Kwon Yool memarahi pegawainya, “Kenapa kalian belum menyelesaikan
pekerjaan kalian? Kuberi kalian waktu 3 hari. Bahkan kalau perlu jangan
pulang ke rumah. Mengerti?” (Nih calon perdana menteri galak banget
>_<)
Ponsel Kwon Yool bunyi, telepon dari nomor yang belum ia ketahui, Halo? Sapa Kwon Yool.
‘Chagiya, ini aku!’
Kwon Yool heran siapa penelepon ini, apa salah sambung. Kwon Yool pun
memutus teleponnya.
Boss Go dan Hee Chul yang penasaran berdiri menguping di belakang Da
Jung. Da Jung berseru bohong kalau ia salah menekan nomor hahaha. Ia pun
mencoba menghubungi Kwon Yool lagi.
Yool kesal siapa sih yang terus nelepon dia, ia pun menjawabnya. Halo?
“Chagiya, ini aku Da Jung.” Ucap Da Jung dengan suara manja.
“Siapa?” Yool kaget menyadari siapa yang meneleponnya, ia melihat
sekeliling. “Hei apa kau sudah gila? Apa yang kau lakukan sekarang?”
Yool marah memelankan suaranya.
Da Jung tetap dengan suara manjanya, “Apa maksudmu apa yang kulakukan,
aku sekarang ada di kantor. Tapi keluarga Scandal News ingin bertemu
denganmu. Bisakah kau datang menjemputku?”
Yool tentu saja tak mau, “Apa itu masuk akal? Apa kau sudah gila? Kalau
kau menelepon seperti ini lagi, maka bersiaplah menerima akibatnya.
Mengerti?”
“Oh rapat ya? Baiklah kalau begitu. Jangan bekerja terlalu keras.” seru
Da Jung berbohong supaya teman sekantornya tak curiga hahaha.
Da Jung menyudahi meneleponnya, ia tertawa mengatakan pada Boss Go dan
Hee Chul kalau pacarnya sangat ingin kesini tapi jadwalnya padat. Boss
Go tak percaya, Da Jung pasti bohong, apa Da Jung pikir ia dan Hee Chul
akan percaya begitu saja. Hee Chul menantap curiga, ia sama seperti
Boss-nya, tak percaya.
Da Jung menyusul dua rekan kerjanya hingga keluar kantor. Ia bertanya
apa keduanya akan langsung pulang, ia ingin mentraktir keduanya minum.
Hee Chul tak mau, ia merasa kalau bukan karena Boss-nya, ia pasti sudah
tertipu oleh Da Jung yang menggembar-gemborkan berita pacaran itu, “Kau
tak bisa membohongi kami.”
Da Jung bilang kalau ia tak bohong, ia hanya bertengkar dengan pacarnya.
“Dia marah karena aku muncul di konferensi pers tanpa persetujuannya.
Makanya dia tak mau datang.”
Boss Go tak peduli yang pasti ia tak percaya ucapan Da Jung. Kalau Da
Jung ingin ia dan Hee Chul percaya bawa Kwon Yool ke hadapannya, baru ia
akan percaya. Hee Chul mengangguk setuju.
“Apa kau mencariku?” Tiba-tiba seseorang datang. Ketiganya menoleh ke
sumber suara dan terkejut begitu melihat kalau yang datang itu Kwon
Yool. Boss Go dan Hee Chul kaget terbengong-bengong.
“Oh chagiya...” seru Da Jung berlari ke arah Yool dan melingkarkan
tangannya ke lengan yool. Da Jung minta maaf. Yool merangkul dan berkata
kalau itu salahnya. Yool pun memainkan perannya sebagai pacar Da Jung
di depan teman-teman Da Jung. Ia mengajak Da Jung bicara di dalam mobil
saja. Keduanya permisi meninggalkan Boss Go dan Hee Chul yang seakan tak
percaya kalau Kwon Yool beneran pacarnya Da Jung.
Di dalam mobil dalam perjalanan menuju suatu tempat, Da Jung berkata
kalau Kwon Yool datang pada saat yang tepat. Ia mengatakan kalau teman
kantornya itu sangat pandai sekali menggali kotoran, ada kesalahan
sedikit saja hubungan keduanya pasti akan terekspos.
Yool memberi tanda pada Da Jung agar tak sembarangan bicara karena
disana ada Tn Shim, si supir.
Da Jung yang menyadari dirinya sudah banyak bicara berkata kalau
sebaiknya ia dan Kwon Yool tak perlu menyembunyikan hubungan asmara
keduanya toh sekarang sudah terbuka semuanya. Bukankah begitu sayang?
(wakakaka nih cewek agresif banget hahaha)
Yool langsung mendelik marah disapa begitu. Ia berbisik, “Kalau kau
mengatakan ‘sayang’ sekali lagi aku akan menurunkanmu di tengah jalan.”
Da Jung kesal, “Ah apa anda pikir aku suka mengatakan itu?” gumamnya.
Da Jung bertanya pelan kenapa Kwon Yool datang ke tempatnya. Yool balik
bertanya apa Da Jung benar-benar tak tahu kenapa ia datang. “Seperti
yang kau katakan tadi wartawan Scandal News pandai menggali kotoran,
teman-temanmu itu, aku khawatir mereka akan curiga.” ucap Yool sambil
menjitak kepala Da Jung.
Tn Shim melirik ke belakang melalui kaca mobil. Yool dan Da Jung
langsung tersenyum pada Tn Shim mengisyaratkan kalau hubungan keduanya
sangat baik dan bahagia. Tn Shim yang mengerti situasi kemudian
menyalakan musik dan lagunya romantis banget hahaha, I Love You.
Tn Shim tersipu malu, “Sepertinya kalian tak bisa berbicara bebas karena
ada aku. Sekarang, silakan bicara dengan bebas. Apa aku harus mematikan
lampu?” (wakakaka)
“Tuan Shim?” Yool mendelik. Tn Shim langsung diam minta maaf. Hahaha
Da Jung melihat keluar jendela dan terkejut mengetahui teman-temannya
dari Scandal News mengejar mereka. Ia memberi tahu Yool, kalau Scandal
News membuntuti mereka.
Benar saja, Boss Go dan Hee Chul berada di mobil mengikuti kemana mobil
Yool pergi, “Wah wah kencan larut malam dengan calon perdana menteri?”
Hee Chul berkata kalau Scandal News tak akan melewatkan berita besar ini
begitu saja.
Da Jung mengira-ngira apa yang ada dipikiran rekan kerjanya, “Calon
perdana menteri tidak mempersiapkan diri untuk wawancara tetapi
menghabiskan waktu untuk kencan, artikel seperti itu tidak akan membantu
kan ya?” Yool kesal karena ini semua gara-gara Da Jung.
Da Jung punya ide, ia meminta Tn Shim belok kanan di persimpangan jalan
berikutnya. Tn Shim heran bukankah itu jalanan sibuk. Da Jung meminta Tn
Shim percaya saja padanya, ia sangat tahu semua lokasi di kota Seoul.
Belok kanan. Tn Shim pun menuruti petunjuk Da Jung.
Boss Go dan Hee Chul terkejut melihat mobil Yool belok kanan tiba-tiba.
Keduanya merasa kalau Da Jung dan Kwon Yool sudah tahu kalau mereka
diikuti. Boss Go menyuruh Hee Chul cepat memutar mobil untuk mengejar
mereka. Ia tak bisa kehilangan berita besar ini, ia menyuruh Hee Chul
ngebut.
Da Jung terus memberikan instruksi pada Tn Shim kemana harus menyusuri
jalanan malam. Belok kanan. Belok kiri. Tn Shim belok kanan tiba-tiba
membuat Yool dan Da Jung terpelanting ke kanan dan ke kiri. Yool kesal
dan mendorong Da Jung menjauh darinya. Wakakaka.
Scandal News pun kehilangan jejak mereka.
Karena sudah tak diiukti oleh teman-temannya, Da Jung meminta Tn Shim
menghentikan laju mobil. Yool tanya memangnya Da Jung mau pergi kemana.
Ia meminta Tn Shim untuk membawanya dan Da Jung ke hotel yang ia katakan
tadi.
Da Jung kaget, hotel?
Keduanya sampai di hotel dan menuju kamar. Da Jung cemas, ia mulai
berpikir yang tidak-tidak. “Perdana menteri, bukankah ini sudah
melampaui batas? Kurasa kita tak perlu berpura-pura sejauh ini.”
“Apa yang kau katakan? Kita harus melalukannya dengan benar sejak awal.” goda Yool yang seakan tahu kemana arah pikiran Da Jung.
Da Jung gugup, ia mengatakan kalau hal ini tidaklah benar. Ia akan pergi
tapi Yool menangkap tangannya, “Kau mau lari kemana? Tidak apa-apa. kau
tak perlu takut?”
Yool menarik Da Jung masuk ke kamar hotel. Da Jung ketakutan, perdana menteri?
Da Jung yang ketakutan berpegangan pada gagang pintu kamar, “Perdana
menteri tidak. Ini tidak benar!” sahutnya menunduk menyilangkan tangan
ke tubuhnya. “Kenapa anda melakukan ini?”
Da Jung kemudian menoleh dan terkejut melihat beberapa pasang mata
memperhatikan tingkahnya. Bukan hanya Kwon Yool yang ada di kamar hotel
itu, Hye Joo, In Ho dan beberapa pegawai di kantor Kwon Yool.
Da Jung pun menyadari kalau ia sudah salah duga hahaha. Ia langsung
berdiri dan berusaha tersenyum menyapa mereka.
Da Jung bicara pelan pada Kwon Yool, seharusnya Yool memberitahunya
dulu. Yool bilang kalau ia sudah mengatakannya, bukankah ia sudah bilang
kalau ia dan Da Jung akan ke hotel. “Ah... pikiranmu langsung kotor
begitu mendengar kata hotel kan?” Da Jung mengalihkan diri dengan
bertanya kenapa Yool membawanya ke hotel.
Sekretaris Bae melaporkan pada Joon Ki kalau pihak Kwon Yool mengadakan
pertemuan disuatu tempat hingga tanggal wawancara tiba. Joon Ki menebak
kalau Kwon Yool pasti sibuk menulis skenario kencan. Ia ingin tahu siapa
yang menjadi juru bicara terbaik di Partai oposisi. Sekretaris Bae
menjawab anggota DPR Park Suk Joon.
Joon Ki menyuruh Sek Bae untuk memberi tahu Park Suk Joon agar
menanyakan pada Kwon Yool tentang anak-anak saja ketika wawancara nanti.
Sek Bae heran kenapa wawancara politik tapi yang ditanyakan masalah
keluarga. Joon Ki mencibir tindakan Kwon Yool, “Bukannya merayakan ulang
tahun anaknya sendiri tapi malah sibuk berkencan. itu kan mudah untuk
mengejarnya.”
Di hotel Kwon Yool menghafalkan identitas Nam Da Jung, ya siapa tahu dia
ditanya tentang Da Jung gitu. “Nam Da Jung lahir 15 Agustus 1986, umur
28 tahun. Lulus dari Universitas Han jurusan Jurnalis. Golongan darah
A....”
Gol darah B ralat Da Jung.
Kwon Yool kesal, “Gol darah B, warna favorit mustard. Film favorit
terminator. Makanan favorit janchi mie. Pertemuan pertama....”
In Ho terkekeh mengetahui apa yang menjadi kesukaan Da Jung.
“Pertemuan pertama? Ah keterlaluan.” Kwon Yool marah, kenapa ia harus
menghafal hal-hal bodoh ini. Hye Joo tahu itu tapi apa boleh buat, Yool
harus melakukannya. Pada sidang seleksi, pertanyaan tentang hubungan
Kwon Yool dan Da Jung pasti akan muncul.
Da Jung tanya apa tidak ada sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan. Ini
kan tentang pemilihan perdana menteri, kenapa harus menanyakan hal-hal
seperti ini.
In Ho : “Situasi keuangan, dinas militer, pemalsuan pendaftaran
penduduk, semua bersih. Jadi, pertanyaan akan difokuskan pada urusan
cinta.”
Da Jung : “Ah dasar politikus ga ada kerjaan. Bukankah aku calon kongres yang baik? Menggali urusan cinta adalah keahlianku.”
In Ho kembali terkekeh. Yool yang malas membahas ini meminta mereka istirahat sebentar. Ia pun keluar untuk mencari udara segar.
In Ho meminum kopi yang sudah disiapkan disana. Hye Joo juga sama. Hye
Joo minta maaf pada In Ho tentang kejadian sebelumnya. In Ho bertanya
minta maaf soal apa, “Ah itu.. tentang kau menamparku? Kau meminta maaf
lebih cepat dari yang kubayangkan.”
Hye Joo berkata kalau ia juga tulus ketika mengucapkan terima kasih pada
In Ho. In Ho tahu itu. Hye Joo berkata melalui acara ini In Ho banyak
mengejutkannya. Ia tak menyangka ternyata In Ho banyak membantu. Ia
sudah bekerja dengan Kwon Yool selama bertahun-tahun, jadi ia tahu kalau
In Ho sangat diharapkan.
In Ho : “Aku juga sudah mengamatinya dalam waktu yang lama.”
Hye Joo menatap heran.
In Ho : “Apa kau tahu tentang Kwon Sa Mo (kumpulan fans Kwon) ketika
pembentukan Kwon Sa Mo 10 tahun yang lalu, aku sudah menjadi
anggotanya.”
(Tapi tidak, sepertinya In Ho mengamati Kwon Yool dari dulu ada maksud tertentu nih, ada rahasia dibalik itu, tapi apa ya?)
Da Jung melihat Kwon Yool berdiri diluar sendirian. Yool menyadari ada
seseorang disana, ia pun menoleh dan melihat ada Da Jung. Da Jung tak
enak dan akan pergi tapi Kwon Yool bertanya bagaimana pendapat orang tua
Da Jung. Da Jung tak mengerti maksud pertanyaan Yool.
Yool bertanya lagi, “Oh iya kau hanya memiliki ayah, kan? Ayahmu seharusnya tahu situasi ini. Apa dia khawatir?”
Da Jung tersenyum miris, “Bisakah aku mengatakan ini? Dia memaksaku
segera menikah. Tapi perdana menteri, jangan terlalu dipikirkan karena
sebentar lagi ayahku juga akan melupakannya.”
Da Jung khawatir bagaimana kalau ia diminta untuk hadir pada sidang
seleksi. Yool bilang Da Jung tak usah khawatir itu tak akan pernah
terjadi. “Hari ini adalah hari herakhirku mendapatkan bantuanmu. Terima
kasih untuk smeuanya. Tapi bisakah aku menanyakan satu hal? Kenapa kau
membantuku?”
Da Jung kaget dengan pertanyaan Yool. Ah itu... Da Jung mengingat ucapan
Kwon Yool ketika memutuskan untuk mengundurkan diri dari calon perdana
menteri. Saat itu Yool mangatakan pada Hye Joo kalau dirinya adalah
korban yang tidak melakukan kesalahan.
Da Jung berkata kalau alasannya membantu Yool agar dirinya bisa bertahan
hidup. “Jika anda benar-benar ingin menyelamatkanku, anda harus
memberikan yang terbaik saat wawancara nanti dan jadilah perdana menteri
yang memberi kekuatan bagi orang-orang seperti saya. Tidak membela yang
kuat dan mengabaikan yang lemah. Berjanjilah anda akan menjadi perdana
menteri yang seperti itu.”
“Aku janji.” ucap Kwon Yool tegas. “Kau juga harus berjanji padaku bahwa
kau akan menjadi seorang jurnalis yang baik. Au tak suka artikel
tentang diriku tapi kau memiliki bakat dalam menulis. Aku akan mengamati
apa artikelmu ada kemajuan, Reporter Nam Da Jung.”
Da Jung tersenyum. Yool melihat jam tangannya dan berkata kalau ini sudah larut malam, ia mempersilakan Da Jung pergi.
Da Jung akan pergi tapi tiba-tiba ia bertanya, “Apa anda tahu apa film kartun favorit Man Se sekarang?”
Seleksi calon perdana mentri pun tiba. Anggota DPR yang menjadi Juru
bicara Partai Oposisi Park Suk Joon bertanya pada Kwon Yool, “Apa komik
yang paling anak anda sukai?” Kwon Yool menjawab kalau pertanyaan itu
tidak ada hubungannya dengan seleksi calon perdana menteri.
Tn Park meminta Yool menjawab pertanyaannya saja. “Kelihatannya anda
belum paham apa yang saya katakan. Kalau begitu apa anda tahu siapa
selebritis favorit anak anda? Jika anda tahu siapa nama teman dekatnya,
bisa anda sebutkan?”
Park Joon Ki mengamati acara itu melalui TV di kantornya. Ia tampak
senang melihat Kwon Yool tak bisa menjawab pertanyaan sepele seperti
itu. Pertanyaan yang ia sarankan pada Tn Park Suk Joon.
Kwon Yool diam tak menjawab. Tn Park mencibir, apa Kwon Yool tak tahu
itu, “Kalau begitu apa cita-cita anak anda?” Kwon Yool masih bungkam.
Tn Park : “Ketika ulang tahun putri anda kemarin, hadiah apa yang telah
anda berikan? Anda tak memberinya satu pun kan? Karena anda begitu
sibuk, tapi anda sibuk apa, pacaran?”
Kwon Yool menahan geram dengan pertanyaan seperti itu.
Tn Park : “Ada pepatah yang mengatakan bahwa keluarga harus berdiri
terlebih dahulu hingga negara dapat berdiri kuat. Anda tak tahu apa-apa
tentang anak-anak anda sendiri dan sibuk pacaran. Apa kalian pikir orang
seperti ini pantas menjadi perdana menteri?”
Yool yang sedari tadi bungkam mulai bersuara karena sudah tak tahan lagi
dicerca pertanyaan seperti itu. “Anak saya, dia paling suka nonton Robo
Car Poli. Selebritis yang disukai anak bungsu saya adalah Yoo Jae Suk.
Idola putri saya Ruri. Dan anak sulung saya tidak menonton TV. Cita-cita
Woo Ri, anak sulung saya menjadi pilot. Putri saya Na Ra, dia ingin
menjadi Sekjen PBB dan putra bungsu saya, Man Se dia ingin menjalankan
sebuah pabrik roti.”
Para anggota dewan terkesan dengan jawaban Kwon Yool yang serba tahu tentang anak-anaknya.
Joon Ki di ruangannya terkejut campur Kwon Yool banyak tahu perihal anak-anak.
Kwon Yool melanjutkan ucapannya, “Tapi saya benar-benar baru
menghafalkan ini kemarin hanya untuk wawancara ini.” jelasnya jujur.
“Seperti yang anda katakan, anggota dewan, tidak mempu mengingat ulang
tahun anak saya itu benar bahwa saya ayah yang bodoh. Apa yang
diinginkan anak-anak saya, siapa selebritis yang mereka suka, saya tidak
tahu. Anda bertanya bagaimana saya bisa berkencan tapi tidak tahu
apa-apa tentang anak-anak saya, saya juga tidak yakin. Namun, saya ingin
melindungi hak wanita, itulah satu-satunya jawaban yang bisa saya
berikan. Saya berpikir kalau saya akan terus hidup sebagai ayah yang
buruk. Tapi, sebelum menjadi ayah yang baik, saya akan menjadi perdana
menteri yang melayani rakyat. Baru kemudian saya memikirkan bagaimana
menjadi seorang ayah yang baik.”
(apa ga kebalik ya, kan seharusnya menjadi ayah yang baik dulu baru
menjadi seseorang yang beguna untuk masyarakat-pendapat saya hihi)
Da Jung menonton tayangan itu di layar besar di luar gedung. Ia tersenyum mendengar jawaban dan penjelasan Kwon Yool.
Di Blue House. Kwon Yool menerima surat keputusan pengangkatannya
sebagai Perdana Menteri dari Presiden. Presiden mengucapkan selamat pada
Kwon Yool. Yool minta maaf karena sudah membuat Pak presiden sedikit
prihatin dengan masalahnya kemarin.
Pak Presiden tak mempermasalahkan berita mengenai Kwon Yool kemarin,
“Lalu bagaimana, apa kau sudah memilih tanggalnya?” Yool tak mengerti
tanggal apa.
Presiden : “Dalam rangka kerja di pemerintahan, kau membutuhkan bantuan
dari seorang istri. Karena kau memiliki anak, maka kau harus menikah,
begitu kan?”
Yool tak bisa menjawabnya hahaha. Nah lho Pak Presiden aja sudah merestui wakakaka.
Yool berdiri diluar Blue Bouse, “Pernikahan, apa-apaan ini? sepertinya sekarang sulit untuk dihindari?” gerutunya.
Di luar Blue House, Hye Joo dan In Ho sudah menantinya. Mereka
membungkuk memberi hormat pada Perdana menteri mereka. Hye Joo
mengucapkan selamat atas pengangkatan Kwon Yool menjadi perdana menteri.
Ia senang karena bisa memanggil Kwon Yool dengan sebutan perdana
menteri. Yool berterima kasih.
In Ho menjelaskan bahwa satuan keamanan sudah sesuai dengan prosedur dan
mulai sekarang satuan keamanan akan memulai tugasnya. Tim keamanan
eksklusif juga akan ditempatkan di kediaman Kwon Yool.
Kwon Yool mengerti ia bertanya, apa yang menjadi tugas resmi pertamanya
menjadi perdana menteri. In Ho mengatakan kalau tugas resmi pertama PM
Kwon adalah memberikan penghormatan di monumen memorial.
Mereka pun bergerak menuju tempat tujuan. Rombongan perdana menteri
menyusuri jalan raya kota. Yup.. seperti kebanyakan para pejabat publik
yang lewat lalu lintas pasti didahulukan deh.
Da Jung dan Hee Chul keluar dari kantor Scandal News. Park Hee Chul
heran kenapa Da Jung tidak tinggal di rumah saja dan mendapatkan
pelajaran sebagai pengantin. Da Jung berkata pekerjaannya (Kwon Yool)
itu pekerjaannaya dan ia punya pekerjaan sendiri.
Hee Chul curiga, apa ada masalah dengan kehidupan cinta Da Jung dan
perdana menteri. Ia kesal karena ia berharap bisa mendapatkan keuntungan
dari mengenal perdana mentri. “Noona, jika ada gosip putus maka kami
harus......” Plok... Da Jung menggaplok kepala Hee Chul, “Bukan begitu!”
Ada dua orang yang melintas disana, “Bukankah kau wartawan scandal news, Nam Da Jung?” tanya wanita itu mengenali wajah Da Jung. Da Jung mengelak, “Bukan. Wah apa aku secantik itu? terima kasih ya.” ucapnya hihi.
Ada dua orang yang melintas disana, “Bukankah kau wartawan scandal news, Nam Da Jung?” tanya wanita itu mengenali wajah Da Jung. Da Jung mengelak, “Bukan. Wah apa aku secantik itu? terima kasih ya.” ucapnya hihi.
Hee Chul memberi tahu ponsel Da Jung bunyi. Da Jung menjawab telepon dan mendapatkan kabar yang mengejutkan.
Da Jung tergesa-gesa sampai disebuah ruangan, dimana seseorang terbaring tertutup kain. “Ayah, ayah..” Da Jung panik melihat ayahnya tak sadarkan diri.
Da Jung tergesa-gesa sampai disebuah ruangan, dimana seseorang terbaring tertutup kain. “Ayah, ayah..” Da Jung panik melihat ayahnya tak sadarkan diri.
Kain penutup itu perlahan terbuka dan mata ayah Da Jung pun terbuka
juga. “Kau sudah datang?” ayah tertawa dan bangun.
Da Jung sewot karena ayahnya sudah bercanda seperti ini. “Bagaimana bisa
ayah membuat lelucon seperti ini? aku hampir saja mengalami serangan
jantung.”
“Ah dasar anak ini. Baru datang sudah ngomel-ngomel. Eh bagaimana dengan
menantu Kwon? Menantu perdana menteriku.” Ayah menarik nafas lega
karena pada akhirnya ia bisa melihat menantunya.
Da Jung diam karena ia sudah tak berhubungan lagi dengan Kwon Yool.
Ayah melihat sekeliling dan tak melihat Kwon Yool. Ia tanya apa Kwon
Yool tak datang bersama Da Jung. “Ya ampun dia tidak datang setelah
mendengar ayah mertuanya pingsan. Kenapa sulit sekali bertemu dengan
menantu perdana mentri itu?”
Da Jung kesal, jadi kabar tentang ayahnya pingsan itu bohong. Ayah
terlihat bingung dengan yang Da Jung tanyakan. Da Jung tambah kesal, “Ah
aku tak bisa hidup karena ayah, aku sangat sibuk dan ayah malah
bercanda. Aku pergi ya!” Da Jung keluar dari ruangan itu. Ayah
menggerutu, ya ampun anak itu.
Da Jung berpapasan dengan Bu Dokter yang merawat ayahnya. Da Jung
berkata kalau ayahnya sudah bercanda kelewatan dengan mengatakan
pingsan. Dokter berkata kalau pinsannya ayah Da Jung bukan lelucon.
Da Jung berjalan lemas menyusuri jalanan malam, terngiang dalam benaknya
ucapan Bu Dokter padanya. “Ini tumor otak degeneratif primer. Paling
lama 6 bulan. Prioritas utama kita adalah membuat pikirannya tenang.”
“Itu bohong.” guman Da Jung tak percaya dengan kesehatan ayahnya yang
memburuk. “Itu bohong.” Suara Da Jung terdengar terisak. Ia menerima sms
dari ayahnya.
‘Da Jung-ah, apa kau pergi dengan baik? Udaranya dingin jadi hati-hati
ya. Dan nanti pastikan datang dengan menantuku. Bahkan ibumu pun
penasaran. Aku mencintaimu, putriku.’
“Ayah ayah..” tangis Da Jung. Da Jung jongkok di trotoar menangisi nasib ayahnya yang usianya tak lama lagi.
Hye Joo dan In Ho menyerahkan daftar undangan jamuan pertama yang
dijadwalkan akhir penan ini. Ia melakukan pemilihan tamu undangan sesuai
petunjuk Kwon Yool bahwa mereka akan mengutamakan pada anggota kabinet
dan pejabat asing dalam skala kecil.
“Tapi Reporter Nam tak ada dalam daftar itu.” sahut In Ho. “Bukankah
seharusnya kita memanggil satu orang yang perlu kita beri ucapan terima
kasih?”
Hye Joo mengingatkan apa In Ho sudah lupa dengan rencana mereka yang
akan melakukan pemutusan hubungan dengan Da Jung setelah pengangkatan
perdana mentri. “Jika kita memanggilnya ke acara seperti ini hanya
karena ucapan terima kasih, lalu kapan kita bisa memutuskan hubungan
dengannya?”
In Ho : “Meskipun begitu, setidaknya dia diundang datang ke pesta perjamuan ini.”
Kwon Yool menilai ucapan Hye Joo benar, lebih baik tak usah mengundang
Da Jung karena ini juga akan lebih baik bagi Da Jung. Kwon Yool melihat
jam tangan dan meminta keduanya pulang karena sudah malam.
Hye Joo dan In Ho pun keluar dari ruangan perdana menteri. Hye Joo
bertanya In Ho tak punya perasaan khusus pada Nam Da Jung kan.
“Perasaan khusus?” In Ho bepikir sejanak, “Tapi tak ada masalah kalau kalau itu ada?”
Hye Joo bilang tentu saja tidak apa-apa, kalau memang In Ho ingin
menjadi berita utama di halaman depan koran. Ucapnya sambil berlalu dari
sana.
In Ho mengeluh, “Ah ya ampun apa ini artinya aku tak akan bisa melihat Reporter lucu kita Nam Da Jung?” (hihi)
Dan reporter lucu kita lagi sedih, dia melampiaskannya dengan minum soju
sendirian. Da Jung sudah menghabiskan 3 botol soju. Da Jung mengingat
ucapan ayahnya.
‘Da jung-ah, memegang tanganmu dan membawamu ke altar pernikahan adalah keinginanku. Kau bisa melakukan itu untukku kan?’
Da Jung juga mengingat ucapan dokter yang mengatakan kalau ayahnya akan
bisa bertahan paling lama 6 bulan lagi. Da Jung yang sedih terus minum
hingga mabuk.
Kwon Yool masih berada di ruangannya memeriksa dokumen. Tiba-tiba ia
teringat pada ucapan Da Jung ketika di hotel terakhir kali keduanya
bertemu.
‘Jadilah perdana menteri yang memberi kekuatan pada orang-orang biasa
seperti saya. Jangan membela yang kuat dan mengabaikan yang lemah.
Berjanjilah pada saya bahwa anda akan menjadi perdana menteri yang
seperti itu.’
Yool tersenyum mengingat kalimat yang menjadi harapan rakyat yang diutarakan oleh Da Jung.
Da Jung yang mabuk berat dibawa ke kantor polisi. “Hei agassi,
sadarlah!” ucap pak polisi membangunkan Da Jung. Da Jung membuka mata
dan membuat dua polisi itu kaget.
Da Jung bangun, tapi ia masih mabuk dan sempoyongan, ia mengigau tak
karuan mengira polisi tadi kepala Kang In Ho.
Polisi mengingatkan Da Jung yang tak boleh tidur disini, Da Jung harus
segera pulang. Da Jung yang mabuk minta maaf dan bicara ngaco kalau hari
ini ia pasti akan mendapatkan beritanya. Dan oekkk Da Jung pun kembali
tergeletak.
Polisi bertanya pada temannya apa temannya ini sudah menghubungi
keluarga si wanita mabuk ini. Polisi yang satunya menjawab sudah, “Aku
sudah menelepon pacarnya. Di speed dial nomor 1 tersimpan ‘sayangku’.”
(Hahaha)
Pak polisi melihat kalau wajah Da Jung terlihat tak asing bagi mereka.
Polisi yang satunya menebak kalau wanita mabuk ini seperti seorang
reporter. Ah jangan-jangan...
Tepat saat itu Kwon Yool sampai di kantor polisi. Dua polisi ini tentu
saja keget bukan main mendapatkan kunjungan langsung dari perdana
menteri tanpa pemberitahuan dulu.
Yool melihat Da Jung tergeletak di kursi dalam keadaan mabuk. Da Jung
perlahan membuka matanya dan kaget setengah mati begitu melihat wajah
Kwon Yool ada di depannya.
Da Jung bangun akan pergi menghindar tapi karena mabuk tubuhnya
sempoyongan dan jatuh ke pelukan Yool. Da Jung meronta, “Lepaskan aku,
aku tidak kenal dia.”
Supaya Da Jung tak ngelantur yang bukan-bukan, Kwon Yool membungkam
mulut Da Jung. Kwon Yool minta maaf pada polisi karena wanita ini sudah
menyebabkan masalah. Ia pun permisi sambil menyeret Da Jung dan
membungkam mulut wanita itu. Dua polisi terbengong-bengong melihatnya.
Hahaha.
Da Jung tak bisa berdiri deangan baik, ia berdiri sempoyongan di depan
tatapan tajam Kwon Yool yang marah padanya. “Menyedihkan rasanya belum
cukup, membuatku datang ke kantor polisi, apa kau sudah tak waras?” Da
Jung menunduk minta maaf.
Kwon Yool : “Bukankah kau mengatakan sendiri dengan mulut besarmu bahwa
kita akan berpisah setelah pengangkatan? Tapi sekarang kau membuatku
datang seperti ini, apa yang ingin kau lakukan?”
Da Jung kembali minta maaf.
Kwon Yool jengkel, “Sok lah minta maaf terus? Tapi kenapa kau masih
memiliki nomor ponselku? Hapus sekarang!” Da Jung mengangguk, tapi diam
saja. Kwon Yool meninggikan suaranya, “Kenapa masih diam saja, cepat
hapus sekarang!” Da Jung kaget dibentak seperti itu. Ia pun mencari
ponsel di saku bajunya.
Kwon Yool menggerutu, “Ah saat ini aku sedang pusing mendapatkan desakan
untuk menikah.” Da Jung terkejut mendengar ucapan Kwon Yool, ia menatap
Yool. Kwon Yool marah kenapa belum dihapus juga.
Yool akan pergi tapi Da Jung menahan tangannya. Ia merangkul tangan Kwon
Yool, “Perdana menteri...” Yool melepas paksa tangan Da Jung yang
menempel padanya. Tapi Da Jung kembali melingkarkan tangannya ke lengan
Yool, “Perdana menteri...” Yool kesal, “Ah apa sih?”
“Perdana menteri, bisakah kita menikah betulan?” ucap Da Jung penuh harap membuat Yool terkejut mendengar keinginan Da Jung.
Wajah Da Jung memelas sedih. “Perdana menteri....” ia terduduk lemas
memeluk kaki Yool. “Perdana menteri bisakah anda benar-benar menikah
denganku? Ya?”
Tidak ada komentar :
Posting Komentar