya? Aku yakin bisnis suaminya sedang bangkrut.” Ibu Chang-soo
menyebar gosip. Sedang ibu yang lain risau karena pasti akan sering datang
penagih utang ke komplek mereka.
Seung-hee
muncul, ibu-ibu langsung menatap mereka. Sedang ibu Chang-soo meremehkan
Seung-hee dengan mengatakan kalau Seung-hee pasti berasal dari kelas rendah.
Seung-hee
sendiri sedang galau, dia mengirim pesan ke Presiden Kim. “Bos, kau bilang akan
mengembalikannya setelah tiga hari, tapi ini sudah satu minggu. Kalau kau tak
mendapat uang, paling tidak angkat telfonnya. Stasiun Tv sudah menghubungi, apa
yang terjadi padamu?”
Seung-hee
berjalan melewati gerombolan ibu-ibu, Ibu Chang-soo menyapa tapi dengan
perlakuan yang tak terlalu bersahabat seperti sebelumnya.
~~~
Seung-hee
menghela nafas, tagihannya sudah -10.000.000.
~~~
“Kita
tak bisa menghubungi presiden, jadi apa yang harus kita lakukan untuk rapat?”
Produser Lee berbicara pada Seung-hee dan rekan perempuan. Sedang Seung-hee
menyendehkan tubuhnya ketembok sambil terus memainkan kalungnya. Produser Lee
menatap aneh, rekan Perempuan Seung-hee berbisik. Dia menyuruh Produser Lee
untuk mengerti, karena mobil Seung-hee dipinjamkan pada Presiden.
Mereka
pun naik lift, tapi tiba-tiba suasana jadi aneh. MEREKA JADI ZOMBI.
“Wajah
curang karena takut akan uang. Tatapan kosong karena takut akan uang. Langkah
lemah karena takut akan uang. Hidup tapi seperti tak hidup sekarang.. hidup
kita tanpa uang tak ubahnya seperti hidup zombi.”
Mereka
bertiga menari dan bernyanyi layaknya zombi, dan ada bintang tamunya juga. Boyband entah siapa, rookie kali yah jadi
gak kenal.
Namun
ini hanyalah khayalan mereka bertiga. “Seung-hee” panggil seorang perempuan.
Seung-hee berbalik sekaligus menyadarkannya dari khayalan tadi.
Unni
itu menyapa Seung-hee dan bertanya apa yang dilakukan Seung-hee sekarang,
Seung-hee mengatakan kalau dia sedang menggarap ‘Love and Demise’. Eonni itu
langsung bertanya, tiruan itu?
Seung-hee
diam. Eonni itu tanya apakah Seung-hee tetap mendapat bayaran dari Presiden
Kim, kalau tidak aku ada pekerjaan lain. Seung-hee melirik ke rekan
perempuanya, dia gak enak kali ninggalin dia. Seung-hee mengatakan kalau dia
bisa mengerjakannya dengan rahasia. Eonni itu mengatakan kalau ada program
regional tapi akan tayang secara nasional. Seung-hee girang, dia kemudian pamit
dan menyuruh eonni itu menghubunginya jika ada keperluan. Eonni itu
meng-iya-kan.
Setelah
kepergian Seung-hee, si eonni bergumam heran. “bukannya ‘Love and Demise’ sudah
diubah dari produksi?”
~~~
Mereka
bertiga menyapa orang diruangan, tapi salah satu diantara mereka bertanya
dengan heran, kenapa kalian ada disini?
Mereka
mengatakan kalau rapat untuk show mereka. Sedang orang tadi bilang bukannya
mereka sudah menghentikannya. Jelas mereka bertiga heran, orang tadi
memberitahu kalau Presiden Kim sendiri yang menghentikannya. “jadi, kugantikan
programnya pada orang ini”
Seung-hee,
produser Kim dan rekan perempuannya langsung terkejut. Kaget gila, sedang
Seung-hee lebih kaget lagi karena yang menghentikan itu Presiden Kim sendiri.
~~~
Segeralah
mereka kembali kekantor, mata Seung-hee berubah merah menatap barang-barang di
kantornya. Dia melihat setiap barang yang bisa dijual.
Terjadilah
perang, perebutan barang yang bisa dijual.
Seung-hee
menatap barang yang didapatnya di halaman gedung apartemen. Dia kelelahan
sepertinya setelah melakukan perang tadi.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar