Da Jung terkejut melihat PM ada di kamar. Ia menyuruh PM keluar karena
ini kamarnya. Tapi ketika Da Jung membuka pintu, Yool malah menutupnya
kembali dan menguncinya.
Yool berdiri di depan Da Jung, sangat dekat membuat Da Jung gugup.
“Kenapa anda tiba-tiba seperti ini? Apa karena aku membuat masalah…”
Yool menyela kalau mulai sekarang ia dan Da Jung akan menggunakan kamar
ini sama seperti pasangan suami istri sesungguhnya. Da Jung ingin protes
tapi Yool menegaskan walaupun ini hanya pernikahan kontrak, Da Jung
tetaplah istri perdana menteri. Ia harap Da Jung tak lupa itu dan dapat
melakukannya dengan baik. Da Jung pun tak bisa protes lagi, ia hanya
bergumam apa dirinya melakukan kesalahan lagi.
Kang In Ho berada di mobil mengingat pelukan sengajanya pada Da Jung
yang ingin dilihat oleh PM. “Sekarang aku bekerja pada orang itu. Hyung,
lihat saja apa yang akan kulakukan.” Batin In Ho sambil memukul setir
mobilnya untuk meluapkan emosinya.
Karena sudah berbagi kamar, Da Jung dan Yool pun berada di kamar yang
sama. Da Jung tertidur pulas, semntara Yool masih terjaga dengan
kesibukannya. Ia memeriksa dokumen di meja kerjanya. Da Jung terbangun
dan melihat Yool masih terjaga. Ia melihat jam di ponselnya, waktu
menunjukan pukul 3.34 menjelang subuh. Da Jung bergumam heran apa Yool
tidak tidur. Ia pun kembali terlelap karena masih ngantuk. Yool yang
terus memeriksa dokumen-dokumen sesekali melihat ke arah Da Jung yang
tertidur pulas.
Keesokan harinya, Da Jung masih mengenakan hanbok. Tanpa ia sadari ada
sebuah tulisan di punggungnya. ‘Dibutuhkan pacar’ (hahaha---eh tahu
keisengan anak-anak kan, ini kadang dilakukan anak-anakku di sekolah
lho, tapi mereka nulisnya pake tulisan ‘orang gila’ haha. Langsung deh
mereka kena omelanku hahaha)
Da Jung heran melihat Man Se yang akan berangkat TK terus menerus
cemberut. Man Se bertanya bisakah ia tak berangkat ke sekolah, ia tak
ingin pergi ke sekolah. Da Jung balik bertanya apa ada sesuatu yang
tidak Man Se sukai di sekolah. Da Jung memeluk Man Se, ia berjanji
selepas Man Se pulang sekolah, ia akan bermain dengan Man Se.
Man Se tetap tak ingin ke sekolah, “aku tak mau pergi, aku tak mau
pergi.” sahut Man Se ngambek.
Tiba-tiba terdengar suara PM yang marah dengan kelakuan putra bungsunya.
Apa Man Se lagi-lagi mogok sekolah, “Bus sekolah sudah menunggumu di
luar. Seharusnya kau berangkat sekarang, ayo cepat!” perintah Yool.
Man Se yang takut pada ayahnya memandang Da Jung. Da Jung memberi kode
agar Man Se menurut. Man Se pun dengan malas mengiyakan dan berangkat
sekolah.
Setelah Man Se pergi Da Jung berkata kalau seharusnya PM Yool yang
mengantar Man Se ke sekolah, kenapa Yool memperlakukan Man Se sepeti
itu. Yool menegaskan kalau ia melakukan ini setiap hari bahkan sebelum
Da Jung datang ke rumah ini, jadi ini sudah kebiasaan.
Apa lagi itu? Yool melihat sesuatu dibalik punggung Da Jung. Ia pun
mengambilnya. Yool menunjukan tulisan itu, “Apa kau berkeliling memakai
ini di belakang punggungmu. Apa kau sedang memberontak?” Da Jung
terkejut membaca itu dan bergumam kesal, pasti Na Ra yang melakukannya.
Yool merasa kalau Da Jung benar-benar mengkhawatirkan (Geok Jung) bagi orang lain.
Yool akan memberi tahu tigal hal pada Da Jung. Da Jung kaget, tiga?
Yool : “Pertama, tolong jangan menimbulkan masalah. Aku sudah cukup
sibuk menghawaritkan negara, haruskah aku mengkhawatirkanmu juga? Lihat
itu, lihat hanbok itu, kau jangan memakainya lagi. Aku tak ingin
melihatmu terjatuh karena pakaianmu sendiri.”
Da Jung bilang bukankah hanbok pantas dipakai di rumah, ditambah lagi
hanboknya sangat cantik.
Yool tak mau dibantah, ini yang terakhir yang ketiga (dua-nya apa?),
“Mulai sekarang kau awasi anak-anak dan tulis apa yang mereka lakukan.”
Da Jung terkejut karena ia harus menulis laporannya juga. “Ya ampun, aku bukan anak kecil lagi jangan berikan aku PR.”
Yool mengingatkan bukankah Da Jung bilang ingin menjalin komunikasi
dengan anak-anak. Ia menilai itu ide yang bagus. “Ketik menggunakan
spasi dua, 160 (ukuran hurufnya kah?) di kertas A4, sebanyak 5 halaman,
lakukan dnegan benar!” Da Jung menganga terkejut. Emangnya gue anak
kuliahan ditambah lagi 5 halaman. Hahaha.
Di rumah Menteri Park, Na Yoon Hee yang sudah berdandan rapi mencibir Da
Jung, “Dasar gadis itu, berani-beraninya dia membuat masalah denganku?
Apa dia pikir dia bisa lepas begitu saja karena dia istri perdana
menteri?”
Park Hyun Seo (akhirnya saya tahu namanya) menyerahkan lembaran nilai
rapor pada ibunya. Yoon Hee melihatnya dan senang sekali nilai anaknya
sangat bagus, dapat rangking satu pula. Ia memuji anaknya pintar sekali,
Hyun Seo tersenyum senang.
Yoon Hee kemudian bertanya berapa rangking Kwon Woo Ri. Hyung Seo
mengatakan kalau Woo Ri mendapatkan rangking 10, dia itu tak bisa
mengalahkan aku. Yoon Hee senang sekali mendengarnya, oh anakku, kau
melakukan yang terbaik.
Menteri Park Joon Ki keluar kamar dan sudah siap akan berangkat ke
kantor. Hyun Seo pun memberi tahu ayahnya kalau ia mendapatkan rangking
satu di sekolah. Joon Ki tersenyum dan memuji itu bagus.
Joon Ki pun akan berangkat tapi Yoon Hee menahannya, apa suaminya hanya
mengatakan itu saja pada Hyun Seo. “Dia tidak hanya rangking satu, tapi
rangking satu dari seluruh kelas.”
Joon Ki dengan dingin mengatakan bukankah ia sudah bilang itu bagus, apa
ia harus mengatakan hal lain lagi. Hyun Seo kecewa dengan sikap
ayahnya, ia pun segera berlalu dari sana dan segera berangkat sekolah.
(eh nih anak waktu jadi kelas enam di Queen’s Classroom ga bisa ngerjain
soal matematika disini perannya jadi anak pintar menggantikan Kim Seo
Hyun yang di QC hahaha)
Yoon Hee hanya bisa menarik nafas, ia kemudian bertanya mau kemana
suaminya pagi-pagi begini. Joon Ki mengatakan kalau ia harus menghadiri
rapat. Ia juga heran melihat istrinya sudah rapi. Yoon Hee mengatakan
kalau ia akan datang ke acara pertemuan Lily Club. (kalau sub DramaFever
namanya White Café - kumpulan ibu-ibu istri Menteri)
Da Jung sampai di Hotel Myung Shim, “terakhir kali aku melakukan
kesalahan, jadi sudah seharusnya aku meminta maaf padanya, kan?” Guman
da jung. “Tapi pelayanan kerja seperti apa yang mereka lakukan disini?”
Da Jung celingukan. (Yup, sebagai istri perdana menteri ia pun harus
hadir dalam pertemuan Lily Club ini)
Da Jung mengingat ucapan Na Yoon Hee ketika menghubunginya, ‘Anggota
Lily Club sudah menunggu anda, istri perdana menteri. Mereka menunggu
anda untuk datang hari ini. Ini hanya rapat untuk membahas pelayanan,
jadi datanglah.’
Sekretaris Seo Hye Joo menyerahkan data hasil informasi tentang rapat
yang akan dilakukan hari ini. Hye Joo berkata kalau ia belum melihat
Kang In Ho, apa perdana menteri tahu dimana dia. PM mengatakan kalau In
Ho menemui Profesor Kim.
Karena Hye Joo menyebut nama In Ho, Yool jadi teringat kejadian semalam
dimana In Ho memeluk Da Jung, itu benar-benar mengganggu pikirannya.
Yool pun bertanya pada Hye Joo, apa Hye Joo tahu latar belakang In Ho.
Hye Joo belum paham maksud pertanyaan Yool. Yool mengatakan ini tentang
latar belakang, seperti keluarga, hobi, dan juga apa In Ho punya pacar,
ya latar belakang seperti itu. Hye Joo tak tahu tapi ia bisa mencarikan
informasi itu untuk Yool. Ia tak tahu karena tak pernah membicarakan hal
pribadi dengan In Ho. Ia heran kenapa Yool menanyakan itu. Yool berkata
kalau ia hanya penasaran saja, kita sudah bekerja bersama, tapi ia
belum tahu apa-apa tentang In Ho.
Hye Joo kemudian menanyakan apa Yool sudah menyelesaikan laporan
keuangan. Yool terkejut apa itu akan dilaporkan pada pertemuan hari ini.
Ia lupa membawanya dan masih tertinggal di rumah. Ia pun menelepon
rumah dan meminta ahjumma untuk mengatakan pada Da Jung agar membawakan
dokumen yang ada di meja kerjanya. Tapi sesaat kemudian Yool terkejut
mendengar sesuatu dari ahjumma, “Dia pergi ke pertemuan Lily club?”
Da Jung terkejut mendengar angka 10 juta won dari istri para menteri
ini. “Aku harus membayar 10 juta won?” Seorang ibu istri menteri apa
saya lupa, mengatakan kalau ketua club sebelumnya itu Na Yoon Hee, dia
yang biasanya memberikan sponsor dana dan karena sekarang Da Jung adalah
ketuanya maka Da Jung yang memberikan dana sponsornya haha. Da Jung
tentu saja tak punya uang sebanyak itu.
Yoon Hee menyuruh Da Jung duduk saja. Ia menyampaikan pada ibu-ibu istri
pejabat kalau ia akan tetap menjadi sponsornya. Jadi tak usah khawatir
dan mereka bisa membahas masalah selanjutnya.
Si ibu tadi menawarkan haruskah mereka membahas tentang bazzar yang akan
mereka selenggarakan. “Ibu ketua, tema bazzar apa kali ini?”
Da Jung sedikit kurang paham, “Jika anda bertanya tentang bazzar, apa
maksud anda ini membuat pancake Korea atau menjual baju-baju bekas?”
ucapnya polos.
Na Yoon Hee menahan geram dengan jalan pikiran Da Jung yang terlalu
sederhana. Ibu istri pejabat lain bilang bukan, tidak mungkin mereka
melakukan bazzar yang seperti itu. Yoon Hee menawarkan bagaimana dengan
benda-benda mewah yang mereka lakukan waktu itu, kita bisa mendapatkan
banyak uang dan masyarakat juga beranggapan itu bagus. Ibu-ibu setuju
usul Yoon Hee.
“Tunggu sebentar!” sela Da Jung. “Aku menolak ide itu. Meskipun suami
anda bekerja, yang namanya bazzar bukan menjual barang mewah.”
Na Yoon Hee marah ide-nya ditentang, kalau ketua club tak ingin bazar
dengan benda-benda mewah maka tak akan ada uang yang akan ia berikan
sebagai sponsor, “Apa yang akan kau lakukan sebagai ketua?”
Ibu itu mendengar kalau Da Jung seorang reporter, kalau begitu apa bisa
meminta bantuan dari para selebritis. Mereka pun langsung menggunjingkan
Da Jung, “Aku dengar dia menggali informasi semua orang secara
diam-diam, kira-kira siapa yang membantunya?”
‘Oh benar, Scandal News.” seru mereka tertawa-tawa.
Na Yoon Hee pun menantang dan mempersilakan Da Jung selaku Ketua untuk
memutuskan bazzar apa yang akan meraka lakukan. Pertemuan pun diakhiri.
Ia memanggil pelayan untuk tahu berapa biaya konsumsi pertemuan hari
ini.
Pelayan menghampiri Yoon Hee akan menyerahkan struk pembayaran tapi Yoon
Hee mengatakan pada pelayan kalau tagihan itu bukan diberikan padanya
melainkan pada Ketua yaitu Da Jung.
Pelayan pun menyerahkan tagihan konsumsi rapat pada Da Jung. Yoon Hee
bertanya bukankah tidak apa-apa kali ini Da Jung yang membayar
konsumsinya. Ia pun mengajak ibu-ibu itu pergi. Da Jung terkejut melihat
nominal konsumsi pertemuan sekarang, 3,5 juta won.
Yool yang mengkhawatirkan Da Jung menghadiri pertemuan Lily Club
mengutus Hye Joo untuk menyusul Da Jung. Hye Joo yang sudah sampai di
hotel bicara lewat telepon dengan Yool meminta agar Yool tak usah
khawatir dengan masalah ini, ia akan mengatasinya dan membawa Da Jung
keluar dari pertemuan itu.
Yool menarik nafas, jelas saja ia sangat khawatir dan takut Da Jung
menimbulkan masalah dengan istri-istri para menteri itu. Ia pun berharap
disana tak ada masalah. Ia kemudin masuk ke ruang rapat memimpin
jalannya rapat kabinet. Di ruang rapat sudah ada beberapa menteri
termasuk Park Joon Ki. Joon ki menoleh ke arah Yool.
Da Jung bingung karena ia hanya punya 22rb won. Ia pun bertanya pada
pelayan apa ia bisa mencicil tagihannya selama 22 bulan. (hahaha)
Pelayan jelas saja bengong hahaha. Yoon Hee datang dan meminta pelayan
meninggalkan mereka.
Yoon Hee bilang bahwa sebelum Da Jung membayar itu, apa ada sesuatu yang
ingin Da Jung sampaikan padanya. Da Jung minta maaf atas kunjungan tak
menyenangkan ke rumah Yoon Hee kemarin. Yoon Hee tersenyum, apa hanya
itu saja permintaan maaf Da Jung.
Menurutnya seharusnya Da Jung minta maaf dengan sungguh-sungguh karena
ini.
Yoon Hee yang menahan marah menunjukan gambar dirinya bersama Kang Ho
Dong, dimana kertas itu digunakan Man Se untuk membuat origami katak. Da
Jung kaget gambar itu ada di tangan Yoon Hee.
Yoon Hee yang emosi menyiram Da Jung dengan air di gelas. “Apa kau pikir
semuanya akan baik-baik saja karena kau istri perdana menteri? Kau itu
sampah, kau pikir dirimu siapa. Apa kau pikir bisa melakukannya dan aku
diam saja?” Bentak Yoon Hee. Ia akan mengambil gelas lain untuk kembali
menyiramkannya pada Da Jung.
“Apa yang anda lakukan?” tiba-tiba Hye Joo datang dan marah melihat
kelakuan Na Yoon Hee. “Berani-beraninya anda melakukan itu pada istri
perdana menteri? Minta maaf sekarang!” perintah Hye Joo membanting
tasnya ke kursi.
“Minta maaf?” cibir Yoon Hee. Ia juga akan malakukan hal yang sama pada Hye Joo. Ia menuduh Hye Joo menggoda suaminya.
Hye Joo terkejut dituduh menggoda Menteri Park, ia menilai dari dulu
sampai sekarang Yoon Hee tidak berubah sedikit pun. “Apa anda ingin saya
memberikan beberapa saran? Sebagai istri Menteri Park anda sudah
bersikap menyedihkan.”
Yoon Hee semakin emosi, “Beraninya kau, apa kau bilang?” Yoon Hee akan
menyerang dan memukul Hye Joo tapi Da Jung berusaha menarik Yoon Hee
untuk mencegah tapi sayang malah Da Jung yang didorong hingga terjatuh.
Yoon Hee akan kembali memukul tapi dengan sigap Hye Joo menangkap tangan
Yoon Hee dan memitingnya ke belakang.
Yoon Hee meronta berusaha melepaskan diri, lepaskan aku. Da Jung
terkejut Hye Joo seberani itu dan punya sedikit bela diri. Hye Joo pun
mendorong Yoon Hee hingga tersungkur.
Hye Joo menyebut Da Jung dengan panggilan sopan meminta Da Jung segera
pergi dari sana. Da Jung mengatakan kalau ia harus membayar tagihan
pertemuan Lily Club hari ini. Hye Joo melihat jumlah tagihan itu dan
tertawa remeh, bukankah tempat ini bukan Da Jung yang memilih untuk
mengadakan pertemuan, jadi Da Jung tak perlu membayar tagihan itu.
“Orang yang pantas membayar biaya semahal ini adalah orang yang memilih
tempat ini.” Ucap Hye Joo sambil meletakan tagihan itu dengan keras ke
atas meja. Ia dan Da Jung pun pergi dari sana membuat Yoon Hee marah
setengah mati.
Keduanya sampai di lobi hotel, Hye Joo mengingatkan apa Da Jung tak tahu
wanita seperti apa istrinya Menteri Park itu, kenapa Da Jung tak
bertanya dulu padanya sebelum datang ke tempat ini. Da Jung bilang kalau
ia juga tak ingin datang, tapi karena sesuatu hal ia harus minta maaf
pada Na Yoon Hee.
Hye Joo terkejut campur heran, minta maaf? Apa Da Jung melakukan sesuatu
yang tidak ia ketahui. “Nam Da Jung, aku memintamu baik-baik, tolong
jangan mengganggu pikiran perdana menteri.”
Da Jung : “Mengganggu?”
Hye Joo : “Apa kau tak tahu? Kau baru saja mengganggu pikirannya karena kau ada di sini.”
Hye Joo menyuruh Da Jung segera pulang. Da Jung menunduk sedih.
Hye Joo yang keluar duluan terkejut melihat Kang In Ho ada di tempat
itu, “Bukankah itu Ketua Kang? Apa yang dilakukanya disini?” Hye Joo
akan menghampiri In Ho. Tapi ia tak jadi kesana karena melihat In Ho
bersama orang lain saling berjabat tangan. “Bukankah itu Sekretarisnya
Menteri park, kenapa dia bersama Ketua Kang?” Hye Joo yang curiga
memalingkan wajahnya agar tak diketahui oleh In Ho kalau ia berada
disana.
Da Jung beres-beres rumah yang berantakan. Ia mengeluh menarik nafas,
“Apa aku ini banyak menyebabkan masalah?” Da Jung kembali menarik nafas
melihat sekeliling rumah, “Sebenarnya apa yang kulakukan disini?”
Yool sampai di rumah, ia teringat laporan yang disampaikan Hye Joo
mengenai Da Jung tadi siang. “Tidak cukup dipermalukan di Lily Club,
wajahnya juga disiram air oleh Ny Na Yoon Hee.”
Yool masuk kamar, disana ada Da Jung. Yool mengambil jaket dan
melemparkannya ke arah Da Jung, “Ayo keluar!” perintah Yool. Da Jung
bingung, “Apa lagi ini?”
Hye Joo berada di ruang kontrol CCTV. Ia memikirkan apa yang dilihatnya
tadi siang, pertemuan antara Kang In Ho dengan Sekretaris Bae. Ia tentu
saja mencurigai ini.
Tepat saat itu In Ho datang. Hye Joo tanya bagaimana dengan perdana
menteri. In Ho mengatakan kalau beliau baru saja masuk ke rumah. In Ho
heran melihat ke monitor, bukankah tempat ini tak ada CCTV-nya, apa ada
alasan memasang CCTV di tempat itu.
Hye Joo bertanya apa ia belum memberitahu In Ho, bukankah mereka
memasang CCTV ini secara diam-diam karena kejadian waktu itu, tentu saja
hal itu dengan persetujuan dari perdana menteri. In Ho yang baru tahu
ikut senang karena Hye Joo sudah melakukannya. In Ho merasa kalau mereka
harus memulainya dari hari dimana kedatangan Prof Kim. Hye Joo terus
memperhatikan In Ho dengan tatapan curiga dan penuh tanda tanya.
Da Jung di halaman rumah celingukan mencari PM, “Kemana dia, kenapa
menyuruhku datang kesini?”
Tiba-tiba terdengar suara PM memanggil Da Jung. Da Jung menoleh dan
bersamaan dengan itu Yool melempar pedang kayu kendo. Da Jung heran, ia
sama sekali tak bisa bermain kendo, kenapa PM memberinya pedang kayu
kendo.
Yool bilang awalnya saja yang tak tahu, tapi sekarang Da Jung bisa
belajar. “Kepala,” seru Yool akan menyerang kepala Da Jung dengan pedang
kendonya.
Ahhh… Da Jung berteriak menghindari serangan Yool.
Yool : “Bagaimana bisa kau diam saja padahal ada pedang yang melayang ke
arahmu? Kau harus mencari cara untuk menahannya. Lanjut… bahu…”
Ah.. Da Jung masih menghindar tapi ia berusaha mengayunkan pedang kendonya.
Yool : “Kalau kau bisa sedikit lebih gesit. Kau bisa melakukan beberapa gerakan. Lanjut.. belakang…”
Ah… Kali ini Da Jung lari menjauh. “Perdana Menteri apa yang anda
lakukan?” protesnya. “Kelihatannya anda marah karena aku pergi ke Lily
Club. Tapi aku tak melakukan kesalahan.”
Yool : “Aku tak marah karena kau pergi ke Lily Club, tapi aku marah karena disana kau dibodohi.”
Da Jung tak terima dibilang bodoh. Yool tanya memangnya kenapa, apa Da
Jung marah disebut bodoh, kalau marah ayo cepat lawan dirinya. Da Jung
tak takut, “apa anda pikir aku tak bisa melawan?”
Da Jung mengangkat pedangnya dan berlari untuk menyerang yool, ciat ciat ciat… tapi dengan sigap Yool melumpuhkannya, pinggang..
Yool memarahi Da Jung sambil memberi nasehat, “Dalam pertarungan tidak
penting yang namanya kalah atau menang. Meskipun kau kalah, kau
seharusnya bisa melindungi dirimu sendiri. Meskipun kau dijatuhkan
wanita itu, apa kau tak marah?”
Yool mengayunkan pedangnya lagi, kali ini Da Jung menahan dengan pedangnya. “Lalu kenapa anda tak menolongku?”
“Kenapa harus aku? Kau harus melakukannya sendiri.” Bak… Yool menangkis
pedang Da Jung hingga terlempar ke tanah. “Temukan jawabannya sendiri,
pikirkan bagaimana kau harus melindungi dirimu sendiri dengan caramu
sendiri.”
Setelah mengatakan itu Yool pergi dari sana. Da Jung terdiam meresapi
ucapan Yool.
Kembali ke ruang kontrol CCTV. Hye Joo berkata kalau ia mendengar In Ho
bertemu dengan Ketua Kim, dimana In Ho menemui Ketua Kim, apa di kampus.
In Ho menjawab tidak sambil terus memperhatikan monitor CCTV, ia
bertemu dengan Ketua Kim di hotel Myung Shim. Ia juga mendengar
Sekretaris Bae ada disana, jadi ia juga bertemu Sekretaris Bae disana.
Bukankah Hye Joo mengenal Sekretaris Bae, itu lho Sekretaris-nya Menteri
Park Joon Ki.
Hye Joo terkejut dan curiga dari mana In Ho kenal Sekretaris Bae. In Ho
menjawab kalau ia bertemu dengan Sekretaris Bae disebuah pelatihan, di
Hotel Myung Shim ia secara tak sengaja bertemu.
“Benarkah?” Hye Joo masih belum percaya sepenuhnya. Tapi In Ho berusaha
bersikap apa adanya, ia menceritakan pertemuannya dengan Sekretaris Bae,
tanpa ia tutup-tutupi.
In Ho melihat sesuatu di layar monitar, ada seseorang yang tertangkap
kamera CCTV di dalam rumah, “Bukankah itu Woo Ri?” Tampak di dalam rumah
Woo Ri celingukan sedang menelepon seseorang. Hye Joo pun permisi
pulang labih dulu, kalau ada sesuatu ia harap In Ho segera
menghubunginya.
Di dalam rumah, In Ho makan permen lolipop bersama Da Jung. In Ho
berkata bukankah makan makanan yang manis bisa menghilangkan stress. Da
Jung mengangguk tersenyum sambil ngemut permen. Da Jung senang karena
disini ada In Ho tempatnya curhat.
Da Jung teringat sesuatu, ayahnya memberitahu kalau dia melihat In Ho di
rumah sakit. Wajah In Ho berubah terkejut, tapi ia sudah bisa menduga
kalau ayah Da Jung akan menceritakan pertemuan tak sengaja In Ho di
rumah sakit dengan ayah Da Jung.
In Ho pun tak berbohong, ia membenarkan. Ia mengatakan kalau Hyung-nya
dirawat di rumah sakit itu. Da Jung ingin tahu kenapa Hyung In Ho
dirawat disana. In Ho mengatakan kalau kakaknya mengalami kecelakaan
mobil, 7 tahun yang lalu. “Sebelum kecelakaan itu, kami biasanya bermain
catur setiap natal dan aku selalu kalah. Pada suatu hari nanti aku
ingin menang ketika melawan kakakku.” jelasnya sedih.
Da Jung berusaha menghibur kalau saat itu pasti akan tiba. “Pasti ada
yang namanya keajaiban. Kakakmu pasti akan sembuh. Aku percaya keajaiban
itu akan terjadi, padamu dan juga pada ayahku.”
In Ho tersenyum karena ia juga berharap demikian. Da Jung mengatakan
bahwa In Ho cukup percaya saja pada yang namanya keajaiban, itu akan
terjadi kalau In Ho percaya. In Ho kembali tersenyum.
Ada sesuatu yang ingin In Ho tanyakan pada Da Jung. Tatapan In Ho berubah tajam, “Da Jung-ssi apa kau menyukai perdana menteri?”
“Apa?” Da Jung kaget mendengar pertanyaan In Ho. “Ah ya ampun. Tidak mungkin.”
In Ho berada di ruangan perdana mentri. Yool bertanya apa In Ho menyukai
Nam Da Jung. In Ho tersenyum mengiyakan, tak ada alasan baginya untuk
membenci Da Jung. Yool bilang bukan itu maksudnya, “Maksudku apa kau
tertarik padanya?” In Ho balik bertanya kenapa Yool menanyakan itu
padanya.
Yool meminta In Ho bicara jujur saja, “waktu itu, Aku melihatmu memeluk
Nam Da Jung. Aku merasa aku harus tahu hubungan kalian berdua.”
In Ho minta maaf, “Pada hari itu sepertinya Nam Da Jung sedang
menghadapi hari yang melelahkan dan aku hanya ingin menghiburnya.
Tentang hubungan kami, tak ada yang harus dikhawatirkan.”
Yool : “Benarkah?”
In Ho : “Aku tak punya waktu untuk mengurusi masalah percintaan karena ada sesuatu yang harus aku lakukan lebih dulu.”
Yool penasaran dan ingin tahu apa itu. In Ho berkata kalau suatu hari ia
akan mengatakannya pada Yool. Yool heran kenapa tak mengatakannya
sekarang. Ia pun berharap In Ho tidak terlalu canggung terhadap Da Jung
tapi karena banyak mata-mata yang mengawasi, ia harap In Ho
berhati-hati. Tak ada alasan bagi In Ho untuk terlibat skandal yang tak
penting, ia tak ingin itu terjadi. (maksudnya mungkin agar jangan
terlalu akrab gitu)
Da Jung membawa pakaian Woo Ri yang sudah disetrika. Ia berdiri di depan
kamar Woo Ri mengingat ucapan In Ho yang bertanya apa ia menyukai
perdana menteri. Da Jung tak mengerti bagaimana bisa In Ho bertanya
seperti itu.
Da Jung masuk ke kamar Woo Ri dan terkejut begitu melihat kamar itu
berantakan. “Ya Tuhan… Kwon Woo Ri, ini kamar apa kandang hewan?” Da
Jung pun membereskan kamar Woo Ri agar terlihat lebih rapi. Tapi Da Jung
menemukan sesuatu, selebaran konser sebuah band dimana Woo Ri menjadi
salah satu personilnya. (Woo Ri jadi vokalis-nya) Da Jung pun jadi tahu
kalau selama ini Woo Ri ternyata bermain musik.
Seo Hye Joo menyerahkan laporan pada perdana menteri. Ia memberitahu
kalau ia merencanakan wawancara dengan reporter di akhir tahun nanti.
Hye Joo melihat ada yang aneh pada Yool.
“Perdana menteri, anda kelihatan lelah. Apa anda akhir-akhir ini kurang
tidur?” tanya Hye Joo. Yool bilang tidak, ia sama sekali tidak lelah,
Hye Joo tak perlu khawatir dan lanjutkan pekerjaan saja.
Ponsel Yool bunyi, ia terkejut. “Wali kelas Woo Ri?”
Da Jung berada di ruang kerja mengerjakan tugas yang diberikan Yool
padanya yaitu membuat laporan apa yang dilakukan anak-anak. Da Jung
mengambil selembar yang ia rasa tak perlu dilaporkan pada Yool. Ia akan
menyembunyikan perihal Woo Ri yang bergabung dalam band. Ia bisa menebak
kalau Yool pasti akan marah-marah jika tahu ini. Da Jung pun
menggerutu, “tega sekali dia menyuruhku menulis jurnal harian sepanjang 5
halaman.”
Da Jung melihat di meja ada obat milik Yool. Ia bertanya-tanya, obat
untuk apa ini. Da Jung akan membaca tulisan di botol obat itu, tapi
ahjumma datang memberi tahu kalau Da Jung harus menjawab telepon dari
guru TK nya Man Se.
Da Jung pun mendatangi TK dimana Man Se sekolah. Ia berbincang-bincang
dengan guru Man Se. Bu guru mengatakan kalau akhir-akhir ini Man Se
menolak bermain dengan teman-teman dan tak mau latihan menari untuk
acara festival tarian sekolah. Da Jung yang melihat Man Se di kelas
hanya diam saja terkejut, “ada festival menari?”
Bu Guru memberi tahu kalau semua TK mengadakan yang namanya festival
disetiap malam natal, apa Da Jung tidak tahu itu. Di hari itu, biasanya
orang tua akan datang. Da Jung pun paham kenapa Man Se tak pernah
memberitahukan hal itu.
Da Jung bicara berdua dengan Man Se yang terus-menerus cemberut. Da Jung
menawarkan apa Man Se mau dibelikan roti. Man Se menggeleng. Da Jung
menawarkan hal lain, apa Man Se ingin dibelikan es krim strawberri. Man
Se bilang tak usah.
Da Jung pun menawarkan punggungnya, “Sini kugendong di punggungku.” Man
Se diam saja. Da Jung memaksa Man Se naik ke punggungnya karena ia ingin
menggendong Man Se. Man Se pun naik ke punggung Da Jung.
Da Jung kemudian bertanya kenapa Man Se tak memberi tahu keluarga kalau
di sekolah akan ada festival, apa Man Se takut ayah Man Se tak akan
datang. “Apa karena itu kau ingin berhenti sekolah?”
“tahu ah. Aku tak ingin pergi ke festival.” Ucap Man Se masih cemberut.
Da Jung : “Kenapa? Apa kau tak tahu betapa menyenangkannya festival di
TK itu. Aku akan membawa ayahmu, Hyung, Noona dan semua orang di rumah.”
Man Se : “Bohong. Ayah pati tak akan datang. Ayah bahkan tak pernah datang ke acara sekolahnya Hyung atau Noona.”
Da Jung berkata bukan begitu maksudnya, “Saat kau memberikan undangan dan meminta ayah untuk datang, dia pasti akan datang.”
Man Se : “Benarkah?”
Di rumah, Man Se ditemani Da Jung memberikan undangan festival sekolah
itu pada Yool. “Kenapa aku harus datang ke acara seperti itu, aku tak
bisa pergi.” Man Se langsung menunduk sedih.
Da Jung membujuk Yool dengan halus, Walaupun sibuk, setidaknya Yool bisa
meluangkan waktu 1 atau 2 jam saja. Yool bilang kalau ia tak punya
waktu untuk menghadiri hal seperti itu, “apa aku harus berbohong padanya
kalau kenyataannya aku tak bisa datang?”
Yool tahu kalau di luar ada Woo Ri yang baru pulang sekolah, “Kwon Woo Ei kenapa kau tak segera masuk?”
Woo Ri pun masuk ke rumah dengan wajah menunduk. Yool yang mendengar
kabar dari wali kelas Woo Ri tak terkejut melihat kondisi putranya
sekarang. Da Jung terkejut melihat wajah Woo Ri memar. Yool menyuruh Woo
Ri ikut dengannya. Woo Ri hanya bisa menarik nafas pasrah, karena pasti
ia akan dimarahi oleh ayahnya.
Keduanya bicara di kamar Woo Ri. Yool bertanya kenapa Woo Ri berkelahi.
Woo Ri balik bertanya sejak kapan ayahnya perhatian padanya, bukankah
ayahnya tak pernah sekalipun perhatian terhadap apa yang dilakukannya.
Yool berkata kalau seorang pria sangat wajar terlibat perkelahian, tapi
ia harus tahu apa alasannya. Kenapa kau berkelahi?
“Baik. Aku akan mengatakannya pada ayah.” Woo Ri pun akan mengatakan
alasannya. “Park Hyun Seo, dia mengejekku karena aku memiliki ibu tiri
yang masih muda. Karena itulah aku memukulnya.”
Yool terkejut mendengar penjelasan putranya, “Apa hanya itu? apa hanya satu alasan.”
“Tidak.” jawab Woo Ri dengan perasaan emosi. “Aku ingin memukulnya
karena aku kesal dan marah. Haruskah aku bicara lebih jujur lagi pada
ayah dan mengatakan semuanya? Aku memukulnya karena aku marah pada
ayah.” Suara Woo Ri meninggi. “Ini semua karena ayah. 7 tahun yang lalu,
setelah kecelakaan ibu, aku sama sekali tak pernah bisa melupakan ibu.
Tapi itu berbeda dengan ayah, ayah menikah lagi. Itu semua membuatku
marah. Karena ayah aku melakukannya.”
Yool terdiam terkejut mengetahui isi hati kekecewaan putranya.
Da Jung diluar ruangan mendengar semuanya. Ia turut merasa bersalah terhadap kekecewaan Woo Ri.
Di rumah Menteri Park. Na Yoon Hee tak mengerti dengan sikap suaminya,
apa karena Woo Ri itu keponakan suaminya jadi suaminya malah memihak Woo
Ri. Bukankah Woo Ri yang memukul Hyun Seo. Park Joon Ki meminta
istrinya diam, karena ia yakin Hyun Seo juga melakukan kesalahan.
Yoon Hee tak habis pikir, “Bagaimana kau bisa mengatakan itu, kalau saja Hyun Seo itu benar-benar anak kandungmu?”
Joon Ki terkejut istrinya membahas itu, “Apa yang kau katakan tadi?”
Yoon Hee yang kecewa marah, apa ia salah bicara. “Hyun seo rangking satu
dan dia dipukuli, tapi kau sama sekali tak peduli. Apa kau akan seperti
ini juga kalau dia anak kandungmu?”
Joon Ki mengingatkan bahwa ketika ia menikah dengan Yoon Hee, ayah Yoon
Hee meminta bantuan padanya. “Meskipun Hyun Seo lahir karena kesalahanmu
sendiri, tapi bagiku dia sudah kuanggap sebagai anakku dan aku tak
pernah berpikir sebaliknya.”
Yoon Hee terdiam, “Yeobo?”
Joon Ki : “Aku tak pernah mengatakan Hyun Seo bukanlah anakku. Kau-lah
yang selalu mengatakannya. Pikirkanlah kembali caramu, kalau itu memang
cara yang terbaik dalam memperlakukan Hyun Seo.”
Di kamar, Da Jung tampak murung sambil menjahit kain. Ia memikirkan
ucapan Woo Ri yang ia dengar tadi. Ia merasa kalau Woo Ri pasti sedih
karena kehilangan sosok ibu.
Yool masuk ke kemar dan bertanya apa yang Da Jung lakukan. Da Jung
mengatakan kalau ia berencana memberikan hadiah natal untuk Man Se. Yool
menilai kalau Da Jung sudah bersikap lebih baik darinya dalam
memperhatikan anak-anak.
“Perdana menteri tunggu sebentar!” Da Jung melihat ada yang aneh di wajah Yool. “Apa anda sakit? Wajahmu pucat sekali.”
Yool bilang ini karena ia sakit kepala dan itu sudah biasa. Da Jung juga
melihat ada keringat di kening Yool. Ia menebak kalau Yool pasti
mengalami gangguan pencernaan.
Da Jung berjalan maju mendekat pada Yool sambil membawa jarum jahit di
tangannya. “Aku yakin kalau anda mengidap gangguan pencernaan. Aku akan
menusuk dengan jarum ini.”
Yool mundur ketakutan, “Jauhkan jarumnya. Aku baik-baik saja kalau sudah
minum obat.” Da Jung mengingatkan tak baik sering-sering minum obat,
“Sini berikan tanganmu.” Yool tak mau tapi Da Jung memaksa dan menarik
Yool untuk duduk.
Da Jung menepuk-nepuk punggung Yool, memijat tangan dan memuji kalau
Yool mempunyai bentuk tubuh yang bagus hahaha. Sebelum menusukan jarum
ke jari, Da Jung mengingat jempol Yool dengan benang.
Yool ingat waktu itu Da Jung pernah mengatakan padanya bahwa ia ini
seorang ayah yang bernilai 0 (nol), apa aku ini ayah yang buruk?
Da Jung menilai jika dibandingkan dengan ayah yang buruk, Yool lebih
cocok disebut sebagai ayah yang sibuk. Terlalu sibuk, jadi disebut
sebagai ayah yang kurang perhatian. “Anda kelihatan terlalu sibuk untuk
peduli pada anak-anak. Aku rasa anda pasti tak pernah memeluk mereka.
Meskipun anda merasa tak perlu memeluk Woo Ri dan Na Ra tapi seharusnya
anda lebih banyak memeluk Man Se. Karena dia masih kecil.”
Yool terdiam memikirkan ucapan Da Jung.
Da Jung menusuk jempol Yool dengan jarum. Yool sedikit menampilkan
ekspresi menahan sakit hahaha. “Ini terasa sakit kalau ditusuk seperti
ini tapi anda harus melakukannya jika ingin sembuh. Kalau benar
penyakitnya begitu, luka ini biasanya akan langsung hilang dengan
cepat.” Da Jung menekan jempol Yool hingga darah merah keluar di
beberapa titik yang Da Jung tusuk.
Yool tanya berapa banyak lagi ia harus ditusuk jarum. Da Jung melihat
tiga titik darah tempat yang ia tusukan. Ia merasa aneh karena biasanya
darah yang keluar jika mengalami gangguan pencernaan itu berwarna agak
kehitaman tapi kenapa yang keluar malah darah merah. Apa mungkin itu
bukan karena gangguan pencernaan.
Yool menahan kesal, “Karena itu aku kan sudah bilang ini bukan gangguan
pencernaan, ini karena kepalaku sakit. Ah ya ampun, seharusnya aku tak
mendengarkanmu.” Yool bergegas keluar dari kamar. Hahaha.
Yool terdiam sesaat di depan kamar. Ia kemudian berdiri di depan kamar
Woo Ri. Sejenak ia ragu untuk membuka kamar itu, tapi ia pun membukanya
juga.
Yool melihat Woo Ri sudah tertidur dengan earphone terpasang di telinga.
Terngaing dalam benak Yool ucapan Da Jung yang menyebut kalau ia ayah
yang sibuk.
Anda itu ayah yang sibuk. Anda bukan ayah yang buruk, hanya saja itu karena terlalu sibuk.
Yool kemudian masuk ke kamar Na Ra. Ia juga melihat putrinya sudah
tidur. Yool mengambilkan boneka Na Ra yang terjatuh dan meletakannya di
samping Na Ra yang terlelap.
Perdana menteri, karena setiap hari Anda sibuk, aku rasa Anda tidak terlalu mengetahui perasaan anak-anak anda.
Yool duduk di samping Man Se yang tertidur. Ia memegang origami katak
bergambar dirinya. Ia memandang wajah putra bungsunya yang terlelap.
Tapi anda harus lebih sering memeluk Man Se, dia masih sangat kecil.
Yool mengambil undangan festival natal sekolah Man Se. Ia tampak sedih
dan merasa bersalah. Ia kembali memandang wajah putra bungsunya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar