Senin, 17 Februari 2014

Drama Korea UNEMPLOYED ROMANCE episode 6 part 1








Jong-dae tengah berdiri di depan gedung kantor Seung-hee, dia mengirim pesan pada Seung-hee kalau dia sedang menunggu Seung-hee. Kalau Seung-hee selesai segeralah keluar.
Jong-dae yang sedang menunggu Seung-hee berbalik karena melihat Seung-hee sedang keluar dari kantor. Jong-dae hendak memanggil Seung-hee namun terhenti ketika melihat seorang pria berjalan di belakang Seung-hee dan mereka bercakap akrab.





Mereka berdua pun makan, namun keduanya memang tak dalam mood yang baik. Seung-hee menyuruh untuk menelfon dulu kalau mau datang, tapi Jong-dae bertanya apa Seung-hee ada acara dengan pria lain. Seung-hee jadi nyolot, dia mengatakan kalau dia sedang ada program dengan produser tadi dan akan mendiskusikannya. Jong-dae sinis, meminta maaf karena telah menemui Seung-hee padahal Seung-hee sedang sibuk.
Mereka berdua pun sama-sama kesal.
“Saat kita awal kencan, kau belajar di hukum. Dan aku selama sepuluh tahun hanya mendukungmu.” Seung-hee kesal. Jong-dae kesal tapi mencoba menahannya dan mengajak untuk berhenti dengan percekcokan mereka.
~~~




Jong-dae terlihat bahagia bertemu dengan Seung-hee yang hari ini tampak berbeda dari biasanya. Dandan dan juga memakai heels. Namun berbeda dengan Seung-hee yang tampaknya tak sebahagia Jong-dae. Dia mengatakan kalau dia akan pergi menemui produser drama yang kemarin. Jong-dae tanya apakah meetingnya akan jauh.
“Sepertinya Provinsi Gangwon.” Ucap Seung-hee.
Jong-dae agak terkejut, karena mereka hanya berdua. Seung-hee langsung kesal, apa kau mencurigaiku?



Jong-dae tanya apakah dia harus memahami Seung-hee untuk pergi dengan pria lain dan itu hanya berdua. Seung-hee beralasan kalau mereka pergi juga karena urusan bisnis dan lagi nanti akan ada staff lain yang akan bergabung dengan mereka. “Kalau kau ingin bergabung, kau juga boleh ikut.”
Jong-dae tak bisa karena dia harus belajar untuk ujian.
“Kau tak pernah bekerja sebelumnya,”
Jong-dae kesal dikatai kalau dia belum pernah bekerja, dia menyuruh untuk berhenti. “Berhentilah. Ini cukup.”



Seung-hee mengernyit, dan mengartikan perkataan Jong-dae sebagai ucapan untuk putus. “Baiklah.. Ayo putus.”
Jong-dae terkejut, dia heran bagaimana Seung-hee bisa mengatakan hal seperti itu dengan begitu mudah dan lagi nanti dia akan ujian tahap kedua. Tapi Seung-hee tak perduli, lalu apa yang harus aku lakukan?
Jong-dae memohon untuk putus setelah ujian berakhir namun Seung-hee makin geram karena Jong-dae hanya memikirkan dirinya sendiri.






Ponsel Seung-hee berdering, dia yang tadinya marah langsung berubah sikap dan berucap dengan sangat halus pada produser. Ini cukup membuat Jong-dae kesal dibuatnya, apalagi Seung-hee akan segera beranjak pergi untuk menandatangani kontrak programnya.
Jong-dae menahan tangan Seung-hee yang akan pergi, bagaimana bisa kau pergi di tengah percakapan kita. Seung-hee seolah tak perduli, dia menyuruh untuk berbicara lain waktu. Seung-hee pun pergi dan menghempaskan tangan Jong-dae.




Jong-dae berjalan didepan sebuah cafe, dia terkejut melihat pemandangan yang tak mengenakkan hati. Seung-hee yang tengah berbincang dengan pria lain padahal tadi mereka sedang bertengkar. Seketika darah Jong-dae naik ke ubun ubun, dia pun menghampiri dan menarik tangan Seung-hee.
Pria tadi bertanya siapa Jong-dae. Jong-dae yang termakan emosi langsung menarik kerah baju pria tadi namun dengan mudah pria itu langsung menekuk lengan Jong-dae. dan membuatnya tertunduk di lantai.




Jelas ini membuat Jong-dae malu, dia kontan berjalan pergi meninggalkan Seung-hee.
Dalam jalannya, dia teringat bagaimana masa masa mereka menjalani hari bahagia mereka. Jong-dae teringat akan janji Seung-hee.
Aku akan memperlakukanmu dengan baik sampai dengan ujian tahap dua tahun depan. Aku tak akan mengganggumu karena aku merindukanmu. Dan aku akan menghiburmu ketika ada masa sulit.”
Jong-dae berjalan tanpa menoleh meskipun Seung-hee memanggilnya. Dan terjadilah jatuhnya Seung-hee di eskalator.
~~~




Jong-dae berjalan tanpa arah dan tujuan. Namun pada akhirnya, langkah kaki Jong-dae menuju ke apartement Seung-hee. Dia mencoba menghubungi Seung-hee namun ponselnya mati, Jong-dae tak kesal.
Dari arah gedung, Seon-joo tampak berjalan keluar. Jong-dae langsung canggung dibuatnya. Seon-joo tanya apakah Jong-dae tengah menunggu Seung-hee. Jong-dae membenarkan.
“Seung-hee....”
“Ya.. apa yang terjadi dengan Seung-hee?” Tanya Jong-dae kepo.
Seon-joo teringat pesan Seung-hee saat dirumah sakit, Seung-hee menyuruh untuk memberitahu Jong-dae kalau ponselnya rusak jadi tak bisa menghubungi Jong-dae.
Namun Seon-joo tak mengatakan pesan Seung-hee, dia malah memberitahu kalau Seung-hee tak akan pulang malam ini.




Mendengar pesan yang disampaikan Seon-joo itu membuat pikiran Jong-dae semakin tak karuan. Mungkin kalau aku jadi dia, aku bakal mikir kalau Seung-hee bermalam dengan yang tadi siang.
Jong-dae duduk terpekur di bangku taman, dia memikirkan kemungkinan kalau Seung-hee malam ini tengah bersama pria tadi disebuah ruangan dan Seung-hee mulai membuka satu persatu kancing baju si pria. Dan...
Jong-dae mencoba menghilangkan pikiran neglanturnya itu, tapi sepertinya tak mungkin.




Jong-dae bermain ayunan di taman, dia mencoba menghibur diri dengan mengatakan kalau Seung-hee pasti akan datang. Akan datang. Namun setelah beberapa lama, Jong-dae merubah ucapannya menjadi umpatan untuk Seung. Dasar wanita nakal.
Pagi menjelang, namun Seung-hee tak kunjung pulang. Jong-dae semakin sedih.
Aku menunggu untuk waktu yang lama untuk hal bodoh. Dan kenyataanya, aku hanyalah barang tak berguna untuk Seung-hee. Ini adalah cinta monyet tapi aku sadar telah putus dengan penuh luka. Aku memang benar benar mencintai Seung-hee dari lubuk hatiku yang terdalam. Ayo kita berpisah karena aku mencintaimu. Ya karena ini kesempatan terakhir yang ku punya untuk terlihat keren.”
Jong-dae pun berjalan meninggalkan gedung apartemen Seung-hee dan bersamaan dengan itu pula dia memutuskan untuk meninggalkan Seung-hee.
~~~



Hyo-sang dan Gwang-pal mendengar cerita Jong-dae dan mengumpat akan Seung-hee yang ternyata bukanlah wanita yang baik. Mereka tak habis pikir.



Hari berlalu, Jong-dae Hyo-sang dan Gwang-pal merayakan akan putusnya Seung-hee dan Jong-dae.
“Benar, ini sangat mengganggu sebelumnya.” Ucap Jong-dae.
“Kerja bagus. Disini banyak gadis muda.” Ucap Hyo-sang.



Entahlah, hari berlanjut kembali. Jong-dae cs merasa sedih karena sepertinya Jong-dae masih belum bisa melupakan Seung-hee, sedang pesta kemaren hanyalah sebagai pelarian atas kehilangannya akan Seung-hee. Gwang-pal sekarang malah berada dipihak Seung-hee. Dia yakin kalau Seung-hee tak menghubungi Jong-dae karena malu. Oleh karena itu, Jong-dae harus menelfon lebih dulu. Gwang-pal pun mencoba menghubungi Seung-hee, tapi..... nomornya sudah tak aktiv.
Gwang-pal kembali kesal dan mengupat Seung-hee. Gwang-pal menyuruh untuk melupakan Seung-hee tapi Jong-dae malah menangis kesal.
~~~



Jong-dae tengah duduk didepan sebuah rice cooker,
Nasi dengan taoge segar, suara mesin rice cooker dengan suara perempuan.
“Aku suka nasi denga taoge segar.” Ucap Jong-dae pada rice cooker tadi. Jong-dae terus terus membalas suara mesin rice cooker yang ia pencet. Gwang-pal yang melihat itu merasa heran.



Hyo-sang dan Gwang-pal memperhatikan Jong-dae yang tengah berbicara dengan rice cooker lagi. Ternyata kebiasaan Jong-dae ini sudah berlangsung satu bulan. Hyo-sang tanya pada Gwang-pal, apa Seung-hee masih belum bisa dihubungi.
Gwang-pal mengatakan kalau Seung-hee sudah bisa dihubungi pasti Jong-dae tak akan seperti itu.




Jong-dae yang tengah diperhatikan kesal dengan rice cookernya, “Kau pembohong.!”
Jong-dae pun membanting rice cooker itu, Gwang-pal yang melihat kelakuan temannya benar-benar tak tahan lagi, bagaimana mungkin rice cooker bisa berbohong. Gwang-pal hendak melabrak Jong-dae namun di tahan Hyo-sang. Mereka berdua sama sama sedih melihat teman mereka.
Tak terkecuali mereka, Jong-dae pun menangis sedih dengan keadaanya.
Setelah aku putus dengan Seung-hee, aku tak lagi ingin percaya dengan perkataan wanita. Meskipun itu dari sebuah rice cooker.”
~~~



Ibu dan ayah Jong-dae tengah sibuk mengolah tteobboki mereka, dalam hati ibu berbicara kalau di tempat inilah dia setiap hari akan melihat wajah suaminya. Dari raut ibu tampak guratan kecemasan, sedang ayah masih bersikap ceria seperti biasa.
Kemudian dua orang bibi datang dengan bunga di tangan mereka, “Selamat Ja Ok.”



Kedua bibi sudah duduk di kursi mereka, mereka melihat tembok warung makan Ja Ok tak di cat sehingga penuh bekas coretan. Si ibu dengan merendahkan mengatakan kalau Ja Ok mendapatkan toko itu dengan harga murah karena bekas perusahaan bangkrut.
Ayah menghidangkan minum tapi dengan gelas plastik, bibi itu minta gelas kertas tapi ibu menolak dan menyuruh mereka untuk makan saja. Bibi mengungkit tentang masalah Jong-dae yang lulus ujian. Ibu membenarkan. Kedua bibi tau kalau Jong-dae hanya lulus di putaran pertama tapi apalah artinya lulus seribu kali putaran pertama kalau tak lulus putaran kedua. Ibu membela Jong-dae, walaupun begitu tak mudah untuk lulus putaran pertama. Ibu menganggap kalau mereka berdua hanya iri pada Jong-dae’nya.




Tepat saat itu, Jong-dae datang dengan penampilan yang kucel and the kumel. Ini membuat kedua bibi mengernyit. Ibu yang tak ingin mendapat banyak pertanyaan langsung mendekati Jong-dae.
“Kau pasti sangat keras dalam belajar hingga tak sempat untuk mandi, oh Jong-dae. o iya bukannya kau akan pergi ke dokter herbal bersama dengan ayahmu?” ibu mengedipkan mata pada ayah.
Ayah yang tadinya tak mengerti langsung membenarkan ucapan ibu tersebut dan mengajak Jong-dae pergi.



Ayah berjalan bersama dengan Jong-dae, ayah menyuruh Jong-dae untuk jangan menunduk hanya karena tidak lulus ujian. Karena ujian bukan jalan satu satunya dan ayah juga meminta maaf karena telah menyuruh Jong-dae mengambil ujian itu. Jong-dae mengatakan kalau itu bukan salah ayah,
Ayah tau kalau Jong-dae sudah melakukan yang terbaik. Ayah pun pergi meninggalkan Jong-dae. Dan seperti biasa, ucapan ucapan pendek ayahlah yang mampu membuat Jong-dae sadar akan apa yang dilakukannya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar