Sekilas, Seung-hee menemui Unni yang menawari
kerja kemarin tapi karena Seung-hee meminta bayaran sebelum kerja dimulai,
pemilik acara festival menolak ke ikut-sertaan Seung-hee apalagi dengan
reputasi Seung-hee menulis yang tak terlalu bagus.
Unni yang ditemuinya akan melakukan sebuah acara
TV tapi orang yang semestinya menjadi tamu tak datang, tepat saat itu ada
Seung-hee. Dia pun disuruh menggantikan karena memiliki tema yang sama dengan
acara Unni itu. SEORANG PENGANGGURAN KARENA PERUSAHAAN YANG BANGKRUT.
Variety show mulai berlangsung, MC bertanya pada
author Choi Do-hoon untuk menanggapi masalah yang mereka bahas kali ini.
Author Choi : “Jika dia bekerja tapi tak
mendapatkan bayaran, itu termasuk salahnya juga.”
Seung-hee melirik sebal, “apa yang....”
Author Choi melanjutkan, “Jika kau mengambil
pekerjaan dan kau tak diperlakukan dengan benar, itu berarti dia tak pernah
yakin untuk mencari kerja ke tempat lain. Itu semua terjadi karena dia tak
kompeten. Satu-satunya yang ia butuh adalah instropeksi diri. Itu menurut
saya.”
Seung-hee melengos kesal, Author Choi
memperlihatkan bukunya. Dia menegaskan kalau seseorang sudah meningkatkan
talentanya maka pengangguran adalah milik orang lain. Author Choi mengakhiri pendapatnya,
lalu sebagai hadiah ia memberikan buku karyanya. “Ini seharga 12.000.” Iklan dulu kekeke.
MC kembali bertanya, “Lalu apa yang harus
dilakukan untuk seseorang yang kehilangan pekerjaannya tiba-tiba? Officer Hwang
Seo-jin.”
Officer Hwang memberikan saran kalau untuk seorang
pengangguran di tempat mereka menyediakan kursus untuk meningkatkan
pengangguran seperti skill dalam komputer, kecantikan, barista,
Seung-hee sekarang tak tahan lagi terus mendengar
ocehan para author, dia keluar dari skat penutupnya sambil berteriak kesal.
Seung-hee mendorong Officer Hwang dan berteriak
padanya, “Apa lagi yang harus ku pelajari setelah kulih selama empat tahun. Itu
membuat terasa seperti aku tak pernah bekerja setelah empat tahun kuliah?”
Seung-hee sekarang ke Author choi, dia memukulkan
bukunya ke kepala Author Choi, “Buku apa ini? Buang saja bukumu ini!” Seung-hee
berteriak-teriak seperti orang gila dengan di pegangi oleh MC dan Wan-ha.
“hentikan ini!!!”.___________________________________ Tapi sabar, ini hanya
khayalan penulis kita, piiiewww.
Officer Hwang memberikan kesimpulan, kalau dia
harus meningkatkan ketrampilannya. Sekarang MC meminta pendapat Wan-ha, “apa
yang harus dilakukan pengangguran untuk mendapatkan gaji yang tak dibayarkan?”
“Masalahnya pada perusahaan yang bangkut
menyebabkan tak adanya kemampuan untuk membayar gaji. Maka harus dilakukan
sebuah proses pelelangan aset perusahaan. Tapi masalahnya, ini memerlukan waktu
yang lama. Di sebuah bisnis kecil, seorang Presiden Perusahaan seperti rekan
kerja. Ini mungkin akan sulit baginya untuk melakukan pemerkaraan hukum
padanya.” Wan-ha melirik Seung-hee,
seolah dia tau bagaimana kesulitan yang Seung-hee alami saat ini.
Seung-hee Sendiri merengut, membenarkan perkataan
Wan-ha. Dia teringat masa dimana dia masih bekerja dengan Presiden Kim dan
presiden Kim menyiapkan makan untuk mereka bertiga. Seung-hee semakin sedih.
“Aku tahu apa yang dia rasakan. Kau harus benar
benar tabah” ucap Wan-haa bijaksana. Seung-hee tersentuh dengan ucapan Wan-haa,
hingga dia menangis. Menangis keras, dia menunduk hingga wajahnya yang tertutup
skat nampak oleh kamera.
Unni dirumah ikut menonton acara tersebut jadi
terkejut, “itu Seung-hee?”
Ibu Chang-soo dan semuanya juga melihat itu.
Seung-hee masih terus menangis, entah dia tak
sadar wajahnya nampak di kamera atau bagaimana dia masih dalam posisi
membungkuk.
Kru acara itu langsung disuruh mengalihkan kamera
dari Seung-hee, kamera beralih pada para author. Author Choi langsung mengambil
kesempatan itu untuk menunjukkan bukunya. Hahaha. LOL.
Sedang Unni pusing melihat acaranya gagal, “Aaah,
aku pasti akan kehilangan pekerjaan karenanya.”
~~~
Seung-hee keluar dari acara itu, dia sedang
menelfon dengan seseorang. Dia membantah habis-habisan kalau dia habis dari
acara TV tadi. Seung-hee mengakhiri panggilannya, baru setelah itu dia berfikir
apa dia tadi keliatan. Hahaha. Jadi dari tadi dia gak sadar kalau wajahnya
nongol.
Tak ketinggalan Ibu Chang-soo juga menghubungi
Seung-hee, dia tanya apa Seung-hee dari stasiun TV atau semacamnya. Seung-hee
membantah, untuk apa aku ketempat seperti itu. Ibu Chang-soo meng-iya-kan saja
tapi dia bertanya kapan Seung-hee pulang, “Aku akan membawakanmu selai buah,
ayo bertemu di bangku depan apartemen.”..... ”Tuuuut”
Ibu Chang-soo langsung mematikan telfonnya, sedang
Seung-hee yang menolak menjadi kelabakan. Ia pun segera pulang.
Unni menjelaskan pada Wan-ha kalau selain
Seung-hee kehilangan pekerjaan tapi mobilnya di bawa oleh presidennya. Wan-ha
berfikir kalau mobilnya dibawa berarti andai mereka menemukan mobilnya,
presiden yang kabur juga juga akan ditemukan.
Unni bertanya kenapa Wanha sangat tertarik pada
Seung-hee, Wan-ha beralasan kalau dia merasa iba pada Seung-hee. Unni juga
seperti itu, dia merasa kalau Seung-hee memiliki aura buruk walau dia memiliki
bakat tapi nasibnya kurang baik. Wan-ha hanya tersenyum mendengarnya.
~~~
Seung-hee keluar dari taksinya sambil menunduk dan
menutup wajahnya, udah serasa artis. Kekeke.
“Ibu
Joo-young” sapa Ibu Chang-soo bersama dua temannya. Seung-hee hanya terdiam.
“Lihat, dia memakai baju yang sama dengan yang di
program TV.”
“Itu benar. Dia seseorang yang ada di TV tadi.”
Ibu Chang-soo sekarang memberondong Seung-hee
dengan berbagai pertanyaan, bukannya Seung-hee bukanlah seorang ibu? Kau juga belum
menikah? Kau hanya kehilangan pekerjaan? Kenapa kau mengaku sudah
berumah-tangga?
Seung-hee diam, bagaimana dia harus menjelaskan
pada tiga serangkai itu.
Wan-ha ternyata juga datang mengikuti Seung-hee
dan menyapa mereka. Seung-hee terkejut melihat kedatangan Wan-ha. Ibu Chang-soo
bertanya apakah Wan-ha adalah ‘ayah’ Joo-young. Wan-ha tak menjawab pertanyaan
Ibu Chang-soo malah menyuruh Seung-hee untuk minta maaf kalau buat salah,
Joo-young ‘eomma’.
Seung-hee masih diam, Ibu Chang-soo kembali
bertanya apakah Wan-ha adalah ayah Joo-young. Wan-ha tersenyum lalu membungkuk
dan meminta maaf atas nama ‘istri’nya, “apa ada masalah?”
Ibu Chang-soo langsung kagok, dia minta maaf dan
mengatakan tak ada apapun. Wan-ha semakin meyakinkan dengan menggenggam tangan
Seung-hee. Ibu Chang-soo ingat dia membawakan selai, diapun memberikannya lalu
permisi untuk pergi. Tiga serangkai kembali bergosip, “Dia terlalu tampan untuk
menjadi seorang yang mengalami kebangkrutan.”
Seung-hee berterimakasih atas bantuan Wan-ha. Wan-ha
menatap Seung-hee hangat, lalu mengajak Seung-hee untuk bicara. Ya alloh, dia penuh karisma. Aku naksir
Wan-ha.
~~~
“Ini semua salahku. Aku tidak kompeten, jadi aku
berbohong pada mereka dan dan hang-out dengan mereka.” Seung-hee merengut. Dia
dan Wan-ha sekarang tengah berada di taman, Wan-ha mengatakan kalau Seung-hee
telah melakukan yang terbaik dalam hidupnya, lalu apa yang salah denganmu?
“Jangan
terlalu baik padaku seperti ini, Hatiku hanya berga 10 won sekarang.” Seung-hee
menatap Wan-ha, apakah hatinya telah jatuh pada Wan-ha?
Wan-ha berkata kalau sebelum dia bertanya pada
Seung-hee apakah mereka pernah bertemu. “Aku ingat sekarang. Seung-hee kau tak
ingat kita bertemu di Sillim-dong sebelumnya? Kau bekerja part-time di apotek.
Seung-hee berfikir,
Dia ingat ketika dia berada di apotek dia hanya
menjual minuman energi karena dia tak bisa membaca resep, Seung-hee mengatakan
itu pada seseorang. Tepat saat berbalik, Seung-hee terkejut karena Jong-dae
berdiri dibelakangnya sambil tersenyum cerah.
Seung-hee terkejut, “apa kau teman Jong-dae?”
Wan-ha membenarkan, meskipun kami tak terlalu
dekat. Wajah Seung-hee langsung berubah marah, kau harusnya mengatakannya lebih
awal. Wan-ha heran, itu sebuah masalah?
Seung-hee marah, “Benar! kau tak terlihat membuat
lelucon denganku, kalau kau mengatakan kau teman Jong-dae sekarang. Lupakan!
Aku pergi.”
Wan-ha bingung dan memanggil Seung-hee tapi
Seung-hee terus berlalu.
“Benar. Ini
hanya simpati. Simpati. Bantuan dari seseorang yang mengingat kejadian paling
memalukan dalam hidupku.”
~~~
Seung-hee pulang dengan naik bus, dia menelfon
Kyung-hee untuk bertemu. Kyung-hee tadinya menolak tapi akhirnya mau juga.
Seung-hee kembali terdiam, menerawang ke luar bus.
FLASHBACK [3 TAHUN YANG LALU]
“Ada acara apa? Kenapa kau berdandan. Kau juga
memakai hak tinggi?” Tanya Jong-dae pada Seung-hee. Seung-hee ragu, dia
sepertinya tak enak hati. “Ayo... kita putus.”
Jong-dae terkejut sekaligus kesal bagaimana
Seung-hee bisa mengatakan putus dengan begitu mudah. Seung-hee berkata kalau
dia melakukan itu juga sudah berfikir panjang. Jong-dae setuju, asal mereka
putus setelah dua minggu lagi. setelah ujian pelayanan sipil selesai. Seung-hee
kesal bagaimana Jong-dae hanya memikirkan perasaannya sendiri, Jong-dae balik
kesal kenapa Seung-hee tak mau padahal itu hanya dua minggu. “Setelah itu kita
bisa putus.”
Seung-hee : “Seorang
pria yang konsisten. Cinta pertamaku adalah seorang yang egois. KIM JONG DAE”
FLASHBACK END
~~~
Kyung-hee menemui Seung-hee yang tengah termenung sendiri
di bangku taman. Kyung-hee mengatakan kalau dia melihat Seung-hee di TV.
Seung-hee masih sedikit agak gak percaya, kau melihatku juga. Seung-hee
cemberut, unni aku marah. Kyung-hee menyuruh untuk jangan dipikirkan karena itu
pasti akan hilang dalam sekejap.
Seung-hee curhat, kalau sebenarnya ada sesuatu
yang lebih memalukan dari pada itu. Kyung-hee tanya, apa ada yang lebih
memalukan dari pada didepan seluruh negeri. Seung-hee merengut lagi, dengan
perlahan dia mengatakan kalau dia menyukai seseorang dan orang itu sangat baik
padanya.
“Dia baik padaku jadi ku kira dia menyukaiku, tapi
ternyata dia adalah teman Jong-dae.” Curhat Seung-hee. Kyung-hee ikut kesal
mendengar kata Jong-dae, kalau dia teman Jong-dae berarti dia juga gelandangan.
Seung-hee tak sependapat karena Wan-ha tak seperti Jong-dae. Kyung-hee yakin
kalau Jong-dae menjadi orang sukses setelah ujiannya berarti Jong-dae hanya
menjadi perusak hidup Seung-hee. Seung-hee tak yakin, aku mengeceknya dan
sepertinya dia tak lulus.
Kyung-hee terkejut, “kau masih menyukainya? Benar,
kalau bukan karenanya kau sudah menjadi penulis menggantikan Seon-joo. Ini
seperti takdir dalam kehidupan. Seperti kau dan Jong-dae.”
Seung-hee menghela nafas.
FLASHBACK
Seung-hee sedang bertemu dengan seorang produser,
Produser itu memuji hasil kerja Seung-hee. Bahkan dia sampai bingung mau
memilih Seung-hee ataukah Seon-joo. Produser itu yakin kalau projek drama
omnibus mereka selesai, dia yakin kalau Seung-hee akan mendapatkan tawaran
menulis. Seung-hee senang, Produser itu menyuruh Seung-hee untuk membawa
barang-barang yang sekiranya dibutuhkan di kantornya nanti.
“Hei, Im Seung-hee!!” terdengar sebuah suara yang
membuat Seung-hee terkejut. Itu Jong-dae yang melihat mereka penuh dengan api
kecemburuan, “Apa yang kau lakukan dengan si Br*ngsek ini disini?”
Produser bertanya siapa Jong-dae ini.
Jong-dae termakan amarahnya, dia pun memegang krah
baju Produser dan menariknya berdiri. Tapi ternyata setelah berdiri tubuh
Produser lebih tinggi dibandingkan Jong-dae, nyali Jong-dae agak ciut. Produser
merasa diperlakukan tak baik membuatnya memegang tangan Jong-dae dan
memelintirnya. Lalu menekuk Jong-dae hingga Jong-dae meringis kesakitan.
“Produser tolong lepaskan sekarang!” Seung-hee
memohon pada Produser. Produser segera melepas Jong-dae namun malangnya dengan
ketidak kerennya si Jong-dae malah jatuh berjongkok. Dan Sekarang dia juga
menyadari kalau orang yang ada didepan Seung-hee adalah produser Seung-hee.
Seung-hee bertanya apakah Jong-dae tak apa, tapi
karena sudah termakan malunya. Jong-dae tak menggubris dan berlalu pergi
meninggalkan Seung-hee. Seung-hee sangat meminta maaf pada Produser dan
mengejar Jong-dae.
Mata Jong-dae sudah memerah, perasaan patah
hati, malu, kesal, marah. Mungkin seperi rujak yang udah nyampur atau bagaikan
permen nano-nano, rasanya udah gak karuan. Entahlah. Seung-hee terus mengejar
Jong-dae tapi Jong-dae masih terus berjalan menaiki eskalator. Seung-hee
berjalan tergesa dengan hak tingginya. Malang, hak tinggi yang dipakai
Seung-hee tergelincir. Seung-hee oleng dan jatuh berguling di
eskalator.....Sekilas Seung-hee mengingat bagaimana perjalanan cintanya dengan
Jong-dae dimasa lalu.
Seung-hee telah di gips, Kyung-hee tengah mengupas
apel untuk Seon-joo dan menyodorkannya. Namun mendengar komentar seseorang di
TV yang tengah mengomentari kecelakaan yang dialami Seung-hee, Kyung-hee jadi
kesal dan meremas apelnya sampai berhamburan.
Kyung-hee menawarkan untuk mengupas lagi tapi
Seon-joo menolak karena dia harus pergi kekantor untuk menyiapkan segalanya.
Seung-hee ingin duduk tapi Seon-joo menyuruh untuk jangan bangun. “Aku akan
melakukan yang terbaik untukmu juga, jadi kau jangan khawatir.”
Seung-hee mengatakan kalau ponselnya rusak jadi
dia tak bisa menelfon Jong-dae, “tolong kau sampaikan itu padanya.”
Kyung-hee jelas kesal, bagaimana Seung-hee terus
memikirkannya. Sedang Seon-joo meng-iya-kan permintaan Seung-hee.
Sebulan kemudian, Seung-hee sudah berkemas untuk
kembali ke rumahnya. Namun sebagai seorang pasien dia tak tampak senang. Kyung-hee
memberikan ponsel baru untuk Seung-hee, aku telah membelikan nomor baru jadi
mulailah untuk hidup yang baru. Seung-hee terdiam menatap ponsel itu,
Seung-hee : “Jong-dae
tak pernah datang. Aku telah membuangnya beberapa bulan ini, tapi hatiku tak bisa
dengan mudahnya disembuhkan setelah
putus selama 10 tahun.”
FLASHBACK END
Seung-hee duduk terdiam sendiri di bangku taman,
kembali mengingat bagaimana kenangan indahnya bersama dengan Jong-dae. Bukanlah
hal yang mudah untuk melupakan seseorang yang sudah melekat dihatinya.
~~~
Seon-joo menatap Wan-ha yang sedang menjelaskan,
tapi apa ini..? Seon-joo tak benar-benar mendengarkan penjelasan Wan-ha malah
dia melihat bibir Wan-ha yang terus berbicara. Seon-joo seolah terpesona
melihat Wan-ha hingga dia terkejut saat Wan-ha menatapnya setelas selesai
menjelaskan. Seon-joo kagok, “benarkah?”
Seon-joo pura-pura melanjutkan membuat cerita lalu
menatap jam, Wan-ha juga sudah selesai dan menyuruh Seon-joo menelfonnya lagi
kalau ada yang perlu dibicarakan.
“Ini sudah terlambat.. apa kau mau minum?” tanya
Seon-joo. Hening. Karena perhatian Wan-ha sekarang adalah pada meja Seung-hee.
Wan-ha tanya dimana Seung-hee, Seon-joo
memberitahu kalau Seung-hee sedang ke Daejeon menemui kakaknya. Wan-ha tanya
apa Seon-joo tau nomor plat mobil Seung-hee, Seon-joo menunjuk meja Seung-hee
karena memang Seung-hee biasa menaruh karcis parkirnya di meja. Seung-hee
penasaran kenapa Wan-ha menanyakan plat nomor Seung-hee. Wan-ha bingung
menjelaskan,, sampai dengan terdengar bel apartement Seon-joo.
Dua orang menanyakan keberadaan Seung-hee,
Seon-joo membenarkan kalau ini apartemen Seung-hee tapi Seung-hee sedang pergi.
Seon-joo tanya ada masalah apa. Polisi memberitahu kalau Seung-hee terlibat
pada kasus pencurian. Seon-joo terkejut mendengarnya, sedang Wan-ha sepertinya
dia sudah sadar akan apa yang terjadi karena di raut wajahnya datar.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar