Jumat, 14 Februari 2014

Drama Korea UNEMPLOYED ROMANCE episode 1 part 2




Seung-hee sedang mengetik cerita yang akan dibuatnya dengan ditemani oleh Sunbae itu yang ternyata bernama Presiden Kim. Seung-hee membuat cerita berdasarkan apa yang dikatakan oleh ibu penggosip kemarin.
Seung-hee menyuruh Presiden Kim tak usah menjaganya dan pulang saja. Presiden Kim tak menggubris malah tanya bukannya kemarin Seung-hee mengatakan kalau dia tak memiliki ide. Seung-heetersenyum puas, karena kau telah menemukan gudang ide. Presiden Kim memuji Seung-hee keren, tapi bagaimana Seung-hee bisa menulis cerita seperti itu padahal dia belum menikah.

“haruskah aku mengalaminya baru bisa menulis ini? Lalu apa penulis harus bisa terbang sebelum menulis Superman?” Seung-hee jengkel. President Kim tak perduli dan menyuruh Seung-hee segera menyelesaikan ceritanya lalu melaksanakan program pilot bersama. Seung-hee membentak, President!!
President Kim bertanya apa kau tak mau drama. Seung-hee berfikir dan diam.
~~~

Seung-hee pulang ke apartementnya tengah malam dengan lesu. Dia berjalan namun dibelakangnya ternyata ada seseorang berjas berjalan dibelakangnya. Karena keadaan yang gelap tak bisa melihat wajah pria itu.
Seung-hee meregangkan tubuhnya sebelum masuk ke lift, dia bertanya-tanya apa yang telah dilakukannya hingga tak ada yang bisa ia makan. “aku tak bisa menulis untuk The Pilot”

Pintu lift hampir tertutup tapi ada tangan yang menghalanginya, Seung-hee terkejut. Tapi setelah masuk, dari wajahnya sih gak serem. Seung-hee cuek, tapi setelah dilihat. Pria tadi tak memencet tombol lantainya. Seung-hee jadi curiga, “dari beberapa kriminal yang aku tulis di drama, laki-laki yang masuk ke lift akan....”

Seung-hee melirik ke pria tadi, dan dikejutkan dengan pria itu yang tiba-tiba mencium Seung-hee. Seung-hee jelas kesal dengan perlakuan tak sopan itu, tapi pria itu malah mengatakan untuk melakukannya satu kali saja. Seung-hee terus memukuli pria itu tapi dia tetap memaksa Seung-hee dan memeluknya, Seung-hee terus memukul-mukul tak jelas...

Tapi ini hanya imaginasi Seung-hee, karena tak ada apapun yang dilakukan si pria. Seung-hee berfikir kalau dari penampilan pria itu bisa dibilang normal. Pria tadi yang merasa diperhatikan Seung-hee, dia menoleh dan menyapa Seung-hee. Namun Seung-hee masih memandang curiga dan segera keluar lift saat pintu terbuka.

Seung-hee segera ke apartemennya dan memasukkan kodenya, tapi saking tergesanya dia terus saja salah. Seung-hee semakin cemas saat pria tadi berjalan mendekatinya, Seung-hee ketakutan. Tanpa pikir panjang, Seung-hee berbalik dan memukul orang yang ada di belakangnya.
Pria itu bingung dipukuli sampai dia memegang tangan Seung-hee, Seung-hee semakin takut. Dalam hatinya dia berfikir kalau dia pasti akan mati.
“Tolong jangan salah paham. Aku kesini untuk bertemu dengan penulis Moon” Ucap pria itu. Seung-hee membuka matanya, dia bertanya penulis Moon. Pria itu membenarkan. “iya, penulis Moon Seon-joo”

Seung-hee mengobati luka Pria tadi, dan akan aku langsung panggil Pengacara Hwang (Hwang Wan-ha alias Seo Joon-young). Seung-hee meminta maaf atas kejadian tadi dan bertanya haruskah mereka ke dokter. Pegacara Hwang menolak karena itu bukanlah masalah besar. Seung-hee tak enak, dia mengatakan kalau untuk sekarang Seon-joo sedang tak dirumah. Pengacara Hwang merasa itu bukan masalah, dia akan menunggu dan menyuruh Seung-hee untuk melanjutkan pekerjaannya saja.

Seung-hee berjalan ke dapur dan bertanya apakah Pengacara Hwang ingin kopi, tapi saat Seung-hee melihat ke lemari, kopi yang dia punya hanyalah tinggal bungkusnya saja. Berhubung sedang hoki, Pengacara Hwang menolak dan menyuruh untuk jangan repot-repot. Seung-hee tersenyum lega. Kekekeke, alhamdulillah...

Ponsel Seung-hee berdering, itu dari Seon-joo. Seung-hee segera mengangkatnya, Seon-joo memberitahu kalau akan ada pengacara yang datang kerumahnya. Seung-hee melirik pengacara Hwang. Seung-hee memberitahu kalau pengacaranya sudah datang.
Seon-joo terkejut, lalu apa yang harus aku lakukan. Seung-hee tanya kapan Seon-joo pulang.
“Sekitar dua jam lagi” jawab Seon-joo. Sekarang giliran Seung-hee yang terkejut, apa yang harus aku lakukan.. apa aku mengatakan padanya untuk pulang saja?
Seon-joo melarangnya, “jangan..jangan. dia sangat penting. Oohh, pergilah dengannya dan tarktirlah makan malam. Kau juga akan malam. Kartu kreditku ada di meja. Traktirlah dia makanan yang enak, sesuatu yang mahal dan bagus.”

Seung-hee awalnya menolak, tapi dia segera melihat dulu kartu kreditnya. Seung-hee tersenyum, “mahal dan bagus?”
~~~

Seung-hee makan dengan lahapnya sedangkan orang yang SEHARUSNYA di traktir malah hanya melihat dengan heran. Seung-hee tak perduli, dia terus makan dan makan. Sampai dia meyadari Pengacara Hwang tak menyentuh apapun. “Kau bisa makan daging sapi segera setelah tekanan darahmu turun.” Ucap Seung-hee canggung.
Pengacara Hwang memuji selera makan Seung-hee yang bagus, aku sepertinya butuh sup daging sapi. Seung-hee menyuruh untuk makan, karena mereka datang ke tempat daging jadi mereka harus makan daging. Hahaha

Pengacara Hwang bertanya apakah Seung-hee juga seorang penulis, Dengan ragu Seung-hee membenarkan. Pengacara Hwang menyuruh untuk memberitahu apa yang telah Seung-hee tulis, Seung-hee menolak karena pasti Pengacara Hwang tak akan tahu. Pengacara Hwang menyuruhnya tetap mengatakan, karena aku sering menonton TV.
Seung-hee ragu.

“Trashy Survival, Killing Husband, Divorce Show, Between Wife and Mistress, Real Chaser Show, catch that sensuality,” ucap Seung-hee dengan ragu dan menunggu reaksi Pengacara Hwang. Pengacara Hwang tersenyum kecut sekaligus gak enak, “Judulnya sedikit profokativ ‘the Son of a B*tch’”
Seung-hee tersenyum dan menjelaskan lafal yang benar, “bukan. Bukan anak dari p*lacur tapi itu ‘that Sensuality’. Nafsu dan sesuatu yang seperti itu lah..” maksud gak, ya intinya pengucapan yang mirip tapi artinya beda.

Pengacara Hwang jadi canggung, Seung-hee dengan lesu mengatakan kalau dia menulis sesuatu tentang perceraian sekarang dan hal-hal seperti itu. “kau mungkin tak pernah melihatnya. Love and....”
“Love and War. Ibuku menyukai tayangan itu.” Tebak pengacara Hwang dengan semangat.

Seung-hee seketika lesu, “aku menulis, ‘Love and Demise’”
Pengacara Hwang langsung terdiam, aah aku tau. Hehehehehe. Seung-hee tak sedih, dia mengatakan kalau isinya hampir mirip.
“itu program yang populer. Tebakanku banyak program yang akan menirunya” ucap pengacara Hwang tak menyadari perkataannya akan melukai perasaan Seung-hee.
Seung-hee tersenyum kecut, “Itu perkataan yang baik seperti..penghormatan”
Pengacara Hwang meminta maaf, bukan maksudnya mengatakan hal seperti itu. Seung-hee tak mempermasalahkan karena banyak orang yang salah paham juga. Seung-hee menyuruh Pengacara Hwang untuk makan.
~~~

“bagaimana kau mengenal penulis Moon?” tanya Seung-hee dalam perjalanan pulang. Pengacara Hwang mengatakan kalau dia bertemu dengan Seon-joo karena dia menginginkan nasihat untuk drama. “dia mencari pengacara di perusahaan tempatku kerja, dan aku sukarelawan. Aku benar-benar suka drama penulis Moon.”
Seung-hee mengerti. Dan mereka terdiam untuk beberapa saat.

Sampai tiba-tiba Pengacara Hwang berdiri didepan Seung-hee, dia bertanya apakah mereka pernah bertemu sebelumnya. Seung-hee terdiam, Pengacara Park kembali bertanya apakah mereka pernah bertemu satu sama lain sebelumnya. Seketika itu juga, tiba-tiba aura disekitar pengacara Hwang lebih cerah.
Dalam hatinya Seung-hee sedikit menaruh curiga, Penjahat tak mungkin memiliki penampilan seperti ini. Mereka saling berpandangan tanpa kata-kata. Dalam hatinya terus menebak-nebak, “Jika seperti ini, sepertinya di tertarik padaku. Aku akan memaafkannya”

Sebuah suara menyadarkan mereka, itu Seon-joo yang meminta maaf akan keterlambatannya dan pasti telah membuat Pengacara Hwang bosan. Pengacara Hwang tak merasa seperti itu, dia melirik kearah Seung-hee dan mengatakan kalau dia makan enak dan itu juga menyenangkan.
Seon-joo mengajak pengacara Hwang untuk berbicara di coffe shop didekat sini untuk bicara. Pengacara Hwang melihat gelas kopinya, dia telah minum tapi tak berusaha menolak dan menerima ajakan Seon-joo.
Mereka pun berjalan pergi meninggalkan Seung-hee tapi sebelum pergi Pengacara Hwang berbalik dan memanggil Seung-hee. “sampai jumpa lagi lain waktu”
Seung-hee tersenyum, tersenyum malu gitu lah. Eciiieeh...
~~~

Presiden Kim kembali bermain jackpot, dia melakukannya siang malam sepertinya. Sampai terkantuk-kantuk, tapi dia tetap berusaha untuk bermain.
~~~

Seung-hee tengah menangis melihat drama yang ditontonnya, dengan nangis lebay’nya sambil memeluk boneka. Ckckck. Sebuah panggilan masuk, dari rekan perempuan Seung-hee di kantor. Dia memberitahu kalau dia menelfon karena ada sebuah kasus.
Tapi Seung-hee menyuruh rekannya itu untuk menunggu sebentar karena Seung-hee melihat sebuah amplop yang tergeletak di mejanya, tertulis ‘ini adalah sewa bulan ini. Istirahat penuh dan kirimkan pada pemiliknya’
Seung-hee melihatnya mengeluh, sewa? Aishhh. Seung-hee tanya apa yang membuat dia menelfon.
“aku mendapat panggilan dari stasiun TV, ide tim B di tolak jadi kita harus menyiapkan untuk episode berikutnya. Jadi produser Lee menginginkan script’nya besok.Dia terburu-buru, memutuskan kau yang menyiapkan materi. Dia ingin scripnya tiga hari” terang rekan Seung-hee. Seung-hee jelas terkejut, apa dia pikir aku mesin?

“tolong serahkan hasilnya padaku. Mulailah sekarang, terimakasih” rekan Seung-hee malas mendapat omelan Seung-hee dan memutuskan panggilan. Seung-hee merengek, aku butuh ide.
Tiiing..... tiba-tiba dia mengingat sesuatu. “ibu Chang-soo” ucapnya sambil tersenyum senang.
~~~

Ibu Chang-soo alias ibu penggosip berjalan-jalan pagi dengan Seung-hee. Dia mengatakan kalau dia selesai bekerja setiap pagi setelah mengantarkan anaknya ke sekolah. Dia kemudian tanya apa yang membuat Seung-hee memanggilnya pagi-pagi.
Seung-hee beralasan kalau dia ingin berlatih dengan ibu Chang-soo, mereka saling basa-basi bicara ini itu. Seung-hee mencoba mencari info, “apa ada berita di lingkungan tetangga?”
Ibu Chang-soo merasa tak ada tapi kemudian dia teringat sesuatu kalau ada seorang ibu mertua yang memakan hati menantunya.

Seung-hee terkejut, Ibu Chang-soo tersenyum karena maksudnya bukan memakan hati secara arti sebenarnya. Ibu Chang-soo mengajak duduk untuk berbicara.
“Ibu mertua itu memiliki gangguan hati dan membutuhkan donor organ. Kemudian dia mengecek hati menantunya dan mendapatkan donor darinya. Pada faktanya, mereka menikah setelah pengenalan, dia hanya mengambil yang cocok dengannya” jelas ibu Chang-soo. Seung-hee tak mengerti, Ibu Chang-soo kembali menjelaskan kalau orang yang dinikahkan dengan anaknya si ibu mertua adalah hanya wanita yang cocok dengan hatinya, jika setelah pengecekan tak cocok maka si ibu bakal memisahkannyanya.

Ibu Chang-soo benar-benar tak percaya kalau ada orang seperti itu.
“ibu mertua seperti gumiho” ucap Seung-hee ngeri sendiri.
“hari setelah pernikahan, mertua itu membuat kejadian agar bisa mendapat donor organ. Lebih buruk lagi, suaminya juga menekan wanita itu.” Tutur Ibu Chang-soo membuat Seung-hee kembali bergidik ngeri. Ibu Chang-soo ikutan geget, tapi di akhir cerita wanita itu bercerai dengan suaminya. Seung-hee dan Ibu Chang-soo merasa kalau wanita itu sedikit beruntung.

Seung-hee mewek-mewek, dia tiba-tiba memeluk ibu Chang-soo dan membuatnya bertanya kenapa Seung-hee tiba-tiba seperti itu. Seung-hee merasa kalau dia sangat berempati dengan wanita itu dan sangat berterimakasih telah menceritakan kisah itu padanya.
Ibu Chang-soo menatap Seung-hee dan mengelus wajahnya, dia mengira kalau Seung-hee pasti sering mendapat masalah dengan mertuanya.
Seung-hee mengabaikan perkataan itu lalu langsung berubah wajah ceria dan mengajak ibu Chang-soo makan tapi Ibu Chang-soo menolak karena mereka baru saja memulai latihan. Seung-hee mengiming-imingi kalau ada tempat makan kepiting awetan yang baru. Tadinya ibu Chang-soo menolak tapi akhirnya tergiur juga dia. Mereka pun pergi bersama dengan riang gembira ceriaaaa.
~~~

Presiden Kim keluar dari tempat jackpot saat pagi, dia sepertinya sudah kehabisan uang. Namun ada sesuatu yang menarik perhatiannya, sebuah selebaran di jalan. Dia mengambilnya, itu iklan tentang seorang aktor di Las Vegas menang jackpot.
Jiwa main judinya kembali menggebu, “Ayo pergi sekali dan menutupinya sekali itu juga”.
~~~

Seung-hee dan ibu Chang-soo telah kembali dengan membawa Kepiting awetan. Ibu Chang-soo berterimakasih pada Seung-hee telah membelikannya. Seung-hee mencoba kembali bertanya tentang kelanjutan kisah si wanita itu. Ibu Chang-soo tak yakin setelah kejadian itu, tapi dia akan bertemu dengan wanita itu saat di kolam. Seung-hee mengajak untuk bertemu lagi besok, tapi Ibu Chang-soo tak bisa karena dia harus mengantar anaknya sekolah.
“oiya,, aku punya ide. Anakmu kembali ketika akhir minggu kan? Dia bisa bermain dengan anakku di taman bermain. Dan kita juga bisa kembali ngobrol. Aku akan menceritakan tentang Ibu Mertua Gumiho itu.” Usul Ibu Chang-soo. Seung-hee bingung, tapi juga tertarik. Benarkah?

“Kau mengatakan kalau anakmu tujuh tahun kan? Sama dengan anakku. Mereka bisa bermain bersama di taman. Ayo bersahabat dan bermain bersama.” Ajak Ibu Chang-soo. Seung-hee hanya menyambut ajakan itu dengan senyum kecutnya.
~~~

Anak Unni pulang, Unni mengatakan kalau dia tak boleh pergi ke pesta ulang tahun temannya. Jelas dia terkejut, kenapa?
Unni mengatakan kalau anaknya itu harus ke Seoul karena Seung-hee menyuruhnya untuk datang. Anak Unni jelas menolak, manamungkin dia mau. Unni memaksa, dia menyuruh untuk mendengarkan perkataan bibinya (Seung-hee). “dan, kau harus berpakaian yang lucu. Karena kau harus pura-pura menjadi anak usia 7 tahun.”
“MWO??”
~~~

Seung-hee membuka lebar lembar koran yang bertuliskan ‘Daftar Mereka Yang Lulus Ujian Putaran Dua’. Namun dengan segera temannya malah menaruh mie diatas koran itu, mereka sedang ada di tempat makan.
Pelayan menggesekkan kartu kreditnya tapi tak bisa, rekan Seung-hee yang cewek menyuruh untuk mengulangnya tapi tetap tak bisa karena sudah limit. Seung-hee pasrah, dia pun terpaksa mengambil kartunya.
“Saat Presiden kembali aku bertanya tentang pengembalian biaya kartu kredit. Yang terbaik sekarang hanyalah dengan uang tunai, jadi kita hanya makan makanan China setiap hari.” Tutur rekan wanita Seung-hee.
“Katakan padanya untuk membayar tagihan kartu kredit tepat waktu. Apakah kartu kreditnya langsung habis saat kita hanya makan beberapa mangkuk mie kacang hitam?” Seung-hee sebal.
Rekan pria satunya memberitahu kalau presiden memanggilnya dan meminta maaf untuk penundaan pembayaran bulan ini. Teman wanita Seung-hee pasrah, lagi?
Seung-hee kesal kenapa baru mengatakannya sekarang, dia menyesal telah membayar dengan kartu kreditnya.
Teman Seung-hee bertanya bagaimana pendapat Seung-hee dengan pembelian mobil yang kemarin. Didekat sini ada tempat peminjaman milik pribadi. Apakah kau mau kesana? oooh, dia mau ngajak Seung-hee supaya jadiin mobil sebagai jaminan untuk mengambil pinjaman dan itu digunain buat bayar gaji mereka.
Seung-hee tanya kemana Presiden melakukan perjalanan bisnis. Teman Seung-hee hanya mendengar dari telfon kalau Presiden Kim ada di provinsi Gangwon.
“Provinsi Gangwon. Dimana itu?”
~~~

Ternyata yang dibicarain lagi ditempat peminjaman uang, orang disana memberikan uang dan Presiden Kim memberikan kunci mobilnya tapi dengan agak gak rela. Tapi mau bagaimana lagi, diapun menyerahkannya. Orang yang meminjamkan uang mengatakan kalau dia akan mengembalikan mobilnya kalau Presiden Kim bisa mengembalikan uangnya dalam satu minggu.
~~~

Kopinya habis, Seung-hee tanya pada temannya yang perempuan, apa bisa kau buat kopi. Temannya mengatakan tak bisa karena mereka tak punya kopi, Seung-hee pasrah meminta coffemix juga tak apa. Teman Seung-hee mengatakan kalau itu juga tak ada, Seung-hee geget. Jadi apa yang kita punya?
“Kita tak punya apapun. Kita hanya akan menggunakan cangkir kertas.  Kita tak bisa mendapat pengiriman air.  Jadi kita minum dari kran mulai besok.” Jelas rekan Seung-hee. Bener-bener nelangsa kalo aku. Rekan Seung-hee meminta izin untuk pulang dulu karena dia bosan harus makan mie kacang hitam setiap hari. Seung-hee terpaksa mengizinkan.

Sebelum pergi, temannya bertanya apakah perusahaan mereka akan bangkrut. Seung-hee percaya kalau itu tak akan terjadi bahkan program mereka ‘love and demise’ akan menjadi program regular. Jadi bagaimana perusahaan mereka akan bangkrut. “Perusahaan kecil memang seperti ini. Akan buruk pada awalnya.”
“Benarkah. Jadi kenapa kau tetap mendukung perusahaan ini? jelas kau disini karena tak ada satupun yang memanggilmu” teman Seung-hee memukul kepalanya, karena merasa dirinya lambat. Seung-hee menghela nafas kesal dengan perkataan yang menusuk ke relung hati terdalam sedalam samudra itu, jleeb. Seung-hee yang kesal menyuruh rekannya pulang saja kalau tak ada yang perlu dikerjakan lagi.
~~~
 
aaah, naksir sama anaknya Unni
Chang-soo sedang bermain dengan keponakan Seung-hee, mereka bermain kartu tapi Chang-soo selalu kalah. Chang-soo tanya kenapa dia selalu menang, dengan malas anak Unni mengatakan kalau Chang-soo butuh uang untuk membeli kartu yang bagus. Chang-woo mengejek anak Unni dengan mengatainya tinggal di pinggir kota jadi saat pelajaran pasti hanya bermain kartu. Jelas ana Unni tersingung, “Kenapa kau sangat tak sopan?” bentak anak Unni.
Chang-soo semakin menjadi, dan menyuruh anak Unni jangan seperti itu. Meskipun tinggi tapi umur mereka sama. Seung-hee yang melihat pertengkaran mereka memberi kode untuk jangan marah, anak Unni hanya bisa duduk pasrah.

Ibu Chang-woo memuji anak Seung-hee yang tampan, seperti ayahnya pastinya. Seung-hee hanya tersenyum, dia kembali bertanya bagaimana kondisi keluarga Mertua Gumiho itu.
“ooh keluarga itu.. Ayah menantunya mengalami masalah ginjal. Dia lalu menyuruh menantu laki-lakinya untuk mendonorkan ginjalnya.” Jelas ibu Chan-soo. Seung-hee makin penasaran, lalu bagaimana? Bagaimana?~~~~~~~~ cerita mereka berlanjut sepertinya, tapi gak ditampilin.

Ibu Chang-soo memperhatikan bagaimana anak mereka bermain, anak Unni membuka bungkus susu kotak. Ibu Chang-soo yang melihatnya jelas takjub, bagaimana anak umur tujuh tahun bisa melakukannya dengan baik. Pasti neneknya telah mengajari dengan baik, dia tak terlihat seperti anak umur tujuh tahun.
Seung-hee langsung panik, kakinya sengaja menyenggol lengan anak Unni hingga susunya tumpah. Seung-hee langsung mengelapnya, “meskipun begitu dia masih umur anak tujuh tahun.” Ucap Seung-hee mencoba meyakinkan. Sedang Chang-soo tersenyum cerah melihat penderitaan anak Unni. Seung-hee mengatakan maaf tanpa suara, sedang anak Unni hanya menunduk kembali pasrah.

Mereka berjalan pulang, dengan anak Unni yang berjalan lesu karena mukanya belepotan coklat supaya lebih terlihat seperti anak usia tujuh tahun. Ibu Chang-soo mengatakan kalau anak Seung-hee sangat tinggi dan pintar. Bagaimana kalau kita bertemu lagi akhir minggu dan mereka bisa bermain bersama?
Seung-hee kelabakan, anak Unni menatap dengan ekspresi tak mau. Seung-hee beralasan kalau mertuanya sangat menyukai anaknya jadi dia tak bisa mengambilnya minggu besok. Seung-hee merasa kalau mereka harus berpisah, tapi ibu Chang-soo menolak. Dia telah datang tapi kenapa dia harus pergi dengan cepat.
Ibu Chang-soo langsung berjalan masuk gedung apartemen Seung-hee, Seung-hee tak mau tapi apa yang bisa ia lakukan.

Seung-hee menyuruh untuk datang lain waktu tapi ibu Chang-soo memaksa, dia hanya ingin minum segelas kopi. Seung-hee mengatakan kalau dia tak punya kopi, Ibu Chang-woo tak masalah kalau hanya air putih. Seung-hee memohon untuk datang lain waktu, tapi lift terbuka. Mereka sampai di lantai apartemen Seung-hee.
Namun ternyata Seung-hee telah dihadang oleh dua orang dengan tampang menakutkan.
“apa kau nyonya Im Seung-hee. Kau kenal President Kim?” tanya orang itu. Seung-hee hanya bingung, ya. Sedang ibu Chang-soo ikut ngeri, dia segera izin pergi.
Orang itu lalu memberikan kartu nama dan menyuruh untuk menghubunginya kalau bertemu president Kim. Seung-hee hanya diam.

Naluri gosip ibu Chang-soo langsung bekerja, dia segera menelfon ibu Soo-jin dan mengira kalau suami Seung-hee pasti membuat masalah.

Seung-hee menatap bingung kartu nama dari agen peminjaman itu, sebuah panggilan masuk dari rekan perempuan Seung-hee yang memberikan info kalau ada masalah besar. Seung-hee bertanya ada apa?
“aku di tempat shooting. Semua staff pergi. Tim Kamera dan pencahayaan tak mendapat gaji bulan ini. Apa yang harus kita lakukan? Perusahaan kita akan bangkrut.”
Seung-hee terkejut. “MWOOO?”....


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ [SINOPSIS] UNEMPLOYED ROMANCE EPISODE 1-2
PREVIEW UNEMPLOYED ROMANCE EPISODE 2

Seon-joo : “Apa perusahaanmu baik-baik saja? Aku dengar, salah satu dari team ‘Love And Demise’ bangkrut?”

Seung-hee pada Presiden Kim : “Aku tak tau kau dimana tapi cepatlah kembali dan selesaikan ini.atau, aku melaporkanmu kepolisi.”

President Kim ikut dalam perjalanan dengan mobil pengangkut ayam. “Terimakasih penulis Kim”

Ibu Chang-soo bergosip dengan ibu tetangga : “Bisnis suaminya bangkrut. Aku harus melihatnya”

Seung-hee menangis di pinggir jalan, terlihat begitu frustasi. “Bagaimana bisa kau melakukan itu pada mobilku?”

President Kim tidur di pinggir jalan dengan gardus seperti seorang gelandangan, tiba-tiba dia terbangun mendengar teriakan Seung-hee. “President!!!”

Unni : “Jika ini tak menghasilkan sesuatu ketika kau telah bekerja keras. Ini bukanlah takdirmu.
Seung-hee kesal, sepertinya dia masih ingin tetap menjadi penulis meskipun keadaanya sudah tak mendukunya lagi. “Unni!!”

Seung-hee : “berapa yang bisa kudapat?”
Petugas : “tujuh...”
Seung-hee senang sekali : “tujuh juta?”
Petugas : “700” hahahahaha

Seung-hee : “Aku mendapatkan sebuah kenyataan besar setelah pengkhianatan diikuti oleh penyesalan. Meskipun ini jumlah yang kecil tapi aku senang mendapat bantuan ini (kayaknya tunjangan pengangguran)

Unni : “ Mereka merekrut seorang instruktor. jadi, ayo bertemu untuk pertama kali.” 
Seung-hee dalam perjalanan dengan unni’nya dengan wajah cemberut, “Aku tak pernah memikirkan sebelumnya, bisakah aku melakukannya?”
Seseorang, “Ya, kau bisa melakukannya. Ini adalah kelas paling rendah, kelas D.”

Seung-hee berkelahi dengan seseorang, Seung-hee : “kau mengganggu tanpa alasan. Jadi aku memukulmu!”

Tidak ada komentar :

Posting Komentar